Anda di halaman 1dari 32

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL KALIMANTAN
TENGAH

SATUAN KERJA PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

CORE TEAM PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
LAPORAN PENANGANAN RAISING
BUKIT RAWI MENGGUNAKAN
SOFTWARE PLAXIS 2D V.8.2

PT. Disiplan Consult Jo.


PT. Anugrah Kridapradana.
PT. Laras Sembada
HEAD OFFICE : Jl. DR. Sahardjo 10 F Tebet Jakarta 12810
Telephone : 62 (21) 8305612 (Hunting, Fax :
8281022)
Office : Jl. Rajawali 2A, No. 19 A,Bukit Tungga, Kecamatan Jekan Raya 73112
LAPORAN PERENCANAAN

KATA
Laporan ini dibuat untuk merangkum semua hasil analisis terhadap desain yang
sudah ada untuk dilakukan pengecekan ulang. Analisis yang digunakan dalam
laporan ini ialah menggunakan software komputer khusus pekerjaan bidang
geoteknik yang sifatnya adalah numerik, yaitu software plaxis 2D V8.2.

Demikian laporan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas segala
perhatian dan kerjasama yang diberikan diucapkan terima kasih.

Palangka Raya, Maret 2022

Team Leader

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 2


LAPORAN PERENCANAAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang........................................................................... 4
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................... 4

BAB II DASAR PERANCANGAN DAN PERENCANAAN....................................... 5


2.1 Metode Elemen Hingga.............................................................. 5
2.2 Parameter dari Program Plaxis.................................................... 9
2.3 Interface Program Plaxis............................................................ 11

BAB III METODE ANALISIS............................................................................ 12


3.1 Lokasi Proyek............................................................................ 12
3.2 Jenis Data yang Digunakan........................................................ 12
3.3 Deskripsi Kondisi Tanah............................................................. 12
3.4 Deskripsi Rencana Konstruksi..................................................... 18

BAB IV ANALISIS PENANGANAN..................................................................... 20


4.1 Parameter Rancangan Konstruksi............................................... 20
4.2 Analisis Penanganan.................................................................. 23
4.2.1 Permodelan Penanganan................................................... 23
4.2.2 Pembangkitan Tekanan Air Pori dan Tegangan Efektif......... 24
4.2.3 Tahap Kalkulasi Konstruksi Jalan dengan Cerucuk............... 25
4.2.4 Keluaran Plaxis untuk Kondisi Jalan dengan Cerucuk.......... 26
4.2.5 Tahap Kalkulasi Konstruksi Jalan tanpa Cerucuk................. 27
4.2.6 Keluaran Plaxis untuk Kondisi Jalan tanpa Cerucuk............. 28

BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan............................................................................... 30

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 3


LAPORAN PERENCANAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Ruas jalan Bukit Rawi, Kalimantan Tengah mengalami permasalahan banjir.
Elevasi banjir lebih tinggi 1.20 m dari elevasi jalan. Sehingga dilakukan
peninggian badan jalan dan dibuatkan konstruksi dinding penahan tanah
berupa pasangan batu di damping kiri dan kanan jalan guna membendung
air agar tidak menggenangi badan jalan. Pada desain rencana awal
peninggian jalan digunakan cerucuk sedalam 4 meter di bawah badan
jalan, namun ternyata di lapangan tidak dapat dilaksanakan karena
menurut data sondir disimpulkan bahwa tanah keras ada pada kedalaman
1 – 2.5 meter.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari perencanaan ini ialah melakukan analisis penurunan pada
badan jalan menggunakan geogrid tanpa cerucuk dan konstruksi dinding
penahan tanah pasangan batu dengan cerucuk menggunakan bantuan
program analisis geoteknik Plaxis 2D Versi 8.2 dan dibandingkan dengan
penurunan badan jalan menggunakan geogrid dengan cerucuk sedalam 2.5
meter serta konstruksi dinding penahan tanah pasangan batu. Sedangkan
tujuan dari perencanaan ini ialah untuk mengetahui besar penurunan pada
umur rencana 20 tahun.

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 4


LAPORAN PERENCANAAN

BAB II
DASAR PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

2.
2.1. METODE ELEMEN HINGGA
Analisis dan prediksi penurunan konsolidasi/primer dapat dilakukan dengan
menggunakan elemen hingga finite element method (FEM). Metode elemen
hingga (FEM) merupakan suatu metode perhitungan dengan berdasarkan
konsep diskertiasi, yaitu menyederhanakan sebuah elemen kontiniu
menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Metode elemen hingga (FEM) ini
dapat digunakan untuk mengetahui deformasi ataupun tegangan yang
terjadi pada suatu elemen yang disebabkan oleh distribusi beban atau
gaya. Program yang dapat digunakan dalam melakakuan analisis dengan
menggunakan metode elemen hingga (FEM) salah satunya adalah Plaxis.
Plaxis adalah sebuah paket program dalam dunia teknik sipil yang dibuat
berdasarkan metode elemen hingga dan telah dikembangkan sedemikian
rupa, sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisis deformasi,
penurunan, ataupun stabilitas dalam bidang Geoteknik. Tahap permodelan
dalam program Plaxis sendiri dapat dilakukan secara grafis, sehingga
memungkinkan pembuatan suatu model elemen hingga yang cukup
kompleks menjadi lebih cepat dan mudah.
Perkembangan program Plaxis dimulai pada tahun 1987 di Universitas Delft
(Technical University of Delft ) atas inisiatif dari Departemen Tenaga Kerja
dan Pengelolaan Sumber Daya Air Belanda (Dutch Department of Public
Works and Water Management). Tujuan awal dari program Plaxis adalah
untuk menganalisis tanggul-tanggul yang dibangun pada tanah lunak di
dataran rendah wilayah Holland. Kemudian program Plaxis dikembangkan
lebih lanjut sehingga dapat menganalisis dan menyelesaikan masalah-
masalah yang lebih kompleks dalam seluruh aspek perencanaan Geoteknik
lainnya.
Pada program Plaxis, model struktur Geoteknik dapat dimodelkan dengan 2
cara yaitu plane strain dan axi-simetri. Model plane strain biasa digunakan
untuk model geometri dengan penampang melintang yang cukup seragam,
dengan kondisi tegangan dan kondisi pembebanan yang terjadi cukup
panjang dalam arah tegak lurus terhadap penampang. Perpindahan dan
regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan
tidak terjadi atau bernilai nol. Walaupun diasumsikan tidak terjadi,

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 5


LAPORAN PERENCANAAN

tegangan normal pada arah tegak lurus terhadap bidang penampang tetap
diperhitungkan sepenuhnya dalam analisis. Dalam model analisis regangan
bidang (plane-strain), gaya yang disebabkan adanya perpindahan
dinyatakan dalam gaya persatuan lebar dalam arah tegak urus penampang.
Sedangkan untuk model axi-simetri biasa digunakan untuk struktur
Geoteknik yang berbentuk lingkaran dengan bidang penampang radial yang
cukup seragam dan kondisi pembebanan mengelilingi sumbu aksial. Untuk
deformasi dan kondisi tegangan diasumsikan tersebar rata mengelilingi
arah radial. Dalam model axi-simetri koordinat (x) menyatakan radius,
sedangkan untuk koordinat (y) menyatakan sumbu simetris dalam arah
aksial. Dalam model analisis axi-simetri, gaya yang dihasilkan merupakan
gaya yang bekerja pada bidang batas yang membentuk busur lingkaran
sebesar 1 radian yang saling berhadapan.

Gambar 2.1 Perbedaan Model Plane Strain dan Axi-Simetri


(Sumber: Manual Plaxis)
Elemen tanah dalam program Plaxis dimodelkan sebagai elemen segitiga,
dimana elemen segitiga ini dibagi menjadi dua jenis yaitu elemen segitiga
dengan 6 titik nodal dan elemen segitiga dengan 15 titik nodal.

Gambar 2.2 Perbedaan 6 Titik Nodal dengan 15 Titik Nodal


(Sumber: Manual Plaxis)

Pada program Plaxis juga terdapat beberapa jenis permodelan tanah ( soil
model). Adapun jenis permodelan tanah ( soil model) tersebut,
diantaranya : model Linear Elastic, model Mohr-Coulomb, model Hardening
Soil, model Hardening Soil with Small-Strain Stiffness, model Soft Soil
Creep, model Soft Soil, model Jointed Rock, dan model Modified Cam-Clay.

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 6


LAPORAN PERENCANAAN

Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing jenis permodelan tanah


tersebut.
1. Model Linear Elastic (LE)
Model Elastis Linier didasarkan pada hukum Hooke tentang elastisitas
isotropik, yaitu modulus young dan poisson ratio. Meskipun model Linear
Elastic tidak cocok untuk memodelkan tanah, model ini dapat digunakan
untuk memodelkan volume kaku di tanah, seperti dinding beton, atau
formasi batuan yang utuh.
2. Model Mohr-Coulomb (MC)
Model Mohr-Coulomb merupakan model elastis plastis yang terdiri dari lima
buah parameter, diantaranya modulus elastisitas (E) dan angka poisson ( v)
untuk memodelkan elastistas tanah, sudut geser (ϕ) dan kohesi (c) untuk
memodelkan plastisitas tanah dan ψ sebagai sudut dilatansi. Model Mohr-
Coulomb merupakan suatu model pendekatan analisis untuk memodelkan
perilaku elastisitas (elastis-plastis) tanah atau batuan. Model Mohr-Coulomb
ini disarankan untuk digunakan dalam analisis awal dari masalah yang
dihadapi.
3. Model Hardening Soil (HS)
Model Hardening Soil merupakan suatu model tingkat lanjut untuk
memodelkan perilaku tanah. Model Hardening Soil dibedakan antara dua
buah jenis, yaitu Hardening geser dan Hardening kompresi. Hardening
geser digunakan untuk memodelkan regangan yang tidak dapat kembali
seperti semula akibat tegangan deviator. Hardening kompresi digunakan
untuk memodelkan regangan plastis yang tidak dapat kembali seperti
semula akibat kompresi primer pada pembebanan satu arah dan
pembebanan isotropis.
Seperti pada model Mohr-Coulmb, kondisi tegangan batas dideskripsikan
oleh sudut geser (ϕ), kohesi (c), dan sudut dilatansi (ψ). Berbeda dengan
model Mohr-Coulomb, model Hardening Soil mengikutsertakan modulus
kekakuan yang bergantung pada tegangan. Hal ini berarti bahwa kekakuan
akan semakin meningkat terhadap tegangan.
4. Model Hardening Soil with Small-Strain Stiffness (HSsmall)
Model pengerasan tanah dengan kekakuan regangan kecil merupakan
modifikasi dari model pengerasan tanah di atas yang menjelaskan
peningkatan kekakuan tanah pada galur kecil. Pada tingkat regangan
rendah, sebagian besar tanah memiliki kekakuan yang lebih tinggi daripada
pada tingkat regangan teknik, dan kekakuan ini bervariasi secara non-linear
dengan regangan. Perilaku ini dijelaskan dalam model HS small
menggunakan parameter regangan-sejarah tambahan dan dua parameter
ref ref
material tambahan, yaitu G 0 dan γ 0,7 . G 0 adalah modulus geser regangan

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 7


LAPORAN PERENCANAAN

kecil dan γ 0,7 adalah level regangan di mana modulus geser telah berkurang
hingga sekitar 70% dari modulus geser regangan kecil. fitur canggih model
HSsmall paling jelas dalam kondisi beban kerja. Di sini, model memberikan
perpindahan yang lebih andal daripada model HS. Ketika digunakan dalam
aplikasi dinamis, model Hardening Soil dengan kekakuan regangan kecil
juga memperkenalkan redaman material histeretik.
5. Model Soft Soil Creep (SSC)
Model Soft Soil Creep merupakan jenis model yang ditujukan khusus untuk
menganalisis rangkak (creep) dan relaksasi tegangan. Kompresi sekunder
sangat dominan pada jenis tanah lunak, yaitu lempung yang terkonsolidasi
normal, tanah lanau serta gambut. Model ini telah mengikutsertakan efek
dari konsolidasi berlebih.
6. Model Soft Soil (SS)
Model Soft Soil merupakan jenis model clam-clay yang ditujukan khusus
untuk menganalisis kompresi primer dari tanah lempung yang
terkonsolidasi normal. Meskipun kemampuan model ini berada di bawah
model Hardening Soil, namun model Soft Soil adalah model yang lebih
mampu untuk memodelkan kelakuan tekanan dari tanah yang sangat
lunak.
7. Model Jointed Rock (JR)
Model Jointed Rock atau model batuan kekar adalah sebuah model elastis-
plastis anisotropis sempurna, yang dikembangkan secara khusus untuk
memodelkan perilaku dari lapisan batuan yang mempunyai asumsi batuan
merupakan suatu kesatuan stratifikasi dan arah-arah kekar ( fault) tertentu.
8. Model Modified Cam-Clay (MCC)
Model Cam-Clay yang dimodifikasi adalah model yang terkenal dari literatur
pemodelan tanah internasional; lihat misalnya Muir Wood (1990). Hal ini
dimaksudkan terutama untuk pemodelan tanah tipe lempung yang hampir
secara normal terkonsolidasi. Model ini telah ditambahkan ke Plaxis untuk
memungkinkan perbandingan dengan kode lain.
Selain itu, dalam memodelkan elemen tanah pada program Plaxis dapat
dilakukan dalam dua kondisi, antara lain:
1. Kondisi Drained
Kondisi drained merupakan kondisi untuk tanah yang memiliki
permeabilitas besar seperti tanah pasir, tanah yang mengalami
pembebanan sangat lambat, serta untuk menstimulasikan perilaku tanah
dalam jangka panjang. Kondisi drained pada program Plaxis digunakan
untuk mengatur tidak adanya kenaikan tekanan air pori ( pore water
pressure) pada material tanah.
2. Kondisi Undrained

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 8


LAPORAN PERENCANAAN

Kondisi undrained merupakan kondisi untuk tanah yang memiliki


permeabilitas kecil seperti tanah lempung sehingga diberikan excess pore
water pressure tidak langsung terdisipasi atau teralirkan. Kondisi undrained
pada program Plaxis digunakan untuk mengatur timbulnya kenaikan
tekanan air pori berlebih (excess pore water pressure) pada material tanah.
2.2. PARAMETER DARI PROGRAM PLAXIS
Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan program Plaxis, yaitu di
mana pengguna harus menguasai teori maupun konsep dasar mengenai
mekanika tanah dan rekayasa pondasi. Menjadi penting untuk diperhatikan,
karena aplikasi ini akan tetap melakukan kalkulasi dan memberikan hasil
output meskipun data yang di-input adalah data yang salah. Beberapa
parameter tanah yang perlu diperhatikan dalam proses input, diantaranya:
1. Kohesi (C)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas. Salah satu aspek yang mepengaruhi
nilai kohesi adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu benda.
Kohesi berbanding lurus dengan kerapatan suatu benda, sehingga bila
kerapatan semakin besar maka kohesi yg akan didapatkan semakin besar.
Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat
geser langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial (triaxial
test).
2. Sudut Geser (ϕ)
Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan.
Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut
akan lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.
3. Angka Poisson (v)
Angka poisson/poisson’s ratio merupakan ukuran kompresibilitas sebuah
benda yang tegak lurus dengan stress atau perbandingan strain latitudinal
dengan strain longitudinal. Perbandingan perubahan panjang dan
perubahan jari-jari itulah yang disebut poisson ratio.
4. Modulus Elastisitas (E)
Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan
aksial (satu dimensi) dalam deformasi yang elastis. Modulus elastisitas
menggambarkan kekakuan suatu material yang berarti bahwa apabila
suatu material memiliki nilai modulus elastisitas yang besar, maka semakin
kecil perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi tegangan tertentu.
Konsep modulus elastisitas ini menggambarkan bahwa setiap material akan
mengalami perubahan bentuk yang ditandai dengan pertambahan atau
pengurangan panjang apabila mengalami tegangan tertentu. Besarnya

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 9


LAPORAN PERENCANAAN

perubahan panjang yang dimiliki oleh setiap material berbeda-beda


tergantung dari besaran elastisitas material tersebut.
Tegangan adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara suatu
besaran gaya terhadap luas penampang yang tegak lurus terhadap gaya
tersebut, berikut adalah persamaan matematis untuk tegangan:
F F
σ= σ= (2.1)
A A
Dimana:
σ = Tegangan (N/m2)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
Regangan adalah besaran yang menyatakan suatu perbandingan antara
perubahan panjang terhadap panjang awal dari suatu material, berikut
adalah persamaan matematis untuk regangan:
∆L
ε= (2.33)
Lo

Dimana:
ε = Regangan (m/m)
∆L = Perubahan Panjang (m)
Lo = Panjang Awal (m)
Hubungan antara tegangan dan regangan yang dinyatakan dalam modulus
elastisitas dapat dilihat pada persamaan berikut :
σ
E= (2.34)
ε
Dimana:
E = Modulus Elastisitas (N/m2)
σ = Tegangan (N/m2)
ε = Regangan (m/m)

Gambar 2.3 Grafik Modulus Elastisitas (E)

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 10


LAPORAN PERENCANAAN

(Sumber: Manual Plaxis)

5. Sudut Dilatansi (ψ)


Sudut dilatansi merupakan sudut yang dibentuk bidang horizontal dengan
arah pengembangan butiran pada saat butiran menerima tegangan
deviatorik. Pada tanah lempung, umumnya tidak terjadi ditansi (ψ = 0).
Sementara untuk tanah pasir, sudut dilatansi tergantung dari kerapatan
sudut geser (ϕ), dimana jika ϕ < 30 ̊ maka ψ = 0.
6. Berat Volume Tanah (γ)
Berat volume tanah merupakan rasio antara berat dan volume total contoh
tanah, termasuk volume ruang pori yang ada didalamnya. Keragaman berat
volume tanah sangat bergantung pada jenis fraksi penyusunan tanah
termasuk tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur jarang biasanya
biasanya mempunyai berat volume yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanah yang agak pejal.

2.3. INTERFACE PROGRAM PLAXIS


Tampilan utama program menampilkan seluruh menu yang digunakan pada
program ini. Dalam tampilan utama ini terdapat beberapa menu, seperti
toolbar (umum), menu utama, toolbar (geometri), bidang gambar, mistar,
koordinar pusat, masukkan manual, indikator posisi kursor.
 Toolbar (Umum)
Toolbar ini memuat tombol-tombol untuk aktivitas umum seperti aktivitas
yang berhubungan dengan berkas, pencetakan, zooming (memperbesar
atau memperkecil obyek) ataupun untuk pemilihan obyek. Toolbar ini juga
memuat tombol-tombol untuk menjalankan sub-program lainnya, seperti
calculation, output, curve.
 Toolbar (Geometri)
Toolbar ini memuat tombol-tombol untuk aktivitas khusus yang
berhubungan dengan pembuatan model geometri.
 Mistar
Pada sisi kiri dan sisi atas dari bidang gambar terdapat mistar yang
menunjukkan koordinat x dan y dari model geometri.
 Bidang Gambar
Bidang gambar adalah area gambar dimana model geometri dibuat. Bidang
gambar dapat digunakan sama seperti program untuk menggambar
lainnya.
 Masukan Manual

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 11


LAPORAN PERENCANAAN

Jika penggambaran dengan menggunakan mouse tidak dapat memberikan


tingkat ketepatan yang diinginkan, maka baris masukan manual dapat
digunakan. Nilai koordinat x dan y dapat diketikkan langsung dengan
memberikan spasi diantaranya.

BAB III
METODE ANALISIS

3.1. LOKASI PROYEK


Lokasi pekerjaan pada Kegiatan adalah pada Jalan Bukit Rawi, Kecamattan
Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.

Gambar 4.1 Lokasi Proyek


3.2. JENIS DATA YANG DIGUNAKAN
a. Data hasil perencanaan (dalam bentuk cad berupa; potongan melintang
jalan)
b. Data hasil penyelidikan geoteknik (data penyelidikan tanah lapangan
berupa Sondir).

3.3. DESKRIPSI KONDISI TANAH

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 12


LAPORAN PERENCANAAN

Dilakukan penyelidikan tanah lapangan berupa penyelidikan Sondir, jumlah


titik penyelidikan adalah 5 titik dengan sketsa lokasi titik penyelidikan dapat
dilihat pada Gambar 3.2, berdasarkan hasil penyelidikan diketahui jika
tanah pada lokasi proyek merupakan jenis tanah lempung, lanau
kelempungan, pasir kelanauan dan pasir. Rata-rata penyelidikan tanah
pada titik S1, S2 dan S3 dilakukan sampai kedalaman 19 m yang
merupakan jenis tanah pasir dengan nilai Qc > 120. Dan titik sondir S4, S5
sampai kedalaman 1.8 m yyang merupakan jenis tanah pasir dengan nilai
Qc > 120.

Gambar 4.2 Lokasi Penyelidikan Sondir

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 13


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.3 Data Sondir Titik S1

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 14


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.4 Data Sondir Titik S2

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 15


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.5 Data Sondir Titik S3

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 16


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.6 Data Sondir Titik S4

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 17


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.7 Data Sondir Titik S5

3.4. DESKRIPSI RENCANA KONSTRUKSI


Rencana penanganan banjir pada jalan Bukit Rawi, Kalimantan tengah,
berupa peninggian badan jalan, bahu dan dibuatkan konstruksi dinding
penahan pada sisi kiri dan kanan jalan, dengan atau tanpa cerucuk

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 18


LAPORAN PERENCANAAN

sedalam adalah 2.5 m dengan kuat tarik geogrid yang digunakan adalah
300 kN/m2. Dapat dilihat pada gambar 3.3 dan 3.4.

Gambar 4.8 Peninggian Jalan dengan cerucuk

Gambar 4.9 Peninggian Jalan Tanpa Cerucuk

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 19


LAPORAN PERENCANAAN

BAB IV
ANALISIS PENANGANAN

3.
4.
4.1. PARAMETER RANCANGAN KONSTRUKSI
Plate :
Tabel 4.1 Properties Kayu Cerucuk Tipe 1
Tipe Kayu : -
Diameter (d) : 0.10 M
Length of pile (L) : 2.5 M
Concrete Quality (Fc') : Mpa
Young's Moudulus (E) : 25000 Mpa
: 25000000 kN/M2
Area (A) : 0.00786 M2
Inertia (I) : 0.00000 M4
Width real (dreal) : 0.087 M
Lspacing : 0.33 M
Young's Moudulus Actual (E') : 6873217.49 kN/M/M
Volume weight actual (γc) : 0.214285714 kN/M3
Normal stiffness (EA) : 162011.5551 kN
Bending stiffness (EI) : 101.257222 kN.M2
Weight 1 (W1) : 0.29245 kN/M
A plate : 0.0921 M2

Tabel 4.2 Properties Kayu Cerucuk Tipe 2


Tipe Kayu : -
Diameter (d) : 0.10 M
Length of pile (L) : 2.5 M
Concrete Quality (Fc') : Mpa
Young's Moudulus (E) : 25000 Mpa
: 25000000 kN/M2
Area (A) : 0.00786 M2
Inertia (I) : 0.00000 M4
Width real (dreal) : 0.087 M

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 20


LAPORAN PERENCANAAN

Lspacing : 0.50 M
Young's Moudulus Actual (E') : 4536323.544 kN/M/M
Volume weight actual (γc) : 0.141428571 kN/M3
Normal stiffness (EA) : 35642.54213 kN
Bending stiffness (EI) : 22.27658883 kN.M2
Weight 1 (W1) : 0.283686206 kN/M
A plate : 0.0921 M2

Geogrid :
Tabel 4.3 Properties Geogrid

Properties material dan tanah :

Tabel 4.4 Properties Material dan Tanah

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 21


LAPORAN PERENCANAAN

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 22


LAPORAN PERENCANAAN

4.2. ANALISIS PENANGANAN


4.2.1. PERMODELAN PENANGANAN
Beban Lalu
Cerucuk
Lintas 15 kPa
Tipe 2

Cerucuk Fill
Tipe 1 Geogrid Kuat
Tarik 300 kN/m2

c
Gambar 4.1 Permodelan Penanganan pada Plaxis Versi 8.2

Penanganan pada badan jalan digunakan cerucuk sedalam 2.5 m, beban


ditambahkan selebar jalan sebesar 15 kPa (Beban lalu lintas; SNI Geoteknik
8460:2017), serta permodelan lapisan tanah dibuat sebanyak 11 lapisan.
Input parameter tanah (parameter rancangan tanah dan batuan dan
parameter plate dan geogrid dapat dilihat pada Gambar 4.2.

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 23


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.2 Material Set a) soil and interfaces ; b) Plates, c) Geogrid

4.2.2. PEMBANGKITAN TEKANAN AIR PORI DAN TEGANGAN EFEKTIF


Dilakukan fase pembangkitan tekanan air pori, besar tekanan air pori
adalah 209,26 kN/m2

Gambar 4.3 Pembentukan Tekanan Air Pori


Kemudian dilakukan pembangkitan tegangan efektif sesuai prosedur gravity
loading dengan mengnolkan Mweight sehingga tegangan efektif awal
adalah 0 kN/m2.

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 24


LAPORAN PERENCANAAN

4.2.3. TAHAP KALKULASI KONSTRUKSI JALAN DENGAN CERUCUK


Pada Gambar 4.4 dapat dilihat jendela kalkulasi untuk tahap-tahapan
pekerjaan konstruksi, berikut ini penjelasan tahapan kalkulasi :
1. Initial Phase, merupakan default dari program (fase 0).

2. Tahap berat sendiri (gravity loading), yaitu fase dimana


tegangan dan regangan awal akibat berat tanah sendiri dari model,
dihitung (Tahap 1).

3. Tahap Langkah nol plastis, yaitu fase dimana displacement


akibat tegangan awal berat sendiri model dikembalikan menjadi nol
untuk disertakan dalam tahapan perhitungan selanjutnya (Tahap 2)

4. Tahap eksisting, yaitu fase dimana dimodelkannya beban eksisting


(Tahap 3).

5. Tahap Timbunan LPA 1, yaitu fase dimana dimodelkannya


pembebanan Timbunan LPA 1 + Cerucuk (analisis konsolidasi)
(Tahap 4).

6. Tahap Timbunan LPA 2, yaitu fase dimana dimodelkannya


pembebanan Timbunan LPA 2 (analisis konsolidasi) (Tahap 5).

7. Tahap Timbunan Asphalt Concrete, yaitu fase dimana


dimodelkannya pembebanan AC-WC, AC-BC, AC-Base (analisis
konsolidasi) (Tahap 6).

8. Tahap Konstruksi Pasangan Batu, yaitu fase dimana


dimodelkannya Konstruksi Pasangan Batu + Cerucuk (analisis
konsolidasi) (Tahap 7).

9. Tahap Akhir, yaitu fase dimana dimodelkannya beban lalu lintas


sebesar 15 Kpa dalam kurun waktu 20 tahun (analisis konsolidasi)
(Tahap 7).

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 25


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.4 Jendela Kalkulasi

4.2.4. KELUARAN PLAXIS UNTUK KONDISI JALAN DENGAN CERUCUK


Berikut ini penjelasan keluaran tahapan kalkulasi :
1. Tahap Akhir (Pembebanan Lalu Lintas)
Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa dengan beban lalu lintas
sebesar 15 Kpa yang diaktifkan, perpindahan terbesar yaitu di bawah
badan jalan yaitu sebesar 5.589 cm seperti pada Gambar 4.5.

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 26


LAPORAN PERENCANAAN

Gambar 4.5 Total Displacement pada Tahap Akhir

4.2.5. TAHAP KALKULASI KONSTRUKSI JALAN TANPA CERUCUK


Pada Gambar 4.4 dapat dilihat jendela kalkulasi untuk tahap-tahapan
pekerjaan konstruksi, berikut ini penjelasan tahapan kalkulasi :
1. Initial Phase, merupakan default dari program (fase 0).

2. Tahap berat sendiri (gravity loading), yaitu fase dimana


tegangan dan regangan awal akibat berat tanah sendiri dari model,
dihitung (Tahap 1).

3. Tahap Langkah nol plastis, yaitu fase dimana displacement


akibat tegangan awal berat sendiri model dikembalikan menjadi nol
untuk disertakan dalam tahapan perhitungan selanjutnya (Tahap 2)

4. Tahap eksisting, yaitu fase dimana dimodelkannya beban eksisting


(Tahap 3).

5. Tahap Timbunan LPA 1, yaitu fase dimana dimodelkannya


pembebanan Timbunan LPA 1 + Cerucuk (analisis konsolidasi)
(Tahap 4).

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 27


LAPORAN PERENCANAAN

6. Tahap Timbunan LPA 2, yaitu fase dimana dimodelkannya


pembebanan Timbunan LPA 2 (analisis konsolidasi) (Tahap 5).

7. Tahap Timbunan Asphalt Concrete, yaitu fase dimana


dimodelkannya pembebanan AC-WC, AC-BC, AC-Base (analisis
konsolidasi) (Tahap 6).

8. Tahap Konstruksi Pasangan Batu, yaitu fase dimana


dimodelkannya Konstruksi Pasangan Batu + Cerucuk (analisis
konsolidasi) (Tahap 7).

9. Tahap Akhir, yaitu fase dimana dimodelkannya beban lalu lintas


sebesar 15 Kpa dalam kurun waktu 20 tahun (analisis konsolidasi)
(Tahap 7).

Gambar 4.6 Jendela Kalkulasi

4.2.6. KELUARAN PLAXIS UNTUK KONDISI JALAN DENGAN CERUCUK


Berikut ini penjelasan keluaran tahapan kalkulasi :
1. Tahap Akhir (Pembebanan Lalu Lintas)

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 28


LAPORAN PERENCANAAN

Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa dengan beban lalu lintas
sebesar 15 Kpa yang diaktifkan, perpindahan terbesar yaitu di bawah
badan jalan yaitu sebesar 5.514 cm seperti pada Gambar 4.5.

Gambar 4.7 Total Displacement pada Tahap Akhir

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 29


LAPORAN PERENCANAAN

BAB V
KESIMPULAN
5.
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil analisis menggunakan bantuan software plaxis versi 8.2 pada
perencanaan penurunan badan jalan Bukit Rawi, Kalimantan Tengah, dapat
dilihat pada tabel 5.1 diketahui bahwa penurunan lebih besar terjadi pada
badan jalan dengan cerucuk, hal ini disebabkan beban merata menjadi
fokus ketengah karena cerucuk menstabilkan tanah dibawahnya. Dapat
disimpulkan jika penanganan badan jalan tanpa cerucuk memiliki
penurunan lebih kecil dibandingkan badan jalan dengan cerucuk.

Tabel 5.1 Perbandingan Besar Penurunan Badan Jalan

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 30


LAPORAN PERENCANAAN

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 31


LAPORAN PERENCANAAN

PT.DISIPLAN CONSULT JO.PT.ANUGRAH KRIDAPRADANA,PT.LARAS SEMBADA 32

Anda mungkin juga menyukai