Kata Pengantar
Team Leader
Attoillah, ST
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 4
1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN...................................................................................... 4
1.3. RUANG LINGKUP ................................................................................................................ 5
1.4. LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN ................................................................................... 5
1.5. PENDEKATAN DAN METODOLOGI...................................................................................... 6
1.6. TENAGA AHLI DAN TENAGA PENDUKUNG ....................................................................... 10
1.7. PELAPORAN ...................................................................................................................... 10
GAMBARAN WILAYAH STUDY...................................................................................................12
1.2. ADMINISTRASI .................................................................................................................. 12
2.2. TOPOGRAFI DAN GEOMORFOLOGI .................................................................................. 14
2.3. Geologi Wilayah ............................................................................................................... 15
2.4. Hidrogeologi Wilayah ....................................................................................................... 16
2.5. Iklim dan Curah Hujan ...................................................................................................... 16
2.6 Jenis Tanah ....................................................................................................................... 19
BAB III .....................................................................................................................................21
PRIMER DAN DATA SEKUNDER .................................................................................................21
3.1 Umum ..................................................................................................................................... 21
3.2 Survey Dan Investigasi .......................................................................................................... 22
3.2.1. Tujuan Survey Pendahuluan ............................................................................................... 22
3.2.2. Lingkup dan Metodologi Pelaksanaan Survey Pendahuluan ............................................. 23
3.2.3. Keluaran ............................................................................................................................. 23
3.3. Inventarisasi Jalan ................................................................................................................. 24
3.3.2. Ruang Lingkup Inventarisasi ............................................................................................... 24
3.4. Pengukuran Topografi ........................................................................................................... 26
KRITERIA DESAIN ......................................................................................................................32
4.1. Kriterian Perencanaan Jalan .................................................................................................. 32
ANALISA PERENCANAAN ..........................................................................................................34
5.1 UMUM .................................................................................................................................... 34
5.2 Pekerjaan Jalan Aspal/ Hotmix ............................................................................................... 34
5.3 Pekerjaan Jalan Paving Blok ................................................................................................... 41
5.4 Pekerjaan Jalan Beton ............................................................................................................ 43
BAB
I
PENDAHULUAN
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam hal ini Dinas Sumber Daya Air, Bina
Marga dan bina Konstruksi Kota Tangerang Selatan mempunyai wewenang dan tanggung
jawab dalam penyelenggaraan jalan yaitu melaksanakan suatu kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan terhadap prasarana
transportasi jalan raya termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas sesuai dengan kewenangannya yang ada di wilayah Kota
Tangerang Selatan.
Pekerjaan yang harus dikerjakan ini meliputi perencanaan detail teknik jalan dan
penyiapan dokumen spesifikasinya sebagai bagian dari dokumen tender fisik secara
lengkap dan terperinci yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lokasi yang akan
direncanakan yaitu ruas‐ruas Perencanaan Simplified Jalan Lingkungan Pondok Benda
Kecamatan Pamulang TA 2022
a. Maksud
Maksud pengadaan jasa konsultansi Perencanaan Simplified Jalan Lingkungan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang TA 2022 adalah menyusun dokumen
perencanaan ruas pada Perencanaan Simplified Jalan Lingkungan Pondok Benda
Kecamatan Pamulang TA 2022
b. Tujuan
Tujuan pengadaan jasa konsultansi Perencanaan Simplified Jalan Lingkungan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang TA 2022 sebagai acuan atau dasar dalam
pekerjaan peningkatan ruas di Perencanaan Simplified Jalan Lingkungan Pondok
Benda Kecamatan Pamulang TA 2022.
c. Target/sasaran
Target/ Sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan jasa konsultansi adalah
meningkatnya sarana prasarana Perencanaan Simplified Jalan Lingkungan Pondok
Benda Kecamatan Pamulang TA 2022 diruas Perencanaan Simplified Jalan
Lingkungan Pondok Benda Kecamatan Pamulang TA 2022
- Menyiapkan peta dasar yang berupa Peta Tophography skala 1 : 100 dan peta‐peta
pendukung lainnya yang dipakai untuk menentukan trase jalan.
- Mempelajari lokasi rencana trase jalan dan daerah‐daerah sekitarnya.
- Inventarisasi jalan secara terinci harus dilakukan untuk menghimpun catatan‐catatan
yang lengkap mengenai situasi dan data jalan serta bangunan pelengkap.
4. Survey Geometrik
Tujuan Pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data teknis mengenai kondisi
geometrik dan perkerasan jalan dan simpang yang bersangkutan. Data yang harus
diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
5. Kriteria Design
a. Umur Desain Jalan
Umur desain jalan diambil selama 10 tahun. Ini merupakan standard biasa yang
dapat diterima dan dapat dipakai untuk pekerjaan konstruksi jalan dan
didasarkan pada keperluan untuk peningkatan atau pembangunan.
b. Standard Desain
Kelas rencana lalu lintas yang dipakai sedapat mungkin berpegang pada buku
peraturan standard Spesifikasi Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/1970
atau yang terbaru dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
b. Desain Perkerasan.
Desain struktur perkerasan yang fleksibel pada dasarnya ialah menentukan tebal
lapis perkerasan yang mempunyai sifat‐sifat mekanis yang telah ditetapkan
sedemikian sehingga menjamin bahwa tegangan‐tegangan dan regangan‐
regangan pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu lintas pada batas‐
batas tertentu dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut. Mempelajari
kemungkinan pemakaian type bahan perkerasan yang sesuai untuk suatu daerah
tertentu. Type perkerasan jalan yang diizinkan dalam pekerjaan ini adalah type‐
type yang sekarang dipakai di Direktorat Jenderal Bina Marga. Menganalisa hasil
disain sehingga diperoleh hasil disain yang optimal dan selalu memperhatikan
batasan‐batasan dalam biaya proyek.
b. Penentuan Biaya
1. Perkiraan Lembar Kerja.
Untuk menentukan harga satuan biaya konstruksi, perlu mulai dari prinsip‐
prinsip dasar dan mempersiapkan lembar kerja analisa biaya untuk setiap
kegiatan konstruksi dengan menggunakan biaya setempat yang telah
ditetapkan untuk bahan‐bahan dan tenaga kerja serta biaya kerja rata‐rata
nasional untuk plant (peralatan produksi) dan peralatan.
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai maka konsultan
harus menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis pekerjaan
berdasarkan faktor‐faktor seperti material, peralatan, tenaga kerja, pajak dan
keuntungan yang didapat dari keterangan‐keterangan daerah setempat.
Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan dengan Kegiatan‐
Kegiatan sebelumnya atau pekerjaan‐pekerjaan sejenis di daerah itu, bila
terjadi perbedaan maka harus dicari sebabnya dan diadakan penelitian
kembali hingga didapatkan harga yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
Biaya tenaga kerja dan buruh dapat berubah dari satu lokasi kabupaten ke
lokasi kabupaten lainnya. Untuk keperluan menaksir semua keperluan biaya
tenaga kerja yang digunakan harus mewakili biaya tenaga kerja rata‐rata
untuk kabupaten/kota. Untuk pekerjaan kontrak secara individu diperlukan
penyesuaian.
3. Biaya Bahan
Harga Plant (peralatan produksi) dan peralatan ditaksir dan dibuat standard
atas dasar nasional. Biaya tersebut akan mencakup :
1.7. PELAPORAN
b. Laporan akhir;
Berupa rangkuman kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian pelaksanaan
survey, foto dokumentasi, analisa/ pengolahan data, perhitungan
perencanaan beserta rumus‐rumus dan asumsi yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Pada laporan ini juga tersaji hasil akhir berupa
gambar perencanaan detail, rencana volune pekerjaaan, rencana anggaran
biaya dan rencana kebutuhan lahan yang telah disetujui oleh pemberi
pekerjaan. Laporan akhir wajib disampaikan pada masa akhir pekerjaan
sebanyak 3 (tiga) buah laporan.
c. CD Laporan
Seluruh hasil kajian dalam bentuk laporan pendahuluan, laporan akhir dan
peta wilayah kajian direkam dalam cakram pemutar/CD sebanyak 3 (tiga)
buah.
BAB
II
GAMBARAN WILAYAH STUDY
1.2. ADMINISTRASI
Sumber Peta : Laporan Akhir RTRW Kota Tangerang Selatan, Tahun 2016
Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai
Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Kota
Tangerang Selatan yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan
timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah
penyangga provinsi DKI Jakarta. Selain itu, wilayah ini juga menjadi daerah perlintasan
yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa
Barat. Batas administratif Kota Tangerang Selatan sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang
Sebelah timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang
Selatan
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
Tabel. 1
Luas Daerah
No Kecamatan Persentase Terhadap Luas Kota (%)
(Hektar)
Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah
Kecamatan Setu dengan luas 1.480 hektar atau 10,06%.
Berdasarkan Buku Profil Tangerang Selatan (2010), sebagian besar wilayah Kota
Tangerang Selatan merupakan dataran rendah, dengan topografi yang relatif datar
dengan kemiringan rata‐rata 0 – 3%, sedangkan ketinggian wilayah antara 0 – 25 m dpl (di
atas permukaan laut). Untuk kemiringan garis besarnya terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu
:
Kemiringan antara 0 – 3% meliputi Kecamatan Ciputat, kecamatan Ciputat Timur,
Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara.
Kemiringan antara 3 – 8% meliputi Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu.
Pada umumnya, kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Adapun
pada beberapa Kecamatan terdapat lahan yang bergelombang seperti di perbatasan
antara Kecamatan Setu dan kecamatan Pamulang serta sebagian di kecamatan Ciputat
Timur.
Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri
dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berdasarkan klasifikasi
dari United Soil Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau
workability yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh
karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.
Secara umum wilayah Kota Tangerang Selatan di bagian utara merupakan daerah
dataran tinggi, sedangkan dibagian selatan merupakan daerah perbukitan bergelombang
lemah.
Berdasarkan atas elevasi atau ketinggian garis kontur, maka bentang alam daerah
Tangerang Selatan dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan
bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50‐140 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan data RTRW Kota Tangerang Selatan (Anonimous, 2000), sebagian besar
wilayah Kota Tangerang Selatan memiliki kemiringan lereng kurang dari 15% .
Satuan Batuan Gunung api Mucla (Qv): tuf halus berlapis, tuf pasiran
Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan
dengan kemiringan lapisan yang hampir datar, Berta sesar menclatar yang diperkirakan
berarah utara‐selayan (Anonimous, 2010).
Dewasa ini air tanah masih merupakan sumber utama untuk kepentingan
air bersih bagi daerah Tangerang Selatan dan sekitarnya. Reservoir air tanah
terdapat pada batuan tersier dan kwarter. Endapan kwarter dan endapan tersier
vulkanik menjari/ bersilang jari/ interfingering dengan endapan kwarter sungai/delta.
Akuifer air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 0‐20 m dari permukaan tanah,
bersifat preatik. Kedalaman air tanah yang terbesar mengandung air tanah ini
merupakan air tanah semi tak tertekan sampai tertekan. Air tanah dalam
dengan tekanan artesis terdapat di daerah pantai dan di bagian tengah daerah
telitian ke arah timur, diperkirakan hingga kedalaman 270 m. Arah aliran air tanah
adalah ke utara sesuai dengan arah umum sistem drainase.
Intensitas sinar matahari rata‐rata 55,5%. Kelembaban udara disajikan pada Tabel 2.2.
Temperatur udara berkisar antara 27,2 º C hinggá 28,3 º C. Temperatur terdingin terjadi
pada bulan Februari, sedangkan temperatur terpanas terjadi pada bulan Oktober.
Temperatur udara rata‐rata tahunan adalah sekitar 27,30 º C. Kelembaban udara berkisar
antara 60% hingga 56,75%. Kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Febuari,
sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Juli. Kelembaban udara rata‐rata
adalah sekitar 55,5%.
Februari 86 10
Maret 83 50
April 81 47
Mei 77 66
Juni 80 62
Juli 75 77
Agustus 77 61
September 75 59
Oktober 78 55
Nopember 75 59
Desember 79 63
Rata‐Rata/
79,10 55,5
Average
2008 78,30 60,00
2007 78,00 56,75
Nopember 36 19 25
Desember 33 25 24
a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari endapan
lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di jalur‐jalur sungai,
tingkat kesuburan sedang – tinggi.
sedang‐kurang bai k.
BAB III
INVENTARISASI DATA
3.1 Umum
Laporan hasil survey dan investigasi ini dibuat untuk mendukung laporan akhir yang
dapat memberi gambaran tentang hasil pengamatan dilapangan jika data sekunder tidak
ada atau kurang. Data data lapangan ini diperlukan untuk data dasar bagi perencanaan
simplified jalan dan drainase lingkungan, agar dapat menghasilkan perencanaan yang
efisien, tepat guna dan murah.
Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk dapat mencapai sasaran berupa
perencanan yang terfokus pada perencanaan jalan dan drainase lingkungan yang harus
dapat mendukung pengembangan kawasan sekitar dan mengurangi resiko bencana
kecelakaan di kawasan Kota Tangerang Selatan, terutama didaerah Kelurahan Paku Alam
dan Kelurahan Pakulonan.
Survey lapangan yang dilakukan terdiri dari beberapa bidang keilmuan, yaitu:
a. Survey Topografi,
b. Survey Hidrologi
c. Survey Utilitas
3.2.3. Keluaran
Laporan mengenai jenis survey detail berikutnya yang harus dilaksanakan, yang
mengutarakan antara lain lokasi survey dan cakupan yang diperlukan. Diagram strip
longitudinal, mulai dari titik awal ruas sampai dengan titik akhir ruas, yang memuat
gambaran:
i. Kondisi perkerasan, termasuk jenis‐jenis kerusakan yang terjadi
ii. Lokasi dan kondisi jembatan dan bangunan‐bangunan struktur lainnya
seperti misalnya sungai, danau, laut, lembah, jurang, bukit, gunung, dan
sebagainya
v. Lokasi bangunan‐bangunan tertentu sepanjang ruas jalan yang diperkirakan dapat
3.3.1. Tujuan
Sasaran kegiatan ini adalah pengumpulan data secara umum menyangkut fitur‐fitur
utama dan bangunan‐bangunan struktur utama pada ruas jalan yang sedang akan
didisain, dan melengkapi hasil Survey Pendahuluan yang sudah dilaksanakan, sebagai
bahan masukan untuk perencanaan survey detail yang akan dilakukan berikutnya.
h. rompi yang berwarna kontras dan reflektif dengan jumlah yang cukup untuk
seluruh petugas survei;
i. kendaraan roda empat yang dilengkapi dengan odometer yang telah dikalibrasi
serta dilengkapi dengan lampu peringatan (lampu rotary) dan rambu‐rambu
pengaman.
A. Pemasangan patok‐patok
Patok‐patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x55 cm atau pipa
paralon ukuran 4 inchi yang diisi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang
pole dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.
Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas tanah
setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang, notasi dan nomor BM
dengan wama hitam. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo
sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang
cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang‐kurangnya
50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku,
ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat wama
kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.
Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok
diberi tanda‐tanda khusus.
Pada lokasi‐lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya di
atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik‐titik
poligon dan sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan
diberi nomor.
B. Pengukuran titik kontrol horizontal
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan
semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur dengan
meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Sudut‐sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca
dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang
setingkat.
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan
untuk setiap interval + 1 km di sepanjang base yang diukur. Apabila
pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS
Portable (Global Positioning System). Setiap pengamatan matahari harus
dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa).
D. Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup semua
obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur
pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan
sebagainya.
Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada
lokasi‐lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah
ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
E. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan persyaratan seperti pada
tabel berikut:
3.4.3. Persyaratan
Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa
dan dikoreksi sebagai berikut:
a. Pemeriksaan theodolit:
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
Sumbu II tegak lums sumbu I
Garis bidik tegak lurus sumbu II
Kesalahan kolimasi horizontal = 0
Kesalahan indeks vertikal = 0
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan
dalam laporan.
3.4.5. Perhitungan
Perhitungan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang
satu dengan pengamatan berikutnya.
Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata‐rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang
lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0.5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan
beda tingginya
Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik
pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris
Keluaran
Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan dan 1 :
500 untuk jembatan.
Garis‐garis grid dibuat setiap 10 Cm.
Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan
ordinat (y)‐nya.
Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1 meter panjang gambar harus
dicantumkan petunjuk arah Utara.
Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak
boleh dilakukan secara grafis.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z‐nya dan diberi tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang
melintang harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk
gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.
BAB
IV
KRITERIA DESAIN
1. beraspal, beton 2% ‐ 3%
2. Japat 4% ‐ 6%
3. Kerikil 3% ‐ 6%
4. Tanah 4% ‐ 6%
Gambar 4‐1. Kemiringan pada daerah jalan yang datar dan lurus
BAB V
ANALISA PERENCANAAN
5.1 UMUM
Seiring dengan pertumbuhan perkotaan di Kota Tangerang Selatan yang amat pesat,
permasalahan jalan dan drainase lingkungan semakin meningkat pula. Pada umumnya
penangananan jalan dan drainase lingkungan di banyak kota di Indonesia masih bersifat
parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan kelayakan Jalan dan kelebihan
kenyamanan secara tuntas. Pengelolaan jalan dan drainase perkotaan harus dilaksanakan
secara menyeluruh, dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi, operasional dan
pemeliharaan, dimana konstruksi sarana dan prasarana tersebut harus kuat dan mampu
menahan daya rusak sehingga diperlukan konstruksi seperti paving blok, beton untuk
jalan. Disamping itu sarana dan prasarana yang akan direncanakan harus memperhatikan
kondisi tanah dan kapasitaas beban yang akan ditampung agar sarana dan prasarana
yang ada di sepanjang jalan tersebut dapat bertahan dan akan memberikan rasa aman
terhadap konstruksi dan kondisi sekitar Jalan lingkungan.
Perhitungan teknis diperlukan untuk mengetahui kemampuan dan daya dukung sarana
dan prasarana yang dapat/harus ditampung oleh Jalan tersebut agar konstruksi yang akan
dibuat harus bisa menahan bebang berupa lalulintas maupun aliran air hujan yang lewat.
Laston Lapis Pondasi (Asphalt Concrete‐ Base atau AC‐Base). Menurut Departemen
Pekerjaan Umum (1983) Laston Atas atau lapisan pondasi atas (AC‐ Base) merupakan
pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan
tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini terletak di bawah
lapis pengikat (AC‐ BC), perkerasan tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca,
tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui
roda kendaraan. Lapis Pondasi (AC‐ Base) berfungsi untuk memberi dukungan lapis
permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan beban
konstruksi jalan di bawahnya (sub grade).
1. Pastikan Request Pekerjaan Aspal telah tersedia, berikut hasil pengecekan formula
disain (DMF) dan formula rumusan kerja (JMF.
2. Cek stock Asmin cukup untuk produksi, dan di panaskan pada suhu yang
memadai.
3. Cek Stock Additif cukup untuk produksi (2a).
4. Additif ditakar sesuai kebutuhan produksi (JMF) (2b).
5. Jika menggunakan modifikasi asbuton Stock Asbuton harus pada kemasan,
dengan jumlah yang mencukupi untuk produksi saat itu
6. Suplai Asbuton ke Filler Bin dengan jumlah kg / Menit sesuai kebutuhan, dan
hindari over suplai Rujuk hasil kalibrasi. (3a)
7. Jumlah Asbuton butir harus sesuai kebutuhan berdasarkan RCK (JMF) (3b).
8. Suplai aggregate pada masing‐masing Cold Bin harus sesuai dengan kalibrasi Cold
Bin, untuk mencegah penyimpangan gradasi dan overflow (4)
9. Filler ditakar sesuai kebutuhan prosuksi (JMF). (4a)
10. Pemanasan aggregate pada Drier harus memenuhi, untuk mendapatkan suhu
campuran yang di syaratkan. (5)
11. Jumlah berat aggregate masing masing Hot Bin sesuai dengan RCK (JMF) yang
telah disetujui. (6)
12. Pencampuran aggregate dengan waktu yang cukup untuk mendapatkan
homogenitas yang baik. (7)
13. Timbang Asmin sesuai jumlah kebutuhan, rujuk RCK (JMF). (8)
14. Tuang Asbuton pada campuran aggregate (campuran kering). (9)
15. Catat waktu pencampuran Asmin+Additif pada aggregate. (10)
16. Loading ke DT, gunakan DT yg telah ditimbang(12) ambil sample untuk Marshal
tes (15)
17. Timbang DT Kosong. (12)
18. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan,
jika tidak memenuhi, maka lakukan rekomendasi penolakan dan buang produk ).
(13)
19. Hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan (13), yang
direkomendasikan untuk Diangkut kelokasi penghamparan. (14)
20. Ambil Sampel (Marshal Tes). (15)
1. Persiapan
Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter
toleransi masing‐masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan binder dan 6
mm untuk lapisanPondasi.
8. Pemadatan awal (Breakdown Rolling)
Suhu pemadatan awal antara 125OC‐145OC (Aspal Pen), dan 130OC‐
150OC (Asbuton Murni atau Modifikasi)
Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem
Roller).
Roda penggerak saat pemadatan berada didepan.
Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat
sambungan memanjang sebagai media sepanjang (60‐100) cm lebar gilasan 15 cm
pada campuran yg belum dipadatkan, lalu padatkan sambungan melintang
dengan lebar area 15 cm yg dipa datkan.
Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan.
Prosedur Pemadatan ;
Jika lajur berdampingan dengan lajur lain yg telah dihampar padat.
Pemadatan sambungan melintang.
Pemadatan sambungan memanjang.
Pemadatan tepi luar.
Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju
ke yang lebih tinggi.
Pemadatan kedua sesuai prosedur (4).
Pemadatan akhir Break Down Rolling.
Jika lajur tidak berdampingan dengan lajur lain.
Pemadatan sambungan melintang.
Pemadatan tepi luar.
Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju
ke yang lebih tinggi.
Pemadatan kedua sesuai prosedur (3).
Pemadatan akhir Break Down Rolling.
9. Pemadatan antara (Intermediate Rolling)
Suhu pemadatan antara 90 C‐125 C untuk Aspal Pen dan 95 C‐130 C untuk
bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan instruksi direksi.
Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller (PTR)
Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang
disetujui.
Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang
dicampur sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan.
Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam.
Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.
Metode pelaksanaan jalan paving terdiri atas pekerjaan‐pekerjaan yang saling terangkai
satu sama lain. Dimulai dari tahap persiapan awal, pekerjaan tanah, perkerasan jalan,
sampai dengan pekerjaan akhir. Semua langkah kerja ini harus dilaksanakan dengan
benar untuk dapat menghasilkan jalan paving yang berkualitas terbaik.
Persiapan Awal
Sebelum proses pembuatan jalan paving dilakukan, Anda perlu membersihkan dan
mengamankan area kerja terlebih dahulu agar proses penyetelan lapangannya lebih
mudah. Kemudian lakukan pengukuran lokasi untuk menentukan tata letak area kerja
yang dilanjutkan dengan pemasangan patok pembatas. Setelah itu, periksa
kelengkapan material bahan bangunan yang akan dipakai untuk membuat jalan paving
ini. Disarankan pula untuk mengambil foto area kerja dari keempat arah mata angin
sebagai dokumentasi.
Pekerjaan Tanah
Hamparkan pudel sedemikian rupa untuk menormalisasikan kondisi jalan, lalu padatkan
dengan mesin wales bertenaga 6‐8 ton. Buatlah galian tanah sebagai tempat untuk
memasang kanstin, kemudian pasang kanstin tersebut dengan benar. Langkah berikutnya
siramlah lapisan urugan pasir setebal 5 cm yang ada di bawah paving dengan
menggunakan air secukupnya supaya timbunannya kian memadat.
Perkerasan Jalan
Anda bisa memakai bahan baku berupa paving block K‐300 yang memiliki ketebalan 8 cm
untuk membuat jalan. Paving‐paving tersebut lantas dipasang menggunakan metode
tertentu untuk menghasilkan jalan yang memiliki susunan yang rapi. Jangan lupa untuk
memotret gambar pelaksanaan pembuatan jalan paving ini sebagai dokumentasi. Proses
selanjutnya ialah pekerjaan pembangunan jalan yang mempunyai lebar bervariatif.
Setelah itu, kerjakan pula pemadatan jalan paving memakai mesin pemadat.
Pekerjaan Akhir
Setelah tahap‐tahap pelaksanaan pekerjaan jalan paving ini telah selesai, area kerja
tersebut perlu dibersihkan terutama dari sisa‐sisa material yang tidak terpakai. Semua
alat‐alat kerja juga perlu dicek kelengkapannya, dibersihkan, lalu disimpan kembali di
tempat yang aman. Potret beberapa foto yang memuat hasil pekerjaan jalan paving ini
dari berbagai sisi pengambilan. Terakhir, bersama dengan petugas pemantau, Anda bisa
melaksanakan pemeriksaan lapangan secara menyeluruh.
Hal ini umumnya sulit ditemui di jenis jalan aspal terutama untuk jenis jalan kecil selain
jalan utama antar kota. Namun dengan adanya jenis jalan beton, kenyaman berkendara
tersebut bisa Anda dapatkan.
Jalan beton memiliki tingkat kekerasan yang lebih baik dibandingkan jenis jalan aspal dan
jarang sekali mengalami kerusakan. Dengan proses pembuatan jalan beton yang lebih
rumit tentunya juga harus menghasilkan jalan dengan kualitas yang baik.
Setelah beton sudah dicor maka tutup kembali menggunakan plastik ataupun karung goni
pada permukaannya. Hal ini bertujuan agar proses pengerasan dapat terbentuk dengan
sempurna, setelah mengeras biasanya beton masih mempunyai gundukan‐gundukan
kecil. Karenanya diperlukan proses perlukaan untuk menghaluskan dan meratakannya
agar jalan lebih nyaman dilalui.
Proses pengecoran ini akan berjalan dengan sempurna bila dilakukan pada cuaca yang
cerah. Tentu dengan cuaca yang cerah maka beton akan lebih cepat kering dan
perkerasannya akan maksimal.