Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUBUNGAN ANTAR AGAMA

Tentang
Tuhan, Nabi, dan Kitab suci menurut Agama-Agama

Disusun Oleh :
Dresmon Saputra 1815030028
Dany Fadhlur Rahman 1815030023
Ocha Deviana 1815030009
Cici Rahmi 1815030032
Hanita Shavira F.L 1815030015

Dosen Pengampu :

Faisal, M.Ag

PRODI STUDI AGAMA - AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1440 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha menguasai seluruh alam semesta beserta
isinya. Maha berkehendak atas segala sesuatu dan telah menjadikan manusia sebaik – baik
ciptaan yang diberikan akal untuk berfikir. Rasa syukur kami ucapkan karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Beliau telah berjuang mengubah kehidupan manusia dari alam kebodohan menuju
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang. Ucapkan terima kasih
pemakalah sampaikan kepada dosen pembimbing, dan teman-teman yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini, baik dalam bentuk materi maupun non- materi.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih Lintas Agama”.
Namun kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan
baik dari segi isi maupun penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
bisa menambah wawasan kita.

Padang, 20 Oktober 2020

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

Peran agama yang ada di Indonesia dengan konsep keharmonisan dan toleransi yang
berasal dari kitab sucinya masing-masing, seperti agama Islam, Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Budha Konghucu, makna “agama” memang cukup beragam, diantaranya memaknai
”agama” yang berasal dari bahasa Sangsekerta mempunyai beberapa arti. Satu pendapat
mengatakan bahwa agama berasal dari dua kata, yaitu a dan gam yang berarti a = tidak kacau
(teratur) Beberapa definisi agama secara terminologi, diantaranya Menurut Departemen
Agama, pada masa Presiden Soekarno pernah diusulkan definisi agama adalah jalan hidup
dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berpedoman pada kitab suci dan
dipimpin oleh seorang nabi.

Ada empat hal yang harus ada dalam definisi agama, yakni: Agama merupakan jalan
hidup dan agama-agama mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Agama
harus mempunyai kitab suci (wahyu) Agama harus dipimpin oleh seorang Nabi dan Rasul.
Mengenai berbagai macam agama yang tumbuh dan berkembang, perlu untuk menyimak
proses pemunculan lima agama resmi yang diakui oleh pemerintah sejak pemerintahan Orde
baru, yaitu: Agama Hindu, Buddha, Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Eksistensi kelima
agama besar tersebut tertuang dalam undang-undang nomor 1/PNPS tahun 1965 yang
merupakan penganut dari penempatan Presiden nomor 1 tahun 1965.

Bahwasannya agama ini dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

1) official Religion, yaitu agama yang memperoleh pengakuan (legitimasi) dari pemerintah
untuk hidup dan berkembang di Indonesia. Agama yang dalam kategori ini adalah Hindu,
Budha, Islam, Kristen Protestan, dan Katolik.

2) No-official religion, yaitu selain kelima agama di atas yang terdapat di Indonesia, namun
oleh pemerintah tidak dianggap sebagai agama tersendiri tetapi dipandang sebagai aliran atau
cabang dari kelima agama di atas.

Agama bisa memecahkan problem bangsa dengan melalui caranya masing-masing


seperti melalui dialog antar agama. Dengan fungsi integratif sebagai pemersatu dan
disintegrative sebagai pengontrol kebijakan kekuasaan atau pemerintah yang menyimpang,
serta ikut berperan mewujudkan adanya civil society, yaitu masyarakat yang sopan dan
toleran terhadap satu sama lain, yang mengatur diri sendiri melalui berbagai lembaga, tanpa
campur tangan pemerintah, dan yang bebas dari pelaksanaan, ancaman dan kekerasan militer.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Agama, Nabi, Kitab suci Menurut Agama-Agama.

Konsep ketuhanan atau teologi, sebagai suatu yang penting untuk dipahami dan
menjadi pegangan hidup umatnya, seperti yang terdapat dalam agama Buddha. Dalam
sejarah, Agama Buddha lahir dimulai dari pengalaman seorang putra raja Sudhodana
(kerajaan sakya) yang bernama Sidharta Gautama. Ia merasa tidak puas menyaksikan
kenyataan-kenyataan hidup yang dialami oleh manusia, pertama ia melihat seorang laki-laki
tua yang lemah dan menyaksikan betapa usia tua itu menghancurkan ingatan, keindahan, dan
keperkasaan. Ia tidak pernah bertemu orang tua sebelumnya. Kedua ia melihat orang cacat
yang tersiksa, ia merasa terkejut melihat penderitaan demikian dan bergetar. Ia tidak pernah
mengalami hal yang seperti ia lihat. Ketiga ia melihat orang yang sedang menangis dalam
duka dan prosesi pemakaman dan perasaannya terganggu oleh suasana penderitaan karena
kematian. Keempat ia melihat seorang suci sedang mengembara, dengan rasa puas dan
gembira, berjalan berkeliling dengan mangkok derma di tangannya. Hal-hal itu mendorong
Sidharta Gautama untuk hidup meninggalkan kemewahan istana, mencari petunjuk dari Yang
Maha Kuasa.

Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu.

Antara Lain:

a) Agama Islam

Tuhan adalah Allah, Esa, Ahad, Ia merupakan diri-Nya sendiri tunggal dalam sifatnya
maupun fa’alnya. Dia unsur yang berdiri sendiri tidak berbilang tidak bergantung pada
siapa-siapa melainkan ciptaan-Nyalah yang bergantung pada-Nya seperti malaikat,
manusia, iblis, jin, hewan, benda mati, cair, gas, padat, cahaya dan sebagainya adalah
ciptaan. Dialah Sang pencipta Sang Kholik, semua makhluk berdo’a meminta kepada-
Nya, hidup matinya tergantung kepada-Nya, tidak ada makhluk yang tidak tergantung
kepada-Nya demikian juga manusia sejak zaman Adam hingga Muhammad.

b) Agama Kristen

Tuhan terdapat tiga oknum; yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Tuhan itu Tri
Tunggal tetapi hakikatnya satu.

c) Agama Hindu

Tuhan adalah Brahman yang merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak
berakhir. Ia adalah sang pencipta sekaligus pelebur alam semesta, Ia berada di mana-mana
dan mengisi seluruh alam semesta merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di
dunia, Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali.

Konsep Nabi, Figur-figur para nabi yang disebutkan dalam al-Qur’an maupun Bibel,
akan ditemukan bahwa kedua sumber tersebut memiliki kemiripan, baik dalam hal nama,
tempat-tempat ataupun kisah hidup mereka. Kemiripan ini dimaklumi, karena Yahudi,
Kristen dan Islam memiliki akar sejarah yang sama dan sering digolongkan sebagai ”agama
semitik”. Namun, menyangkut detail yang lebih spesifik, akan tampak perbedaan-
perbedaannya. Salah satunya adalah konsep tentang nabi. Nabi dalam pandangan Kristen
adalah orang yang dekat dengan Tuhan, berkomunikasi dengan Tuhan dan menyampaikan
pesan-pesan Tuhan. Nabi adalah seorang manusia, yang mana pada dirinya terdapat dosa asal
semenjak kelahirannya. Sehingga meskipun seorang nabi berkomunikasi dengan Tuhan, ia
tidaklah harus memiliki kesempurnaan moral-spiritual. 1Berbeda dengan pandangan Kristen,
dalam pandangan Islam, manusia pada asalnya adalah suci. Kemudian setan menyesatkan
manusia dari jalan yang benar. Maka Allah mengutus para nabi untuk menyampaikan pesan
wahyu-Nya kepada manusia dan membimbing manusia ke jalan kebenaran. Konsekuensi
logis dari keteladanan seorang nabi, adalah keharusan memiliki sifat-sifat keimanan,
ketakwaan, moralitas, dan kejeniusan yang sempurna. Melalui komunikasi wahyu yang ia
terima, seorang nabi juga mendapat bimbingan Allah secara langsung. Di sinilah konsep
Ishmah (perlindungan Allah untuk menjaga nabi-Nya dari berbuat dosa) menjadi logis.
Sebagai sebuah blue print (perencanaan) Ilahi, perlindungan Allah bahkan berlangsung sejak
”calon” nabi masih belum dewasa dan belum diangkat sebagai nabi. Track record seorang
nabi adalah sejak kecil ia tidak pernah menyembah atau beribadah kepada berhala, juga tidak
pernah menentang apalagi memerangi nabi-nabi Allah yang diutus sebelumnya.

Konsep kenabian menurut agama-agama besar di dunia serta mengupas pendapat


Muhammad Abduh, Rasyid Ridho dalam kitab Tafsir al-Manar dan Ahmad Musthafa bin
Muhammad bin Abdul Mun’im al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi. Hal menarik yang ada
di dalam pembahasan ini adalah ketiga ulama tersebut membuka batasan-batasan atas
pengertian kenabian dalam pandangan umat Islam. Seperti dalam Tafsir al-Manar yang
menyebutkan Hindu, Budha, Zoroaster, Konfusius (Konghucu) dll, sebagai Ahlul Kitab yang
artinya didalam agama-agama tersebut terdapat Nabi dan Rasul untuk menyampaikan firman
Tuhan kepada umat manusia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research). Semua data
tentang Kenabian dan Kerasulan dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan metode
pengolahan muqoranah (perbandingan) dengan beberapa kitab tafsir dan membandingkan
konsep kenabian antar agama. Penelitian ini menemukan bahwasanya di setiap agama yang
sudah penulis teliti, yaitu: Yahudi, Kristen, Zoroaster, Hindu dan Budha memiliki Rasul dan
Nabi untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan berupa kitab suci yang membimbing segenap
manusia untuk meniti jalan kebaikan dalam ketaatan pada Tuhan. Kenabian di antara Islam
dan kelima agam tersebut memiliki kesamaan dalam menyampaikan pesan-pesan kebajikan
dan keesaan Tuhan. Artinya, setiap Nabi dalam agama-agama di atas sudah jelas bahwa
mereka telah menerima wahyu dari Tuhan

Penjelasan mengenai konsep Nabi

a) Pandangan Kristen, dijelaskan oleh H. Rothlisberger dalam karyanya Firman-Ku


Seperti Api Para Nabi Israel. Rothlisberger memberikan gambaran profesi dan tugas
seorang nabi dalam teologi Kristen. Agak mirip dengan yang dilakukan Rothlisberger,
John Drane dalam karyanya Memahami Perjanjian Baru; Pengantar Historis-Teologis.
Namun Drane lebih menekankan penjelasan konsep Nabi dalam perspektif Perjanjian
Baru.
b) Konsep Nabi dalam Islam, ditelusuri dalam tulisan Abdul Hadi Awang dalam buku
Beriman Kepada Rasul. Murtadha Muthahhari dalam bukunya Falsafah Kenabian
sangat membantu Peneliti, demikian juga pembahasan konsep Nabi yang ditulis oleh
Dr. Anis Malik Thoha sangat baik dan terasa lebih utuh.
Konsep Kitab Suci Bagi umat Kristen umumnya, Al-Kitab (Perjanjian Baru dan
Perjanjian Lama) adalah kitab suci. Bagi umat Hindu umumnya, Kitab Weda, Upanishads,
dan Bagawad Gita, antara lain, adalah kitab suci. Kitab-kitab ini menjadi suci melalui proses
sejarah dan sosiologis manusia. Cara pandang sejarah dan sosiologis memandang kitab suci
berbeda dengan cara pandang teologis atau keyakinan metafisik bahwa kitab suci menjadi
suci karena ia wahyu dari Kekuatan Ilahi, kekuatan super-alami di luar kemampuan manusia.
Cara pandang sejarah, sosiologis, dan komparatif penting dan bermanfaat sebagai
penyeimbang bagi keyakinan terhadap satu kitab yang sudah dan sedang diyakini
kebenarannya, namun pada saat yang sama menganggap rendah kitab-kitab lain yang diyakini
suci oleh komunitas-komunitas agama lain. Konsep “Firman Tuhan”, untuk menunjuk al-
Qur’an, Bibel, Tanakh, dan sebagainya, lahir dalam konteks iman di atas. Dalam buku al-
Wahyu al-Muhammadiy, cendekiawan yang wafat di Mesir tahun 1935.

a) Al-Qur’an sebagai scripture, dipahami sebagai kitab atau tulisan, dan bacaan
(Karena itu salah satu namanya al-Qur’an). Kitab suci tidak sekadar teks atau
tulisan tapi juga bersifat lisan, oral, atau ucapan. Dimensi oral kitab suci dibahas
sarjana lain William A. Graham dalam bukunya Beyond the Written Word, Bukan
Sekadar Kata Tertulis. Menurut Graham, kitab suci adalah konsep hubungan:
hubungan antara manusia-manusia dan teks atau kitab tertentu.

b) Bible Tradisi menulis memiliki peran sangat penting dalam pembentukan kitab
menjadi kitab dan kitab suci. Hanya saja, banyak kitab suci awalnya adalah tradisi
lisan sekelompok masyarakat tertentu, lalu kemudian dituliskan di benda-benda
yang ada dan menjadi teks tertulis, sehingga menjadi lestari.

Kitab suci juga memiliki berbagai dimensi diantaranya pikiran, rasa, dan bentuk fisik.
Membaca kitab suci sebagai obyek bacaan melibatkan akal dan rasa manusia. Membaca
secara keras atau membaca dalam hati atau lembut, bahkan menghapal ayat-ayat melibatkan
pikiran dan rasa. Dimensi moral ini sejak awal hingga kemudian menjadi bagian tak
terpisahkan dari kitab-kitab suci yang ada. Belajar tentang kitab-kitab suci membawa banyak
faedah. Kitab suci menjadi sumber bagi ajaran-ajaran agama-agama, sumber ritual atau
ibadah, dan bahkan pemikiran dan praktik keluarga, sosial, ekonomi, dan bahkan politik.
Kitab suci adalah dokumen tertulis yang tertua dan otoritatif dalam masing-masing agama.
Kitab-kitab suci itu juga berlaku sebagai simbol sakral bagi mereka yang meyakininya.
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai