PEMILIK BLOG
CONTACT
Asep Hidayat
Lihat profil lengkapku
HOME
MATERI CERAMAH
MATERI KULTUM
KHUTBAH JUM'AT
KHUTBAH IED
MATERI KULTUM RAMADHAN
NIKAH ITU INDAH
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan-pasangan kami, dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertakwa” (QS Al
Furqan:74)
Ya Allah tentramkanlah antara kedua mempelai iniseperti engkau tentramkan antara Nabi Adam
dan Hawa, Yusuf dan Zulaikha, junjungan kami Nabi Muhammad dab Khadijah (Al Kubra)
“Ya Allah panjangkanlah umur kami, teguhkanlah iman kami, bagusi amal perbuatan kami,
lapangkan rizki kami, dekatkan kami menuju kebaikan, jauhkan kami dari keburukan, kabulkan
hajat kami yang mendatangkan ridho-Mu dan kebajikan. Semoga Allah melimpahkan shalawat
dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.” (Doa Walimatul Ursy)
Dalam Hadist Tarmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda : “Tiga golongan
yang berhak ditolong oleh Allah, yakni pejuang di jalan Allah, mukatib (budak yang membeli
dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya dan orang menikah karena mau menjauhkan
dirinya dari yang haram.”
Pernikahan atau perkawinan dalam pandangan Islam bukan hanya merupakan bentuk
formalisasi hubungan suami istri atau pemenuhan kebutuhan fitrah insani semata, tetapi lebih dari
itu, merupakan amal ibadah yang disyariatkan. Meskipun upacara yang sakral itu tidak bisa
dipisahkan dari statusnya sebagai ibadah, namun dalam pelaksanaannya seringkali tampil dalam
tata cara yang berbeda-beda, bahkan cenderung didominasi adat istiadat setempat yang merusak
nilai ibadah itu sendiri.
Adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memahami seluruh aspek
peribadatan dalam Islam, khususnya dalam masalah pernikahan. Apa pula hikmah dan rahasia
dibaliknya serta bagaimana etika penyelenggaraan pernikahan itu, Insya Allah akan diberkati
Allah Azza Wa Jalla, disamping terbebas dari aktivitas yang menyimpang dari ajaran Islam.
Dikatakan sebagai fitrah karena secara jelas Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan nikah
sebagai perintah yang harus dilaksanakan seperti termaktub dalam Al-Quran dan Sunah:
“Maka nikahilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang
saja…” (QS. An Nisa: 3)
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-Mu yang telah menciptakanmu dan
menjadikan materi daripadanya dan daripada keduanya berkembang biak laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu saling meminta dengan nama-Nya dan
takutlah (akan memutuskan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah mengawasi kamu”. (QS An
Nisa:1)
Lebih tegas diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepada kaum muda yang sudah memiliki
kesiapan, hendaknya segera menikah tanpa harus banyak berfikir-fikir dan menunggu-nuggu,
karena nikah itu perbuatan yang mulia dan disukai oleh Al-Khaliq. Bahkan beliau mengingatkan
amal yang terpuji ini merupakan sebagian dari kesempurnaan pelaksanaan Dien. Jadi barangsiapa
yang belum menunaikan nikah berarti ia belum mampu melaksanakan Dien secara sempurna,
sabda Rasulullah SAW.
اع ِمْن ُك ُم ِ الش ب
ْ اب َم ِن
َ َاس تَط
ِ
َ َّ يَا َم ْع َش َر:ال َر ُس ْو ُل اهلل ص َ ََع ِن ابْ ِن َم ْس عُ ْو ٍد ق
َ َ ق:ال
ِ ِ َّ ِ و من مَل يس ت ِطع َفعلَي ِه ب.ض لِْلبص ِر و اَحصن لِْل َف ر ِج ِ
ُالص ْوم فَانَّه ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُّ فَانَّهُ اَ َغ،اْلبَاءَ َة َف ْليََتَز َّو ْج
اجلماعة.ٌجاء َ لَهُ ِو
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah mampu menikah, hendaklah ia
nikah. Sesungguhnya dengan demikian akan lebih menundukkan pandangan mata dan lebih
leluasa menjaga kemaluannya. Barang siapa yang tidak sanggup, maka sebaiknya berpuasa saja.
Sesungguhnya ia akan menciptakan keseimbangan.” (HR. Muslim)
ف ِ ِ ِ ِ
َ ص
ْ اس تَ ْك َم َل ن
ْ ا َذا َت َز َّو َج اْ َلعْب ُد َف َق د:ال َر ُس ْو ُل اهلل صَ َق ،و ىف رواي ة ال بيهقى
.ف اْلبَاقِى
ِ ِّص
ْ َف ْليَت َِّق اهللَ ىِف الن،الدِّيْ ِن
“Manakala seseorang telah beristri, telah menyempurnakan separuh Dien, maka tekutlah
kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lain”. (HR. Baihaqi)
Tujuan Nikah
Sesungguhnya hubungan kasih saying antara pria dan wanita merupakan masalah urgen
yang harus ditata. Dan lembaga pernikahan merupakan aturan yang mesti dipatuhi oleh setiap
muslim. Pernikahan dalam Islam bukan sekedar sarana formalisasi kebutuhan biologis, lebih dari
itu adalah untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta upaya melestarikan
kekhalifahan manusia di muka bumi sebagai amanat suci dengan menurunkan generasi yang sah,
baik dan berkualitas dari rumah tangga yang tertata menurut syariat. Rasulullah mencintai
ummatnya yang berketurunan banyak :
“Nikahlah, perbanyaklah keturunan. Sebab di hari kiamat kelak aku akan
membanggakan kalian dari ummat-ummat yang lain”.
Pernikahan juga akan mengantarkan manusia pada ketentraman, suasana sejuk yang
membebaskan diri dari kegelisahan dan rasa gundah gulana, bila perkawinan itu dilandasi syariat.
Sebaliknya, rumah tangga akan dapat menjadi sumber api yang dapat merembet ke aspek lain bila
lepas dari landasan syar’i.
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah
jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum:21)
Jika demikian tujuan pernikahan, yakni keluarga sakinah dalam lindungan rahmat-Nya,
sudah barang tentu kita tak mungkin melepaskan diri dari tuntutan syari’at-Nya.
Di zaman yang sedang dilanda krisis moral seperti sekarang ini banyak kalangan muda
yang tidak punya keberanian untuk menikah, mereka takut mendayung bahtera rumah tangga
dengan segala beban resikonya, ditambah orang tua yang kebanyakan tidak mau membantu anak-
anaknya pada langkah-langkah awal memasuki jenjang pernikahan.
“Jika kamu mampu mengurus anak dan istri maka nikahlah, bila tidak maka jangan buru-
buru nikah, nanti kamu akan sengsara”, dmeikian ungkapan yang sering dilontarkan. Padahal
sang anak sudah meningkat dewasa demikian pula dengan emosi seksualitasnya. Sesungguhnya
terjadi kenyataan yang tidak sinkron. Satu pihak kita menekan anak-anak muda untuk menunda
perkawinan dengan alasan belum cukup umur, belum mampu mengurus tetek bengek keluarga
namun di pihak lain membiarkan mereka dipermainkan oleh yang dahsyat lewat realita kultur
yang penuh maksiat, lewat koran, televisi, film, pertunjukan nyata, dan lain sebagainya.
Mampukah mereka bertahan, ataukah dibiarkan saja hingga menyerempet (atau sudah) ke
arah perbuatan zina? Sangat disesalkan bila mereka tidak berani menikah, yang sesungguhnya itu
merupakan ibadah, hanya karena takut menanggung resiko ekonomi, lalu melampiaskannya
dengan cara-cara yang tidak dianjurkan, yang justru mengeluarkan banyak biaya disamping dosa
besar. Allah SWT Yang Maha Pemurah menjanjikan bagi orang yang mau menikah :
“Hendaklah kamu mengawinkan orang-orang yang sendirian (belum menikah)
diantaramu dan orang-orang yang shaleh diantara hamba yang laki-laki dan perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memberi kekayaan kepada mereka dengan Karunia-Nya.
Allah Maha Luas (Karunia)-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur:32)
ADAB WALIMAH
(Resepsi Pernikahan Islami)
Karena pernikahan itu merupakan ibadah maka Islam mengatur pelaksanaan atau tata cara
pernikahan dan walimah (resepsi pernikahan) dengan cara-cara yang tidak boleh menyimpang
dari nilai Islam.
Dalam Islam, walimah dianjurkan utnuk diselenggerakan, betapa pun dalam bentuk yang
amat sederhana, hal ini merupakan formalisasi dari pernikahan agar khalayak mengetahui secara
resmi pernikahan itu, dengan demikian secara sosial akan menghilangkan hal-hal yang akan
mengarah pada fitnah.
Hadits Rasulullah SAW :
Dari Anas ra. Berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengadakan
walimah untuk istrinya seperti beliau mengadakan walimah untuk Zaenab, beliau
menyembelih seekor kambing”. (HR. Bukhari-Muslim)
Adapun acara walimah yang Islami harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Bertujuan untuk melaksanakan ibadah.
Tidak dibenarkan menyelenggarakan walimah didasari kepentingan-kepentingan selain mencari
ridho Allah. Harus dijauhkan dari bentuk upacara yang mengandung syirik seperti ada sesajian,
atau sejenisnya yang terpengaruh budaya atau adat, juga harus menghindari kecenderungan
bersikap riya’, yakni memamerkan kemewahan, kekayaan, kecantikan dan sejenisnya.
2. Menghindari kemaksiatan
Dalam Islam tidak dibenarkan sang pengantin dipertontonkan di depan umum. Adapun kehadiran
para tamu dimaksudkan agar turut memberikan ucapan selamat (doa) dan ikut memeriahkan.
Harus dihindari suasana campur baur antara undangan pria dan wanita, karena ini tidak
dibenarkan syari’at, Syariat melarang hubungan sosial dalam bentuk saling pandang, kontak,
bersentuhan antar lain jenis kecuali muhrimnya, dasar ini terambil dari firman Allah dan hadits
Rasulnya:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya serta
memelihara kemaluannya. Yang demikian ini adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahuai apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
3. Menghindari perbuatan mubadzir
Dalam acara walimah tidak dibenarkan adanya kemubadziran, pemborosan dalam biaya,
berlebihan dalam hidangan sehingga banyak makanan yang terbuang. Firman Allah :
“Sesungguhnya kemubadziran itu adalah saudaranya setan”.
4. Harus mengundang kaum fakir miskin
Rasulullah SAW bersabda :
“Makanan yang paling buruk adalah makanan dalam walimah, dimana orang-orang kaya
diundang makan sedangkan orang-orang miskin tidak diundang”. (HR. Bukhari – Baihaqi).
Izinkanlah kami menyampaikan amanat, pertama kepada saudara yang harus memikul
wasiat Nabi pada haji Wada”
Saudaraku, pagi ini dengan nikmat dan inayah Allah SWT, Anda sampai pada saat yang
paling indah, paling bahagia, tetapi paling mendebarkan dalam kehidupan Anda. Saat paling
indah, sebab mulai pagi ini cinta tidak hanya berbentuk impian dan khayalan. Saat yang paling
bahagia, sebab akhirnya Anda berhasil mendampingi wanita yang Anda cintai (Insya Allah). Saat
yang paling mendebarkan sebab mulai saat ini Anda memikul amanah Allah untuk menjadi
pemimpin keluarga.
Dahulu Anda adalah manusia bebas yang pergi sesuka Anda. Tatapi sejak pagi ini bial
Anda belum pulang juga sampai larut malam, di rumah ada seorang wanita yang tidak dapat tidur,
karena mencemaskan Anda. Kini, bila berhari-hari Anda tidak pulang tanpa berita, di kamar
Anda ada seorang wanita lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan airmata.
Dahulu bila Anda mendapat musibah, Anda hanya mendapat ucapan, ‘turut berduka cita’ dari
sahabat-sahabat Anda. Tetapi kini, seorang istri akan bersedia mengorbankan apa saja agar
meraih kembali kebahagiaan Anda. Sekarang Anda mempunyai kekasih yang diciptakan Allah
untuk berbagi suka dan duka dengan Anda.
Saudara, wanita yang duduk disisi Anda bukanlah segumpal daging yang dapat Anda
kerat semena-mena, dan bukan pula budak belian yang dapat Anda perlakukan sewenang-
wenang. Ia adalah wanita yang dianugerahkan oleh Allah untuk membuat hidup Anda lebih indah
dan lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah yang akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan-
Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu : Al
bagyu dan durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Turmudzi, Bukhori dan thabrani)
Al Bagyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat dzalim dan menganiaya orang lain.
Dan Al Bagyu yang paling dimurkai adalah berbuat dzalim kepada istri, menyakiti hatinya,
merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikan dalam mengambil
keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama Anda. Karena
itu Rasulullah SAW mengukur tinggi rendahnya martabat laki-laki dari cara ia bergaul dengan
istrinya, Nabi yang mulia bersabda :
“Tidak akan memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan
merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”.
Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia. Dan Aisyah ra. Bercerita bagaimana
Rasulullah memuliakannya:
“Di rumah, kata Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan istrinya memasak, menyapu
lantai, memerah susu dan membersihkan pakaian. Dia memanggil istrinya dengan gelaran yang
baik”.
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, ada beberapa sahabat menemui Aisyah,
memintanya agar menceritakan perilaku rasulullah SAW, Aisyah sesaat tidak menjawab
permintaan itu. Airmatanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang ia berkata “Kaana kullu
amrihi ‘ajaba’ (Ahh …. perilakunya indah).
Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mempesona. Aisyah
kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia ditengah malam bangun dan meminta izin
kepada Aisyah untuk shalat malam.
“Izinkan aku beribadah kepada Rabbku,” ujar Rasulullah kepada Aisyah.
Bayangkan Saudara, sampai untuk shalat malam saja diperlukan izin istrinya. Disitu
berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan, dan penghormatan.
Saudaraku, kalau saya harus menyimpulkan nasihat saya kepada Anda, saya ingin
mengucapkan: “Muliakanlah istri Anda begitu rupa sehingga kelak bila Allah menakdirkan Anda
meninggal lebih dahulu, lalu kami tanyai istri Anda tentang anda, ia akan menjawab seperti
Aisyah: “Ahh…. Semua perilakunya indah, menakjubkan.”
“Semoga Allah memberikan keberkahan dan menetapkan keberkahan itu padamu serta
menghimpun kalian berdua di dalam kebaikan” Amin.
Akhir kalam,
Semoga Allah mensucikan niat kami, menguatkan azzam kami, menjadikan pernikahan
ini penuh barokah (barokah bagi kita dan barokah atas kita) dan dipenuhi ridho Allah.
Dan semoga Allah mengaruniakan keturunan yang dapat memberi bobot kepada bumi
dengan kalimat ‘La ilaha illah’
RELATED POSTS
TRANSLATE
PILIH BAHASA ▼
ARSIP BLOG
Telusuri
POPULAR POSTS
SEDEKAH
YOUTUBE
RANDOM POSTS
BERSANDARLAH PADA ALLOH JANGAN PADA AMAL
J AN UA RY 10, 2022
MEMINTA PERLINDUNGAN KEPADA SELAIN ALLAH ADALAH
SYIRIK
A UG US T 12, 2021
BERNADZAR UNTUK SELAIN ALLAH ADALAH SYIRIK
A UG US T 11, 2021
RECENT POSTS
MENDAHULUI GERAKAN IMAM
O CT OB ER 04, 2022
TIDAK TUMA'NINA DALAM SHOLAT
O CT OB ER 04, 2022
TIDAK SHOLAT BERJAMAAH DI MASJID BAGI LAKI LAKI
O CT OB ER 04, 2022