Anda di halaman 1dari 1

Melangitkan Namamu

Aku adalah sang pengagum handal di balik layar, memandangimu dari tempat yang tak kau lihat.
Percayalah, bahwa aku diam-diam telah melangitkan namamu dalam setiap doa. Tak berubah,
selalu sama, berharap agar dirimu bahagia di sana.

Tidak semua hal mesti disampaikan; mencintaimu, misalnya. Jangan tanya kenapa, mungkin aku
hanya belum siap menerima kenyataan bahwa hatimu sudah ada yang menggenggan, belum siap
untuk terluka.

Sebab terkadang, memendam terasa mendamaikan. Aku hanya perlu mengingat untaian rasa ini
didalam doa, dan lagi-lagi, aku hanya bisa melangitkan namamu yang kutitip pada semesta
dalam bentuk semoga.

Dengan begitu aku tidak perlu cemas jika harus meyakinkan penduduk semesta, tentang
mengapa aku lebih memilih bercengkrama dalam diam. Karena jujur saja, aku lebih suka
membungkus sebuah ingin, dalam setulus-tulusnya.

Aku, hanya ingin semuanya baik-baik saja, atau setidaknya untukku tampak baik-baik saja,
meski mungkin nanti jalan cerita kita ternyata berbeda. Jika dipikirpikir lucu, ya. Aku seperti lili
ulang tahun bagimu. Aku datang, kamu menutup mata. Aku padam, kamu bahagia. Mirisnya,
mereka bertepuk tangan seakan merayakan.

Kamu akan terasa jauh meski jarak kita begitu dekat, karena aku telah mengubur rasa ini dalam
diam yang teramat sangat. Sendirian, lamat-lamat. Aku tahu. Aku menyadari itu. Namun diri ini
tak bisa pergi, aku ingin menyudahi, tetapi Langkah ini hanya menuntunku kembali ke awal lagi.
Tragisnya, aku suka mengulanginya lagi dan lagi. Maaf.

Anda mungkin juga menyukai