Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

SENI TEATER PEMENTASAN PANTOMIM

DISUSUN OLEH
INDRA PERMANA
KELAS 8J

SMP PLUS QURROTA A’YUN


SAMARANG-GARUT
Definisi Pantomim
Sastrawacana.id - Pantomim adalah seni pertunjukan yang memvisualisasikan suatu objek
atau benda tanpa menggunakan dialog, namun menggunakan gerakan tubuh dan mimik
wajah. Bahkan pantomim memvisualisasikan rasa, sifat, dan karakter melalui gerakan tubuh
dan mimiknya.

Pantomim merupakan pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Istilah pantomim
berasal dari bahasa Yunani yang artinya serba isyarat. Berarti secara etimologis, pertunjukan
pantomim yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak
menggunakan bahasa verbal atau pertunjukan bisu.

Menurut Aristoteles, seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa pantomim telah dikenal sejak
zaman Mesir Kuno dan India. Kemudian dalam perkembangannya menyebar ke Yunani.
Lebih lanjut Aristoteles menjelaskan bahwa teori pantomim tersebut bermula dari temuan-
temuan pada relief-relief candi dan piramida.

Dalam relief tadi dikisahkan adanya gambaran tentang seorang laki-laki dan atau perempuan
sedang melakukan gerakan yang diduga bukan tarian. Hal tersebut semakin jelas sesudah
adanya kategorisasi dari berbagai seni pertunjukan yang dilakukan Aristoteles berdasarkan
ciri-ciri bawaannya, sehingga dapat dibedakan adanya sebutan tarian dan bahasa isyarat.

Oleh karena pantomim mengacu pada ciri dasar dari bahasa isyarat tadi, maka jelaslah bahwa
seni pertunjukan pantomi memang sudah ada sejak lama.

Sejarah Pantomim di Dunia

Pantomim di dunia sebagaimana ditulis Aristoteles dalam Poetics menyebutkan bahwa seni
pantomim sudah berumur tua. Bahkan beberapa pendapat menyatakan pantomim sebelum
dikenal di Yunani sudah ada lebih dahulu di Mesir dan India.

Rumusan yang dikemukakan Aristoteles memberikan asumsi bahwa pantomim sudah mulai
dapat diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya. Yaitu ketika orang mempertahankan seni gerak
tiruan (imitation) yang tidak berdasarkan rhtym secara dominan.

Seni gerak itu selesai sebagai suatu gerakan isyarat, maka para ahli menyebutnya sebagai
pantomim. Charles Aubert dalam bukunya The art of Pantomime (1970) mendefinisikan
pantomim adalah seni pertunjukan yang diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya, yakni ketika
seseorang melakukan gerak isyarat atau secara umum bahsa bisu.

Bahasa gerak sang pantomimer adalah universal; menjalankan ekspresi emosi yang serupa
diantara berbagai umat manusia. Pantomim merupakan pertunjukan teatrikal dalam sebuah
permainan dengan bahasa gerak.

Kemudian dalam Encyclopedia Britanica dijelaskan bahwa pantomim sebagai seni yang
mengandalkan olah tubuh dan kebisuan ini ada di Yunani sejak tahun 600 Sebelum Masehi.
Saat ini, pantomim sering diasosiasikan sebagai gaya akting komedi tanpa kata-kata.
Berkaitan dengan akting, pantomim pada awalnya untuk menyebut aktor komedi di masa
Yunani yang menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi.

Kemudian, kedua dipakai untuk menyebut aktor di Romawi yang menyampaikan perannya
melalui tari dan lagu. Bentuk awal seni pantomim masih dapat ditelusuri dalam phlyake,
sebuah pertunjukan peran jenaka yang mengangkat tema kehidupan yang nyata dan mitologi
yang berkembang di kawasan Sparta dan Dorian.

Pemeran dalam pertunjukan ini tidak saja berpakaian aneh tapi juga menutupi muka mereka
dengan topeng yang hanya menyisakan bagian mulut. Penulis pertama seni pantomim Dorian
yang ternama adalah Epicharmus.

Sejak tahun 485-467 SM, dia menjadi satu-satunya penulis pantomim yang paling kondang di
Syracuse. Sampai-sampai Aristoteles menganggapnya sebagai penulis puisi dramatik pertama
yang sangat berjasa. Epicharmus juga menulis beberapa plat komikal dan menghaluskan
permainan pantomim sebelumnya.

Pantomim dorian kemudian dianggap sebagai bentuk awal pantomim modern. Sejak itu
pantomim identik dengan sifat-sifat komikal, karakter para pahlawan atau bahkan dewa pun
dapat dijadikan bahan tertawaan.

Seni pantomim dalam perkembangannya semakin dikenal oleh banyak bangsa-bangsa di


dunia, terutama melalui industri film bisu (silent movie) dekade 1900-an berbagai bentuk
ekspresi dan gerak yang paling terbaru dikembangkan dengan serius.

Tahun 1927 sebagai era tanpa kata. Hal ini ditandai dengan banyaknya aktor yang menguasai
seni pantomim, seperti dari Amerika Charles Spencer Chaplin atau Charlie Chaplin (1889-
1977).

Chaplin sangat penting dalam percaturan bahasa bisu sebab ia salah satu tokoh besar dalam
film bisu, sebelum film bicara (talkies) diketemukan dan dijual kepada masyarakat. Chaplin
tampil dan langsung populer tatkala muncul dalam film The Tramp (Si Gelandangan) tahun
1915.

Film bisu Chaplin lainnya yakni City Light (Lampu Kota), The Gold Rush (Emas yang
Merepotkan) dan Modern Times (Jaman Modern). Chaplin setia membuat film tanpa suara
dan merupakan jenius film bisu. Lewat film bisu kekuatan Chaplin dapat ditangkap.

Ia adalah penyair yang sesungguhnya. Ia berbicara dengan bahasa tubuh sebagai isyarat-
isyarat dan bukan bahasa tubuh yang digunakan untuk menciptakan indikasi. Dari situ maka
pengayaan batin yang diasah, juga membahasakan kekayaan batin ke dalam iysarat-isyarat
yang mungkin tak jelas benar akan tetapi puitik dan menyentuh. Itulah hebatnya Chaplin.

Kemudian di Perancis ada seniman pantomim yang handal pula, yakni Marcel Marceau. Pria
kelahiran Perancis 22 Maret 1923 ini mencintai pantomim karena sering menonton film bisu
Keaton dan Chaplin.

Kesungguhannya menekuni mime sangat terpengaruh gaya mime harlequin dan karakter
pantomim klasik Deburau’s Pierrot.
Marceau sangat dikenal dengan karakteer individunya sejak tahun 1947 dengan membawakan
gaya sang tooh ciptaannya bernama Bib.

Bib merupakan tokoh ciptaan yang selalu tampil dengan muka putih. Pertama kali si Bib ini
dibawa keliling ke Switzerland, Beligia dan Holland.

Tahun 1949 Marceau mendapat penghargaan Deburau Prize untuki karya mimenya berjudul
Death Before Dawn (Mati Sebeklum Fajar).

Marceau dalam aktivitasnya begitu teliti. Hal tersebut tidak disimak lewat beberapa karyanya
yang tokoh netral Bib itu, misalnya, pada Bib sang Pawang, Bib Naik Kereta Api, Bib Bunuh
Diri, Bib memerankan Daud-Goliat, dan Bib Serdadu. Maka tak ayal jika seorang penulis
asing ada yang mengatakan Marcell Marceau merupakan Master of Mime.

Perkembangan Pantomim Indonesia

Dalam perkembangannya, pantomim menjadi suatu seni pentas tersendiri dan mendapat
tempat baru bagi penikmat seni.

Perkembangan pantomim dunia telah menemukan dinamisitasnya jauh waktu, sedangkan di


Indonesia baru dimulai sekitar tahun 1970-an, khususnya di Jakarta dan Yogyakarta.

Tidak banyak seniman yang menggeluti pantomim dan hanya beberapa seniman yang cukup
konsisten, seperti Sena A. Utaya, Didi Petet (Sena Didi Mime), Jemek Supardi, Moortri
Poernomo, dan Deddy Ratmoyo.

Realitas sosial juga menunjukkan bahwa belum tercapai apresiasi yang menggembirakan dari
masyarakat terhadap eksisitensi pantomim. Diketahui bahwa dekade 1990-an, Pantomim
Yogya mengalami pasang surut yang cukup serius.

Anda mungkin juga menyukai