Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ANALISIS NASKAH TEATER LA CANTRATRICE CHAUVE


KARYA EUGNE IONESCO
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Analyse De La Littrature Franaise

Oleh :
Rully Pratama 11204241008
Arum Kanti Soleha 11204241009
Hiya Salsabila 112042241038

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Analisis Puisi Libert sebagai puisi Engag


A. LATAR BELAKANG
Karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan
makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya.
Sosiologi sastra meneliti hubungan sastra dengan kenyataan masyarakat dalam
berbagai dimensinya.
Akhir-akhir

ini

banyak

karya

sastra

yang

dijadikan

alat

untuk

mengeskpresikan pendapat pengarangnya, baik berupa kritik maupun pujian. Puisi


adalah salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung
rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Ciri-ciri
puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta wujud puisi tersebut. Bahasanya
mengandung rima, irama, dan kiasan. Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang
berlarik membentuk bait, letak tertata, dan tidak mementingkan ejaan. Mengenal puisi
dapat juga membedakan wujudnya dengan membandingkan dari prosa. Puisi dapat
dianalisis dengan berbagai pendekatan, diantaranya biografis, sosiologis, Psikologis,
historis, dan mitopoik. Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang menganalisis
dari sisi penyair dalam masyarakat (hubungan manusia dengan manusia) baik secara
langsung maupun tidak langsung (Keluarga, masyarakat). Pendekatan sosiologis ialah
pendekatan yang menganalisis puisi tentang berbagai aspek sosial dari karya sastra
tersebut.
Naskah teater berjudul La Cantratrice Chauve karangan Eugne Ionesco
merupakan sebuah naskah teater beraliran surrealisme yang absurd. Sebagaimana kita
ketahui bersama, karya surrealis mengandung keinginan terpendam dari seorang
penulis, atau umumnya masyarakat pasa masa itu untuk mencapai atau melakukan
sesuatu.
Dalam naskah tersebut, banyak digunakan pengulangan-pengulangan yang
belum diketahui maksud dan tujuannya. Sehingga naskah teater tersebut menjadi
menarik untuk dikaji lebih mendalam.

B. KAJIAN TEORI
a. Naskah Teater
Menuru KBBI naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan yang
belum diterbitkan.
Menurut Imam Suryono Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa
yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu
tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana
sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama
disebut aktor atau lakon
Menurut Molton drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life
presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action.
Menurut Baltazhar Vallhagen drama adalah kesenian melukiskan sifat dan
sikap manusia dengan gerak.
Menurut Sendarasik naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan
dan belum sempurna betuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama juga
sebagai ungkapan pernyataan penulis (play wright) yang berisi nilai-nilai pengalaman
umum juga merupakan ide dasar bagi actor.
Berdasarkan pengertian diatas naskah drama dapat diartikan suatu karangan
atau cerita yang berupa tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk teks atau
tulisan yang belum duterbitkan (pentaskan).
b. Jenis-Jenis Teater
Aristoteles, sekitar 300 tahun sebelum masehi, menyatakan, bahwa teater pada
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tragedi dan komedi (tragdie et comdie) .
Dimana tragedi merupakan karya sastra yang menggambarkan penderitaan manusia,
isinya berhubungan dengan perasaan, sedangkan komedi merupakan karya sastra yang
menggambarkan kebiasaan manusia yang tidak seperti biasanya, isinya berhubungan
dengan logika yang membuat berpikir, namun biasanya lucu dan absurd.

c. La Cantatrice Chauve
La Cantatrice Chauve merupakan naskah teater pertama yang ditulis oleh
Eugne Ionesco pada tahun 1950. Kaya ini sendiri memiliki aliran teater absurd.

Eugne Ionesco sendiri merupakan keturunan Rumania, yang lahir pada tahun
1909 di Slatina, Rumania dan meninggal pada tahun 1994 di Paris, Prancis. Eugne
Ionesco menganut aliran avant-garde dan teater absurd yang memang sedang
berkembang pada tahun 1950an setelah Perang Dunia Kedua reda. Dia menulis
banyak karya sastra berupa teater, salah satunya yaitu La Cantatrice Chauve.
La Cancatrice Chauve merupakan naskah teater yang ditulis oleh Eugne
Ionesco pada tahun 1950 dan dipublikasikan pada tahun 1952. Saat itu Ionesco
memang sedang belajar bahasa Inggris menggunakan buku LAnglais sans peine
berarti Bahasa Inggris yang mudah yang menggunakan metode Assimil, yang dimana
kata yang dipelajari diulang-ulang. Awal mulanya, naskah ini diberi nama LAnglais
sans peine, tetapi karena saat latihan sering terjadi kesalahan, maka judul diganti
menjadi La Cancatrice Chauve. Sekilas diawal, terater ini terlihat seperti teater seperti
teater kebanyakan, tetapi sesungguhnya karya ini merupakan antiteater dan karya
absurd.
C. PEMBAHASAN
La Cancatrice Chauve bisa dibilang merupakan karya teater klasik, namun
karya tersebut merupakan karya yang memiliki tiga karakteristik sekaligus, yaitu:
1. Terlihat seperti teater tradisional pada permulaan
a. Hadirnya ruang dan waktu (cadre spatio-temporel)
b. Hadirnya tokoh dan penokohan
2. Antiteater
a. Tidak mematuhi sebagian aturan teater klasik
b. Tidak terjadi apa-apa dalam teater tersebut
3. Komedi absurd
a. Komedi melalui kata-kata (pengulangan kata)
b. Komedi melalui dialog bisu atau onomatope

Berikut dibawah ini merupakan contoh permainan kata yang menunjukkan


bahwa La Cancatrice Chauve mengandung unsur dari teater klasik:
1. Hadirnya ruang dan waktu
Adegan dibuka dengan informasi yang mendetail yang meggambarkan unsur
ruang dan waktu, bahkan secara mendetail, bisa dilihat dari Intrieur
bourgeois anglais, juga tokoh Mme. SMITH berujar les environs de
Londres. Unsur waktu juga diperkuat dengan pengulangan kata anglais,
namun pengulangan kata yang memperjelas unsur ruang tersebut akhirnya
menjadi absurd juga, contoh bisa dilihat dalam:
Intrieur bourgeois anglais, avec des fauteuils anglais. Soire
anglaise. M. Smith, Anglais, dans son fauteuil et ses pantoufles
anglais, fume sa pipe anglaise et lit un journal anglais, prs d'un
feu anglais. Il a des lunettes anglaises, une petite moustache
grise, anglaise. A ct de lui, dans un autre fauteuil anglais, Mme
Smith, Anglaise, raccommode des chaussettes anglaises. Un long
moment de silence anglais. La pendule anglaise frappe dixsept
coups anglais
Sedangkan unsur waktu ditunjukkan oleh permainan kata seperti yang
diujarkan oleh Mme. SMITH, Tiens, il est neuf heures, serta juga
ditunjukkan oleh suara jam yang digambarkan melalui kalimat La pendule
anglaise frappe dixsept coups anglais, La pendule sonne sept fois, La
pendule sonne trois fois, La pendule ne sonne aucune fois, La pendule
sonne cinq fois, namun penggambaran waktu melalui pengulangan kata La
pendule yang awalnya dianggap serius tersebut malah menjadi sesuatu yang
absurd, karena ternyata bunyi pendulum tersebut tidak urut, yaitu 17, 7, 3, 5.
Sehingga teater tersebut sebenarnya menghadirkan baik unsur waktu maupun
ketidakkonsistenan waktu.
2. Hadirnya tokoh
Tokoh juga merupakan unsur utama dari teater klasik. Tokoh menghadirkan
sebuah dialog sehingga muncul sebuah cerita. Dalam naskah teater ini, hanya
M. SMITH dan Mme. SMITH saja yang diperkenalkan, melalui kalimat
...et que notre nom est Smith. Nama dari tokoh tersebut membangun
sebuah koherensi dimana tempat yang dihadirkan adalah di Inggris
(Angleterre), dan tokoh yang hadir adalah SMITH (nama yang umum di
Inggris).

Adegan pertama, dimana terdapat M. & Mme. SMITH sebagai tokoh,


seharusnya menghadirkan sebuah dialog. Tetapi pada kenyataannya, seolah-oleh
Mme. SMITH sedang melakuka monolog, karena M. SMITH tidak memberikan
jawaban, tetapi M. SMITH memberikan respons berupa pengulangan fait claquer sa
langue. Hal tersebut menjadikan teater tersebut absurd.
Permainan Kata:
1. Pengulangan Kata Aglais
Dalam naskah tersebut, kata Anglais diulang sebanyak 22 kali. Tersebar baik
di awal, di tengah maupun di akhir. Latar belakang pengulangan kata anglais
sendiri yaitu: pada saat menulis karya tesebut, Ionesco sedang belajar bahasa
Inggris menggunakan buku yang berjudul LAnglais sans peine. Buku
tersebut menggunakan metode assimili yang dimana pengulangan kata-kata
diterapkan. Selain itu, kata-kata yang diulang dipasangkan dengan situasi
lain, sehingga pembelajar dapat mengerti perbedaannya. Hal serupa juga
diterapkan oleh Ionesco dalam naskahnya, memasangkan kata anglais yang
diulang-ulang dengan kalimat yang berbeda-beda:
Intrieur bourgeois anglais, avec des fauteuils anglais. Soire
anglaise. M. Smith, Anglais, dans son fauteuil et ses pantoufles
anglais, fume sa pipe anglaise et lit un journal anglais, prs
d'un feu anglais. Il a des lunettes anglaises, une petite
moustache grise, anglaise. A ct de lui, dans un autre fauteuil
anglais, Mme Smith, Anglaise, raccommode des chaussettes
anglaises. Un long moment de silence anglais. La pendule
anglaise frappe dixsept coups anglais.
Bisa dibandingkan dengan isi buku Langlais sans peine:

2. Penggunaan nama Smith sebagai tokoh


Dalam naskah teter tersebut, dua tokoh menggunakan nama Smith, yaitu M.
Smith dan Mme. Smith. Dimana diketahui bersama, Smith merupakan kata
yang umum di Inggris. Tanpa disadari pula, Ionesco terinspirasi nama Smith

karena buku yang dipelajarinya, LAnglais sans peine. Smith menjadi nama
yang digunakan secara umum dalam pembelajaran bahasa Inggris secara
umum kepada orang asing layaknya nama Budi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Dapat dilihat pada contoh isi buku di bawah. Nama Smith
disingkat menggunakan huruf S.

3. Pengulangan Nama Bobby Watson


Pengulangan nama Bobby dilakukan sebanyak 29 kali di seluruh naskah
teater ini. Nama ini muncul pada saat obrolan ringan terjadi, obrolan ringan
tersebut seperti orang yang sedang bergosip. Contoh bisa dilihat pada kalimat
berikut:
Tiens, c'est crit que Bobby Watson est mort, Pauvre
Bobby, il y avait quatre ans qu'il tait mort et il tait encore
chaud, La pauvre Bobby, Tu veux dire le pauvre
Bobby, Non, c'est sa femme que je pense. Elle s'appelait
comme lui, Bobby, Bobby Watson..., Je ne l'ai vue qu'une
fois, par hasard, l'enterre-ment de Bobby, Bobby et
Bobby comme leurs parents. L'oncle de Bobby Watson, le
vieux Bobby Watson est riche et il aime le garon. Il pourrait
trs bien se charger de l'ducation de Bobby
Hal tersebut dapat dipahami bahwa salah satu karakteristik teater absurd
adalah obrolan yang ringan seputar kejadian sehari-hari, dimana orang yang
diobrolkan bisa wanita, pria, tua, maupun muda, yang dapat diketahui
melalui contoh percakapan diatas.

4. Pengulangan kalimat continuant sa lecture, fait claquer sa langue oleh M.


Smith
Kalimat tersebut menandakan sebuah aksi yang dilakukan M. Smith, yaitu
membunyikan suara dengan lidahnya sambil terus membaca koran
sedangkan Mme. Smith asyik berbicara sendiri.
Hal tersebut merupakan kritikan yang dilakukan oleh Ionesco kepada kaum
bourgeois yang identik dengan individualisme dan egoisme.
5. Pengulangan kata Kakatos
Kata tersebut di bagian akhir naskah. Pengulangan tersebut dimaksudkan
oleh Ionesco sebagai kritikan kepada para orang yang tidak tepat
menggunakan bahasa. Selain itu, saat mengucapkan kata-kata yang tidak
jelas tersebut para tokoh juga bertingkah seperti robot yang kaku dan
mengerjakan sesuatu secara berulang-ulang. Hal tersebut juga sebuah kritik
sosial dimana manusia semakin kesini semakin disibukkan oleh kehidupan
sehari-hari yang monoton.
D. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai