Anda di halaman 1dari 16

Pentas Drama

Dosen Pengampu : Dini Nurfajrin Ningsih, S.pd.,M.pd.

1. Mata kuliah ini dirancang untuk membekali mahasiswa pada


konsep dasar dan materi pengertian dan istilah-istilah
drama, perkembangan seni
drama di Indonesia dengan benar, unsur-unsur drama, menyusun
berbagai pelatihan drama, memilih
bahan pembelajaran drama,
teknik-teknik pembelajaran drama, menyusun silabus pembelajaran
kemampuan bersastra drama,
dan merancang pagelaran drama
DRAMA DALAM DIMENSI SASTRA
(NASKAH)
1. Drama dan Fiksionalitas Unsur Sastra
dalam Drama
Dalam karya jenis fiksionalitas terdapat unsur
rekaan. Maksudnya adalah penceritaan kembali
tentang suatu peristiwa dengan cara mereka-reka,
yang berarti tidak mengada- ada dan semua
kebenaran tersebut dapat diuji, tentu saja melalui
kebenaran logika imajinatif.
2. Drama dan Struktur yang membentuknya
a) Pengarang dan Semesta Sebagai Sumber
Penciptaan
b) Unsur Intrinsik Drama
1) Tokoh, Peran, dan Karakter
2) Motif, Konflik, Peristiwa, dan Alur
3) Latar dan Ruang
4) Penggarapan Bahasa
5) Tema dan Amanat
Drama dalam Dimensi Seni Pertunjukan
(Pementasan)
1. Pementasan sebagai Penafsiran Kedua
2. Drama Sebagai Seni Pertunjukan dan Unsur yang
Mendukung
a) Pementasan dan Sarana Pendukung (Pentas,Kostum
Tata Rias, Pencahayaan, Tata Suara dan Ilustrasi Musik)
b) Pementasan dan Penyutradaraan
c) Penonton : Unsur Seni Pertunjukan Pada Sisi Lain
d) Kreativitas dalam Seni Peran : Persoalan Pemain
3. Tentang Penilaian Drama Sebagai Karya Seni
Pertunjukan
Drama dan Teater
Kata „drama‟ masuk ke dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia Sementara itu, drama terus
berasal dan dibawa oleh kebudayaan mengalami perkembangan. Pada
Barat (Oemaryati, 1971: 14-15). awalnya hanya dilakukan di lapangan
terbuka. Para penonton duduk
Di tanah asal kelahiran drama, yaitu melingkar atau setengah lingkaran,
Yunani, drama timbul dari suatu dan upacara dilakukan di tengah
ritual pemujaan terhadap para dewa. lingkaran tersebut. Makin lama
Kata „drama‟ berasal dari kata dran jumlah lingkaran makin luas,
(bahasa Yunani) yang menyiratkan upacara-upacara juga semakin lebih
makna to do atau to act (Baranger, besar, ini berarti membutuhkan
1994: 4) tempat yang lebih luas. Tempat yang
Yang merujuk pada sebuah luas yang dijadikan semacam
„perbuatan‟, „tindakan‟ auditorium inilah yang di Yunani saat
(Harymawan, 1988: 1) itu disebut theatron.
• Theatron yang diartikan sebagai
a place for seeing atau, tempat
tontonan itu (Baranger, 1994; • Gedung Teater Drama-drama
Yudiaryani, 2002: 1) berbentuk Romawi.
bangku-bangku yang berputar
setengah lingkaran dan mendaki
ke arah lereng bukit yang
berfungsi sebagai tempat duduk
penonton ketika drama Yunani
klasik berlangsung. Dengan
demikian kata teater muncul
sesudah kata drama.
• Kata drama terus bertahan
artinya, tetapi kata teater
melebar artinya.
Dalam perkembangan selanjutnya, • Dengan memakai kata teater,
muncul seni berbicara yang sarat kita mampu mengetahui
dengan musik, dan nyanyian seluruh warisan budaya drama
sebagai elemen utamanya, di pihak sebagai jenis sastra termasuk
lain muncul pula bentuk seni di dalamnya bentuk
berbicara yang hanya pementasan pantomim,
mengandalkan dialog sebagai pertunjukan rakyat, wayang
elemen utamanya. Yang pertama kulit, wayang golek, monolog,
hingga sekarang kita sebut sebagai dan kabaret (Judiaryani, 2002:
opera. Sementara yang kedua 2). Bahkan dalam masa
kelak kita kenal sebagai drama. sekarang kata teater
pemakaiannya lebih luas lagi.
Dapat dipergunakan untuk
menyebut pertunjukan atau
tempat-tempat yang terkait
dengan film, radio, dan televisi.
Kesimpulan
istilah „drama‟ lebih sempit
penggunaannya daripada istilah
„teater‟. Dalam pengertiannya
yang paling umum drama adalah
setiap karya yang dibuat untuk
dipentaskan di atas panggung
• .Sementara teater adalah
oleh para aktor yang
sebuah istilah lain untuk
menggambarkan kisah hidup
“drama” dalam pengertian
dan kehidupan manusia yang
yang lebih luas, termasuk
diceritakan dengan gerak dan
pentas, penonton, dan gedung
laku.
pertunjukan
(Panggung merupakan sebuah ruangan yang luas, dengan
INSPEKSI beberapa kursi dan meja: sehingga mirip dengan sebuah
ruangan tamu dengan beberapa pasang zitje. Sebuah rak
buku tampak di sana. Tentu saja penuh dengan buku-
buku. Pada dasarnya ruangan itu memang kamar tamu
Fransiskus Assisi sebuah asrama, tapi pada jam-jam tertentu juga menjadi
Woddy ruangan rekreasi, penghuni asrama itu. Waktu itu sore
hari sekitar pukul 16.27 WIB. Yunus masuk ke panggung
Satyadarma
berbaju biru muda, mandi keringat, dengan tangan
memegang sebotol minuman, terengah-engah, dan duduk
di kursi, membelakangi penonton. Seorang kawannya
Para Pelaku: lagi, Karman, masuk mau mengambil buku tetapi melihat
1. Ihnas Yunus, berhenti sejenak, memandangi Yunus, lalu
mengambil buku kemudian exit. Selesai minum, Yunus
2. Yunus
lalu meletakkan botol, merentangkan tangannya, lalu
3. Hajir membuka bajunya yang basah kuyup, sehingga ia tinggal
4. Tumeles bersinglet, lalu memandangi baju yang basah kuyup itu,
5. Karman dan menaruhnya di sandaran kursi. Persis selesai Yunus
membenahi bajunya, Ihnas masuk.)
• 01. Ihnas : Lha, lagi lagi....
• 02. Yunus : (Memotong sebelum kalimat Ihnas selesai)
Lagi-lagi liku-liku.
• 03. Ihnas : Kalau Mas Hajir melihat kau begitu ceroboh,
tahu rasa kau.
• 04. Yunus : Hah, rasa apa saja yang perlu kuketahui? 05.
Ihnas : Rasa garam, tahu?
• 06. Yunus : Garam?
• 07. Ihnas : Ya, garam produksi sendiri itu.
• 08. Yunus : Ah, yang benar aja kamu, masak garam suruh
rasa. Gimana sih kau, Nas?
• 09. Ihnas : Ya, garam keringatmu itu, Goblok!
• 10. Yunus : Kau ini ngomong apa. Masak Mas Hajir suruh
aku mencicipi keringatku sendiri.
• 11. Ihnas : Habis kalau nggak, siapa suruh nyicip? Aku?
• 12. Yunus : Maksudmu gimana, sih, Nas?
• 13. Ihnas : Ini kan kamar tamu. Kalau kau naruh
baju di sini kan ... gila. Kalau si Mincuk kemari
gimana?
• 14. Yunus : Ooooo ini to soalnya. Lantas mesti ....
• 15. Ihnas : (Memotong) Taruh di kamar sendiri
sana.Terus mandi. Jangan begitu, dong kau.
• 16. Yunus : Perkara naruh di kamar kan urusan
gua sendiri. Demikian pula soal mandi. (Kembali
duduk dan minum minuman dari botol)
• 17. Ihnas : Kau mulai keras kepala, ya?
• 18. Yunus : Apa kepalamu nggak keras? Coba aku pegang
sini.
• 19. Ihnas : Nus!
• 20. Yunus : Apa?
• 21. Ihnas : Ini peringatanku demi kebaikanmu. Ambil baju
itu dan bawa ke kamarmu.
• 22. Yunus : Sejak kapan kau diberi mandat memberi
peringatan pada aku?
• 23. Ihnas : Aku senior di....
• 24. Yunus : Perkara senior kan tidak ada sangkut pautnya
dengan baju.
• 25. Ihnas : Kau taat tidak?
• 26. Yunus : Lagaknya.
• 27. Ihnas : Taat atau tidak? Jawab!
• 28. Yunus : (Diam minum)
• Apa yang membedakannya teks
29. Ihnas : Jawab! drama tersebut di atas dengan
30. Yunus : (Masih minum) teks cerita rekaan seperti cerpen
31. Ihnas : (Keras sekali) Jawab! dan novel ?
32. Yunus : (Mulutnya masih
penuh minuman dan menjawab) • menurut Aristoteles secara garis besar
Yaaaa! (Minuman tumpah ke karya sastra dibedakan ke dalam tiga
lantai dari mulut) pokok genre (dari bahasa Prancis,
33. Ihnas : Aduuuuuh ... ini ucapkan zyanre), yaitu: lirik, epik, dan
apa ...? (Menunjuk tumpahan dramatik; atau lebih mudahnya yang
minuman) berbentuk puisi, prosa rekaan, dan
drama.

Rumadi, A (ed.).1988. Kumpulan


Drama Remaja, hlm. 91-92)
novel Belenggu karya Armijn Pane, atau Burung-Burung Manyar karya
Y.B. Mangunwijaya, atau Larung karya Ayu Utami, pengarangnya
menceritakan kisahannya dengan melibatkan tokoh-tokoh Tono, Tini,
Yah dalam Belenggu, atau tokoh Teto dan Larasati dalam Burung-
Burung Manyar lewat kombinasi antara dialog dan narasi.

Sementara itu, dalam teks drama di atas, paparan kisahannya


apakah seperti itu? Apa yang lebih mendominasi dalam teks
drama, dialog atau narasi?
• Di samping itu, dibandingkan dengan
novel, jumlah tokoh-tokohnya jauh lebih
sedikit daripada novel.

• Bisa Anda bayangkan jika dalam panggung


• Dialog (sering muncul puluhan tokoh yang sekaligus
disebut sebagai teks tampil berkelebatan di sana
utama)
• Dari sudut latar juga lebih terbatas
dibanding dengan novel. Dalam drama
latar harus dapat divisualkan. Apalagi
untuk pergantian latar, pementasan
membutuhkan waktu dan peralatan yang
tidak sedikit.
• Itu artinya juga membutuhkan biaya dan
tenaga. Sementara dalam novel, pengarang
dapat sebebas-bebasnya melukiskan latar
kejadian sedetail dan seluas mungkin.
Pengertian dan manfaat drama
• Moulton menyebut drama Manfaat mempelajari drama
sebagai life presented in action,
alias drama adalah hidup yang 1. membantu siswa terampil
ditampilkan dalam gerak. berbahasa.
Dengan demikian, secara lebih 2. meningkatkan pengetahuan
ringkas drama adalah salah satu budaya para siswa.
bagian dari genre sastra yang
3. mengembangkan cipta dan
menggambarkan kehidupan
rasa.
dengan mengemukakan tikaian
dan emosi lewat lakuan dan 4. menunjang pembentukan
dialog, yang dirancang untuk watak. (mampu membina
pementasan di panggung perasaan dengan lebih tajam,
(Sudjiman, 1990). dan membantu pengembangan
berbagai kualitas kepribadian)

Anda mungkin juga menyukai