Anda di halaman 1dari 1

TERSESAT DI GUNUNG

Aku masih tersasar di kaki gunung itu. Sudah beberapa kali  kutelusuri setapak jalan di kaki
gunung. Namun apa daya, yang kutemui bukanlah puncak gunung, namun malah kembali
lagi ke tempat yang sama tempat aku kini tersasar. Aku pun hilang akal. Aku pun hanya bisa
terduduk di sebuah pohon. Seketika itu aku pun teringat sebab dari ketersesatanku in
Saat itu, aku bersama teman-temanku tengah berdebat mengenai cara paling tepat menuju ke
puncak gunung. Teman-temanku dengan mantap mengatakan bahwa cara terbaik menuju
puncak gunung adalah mengikuti rute yang ada di dalam peta.

Lain sikap denganku. Dengan sukiman kukatakan bahwa jalan yang ditujukan peta sudah
tidak bisa diikuti lagi. Saat itu aku berujar bahwa pendakian dengan cara mengikuti peta
adalah suatu hal yang jadul.“Lagian, untuk apa sih kita ikut peta segala? Kita
ini kan  menjelajahi alam. Yang kita pakai tuh insting; intuisi; panggilan alam; bukan peta
atau kompas!” selorohku saat itu. Karena tak ingin lebih lama berdebat, aku pun langsung
bergegas pergi meninggalkan mereka. Ku telusuri saja jalan yang terbentang di sepanjang
kaki gunung.

Aku sendiri memang tipikal orang yang spontan; lebih suka mengikuti naluriku dibanding
mengikuti pedoman atau text book lainnya. Begitupun dalam soal daki-mendaki gunung atau
kegiatan alam lainnya. Aku sering sekali berbeda pendapat dengan teman-temanku soal cara
untuk sampai ke puncak gunung, atau rute paling tepat menuju pantai, dan hal-hal lain
mengenai teknis atau cara untuk sampai ke sebuah tempat. Terkadang, naluriku ini bisa
membawaku ke rute yang tepat. Tapi sering juga aku kena sial gara-gara menuruti naluriku.

Ah, sudah hampir satu jam aku di bawah pohon ini. Dan aku pun belum mendapat jawaban
dari naluriku, soal langkah apalagi yang mesti dilakukan untuk bisa sampai ke puncak
gunung. Suara semak-semak lalu terdengar dari tempat aku duduk. Aku pun langsung panik
dan bersiap untuk lari, kalau-kalau itu adalah hewan buas. Saat aku siap untuk berlari, tiba-
tiba terlihat sosok yang tidak asing bagiku. Deva. Oh, ternyata dia Deva, salah satu temanku
yang ikut pendakian kali ini.

Ternyata sedari tadi dia mencariku, karena aku tidak kunjung sampai juga ke puncak gunung.
Setelah aku bertanya kepada Deva, ternyata teman-temanku yang lain sudah sampai ke
puncak gunung dengan mengikuti peta yang mereka bawa. Tanpa perlu berlama-lama
berbincang, aku pun akhirnya mengikuti arah langkah Deva dan setelah beberapa jam, kami
pun sampai di puncak gunung.

Dari perjalanan ini , aku sadar bahwa terkadang kita mesti mengikuti pedoman jika tengah
melakukan suatu perjalanan

Anda mungkin juga menyukai