Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

Pendidikan merupakan sesuatu proses untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang
diinginkan dengan harapan bahwa perubahan tingkah laku bisa memberikan dampak positif
dalam kehidupan serta dapat menjangkau kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan
datang dengan pola pikir yang kritis serta sistematis.
kenyataannya yang terjadi saat di lapangan adalah sektor pendidikan masih tergolong rendah.
Ditunjukkan oleh prestasi belajar matematika siswa di Indonesia tergolong masih sangat rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil tes PISA dan TIMSS. Menurut hasil studi Program For International
Student Assessment (PISA) tahun 2018 menunjukkan prestasi siswa Indonesia dibidang matematika
menduduki peringkat 72 dari 78 negara dengan skor 379. Sedangkan dari hasil studi Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015 mendapat peringkat 46 dari 51
negara dengan skor 397.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa seperti
melalukan revisi dan memperbaiki kurikulum, pengadaan sarana dan prasarana penunjang
pembelajaran, pengadaan materi ajar, meningkatkan kualitas dan mutu tenaga pengajar, dan lain-
lain. Namun perlu disadari bahwa proses belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yang
saling berpengaruhI satu sama lain, salah satunya adalah faktor siswa itu sendiri.

Pada hasil dari proses belajar dibutuhkan daya juang siswa untuk meraih hasil yang maksimal dalam
belajar. Ketangguhan dan daya juang inilah yang dikonseptualisasikan oleh Stoltz (2005) bahwa
kecerdasan ketegaran atau daya juang yang disebut juga adversity quotient.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2013) kecerdasan adversitas siswa dapat
mendukung daya juang dalam menghadapi berbagai kesulitan yang mungkin saja muncul selama
proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa itu sendiri. Permasalahan daya juang siswa
tampaknya menjadi masalah utama. Rendahnya daya juang siswa menggambarkan rendahnya
kemampuan siswa menghadapi kesulitan. Konsistensi diri untuk terus berprestasi menurun sejalan
dengan rendahnya kemampuan siswa mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas baik akan cenderung mampu
menghadapi kesulitan yang dihadapinya, setelah berbagai kesulitan yang menghadang dapat
terselesaikan siswa harus mampu bersikap konsisten. Siswa dengan kecerdasan adversitas tinggi
akan berhasil dalam belajarnya sehingga hasil belajarnya akan baik pula.

Selain daya juang siswa untuk mencapai keberhasilan akademis, orang seringkali menitik beratkan
pada faktor kecerdasan intelektual dan mengesampingkan faktor kecerdasan emosional dalam
pencapaian kesuksesan. Hal ini menurut Goleman (Prawira, 2017) merupakan hal yang keliru.
Menurutnya peran kecerdasan intelektual yang akan menyokong kesuksesan hidup seseorang hanya
sekitar 20%. Sedangkan 80% lainnya berupa faktor lain termasuk diantaranya adalah kecerdasan
emosional.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2016) menyatakan prestasi belajar matematika siswa
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Siswa yang cerdas secara emosi memiliki kemampuan
memotivasi diri dengan baik dan bisa mengendalikan emosinya sehingga mampu memusatkan
perhatiannya terhadap pelajaran matematika.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi prestasi, yaitu disposisi matematis yang merupakan salah
satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan prestasi belajar siswa. Menurut Mahmudi (2010),
disposisi matematis merupakan ketertarikan, apresiasi dan sikap positif siswa terhadap matematika.
Dengan adanya disposisi matematis dalam diri siswa, mereka akan gigih menghadapi masalah yang
lebih menantang, bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, dan mengembangkan kebiasaan
baik pada matematika.

Wardani (Mahmuza & Aklimawati, 2017) berpendapat bahwa disposisi matematis merupakan
ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yang berupa kecenderungan untuk berpikir dan
bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, antusias dalam
belajar gigih menghadapi permasalahan fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, dan reflektif
dalam kegiatan matematik. Disposisi siswa terhadap matematika terwujud melalui sikap dan
tindakan siswa.

Selain faktor yang telah di uraikan sebelumya, terdapat pula faktor lain berupa faktor psikis
yang bersifat non-intelektual yang perlu diperhatikan dalam peningkatan prestasi belajar
yaitu motivasi belajar. Hal ini dikarenakan motivasi menjadi faktor cukup dominan dalam
menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan. Sardiman (2016) mengungkapkan bahwa
motivasi belajar memiliki peranan dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan
semangat untuk belajar.
Emda (2017) bahwa Motivasi memiliki kedudukan yang penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
menurut Mulyaningsih (2014), motivasi belajar yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk
melakukan aktivitas belajar agar prestasi belajar dapat dicapai secara optimal. Jadi, motivasi belajar
adalah daya penggerak bagi sesorang individu untuk belajar.

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik maka akan memiliki prestasi belajar yang baik.
Adanya motivasi belajar akan memberikan semangat sehingga siswa akan mengetahui arah
belajarnya.

Hal ini dibuktikan oleh Basuki (2015) yang menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar
dapat melalui motivasi belajar sehingga siswa yang merasa tertarik dan suka tanpa paksaan
pada mata pelajaran matematika. Dengan tumbuhnya motivasi belajar maka siswa akan
mencurahkan perhatiannya secara penuh dan mengupayakan sekuat tenaganya
mengarahkan kekonsistenan terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Adapun faktor yang dapat memengaruhi motivasi belajar yaitu adversity quotient. Siswa
yang memiliki adversity quotient yang baik akan baik pula motivasi yang dimilikinya. Hal ini
sejalan dengan Stoltz (2005) yang menyatakan bahwa mereka yang adversity quotient-nya
tinggi dianggap sebagai orang-orang yang paling memiliki motivasi. Semakin tinggi adversity
quotient maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.
faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu kecerdasan emosional. Hasil penelitian
Chandra (2017) menemukan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional, maka motivasi belajar
juga semakin tinggi dan semakin rendah kecerdasan emosional, maka motivasi belajar juga semakin
rendah. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Sarnoto & Romli (2019) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar artinya semakin tinggi
tingkat kecerdasan emosional maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Hal ini lebih
menegaskan bahwa seorang siswa membutuhkan kecerdasan emosional untuk menumbuhkan
motivasi belajarnya.

Di samping itu ditemukan faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi ialah disposisi matematis.
Siswa dengan disposisi yang baik maka akan memiliki motivasi yang baik sehingga siswa akan
termotivasi mengerjakan tugas matematika. Hal ini sejalan dengan Febriyani, Hakim & Nadun (2022)
yang menyatakan bahwa disposisi matematis yang tinggi memiliki motivasi dalam diri sehingga
timbulnya suatu kepercayaan diri siswa terhadap tugas yang diberikan. Pentingnya disposisi
matematis ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Tai (2016) bahwa terdapat
hubungan yang erat antara disposisi matematis dan hasil belajar siswa. Siswa dengan tingkat
disposisi belajar yang tinggi memiliki keinginan untuk terbuka terhadap kesempatan belajar
dan terlibat dengan tantangan dengan senang hati daripada siswa yang tidak yakin dengan
keberhasilan.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, peneliti memandang perlu melakukan suatu pengkajian
terkait dengan variabel-variabel yang mempengaruhi prestasi belajar yang bersumber dari dalam diri
siswa, yang secara teoritis bukan hanya mempengaruhi prestasi belajar matematika secara langsung
melainkan faktor-faktor tersebut juga dimungkinkan berpengaruh secara tidak langsung terhadap
prestasi belajar matematika. Maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh adversity quotient,
kecerdasan emosional, disposisi matematis, motivasi, dan proses pembelajaran terhadap prestasi
belajar matematika.

RUMUSAN MASALAH,

TUJUAN PENELITIAN

BAB 2 BACA DI SLIDE

KERANGKA PIKIR

DARI SINI kita ingin mengetahui pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional, dsiposisi
matematis, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Dan mengetahui pengaruh adversity
quotient, kecerdasan emosional, dan dsiposisi matematis terhadap prestasi belajar melalui motivasi
belajar.

Selanjutnya

Metode penelitian

(baca slide)

BAB 4

A. Hasil Penelitian
1. Hasil analisis statistik deskriptif
Berikut ini dikemukakan hasil analisis statistik deskriptif yang diperoleh berdasarkan skor
masing-masing variabel:
a. Adversity Quotient
Hasil analisis deskriptif terkait dengan skor variabel Adversity Quotient oleh siswa kelas
VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi dan persentase Adversity Quotient
Statistik Nilai statistik
Ukuran Sampel 200
Mean (Rata-Rata) 94,78
Standar Deviasi 15,900
Variansi 252,806
Minimum 44
Maksimum 124

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa skor rata-rata adversity quotient adalah 94,78
dari skor ideal 128 dengan standar deviasi 15,900. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
data yang jauh dari data yang lain. Kategori skor adversity quotient disajikan dalam tabel
4.2.
Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi dan persentase Adversity Quotient
No. Interval Nilai Frekuensi Persentas Kategori
e
1. 32 ≤ AQ < 56 5 2,5% Sangat Rendah
2. 56 ≤ AQ <72 10 5% Rendah
3. 72 ≤ AQ <88 39 19,5% Sedang
4. 88 ≤ AQ < 104 82 41% Tinggi
5. 104 ≤ AQ <128 64 32% Sangat Tinggi
jumlah 200 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa adversity quotient siswa kelas VIII UPT
SPF SMP Negeri 8 Makassar dominan berada pada kategori tinggi dengan persentase
41% dengan frekuensi 82 dari 200 siswa. Kategori sangat rendah dengan persentase
2,5% (5 dari 200 siswa), kategori rendah dengan persentase 5% (10 dari 200 siswa),
kategori sedang dengan persentase 19,5% (39 dari 200 siswa) dan sebanyak 64 dari 200
siswa (32%) berada pada kategori sangat tinggi.
b. Kecerdasan emosional
Hasil analisis deskriptif terkait dengan skor variabel kecerdasan emosional oleh siswa
kelas VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Distribusi kecerdasan emosional
Statistik Nilai statistik
Ukuran Sampel 200
Mean (Rata-Rata) 103,30
Standar Deviasi 19,174
Variansi 367,636
Minimum 47
Maksimum 142
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa skor rata-rata kecerdasan emosional adalah
103,30 dari skor ideal 152 dengan standar deviasi 19,174. Hal ini menunjukan bahwa
tidak ada data yang jauh dari data yang lain. Kategori skor kecerdasan emosional
disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi dan persentase Kecerdasan Emosional
No Interval Nilai Frekuensi Persentas Kategori
. e
1. 38 ≤ KE < 66,5 6 3% Sangat Rendah
2. 66,5 ≤ KE < 85,5 32 16% Rendah
3. 85,5 ≤ KE < 104,5 49 24,5% Sedang
4. 104,5 ≤ KE < 123,5 88 44% Tinggi
5. 123,5 ≤ KE < 152 25 12,5% Sangat Tinggi
Jumlah 200 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional siswa kelas VIII UPT
SPF SMP Negeri 8 Makassar dominan berada pada kategori tinggi dengan persentase
44% dengan frekuensi 88 dari 200 siswa. Kategori sangat rendah dengan persentase 3%
(6 dari 200 siswa), kategori rendah dengan persentase 16% (32 dari 200 siswa), kategori
sedang dengan persentase 24,5% (49 dari 200 siswa) dan sebanyak 25 dari 200 siswa
(12,5%) berada pada kategori sangat tinggi.
c. Disposisi matematis
Hasil analisis deskriptif terkait dengan skor variabel disposisi matematis oleh siswa kelas
VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi dan persentase Disposisi Matematis
Statistik Nilai statistik
Ukuran Sampel 200
Mean (Rata-Rata) 96,20
Standar Deviasi 11,451
Variansi 131,136
Minimum 51
Maksimum 119

Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa skor rata-rata disposisi matematis adalah 96,20
dari skor ideal 132 dengan standar deviasi 11,451. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
data yang jauh dari data yang lain. Kategori skor disposisi matematis disajikan dalam
tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Distribusi frekuensi dan persentase disposisi matematis
No. Interval Nilai Frekuensi Persentas Kategori
e
1 33 ≤ DM < 57,75 1 0,5% Sangat Rendah
2 57,75 ≤ DM < 74,25 7 3,5% Rendah
3 74,25 ≤ DM < 90,75 49 24,5% Sedang
4 90,75 ≤ DM < 107,25 108 54% Tinggi
5 107,25 ≤ DM < 132 35 17,5% Sangat Tinggi
Jumlah 200 100%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional siswa kelas VIII
UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dominan berada pada kategori tinggi dengan
persentase 54% dengan frekuensi 108 dari 200 siswa. Kategori sangat rendah dengan
persentase 0,5% (1 dari 200 siswa), kategori rendah dengan persentase 3,5% (7 dari 200
siswa), kategori sedang dengan persentase 24,5% (49 dari 200 siswa) dan sebanyak 35
dari 200 siswa (17,5%) berada pada kategori sangat tinggi.
d. Motivasi belajar
Hasil analisis deskriptif terkait dengan skor variabel disposisi matematis oleh siswa
kelas VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Distribusi frekuensi dan persentase Motivasi Belajar
Statistik Nilai statistik
Ukuran Sampel 200
Mean (Rata-Rata) 88,70
Standar Deviasi 13,389
Variansi 179,258
Minimum 50
Maksimum 118

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa skor rata-rata disposisi matematis adalah 88,70
dari skor ideal 120 dengan standar deviasi 13,389. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
data yang jauh dari data yang lain. Kategori skor disposisi matematis disajikan dalam
tabel 4.8.
Tabel 4. 8 Distribusi frekuensi dan persentase Motivasi belajar
No. Skor Frekuensi Persentase Kategori
1. 30 ≤ MB < 52,5 1 0,5% Sangat Rendah
2. 52,5 ≤ MB < 67,5 15 7,5% Rendah
3. 67,5 ≤ MB < 82,5 40 20% Sedang
4. 82,5 ≤ MB < 97,5 91 45,5% Tinggi
5. 97,5 ≤ MB < 120 53 26,5% Sangat Tinggi
Jumlah 200 100%

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional siswa kelas VIII
UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dominan berada pada kategori tinggi dengan
persentase 45,5% dengan frekuensi 91 dari 200 siswa. Kategori sangat rendah dengan
persentase 0,5% (1 dari 200 siswa), kategori rendah dengan persentase 7,5% (15 dari
200 siswa), kategori sedang dengan persentase 20% (40 dari 200 siswa) dan sebanyak 53
dari 200 siswa (26,5%) berada pada kategori sangat tinggi.
e. Prestasi belajar
Hasil analisis deskriptif terkait dengan skor variabel prestasi belajar matematika oleh
siswa kelas VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4. 9 Distribusi frekuensi dan persentase Prestasi Belajar Matematika
Statistik Nilai statistik
Ukuran Sampel 200
Mean (Rata-Rata) 72.20
Standar Deviasi 13,192
Variansi 174,030
Minimum 35
Maksimum 100

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa skor rata-rata disposisi matematis adalah 72,20
dari skor ideal 100 dengan standar deviasi 13,192. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
data yang jauh dari data yang lain. Kategori skor disposisi matematis disajikan dalam
tabel 4.10.
Tabel 4. 10 Distribusi frekuensi dan persentase Prestasi belajar
No. Interval Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1. PB < 40 3 1,5% Sangat Rendah
2. 40 ≤ PB < 55 15 7,5% Rendah
3. 55 ≤ PB < 75 67 33,5% Sedang
4. 75 ≤ PB < 85 71 35,5% Tinggi
5. 85 ≤ PB < 100 44 22% Sangat Tinggi
Jumlah 200 100%
Sumber: Jamil (aswin, 2019)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional siswa kelas VIII
UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar dominan berada pada kategori tinggi dengan
persentase 35,5% dengan frekuensi 71 dari 200 siswa. Kategori sangat rendah dengan
persentase 1,5% (3 dari 200 siswa), kategori rendah dengan persentase 7,5% (15 dari 200
siswa), kategori sedang dengan persentase 33,5% (67 dari 200 siswa) dan sebanyak 44
dari 200 siswa (22%) berada pada kategori sangat tinggi.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya data penelitian dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada tingkat signifikansi 5%. Distribusi data
penelitian dikatakan normal jika hasil analisis diperoleh nilai sig > 0,05 sedangkan jika
nilai sig < 0,05 menunjukkan bahwa distribusi data penelitian tidak normal. Berdasarkan
uji normalitas diperoleh hasil uji Kolmogorov-Smirnov seperti pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 11 One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test untuk uji Normalitas
p-value
Statistik Unstandardized Unstandardized
Residual 1 Residual 2
Kolmogrov-Smirnov 0,200 0,081

Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji normalitas data berdasarkan pada p-value,
Untuk residual 1 diperoleh p-value sebesar 0,200 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05
(0,200 > 0,05) artinya data residual 1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk residual 2 diperoleh p-value sebesar 0,081 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05
(0,081 > 0,05) artinya data residual 2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
langsung (korelasi) antar variabel bebas dalam model regresi dengan ketentuan jika nilai
VIF masing-masing variabel < 10 dan nilai Tolerance > 0,10. Maka antar variabel
eksogen terbebas dari masalah multikolinearitas. Rangkuman hasil uji multikolinearitas
dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Tolerance


Adveristy Quotient 1,987 0,503
Kecerdasan Emosional 1,734 0,577
Disposisi Matematis 1,803 0,555
Motivasi Belajar 1,460 0,685

Berdasarkan Tabel 4.12 uji multikolinearitas diperoleh dari nilai Tolerance dan VIF.
Variabel Adveristy Quotient, Kecerdasan Emosional, Disposisi Matematis, Motivasi
Belajar diperoleh masing-masing nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih dari
0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel eksogen tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel memiliki hubungan yang linear
atau tidak. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila p – value >
0,05. Rangkuman hasil uji linearitas dapat diliat pada tabel 4.13.
Tabel 4. 13 Uji linearitas
Hubungan antar variabel p-value
Motivasi belajar * Adversity Quotient 0,423
Motivasi belajar * Kecerdasan Emosional 0,101
Motivasi belajar * Disposisi Matematis 0,141
Prestasi belajar * Adversity Quotient 0,388
Prestasi belajar * Kecerdasan Emosional 0,81
Prestasi belajar * Disposisi Matematis 0,140
Prestasi belajar * Motivasi Belajar 0,081

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa semua model regresi telah memenuhi
syarat linearitas yakni nilai p-value > 0,05 yang berarti hubungan dua variabel adalah
linear.
d. Uji heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah data memiliki
ketidaksamaan varians dari residual diantara data lainnya. Data yang diharapkan yaitu
data yang memiliki varians dari residual yang sama atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Data tidak mengalami heteroskedastisitas apabila p-value lebih besar dari 0,05.
Rangkuman hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4. 14 Uji Heterokedastisitas


p-value
Variabel Prestasi Belajar
Motivasi Belajar
Matematika
Adversity Quotient 0,322 0,403
Kecerdasan emosional 0,126 0,528
Disposisi Matematis 0,207 0,498
Motivasi belajar - 0,690
Hasil uji heteroskedastisistas diperoleh dari p-value untuk variabel eksogen
terhadap variabel endogen. Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa p-value lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi yang digunakan.
3. Hasil Analisis Jalur
a. Koefisien jalur
Berdasarkan hasil analisis, berikut disajikan tabel koefisien jalur untuk
mengetahui pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional, disposisi matematis,
motivasi belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4. 15 Koefisien Jalur pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional,
disposisi matematis terhadap motivasi belajar
Variabel Kofisien Jalur p-value
Adversity Quotient 0,240 0,004
Kecerdasan Emosional 0,243 0,002
Berdasarkan
Disposisi Matematis 0,176 0,025
hasil analisis
pada Tabel 4.15 menunjukkan nilai koefisien jalur pengaruh adversity quotient, kecerdasan
emosional, disposisi matematis terhadap motivasi belajar matematika yaitu 0,240, 0,243,
dan 0,176. Pada tabel 4.15 juga menunjukkan untuk adversity quotient p-value yakni 0,004,
p-value kecerdasan emosional yaitu 0,002 dan untuk disposisi matematis p-value yakni
0,025.
Berdasarkan lampiran E.3 , Nilai R square yakni 0,315 yang berarti bahwa
pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional, disposisi matematis terhadap
motivasi belajar matematika yaitu 31,5% dan sisanya yaitu 68,5% merupakan
konstribusi dari variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Sementara itu nilai ε 2 yaitu √ 1−0,315=0,828.
Tabel 4. 16 koefisien jalur pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional, disposisi
matematis dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika

Variabel Kofisien Jalur p-value


Adversity Quotient 0,324 <0.001
Kecerdasan Emosional 0,257 <0.001
Disposisi Matematis 0,206 <0.001
Motivasi Belajar 0,236 <0.001

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.16 menunjukkan nilai koefisien jalur
pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional, disposisi matematis dan motivasi
terhadap prestasi belajar matematika yaitu 0,324, 0,257, 0,206 dan 0,236. Pada tabel
4.18 juga menunjukkan untuk adversity quotient p-value yakni <0.001, p-value
kecerdasan emosional yaitu <0.001, p-value disposisi matematis yaitu <0.001 dan
untuk motivasi belajar p-value yakni <0.001.
Berdasarkan lampiran E.3, Nilai R square yakni 0,685 yang berarti bahwa
pengaruh adversity quotient, kecerdasan emosional, disposisi matematis terhadap
motivasi belajar matematika yaitu 68,5% dan sisanya yaitu 31,5% merupakan
konstribusi dari variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Sementara itu nilai ε 2 yaitu √ 1−0,685=0,561.

0,324
X1
0,2
40
0,243 0,236
X2 X4 Y

76 0,206
0,1
X3 Gambar 4. 1 Diagram Analisis jalur
0,257berikut:
Persamaan sturktural I pada penelitian ini yaitu sebagai
X4 = 0,240X1 + 0,243X2 + 0,176X3 + 0,828
Persamaan struktural II pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Y = 0,324X1 + 0,257X2 + 0,206X3 + 0,236X4 + 0,561
Keterangan:
X1 : Adversity Quotient
X2 :Kecerdasan Emosional
X3 : Disposisi Matematis
X4 : Motivasi belajar
Y : Prestasi Belajar
4. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:
a. Hipotesis 1
Untuk menguji hipotesis, hipotesis statistic dirumuskan sebagai berikut.
1. Adversity quotient berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar matematika pada
siswa UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar. Dapat ditulis dalam rumus statistik sebagai
berikut:
𝐻0: β𝑦1 = 0 lawan 𝐻1: β𝑦1 > 0
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh adversity qoutient terhadap prestasi belajar matematika
matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan adversity qoutient terhadap prestasi belajar
matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh adveristy quotient terhadap prestasi belajar
matematika pada Tabel 4.16 yang menunjukkan bahwa p-value adversity qoutient yaitu
<0,001 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif yang siginifikan
adversity qoutient terhadap prestasi belajar matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8
Makassar.
2. Kecerdasan Emosional berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar matematika
pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar. Dapat ditulis dalam rumus statistik
sebagai berikut:
𝐻0: β𝑦2 = 0 lawan 𝐻1: β𝑦2 > 0
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika
matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar matematika matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
matematika pada Tabel 4.16 yang menunjukkan bahwa p-value kecerdasan emosional yaitu
<0,001 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif yang siginifikan
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII UPT SPF
SMP Negeri 8 Makassar
3. Disposisi matematis berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar matematika
pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar. Dapat ditulis dalam rumus statistik
sebagai berikut:
𝐻0: β𝑦3 = 0 lawan 𝐻1: β𝑦3 > 0
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika
matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan disposisi matematis terhadap prestasi belajar
matematika matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar
matematika pada Tabel 4.16 yang menunjukkan bahwa p-value disposisi matematis yaitu
<0,001 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif yang siginifikan
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII UPT SPF
SMP Negeri 8 Makassar
4. Motivasi belajar berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar matematika pada
siswa UPT SMP Negeri 8 makassar. Dapat ditulis dalam rumus statistik sebagai berikut:
𝐻0: β𝑦4 = 0 lawan 𝐻1: β𝑦4 > 0
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika
matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika matematika pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika pada Tabel 4.16 yang menunjukkan bahwa p-value motivasi belajar yaitu
<0,001 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif yang siginifikan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII UPT SPF SMP
Negeri 8 Makassar.
5. Adversity quotient berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar matematika
melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar. Dapat ditulis
dalam rumus statistik sebagai berikut:
𝐻0: β41 × β𝑦4 = 0 lawan 𝐻1: β41 × β𝑦4 > 0
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh Adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika
melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan adversity quotient terhadap prestasi belajar
matematika melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
Nilai koefisien jalur pengaruh adveristy qoutient terhadap prestasi belajar matematika
melalui motivasi belajar diperoleh melalui hasil kali antar nilai koefisien jalur pengaruh
adversity qoutient terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan gambar 4.1
menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur pengaruh adveristy qoutient terhadap motivasi
belajar yakni 0,240 dan nilai koefisien jalur pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
belajar matematika yaitu 0,236. Sehingga, nilai koefisien jalur pengaruh adversity qoutient
terhadap prestasi belajar matematika melalui motivasi belajar yaitu 0,240 × 0,236 = 0,057.
Dengan demikian diketahui bahwa nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan
dengan nilai pengaruh tidak langsung. Hal ini menunjukkan bahwa adversity qoutient lebih
berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar matematika dibandingkan dengan
berpengaruh secara tidak langsung (melalui motivasi belajar) dengan taraf signifikansi
sebesar 0,05.
6. Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika melalui
motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar. Dapat ditulis dalam
rumus statistik sebagai berikut:
𝐻0: β42 × β 𝑦4 = 0 lawan 𝐻1: β42 × β 𝑦4 > 0
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika
melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar matematika melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8
makassar
Nilai koefisien jalur pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika
melalui motivasi belajar diperoleh melalui hasil kali antar nilai koefisien jalur kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan
bahwa nilai koefisien jalur pengaruh kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar yakni
0,243 dan nilai koefisien jalur pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika yaitu 0,236. Sehingga, nilai koefisien jalur kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar matematika melalui motivasi belajar yaitu 0,243 × 0,236 = 0,057. Dengan
demikian diketahui bahwa nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan dengan nilai
pengaruh tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional lebih
berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar matematika dibandingkan dengan
berpengaruh secara tidak langsung (melalui motivasi belajar).
7. Disposisi matematis berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika melalui motivasi
belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar. Dapat ditulis dalam rumus
statistik sebagai berikut:
𝐻0: β43 × β𝑦4 = 0 lawan 𝐻1: β43 × β𝑦4 > 0

𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika


melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
𝐻1 : Terdapat pengaruh positif yang siginifikan disposisi matematis terhadap prestasi belajar
matematika melalui motivasi belajar pada siswa UPT SPF SMP Negeri 8 makassar
Nilai koefisien jalur pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika
melalui motivasi belajar diperoleh melalui hasil kali antar nilai koefisien jalur disposisi
matematis terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan
bahwa nilai koefisien jalur pengaruh disposisi matematis terhadap motivasi belajar yakni
0,176 dan nnilai koefisien jalur pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika yaitu 0,236. Sehingga, nilai koefisien jalur disposisi matematis terhadap prestasi
belajar matematika melalui motivasi belajar yaitu 0,176 × 0,236 = 0,042. Dengan demikian
diketahui bahwa nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan dengan nilai pengaruh
tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa disposisi matematis lebih berpengaruh secara
langsung terhadap prestasi belajar matematika dibandingkan dengan berpengaruh secara
tidak langsung (melalui motivasi belajar).
Tabel 4. 17 Rangkuman Nilai Koefisien Jalur Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak
Langsung, dan Pengaruh Total Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Melalui
Variabel Intervening
Variabel eksogen dan Variabel endogen
variabel intervening Prestasi belajar matematika
Besar pengaruh Besar pengaruh Besar pengaruh
langsung tidak langsung total
Adversity quotient 0,324 0,057 0,381
Kecerdasan emosional 0,257 0,057 0,314
Disposisi matematis 0,206 0,042 0,248
Motivasi belajar 0,236 - 0,236

B. Pembahasan
1. Deskripsi Adveristy Qoutient, Kecerdasan Emosional, Disposisi Matematis, Motivasi
Belajar Dan Prestasi Belajar Matematika
a. Adversity Quotient
Berdasarkan analisis statistik deskrptif adversity quotient kelas VIII UPT SPF SMP
Negeri 8 Makassar menunjukkan bahwa tingkat adversity quotient siswa berada pada
kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor adversity quotient siswa yang
sebagian besarnya berada pada interval kategori tinggi yaitu 82 siswa dari 200 siswa
dengan persentase 41%. Hal ini menunjukkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam
mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan tugas belajarnya dalam pembelajaran matematika
tergolong tinggi.
b. Kecerdasan emosional
Berdasarkan analisis statistik deskrptif kecerdasan emosional kelas VIII UPT SPF SMP
Negeri 8 Makassar menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa berada pada
kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor kecerdasan emosional siswa yang
sebagian besarnya berada pada interval kategori tinggi yaitu 88 siswa dari 200 siswa
dengan persentase 44%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu mengenali dan
mengelola emosinya sehingga dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik.
c. Disposisi matematis
Berdasarkan analisis statistik deskrptif disposisi matematis kelas VIII UPT SPF SMP
Negeri 8 Makassar menunjukkan bahwa tingkat disposisi matematis siswa berada pada
kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor disposisi matematis siswa yang
sebagian besarnya berada pada interval kategori tinggi yaitu 108 siswa dari 200 siswa
dengan persentase 54%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki ketertarikan,
kesadaran, dan sikap positif terhadap matematika. Siswa menganggap matematika sebagai
sesuatu yang berguna, bermanfaat, dan mudah dipahami sehingga mereka tekun, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam mengerjakan matematika.
d. Motivasi belajar
Berdasarkan analisis statistik deskrptif motivasi belajar kelas VIII UPT SPF SMP Negeri 8
Makassar menunjukkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa berada pada kategori tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor motivasi belajar siswa yang sebagian besarnya
berada pada interval kategori tinggi yaitu 91 siswa dari 200 siswa dengan persentase
45,5%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang baik untuk
mencapai tujuan belajar dan dapat mengendalikan setiap kesulitan belajarnya dan tidak
membiarkan kesulitan tersebut menjadi hambatan dalam mencapai tujuannya dalam belajar
sehingga siswa akan lebih termotivasi, giat belajar dan tidak mudah putus asa untuk
mengatasi kesulitannya dalam belajar.
e. Prestasi belajar matematika
Berdasarkan analisis statistik deskrptif prestasi belajar matematika kelas VIII UPT SPF
SMP Negeri 8 Makassar menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar matematika siswa
berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor prestasi belajar
matematika siswa yang sebagian besarnya berada pada interval kategori tinggi yaitu 71
siswa dari 200 siswa dengan persentase 35,5%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki
tingkat penguasaan pengetahuan mengenai materi Garis dan sudut serta penyajian data
pada semester genap tergolong tinggi.
2. Pengaruh Adversity Quotient Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah di paparkan sebelumnya, diketahui bahwa
adversity quotient berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar. Adversity quotient berada pada kategori
tinggi. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa besar pengaruh adversity qoutient terhadap
prestasi belajar matematika adalah 0,324 dengan nilai signifikan < 0,001 < 0,05, artinya
adversity quotient dapat meningkatkan prestasi belajar matematika yakni 32,4%. Hal ini
mengindikasi bahwa adversity quotient berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
Secara teoritis, prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah
satunya adalah adversity qoutient. Stoltz dalam sudarman (2015) menyatakan bahwa orang
sukses dalam belajar adalah orang yang memiliki Adversity quotient yang tinggi. Begitupun
Stoltz dalam Gusta (2021) ditegaskan bahwa individu dengan adversity quotient tinggi
diasumsikan sebagai seseorang yang paling memiliki motivasi. Dengan kata lain, siswa
dengan tingkat adversity quotient tinggi akan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Siswa
dianggap akan mampu mengendalikan setiap kesulitan belajarnya dan tidak membiarkan
kesulitan tersebut menjadi hambatan dalam mencapai tujuannya dalam belajar sehingga
siswa akan lebih termotivasi, giat belajar dan tidak mudah putus asa untuk mengatasi
kesulitannya dalam belajar.
Hal ini sejalan dengan penelitian Paloloang, dkk (2022) yang menunjukkan terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan adversity quotient terhadap prestasi belajar
matematika, dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2013) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika. Sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat adversity quotient siswa maka semakin tinggi
pula prestasi belajar matematikanya. Adversity quotient dibutuhkan dalam pembelajaran
matematika.
3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah di paparkan sebelumnya, diketahui bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII UPT SPF SMP Negeri 8 Makassar. Kecerdasan emosional berada pada
kategori tinggi. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa besar pengaruh kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar matematika adalah 0,257 dengan nilai signifikansi <
0,001 < 0,05, artinya adversity quotient dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
yakni 25,7%. Hal ini mengindikasi bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara positif
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Secara teoritis, banyak faktor yang mempengarahui prestasi belajar matematika siswa,
salah satunya adalah peranan kecerdasan emosional. Goleman (Prawira, 2017) menyatakan
bahwa peran kecerdasan intelektual yang akan menyokong kesuksesan hidup seseorang
hanya sekitar 20%. Sedangkan 80% lainnya berupa faktor lain, termasuk diantaranya adalah
kecerdasan emosional. Sependapat dengan Mustaqim (2012) yang menyatakan bahwa
kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam proses dan keberhasilan belajar.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya dan
merespon emosi orang lain dengan baik terutama dalam membina hubungan dengan orang
lain. Apabila siswa dapat mengenali, mengelola emosi serta memotivasi diri sendiri dalam
proses belajar matematika dan mampu berempati dan membina hubungan yang baik dengan
teman dan guru maka yang akan mendorong siswa untuk memiliki prestasi belajar
matematika yang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Satriani (2015) yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Lebih lanjut hasil penelitian Magfiroh, dkk (2021) juga mengatakan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar siswa. Sehingga kecerdasan emosional mempengaruhi prestasi belajar siswa. Artinya
semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi pula
prestasi belajarnya, begitupun sebaliknya
4. Pengaruh Disposisi Matematis Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah di paparkan sebelumnya, diketahui bahwa
disposisi matematis berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Disposisi berada pada kategori tinggi. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa besar
pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika adalah 0,206 dengan
signifikansi < 0,001 < 0,05, artinya disposisi matematis dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika yakni 20,6%. Hal ini menunjukkan koefisien jalurnya bernilai positif. Hal ini
mengindikasi bahwa disposisi matematis berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
Matematika. Artinya semakin tinggi disposisi matematis siswa maka semakin tinggi
prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa.
Hal ini sejalan dengan penelitian Annajmi (2018) yang mengatakan bahwa ada
hubungan disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika siswa. Artinya semakin
tinggi disposisi matematis siswa semakin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.
Begitupun hasil penelitian yang dilakukan oleh fanisia dan Aniswita (2022) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara disposisi matematis terhadap
prestasi belajar matematika siswa. Pembelajaran matematika selain untuk meningkatkan
aspek kognitif siswa, haruslah pula memperhatikan aspek afektif siswa, yaitu disposisi
matematis. Sejalan dengan pendapat Annajmi (2018) yang menjelaskan bahwa pentingnya
disposisi matematis siswa dalam pembelajaran matematika akan memberikan dampak pada
prestasi belajar matematika.
5. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah di paparkan sebelumnya, diketahui bahwa
motivasi belajar berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Motivasi belajar berada pada kategori tinggi. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa besar
pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika adalah 0,236 dengan
signifikansi < 0,001 < 0,05, artinya motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika yakni 23,6%. Hal ini menunjukkan koefisien jalurnya bernilai positif. Hal ini
mengindikasi bahwa motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
Matematika. Artinya semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi prestasi
belajar matematika yang diperoleh siswa.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah psikis yang bersifat non-intelektual
dalam peningkatan prestasi belajar yaitu motivasi belajar. Hal ini dikarenakan motivasi
menjadi faktor cukup dominan dalam menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan.
Sardiman (2016) mengungkapkan bahwa motivasi belajar memiliki peranan dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Hal ini didukung oleh
Emda (2017) bahwa Motivasi memiliki kedudukan yang penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Giawa, dkk (2020) bahwa terdapat
pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Soewono (2018) yang mengemukakan bahwa hubungan
antara motivasi belajar dan prestasi belajar matematika dikategorikan sangat tinggi.
Hubungan yang terjadi adalah hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
dan prestasi belajar, sehingga dapat dikatakan apabila motivasi belajar naik maka prestasi
belajar matematika siswa pun akan naik.
6. Pengaruh Adversity Quotient Secara Tidak Langsung Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Melalui Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil analisis jalur, hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat pengaruh adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa melalui motivasi
belajar. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa motivasi belajar merupakan variabel
intervening antara pengaruh adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Hal ini memberikan arti bahwa adversity quotient tidak hanya berdampak secara langsung
terhadap prestasi belajar siswa, tetapi juga bisa melalui motivasi belajar terlebih dahulu
kemudian berdampak terhadap prestasi belajar matematika siswa. Besar pengaruh langsung
adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika yakni 32,4% sedangkan besar
pengaruh tidak langsung adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika yakni
5,7%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung adversity quotient
terhadap prestasi belajar matematika lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh secara
tidak langsung adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika melalui motivasi
belajar. Meskipun pengaruh secara tidak langsung tidak terlalu besar akan tetapi tetap
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.
Stoltz (2005) mengemukakan bahwa mereka yang AQ-nya tinggi dianggap sebagai
orang-orang yang paling memiliki motivasi. Lebih lanjut Stoltz juga menyatakan bahwa
orang sukses dalam belajar adalah orang yang memiliki AQ tinggi. Hal ini sependapat
dengan Deweck (Sudarman 2015) menyatakan siswa yang mempunyai AQ tinggi memiliki
motivasi dan prestasi belajar tinggi. Kesulitan baginya justru membuatnya menjadi siswa
pantang menyerah. Mereka mampu mengubah kesulitan menjadi peluang. Mereka adalah
orang optimis yang memandang kesulitan bersifat sementara dan bisa dibatasi.
Sejalan dengan penelitian tresnahadi, dkk (2022) yang mengemukakan bahwa adversity
quotient memberikan konstribusi yang positif secara tidak langsung terhadap prestasi
belajar matematika melalui motivasi belajar sebesar 16,83%. Motivasi yang terdapat dalam
diri siswa dapat menjadi suatu penggerak bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar
untuk meraih suatu pencapaian belajar. Motivasi belajar tidak terlepas dari sifat gigih dan
tekun siswa untuk menghadapi segala tantangan belajar demi mencapai hasil atau prestasi
belajar yang baik.
7. Pengaruh Kecerdasan Emosional Secara Tidak Langsung Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Melalui Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil analisis jalur, hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa melalui motivasi
belajar. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa motivasi belajar merupakan variabel
intervening antara pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Hal ini memberikan arti bahwa kecerdasan emosional tidak hanya berdampak secara
langsung terhadap prestasi belajar siswa, tetapi juga bisa melalui motivasi belajar terlebih
dahulu kemudian berdampak terhadap prestasi belajar matematika siswa. Besar pengaruh
langsung kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika yakni 25,7%
sedangkan besar pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
matematika yakni 5,7%.
Dadang (Payung, dkk, 2016) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mendeteksi dan mengolah emosi diri sendiri maupun orang lain.
Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral
yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan menyesuaikan
diri, kemampuan memecahkan masalah pribadi, mengendalikan amarah, serta kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri terutama dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
Anggraini, dkk (2022) yang menyatakan bahwa Siswa yang memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi mengetahui bagaimana caranya menggunakan emosi secara tepat saat belajar,
berempati dengan lingkungan belajarnya, peduli untuk belajar tanpa adanya paksaan dari
siapapun dan memiliki tujuan yang jelas dalam belajarnya sehingga memiliki motivasi
belajar yang tinggi pula.
Hasil penelitian Chandra (2017) menemukan bahwa semakin tinggi kecerdasan
emosional, maka motivasi belajar juga semakin tinggi dan semakin rendah kecerdasan
emosional, maka motivasi belajar juga semakin rendah. Hal ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan Sarnoto & Romli (2019) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif
kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar artinya semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosional maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Hal ini lebih menegaskan
bahwa seorang siswa membutuhkan kecerdasan emosional untuk menumbuhkan motivasi
belajarnya. Sejalan dengan adnyana (2017) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki
kecerdasan emosional yang baik akan mampu menciptakan hubungan yang baik dengan
guru, teman sebaya, dan orang tua, siswa juga akan memiliki kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri untuk berprestasi.
Seorang siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, lebih besar peluangnya
berhasil dalam belajar dan memiliki motivasi untuk berprestasi sehingga menghasilkan
prestasi belajar yang baik pula. Sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang
rendah akan kesulitan dalam menahan kendali emosionalnya dan akan mengalami konflik
batin yang akan merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya
yang akan membuat prestasi belajarnya menurun. Hal ini di dukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Aswin (2019) yang mengemukakan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan kecerdasaran emosional terhadap prestasi belajar matematika melalui motivasi
belajar.
8. Pengaruh Disposisi Matematis Secara Tidak Langsung Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Melalui Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil analisis jalur, hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar siswa melalui motivasi belajar. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa motivasi belajar merupakan variabel intervening antara
pengaruh disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini
memberikan arti bahwa disposisi matematis tidak hanya berdampak secara langsung
terhadap prestasi belajar siswa, tetapi juga bisa melalui motivasi belajar terlebih dahulu
kemudian berdampak terhadap prestasi belajar matematika siswa. Besar pengaruh langsung
disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika yakni 20,6% sedangkan besar
pengaruh tidak langsung disposisi matematis terhadap prestasi belajar matematika yakni
4,2%.
Wardani (Mahmuza & Aklimawati, 2017) berpendapat bahwa disposisi matematis
merupakan ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yang berupa kecenderungan
untuk berpikir dan bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri, keingintahuan,
ketekunan, antusias dalam belajar gigih menghadapi permasalahan fleksibel, mau berbagi
dengan orang lain, dan reflektif dalam kegiatan matematik. Disposisi siswa terhadap
matematika terwujud melalui sikap dan tindakan siswa. Oleh karena itu dibutuhkan
motivasi pada diri siswa karena berfungsi sebagai pendorong timbulnya kelakuan atau suatu
perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. Hal ini
sejalan dengan Mulyaningsih (2014) yang meyatakan bahwa motivasi belajar yaitu suatu
dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan aktivitas belajar agar prestasi belajar
dapat dicapai secara optimal. Jadi, motivasi belajar adalah daya penggerak bagi sesorang
individu untuk belajar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurfitriyanti (2017) yang mengatakan bahwa diposisi
matematis siswa merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan siswa
dalam kegiatan belajarnya. Dengan meningkatnya disposisi matematis yang dimiliki dalam
diri siswa maka akan meningkat pula hasil belajar matematikanya. Sejalan dengan
Hendriana & Sumarno (2014) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki disposisi
matematis yang tinggi akan membentuk individu yang tangguh, ulet, bertanggung jawab,
serta memiliki motivasi belajar yang tinggi dan membantu individu untuk mencapai hasil
prestasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai