Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 2

Ketua : Kesia Aulia

Narator : Nabila Fitrotun N

Sekertaris: Sabina Safitri

Anggota : - Zikrul Panji

- Reyfan Eddrian

Bahaya Lato-lato
Baru-baru ini, sebuah permainan tradisional bernama Lato-lato, kembali viral dimainkan.
Tidak hanya anak-anak, permainan tersebut juga dimainkan oleh remaja hingga orang dewasa.
Tetapi siapa sangka ternyata permainan ini dapat mengakibatkan cedera. Lalu bagaimana
cara kita tetap waspada supaya tidak terjadi cedera?

bermain lato-lato dapat membuat tangan


menjadi memar dan lebam. Kondisi lebam
akibat main lato lato dapat terjadi karena
benturan bola lato langsung ke tangan. Jika
permainan ini dilakukan rutin, risiko benturan
memang bisa semakin sering dan inilah yang
membuat tangan lebam atau bengkak.
Disampaikan Ahli Ortopedi ALTY Hospital
Kuala Lumpur, Malaysia, Prof Ruslan
Nazaruddin Simanjuntak, bermain lato lato tanpa pengawasan dan dilakukan dengan cara
yang salah memang nyatanya bisa menyebabkan memar. Memar terjadi pada jaringan lunak
akibat benturan dari kerasnya bola lato lato itu sendiri.

Di satu sisi, banyak yang beranggapan bahwa lato-lato bisa jadi alternatif agar anak-anak
tidak keterusan bermain smartphone. Namun di sisi lainnya, suara lato-lato mulai
mengganggu pendengaran. Terlebih jika dimainkan pada waktu dan tempat yang tidak
semestinya. Lato-lato mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika Serikat dan Eropa.
Dulunya, mainan ini terbuat dari kaca hingga kayu. Karena itu, jika bola latto-latto pecah,
serpihannya dapat terpental dan mengakibatkan sejumlah kasus cedera mata.

Risiko insiden cedera mata dan luka ini salah satunya mengakibatkan latto-latto sempat
ditarik dari peredaran. Kasus tersebut kemudian mendorong perubahan bahan dasar kaca
pada lato-lato menjadi plastik. Sayangnya, lato-lato yang dibuat dengan plastik pada 1970-an
ternyata juga berpotensi pecah. Dalam data New York Times pada 12 Februari tahun 1971,
tercatat setidaknya empat kasus cedera terjadi akibat latto-latto. Baru pada 1990-an, bahan
akrilik lato-lato dibuat lebih aman untuk jadi mainan.

Selain pelarangan di sejumlah negara, baru-baru ini di Indonesia juga muncul peraturan
terkait pelarangan membawa latto latto ke sekolah. Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Barat,
di Provinsi Lampung melarang siswa membawa latto-latto ke sekolah. Ini dimaksudkan agar
mainan tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di lingkungan sekolah.

Apabila dimainkan anak- anak dan bisa menimbulkan bahaya menurut Kak Seto sebaiknya
diganti dengan permainan lain yang lebih aman dan edukatif. Sebagai alternatif, Kak Seto
menyebut bola latto-latto bisa diganti dengan bahan yang tidak berbahaya jika terkena
anggota tubuh. Sebab, permainan lato lato menurutnya juga memiliki sisi postif untuk
perkembangan anak. "Sisi positifnya itu bisa melatih ketangkasan fisik anak, kepercayaan diri,
melatih sosialisasi, dan sebagainya. Tapi kalau apa pun sudah berlebihan, ya dilarang. Artinya,
permainan ini positif jika diawasi oleh orang dewasa dengan cara yang benar. Kalau asal-
asalan, ya berbahaya," sambungnya. Maka dari itu, orangtua juga perlu mengawasi anaknya
agar terhindar dari cedera.

Untuk mengurangi bahayanya lato lato yang mengakibatkan lebam dan memar,dapat
dilakukan dengan cara memainkannya dengan hati-hati dan tidak terlalu kencang, serta
dengan pengawasan dari orang tua. Hal ini dapat mencegah banyaknya korban khususnya
anak-anak yang bermain lato-lato. Oleh karena itu, para orang tua tidak boleh lalai dalam
mengawasi anak-anaknya agar tercegah dari hal-hal yang tidak diinginkan. Keselamatan anak
aman, kesenangan anak pun terjamin.

Anda mungkin juga menyukai