Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

“SMART STAND INFUSION MULTI MONITORING”

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir

Jurusan D-IV Teknik Elektromedik

Universitas Mohammad Husni Thamrin

Disusun Oleh :

Nama : Dicky Ali Sodikin

NIM : 1083211002

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTROMEDIK

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya berupa akal pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Rancang Bangun Smart Stand Infusion Multi Monitoring”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad S.A.W
dan para sahabatnya yang telah menunjukan jalan kebenaran berupa keislaman serta menauhkan kita
dari zaman kebodohan dan menuntun kita menuju zaman yang terang dan penuh ilmu perngetahuan
seperti sekarang ini.

Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Terapan pada Program Studi D4 Teknik Elektromedik Universitas MH. Thamrin.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mendapatkan
banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada :

1 Dua insan yang sangat mendukung dan berarti, Ayah dan Ibunda yang setiap saat berusaha
memberikan yang terbaik, berupa kasih sayang, doa tulus dan hal lain yang tidak mungkin
penulis dapat membalasnya.
2 Satu sosok penguat hidup penulis dalam melanjutkan pendidikan dan memperjuangan cita-cita
penulis yaitu istri tercinta yang selalu setia menemani disetiap langkah perjuangan.
3 Bapak Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, SKM.,M.Comm selaku Rektor Universitas MH. Thamrin
dan Bapak Mulyatno, S.T.,M..Kom selaku Ketua Program Studi D4 Teknik Elektromedik
Universitas MH. Thamrin yang memberikan izin kepada penulis untuk menimba ilmu disini.
4 Para Dosen Program Studi D4 Teknik Elektromedik Unversitas MH. Thamrin yang telah
memberikan bekal ilmu kepada penulis.
5 Para Staff Karyawan/Karyawati Program Studi Teknik Elektromedik Universitas MH. Thamrin
yang telah membantu mengarahkan terkait administrasi.
6 Teman-teman Angkatan 2022 Alih Jenjang D4 Teknik Elektromedik Unversitas MH. Thamrin
yang sudah 2 tahun saling memberi motivasi dan banyak pengalaman yang tidak mungkin dapat
penulis lupakan, terimakasih atas bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna
untuk itu, semua jenis saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan memberikan wawasan
tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri, Amin.
Jakarta, 1 November 2022

(Dicky Ali Sodikin)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian obat merupakan sebuah tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis atau
perawat guna menunjang kesembuhan pasien, salah satu metode pemberian obat yaitu
pemeberian obat melalui intravena atau metode infus. Terapi intravena (infus) adalah tindakan
memasukan cairan dalam jumlah tertentu melalui vena penderita secara terus menerus dalam
jangka waktu dan dosis tertentu [1]. Pada saat proses pemberian tindakan infus ini, perawat atau
petugas medik yang merawat pasien harus memantau waktu dan kecepatan laju tetesan infus agar
saat pemebrian tindakan infusion sesuai dengan prinsip lima benar standar prosedur operasional
pemberian obat yaitu “Benar Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Waktu dan Benar
Pemberian Obat [2].
Kelalaian dari petugas medis atau perawat dalam penggantian cairan infus yang telah habis
dapat menyebabkan naiknya darah keselang infus, jika tidak segera ditangani akan
mengakibatkan pembekuan darah pada selang infus atau disebut blood clotting yang
mengganggu kelancaran pemberian infus dan apabila tidak segera ditangani bisa mengakibatkan
obtruksi hingga kematian [3]. Selain itu mengingat apa yang dialami pada dunia medis akhir-
akhir ini yaitu Covid 19 memantau pemberian cairan infus secara manual dengan tempo yang
seringa tau berkelanjutan pada pasien dapat memperbesar resiko penularan. Dari beberapa studi
kasus diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya petugas medis membutuhkan alat yang
dapat membantu dalam proses pemantauan tindakan pemberian cairan infuse pada pasien.
Pada penelitian sebelumnya telah dibuat alat oleh Bq Meliani Ramdini di Unversitas
Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Alat Monitoring Volume Infus Berbasis komunikasi
Wireles” pada tahun 2021. Pada penelitian tersebut, penulis menemukan 2 (dua) keterbatasan,
yaitu pada metode monitoring yang masih menggunakan sistem sambungan atau koneksi
wireless dengan jarak atau jangkauan jarak maksimal hanya 100 meter, lebih dari jarak tersebut
ada kemungkinan resiko terputusnya koneksi antara transmitter dan receiver dikarenakan sinyal
wireles yang terkirim dan diterima melemah, keterbatasan yang kedua adalah alat tersebut satu
receiver hanya dapat memonitoring satu transmitter (sensor monitoring).
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini penulis akan merancang sebuah alat yaitu
“SMART STAND INFUSION MULTI MONITORING” yang berfungsi untuk membantu
petugas medis atau perawat memantau pemberian cairan infus pada pasien dengan kelebihan alat
“SMART STAND INFUSION MULTI MONITORING” yaitu dapat memantau lebih dari 1 (satu)
titik lokasi infus dan menggunakan sistem sambungan komunikasi IOT agar mampu menjangkau
jarak titik lokasi yang lebih jauh dan lebih baik dalam kualitas koneksi monitoring.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis mengambil rumusan masalah
yaitu dibutuhkannya sebuah alat untuk memonitoring volume dan kecepatan tetesan cairan infus
pada tindakan infusion secara real time menggunakan Smart Stand Infusion yang dimana sebuah
alat pintar yang dapat memonitoring volume dan kecepatan tetesan cairan infus agar dapat
membantu petugas medis atau perawat dalam memonitoring pemberian infusion pada pasien.
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Adapun penulis membatasi pokok bahasan pada permasalahan. Hal ini dimaksud agar tidak
terjadi kerancauan dan pelebaran dari masalah, Batasan masalah yang penulis batasi yaitu
pembahasan pada seluruh hal yang berkenaan dengan perancangan alat “SMART STAND
INFUSION MULTI MONITORING”.
1 Pembuatan alat ini berfokus pada monitoring cairan infus.
2 Pembuatan multi monitoring pada alat ini menggunakan 3 (tiga) titik monitoring.
3 Menggunakan sistem komunikasi berbasi IOT.
4 Pembuatan program pada alat ini berbasis LAB VIEW.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pengerjaan tugas akhir ini yang dilakukan adalah mampu membuat
perencanaan dan pembuatan “SMART STAND INFUSION MULTI MONITORING”
sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan Program Studi D4 Teknik
Elektromedik Universitas MH. Thamrin.
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Membuat rangkaian untuk sensor load cell.
2 Membuat software pemrograman IOT.
3 Membuat pemrograman LAB VIEW.
4 Melakukan Uji Fungsi.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Institusi
1 Sumbangan ilmiah bagi Universitas.
2 Sebagai referensi atau fasilitas bagi mahasiswa Teknik Elektromedik Unversitas MH.
Thamrin dalam kegiatan pembelajaran.
1.5.2 Masyarakat
1 Membantu mempermudah petugas medis atau perawat dalam melakukan pemantauan
atau monitoring pemberian tindakan infusion pada pasien.
2 Membantu memenimalisir terjadinya resiko blood clotting, obstruksi bahkan kematian.
1.5.3 Pribadi/Peneliti
1 Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang perkembangan teknologi terutama
dibidang alat kesehatan.
2 Melatih diri untuk terbiasa melakukan kegiatan menulis yang baik dan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Pada penelitian sebelumnya [4], peneliti membuat alat monitoring volume dan kecepatan
tetes infus secara wireless menggunakan modul Ebyte E01-2G4M27D yang tertampil pada PC atau
computer untuk mempermudah perawat dalam memantau infus pasien. Dalam memonitoring
volume infus, digunakan sensor load cell yang terpasang ditiang infus, load cell dihubungkan
dengan modul HX711 dimana modul ini berfungsi memperkuat sinyal dan kemudian
mengirimkannya ke Arduino untuk dilakukan proses data yang diterima. Sedangkan untuk membaca
kecepatan tetes infus digunakan sensor optocoupler yang terpasang pada drip chamber. Semua hasil
pembacaan dari sensor load cell dan sensor tetes (optocoupler) akan diolah oleh Arduino dan
kemudian dikirimkan oleh transceiver Ebyte E01-2G4M27D sehingga dapat tertampil di PC
(personal computer) atau laptop secara real time. Didapatkan hasil pengujian volume infus dengan
kesalahan hasil Relatif pada pengujian dengan volume infus 100 mL yaitu 4,3%, volume infus 200
mL yaitu 3,05%, volume infus 300 mL yaitu 1,7%, volume infus 400 mL yaitu 1%, dan volume
infus 500 mL yaitu 0,34%. Alat monitoring dapat memonitoring infus hingga jarak 100 meter, selain
itu alarm juga dapt aktif ketika volume infus <90 mL dan kecepatan tetes <5 ml/menit. Dapat
disimpulkan alat tugas akhir ini dapat berfungsi atau sistemnya berjalan dengan baik.
Pada penelitian [3], peneliti membuat alat monitoring aliran darah naik ke selang infus. Alat
ini dilengkapi dengan rangkaian sensor LDR sebagai pendeteksi naiknya darah ke selang infus.
Hasil baca sensor alat ini berupa tanda peringatan dengan adanya bunyi alarm dan lampu LED
merah menyala. Alat ini terbukti efektif dalam membaca kondisi cairan infus dengan rata-rata waktu
mendeteksi yaitu 0,77 detik saat darah naik ke selang infus.
Pada penelitian[5], peneliti membuat alat Monitoring Infus, Load Cell, LED dan Photodioda,
Ethernet Shield, Website. Penelitian ini menerapkan Arduino Uno, sensor load cell, LED &
photodioda, ethernet shield dan antarmuka berbasis website. Arduino berfungsi sebagai pengatur
utama sistem, mengontrol semua aktivitas dalam sistem kontrol kerja sensor. Pada antarmuka
website diterapkan sistem masukan dan pemantauan secara realtime. Sensor load cell berperan
sebagai pengukur volume cairan di dalam botol infus yang digunakan pada pasien. Sensor LED dan
photodioda sebagai pendeteksi kecepatan tetesan infus. Data yang diperoleh dari sensor kemudian
akan ditampilkan pada website menggunakan ethernet shield sehingga perawat dapat memonitoring
volume cairan infus yang digunakan pasien. Hasil pembacaan sensor load cell diperoleh nilai error
sebesar 0.05% sedangkan kecepatan tetesan yang diperoleh oleh pengujian sensor LED dan
photodioda sebesar 0,23ml/detik dan 0,35ml/detik. Alarm peringatan volume cairan infus akan
berbunyi saat volume cairan mencapai batas minimal ±50ml dan alarm peringatan pada website juga
akan berbunyi apabila kecepatan tetesan cairan intravena (infus) tidak terdeteksi.
2.2 Landasan Teori
3.3.1 Infus
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan
kedalam tubuh, melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pada sistem infus
laju aliran infus diatur melalui klem selang infus. Jika klem digerakan untuk mempersempit
jalur aliran pada selang maka laju cairan akan menjadi lambat ditandai dengan sedikitnya
jumlah tetesan infus per menit yang keluar dan sebaliknya bila klem digerakan untuk
memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju airan infus akan menjadi cepat ditandai
dengan banyaknya jumlah tetesan infus per menit [1].
Gambar pemasangan botol infus dengan infus ser dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

3.3.2 Arduino ESP8266


Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATMega328. Arduino uno memuat
semua yang dibutuhkan untuk menunjang mikrokontroler, sangat mudah
menghubungkannya ke sebuah komputer dengan sebuah kabel USB dan mensuplainya
dengan sebuah adaptor AC (Alternating Current) ke DC (Direct Current) atau menggunakan
baterai untuk memulainya. ATmega328 pada arduino uno hadir dengan sebuah bootloader
yang memungkinkan untuk melakukan upload kode baru ke ATmega328 tanpa menggunakan
program hardware eksternal.
Dibawah ini merupakan gambar Arduino ESP8266 :
3.3.3 Load Cell
Load cell merupakan sensor berat, apabila load cell diberi beban pada inti besinya maka nilai
resistansi di strain gauge akan berubah[3]. Umumnya load cell terdiri dari 4 buah kabel,
dimana dua kabel sebagai eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai sinyal keluaran. Load cell
adalah alat elektromekanik yang biasa disebut transducer, yaitu gaya yang bekerja
berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang
bekerja, kemudian merubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik. Output dari transducer
dimasukkan dalam algoritma menghitung tekanan pada transducer). Penggunaan load cell
sangat simple dan sangat memudahkan dalam implementasinya. Prisip kerja secara singkat
dari load cell adalah terjadinya shears atau stress dari suatu benda (misalnya logam). Dalam
load cell, shears dan stress ini diwujudkan dalam bentuk perubahan panjang (regangan)
permukaan, dan perubahan panjang ini ditangkap oleh sensor sekunder berupa strain gauge
yang akan mengubah perubahan panjang (regangan) menjadi perubahan resistansi.

Berikut merupakan gambar karakteristik dari sensor load cell:

Gambar 2.4 memperlihatkan salah satu konstruksi load cell yang mendapat beban disatu sisi
sementara sisi lain dibuat fixed. Disatu bagian akan Extend (memanjang) dan bagian lain
akan contract (memendek). Selama proses penimbangan, beban yang diberikan
mengakibatkan reaksi terhadap elemen logam pada load cell yang mengakibatkan perubahan
bentuk secara elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini (positif dan negatif) di
konversikan kedalam sinyal listrik oleh strain gauge (pengukur regangan) yang terpasang
pada spring element, yaitu ditempat yang mengalami pemanjangan dan pemendekan. Strain
gauge yang dipasang pada bagian extend akan bertambah resistansinya sementara yang
dipasang pada bagian contract akan berkurang nilai resistansinya.
Srain gauge disusun dengan konfigurasi jembatan dengan supli sebesar 10 volt, dengan
terjadinya regangan maka resistansi strain gauge berubah dan akan menyebabkan terjadinya
perubahan tegangan output pada rangkaian bridge. Tegangan keluaran dari bridge ini masih
sangat kecil sehingga perlu diperkuat, diolah serta dikondisikan untuk mendapatkan
tegangan yang diperlukan untuk tingat berikutnya [11].
3.3.4 Optocoupler
Sensor optocoupler merupakan komponen elektronika yang digunakan untuk mendeteksi
perubahan sinar inframerah, bentuk dari optocoupler dapat dilihat pada gambar 2.6. Sensor
optocoupler digunakan untuk mendeteksi jarak atau pergerakan yang menghalangi sinar
inframerah. Cara kerja dari sensor optocoupler adalah bila sinar inframerah terhalang maka
phototransistor tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan berlogika high.
Sebaliknya jika antara phototransistor dan LED tidak terhalang maka phototransistor tersebut
akan on sehingga output-nya akan berlogika low.
Dibawah ini merupakan gambar dari sensor octocoupler :

Bagian dari sensor optocoupler ini adalah : sebuah led merah biasa atau led inframerah
sebagai transmitter dan sebuah fototransistor sebagai receiver. Pada bagian transmitter dapat
kita hubungkan ke tegangan yang cukup untuk menghidupkan led dan bagian receiver

dihubungkan secara seri ke sumber tegangan dan lainnya menjadi terminal keluaran [12].
Skema dari sensor optocoupler ditunjukkan pada gambar 2.6.
Bagian – bagian dari skema optocoupler pada Gambar 2.7 adalah sebagai berikut:
1 Anoda
2 Katoda
3 NC
4 Basis
5 Kolektor
6 Emitter
3.3.5 Lab View
LabView (Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench) bahasa pemrograman
grafis. LabView tidak menggunakan teks untuk membuat suatu aplikasi melainkan dengan
icon-icon yang telah disediakan. Ada perbedaan dari pemrograman teks, pada pemrograman
teks instruksi yang menentukan eksekusi program, LabView menggunakan pemrograman
aliran data, dimana aliran data yang menentukan eksekusi. Penggunaan LabView, dapat
membuat user interface menggunakan tools dan objek tertentu. Pengguna dapat memberikan
kode menggunakan grafis yang mewakili fungsi untuk mengatur object pada front panel.
Blok diagram berisi kode, dengan begitu blok diagram dapat menyerupai sebuah flowchart.
Pemrograman LabView sebenarnya ditujukan untuk memudahkan pembuatan program,
khususnya dibidang instrumentasi dan kendali. Hal ini karena didalam LabView disediakan
tools-tools untuk memudahkan akses ke hardware.
Dibawah ini merupakan gambar dari software LAB VIEW :
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan metode System Development Life Cycle (SLDC) yang
terdiri dari tahap-tahap : analisa kebutuhan (analysis), merancang, membangun dan menguji
coba.
3.2 Analisa Kebutuhan
Alat infus yang sering digunakan pada ruang rawat inap masih menggunakan system
pemantauan volume dan kecepatan tetes infus secara manual yang dilakukan oleh perawat.
Seringnya terjadi kelalaian dalam pemantauan selang infus menyebabkan darah naik ke selang
infuse.
Darah diselang infuse tersebut apabila tidak segera diatasi atau dibersihkan akan membentuk
pembekuan darah (blood clotting) yang dapat mengganggu kelancaran aliran cairan infuse.
Pemberian cairan infuse juga memiliki dosis dan kecepatan tetesan tertentu, apabila pemberian
tetes infuse melebihi dosis dan kecepatan seharusnya, maka akan berbahaya bagi pasien
khususnya penderita hipertensi, gangguan jantung dan gagal ginjal.
3.3 Perancangan
3.3.1 Blok Diagram

Dari gambar diata dapat dilihat bahwa system terbagi menjadi 4 bagian yaitu, Transmitter A
yang merupakan blok diagram dari infus 1, Transmitter B yang merupakan blok diagram dari
infus 2, Firebase merupakan website yang berfungsi untuk menyimpan data atau database dari
hasil pemantauan tetesan dan kapasitas cairan infus, dan PC (personal computer) berfungsi
untuk menampilkan data pemantauan.
3.3.2 Flow Chart

Gambar diatas merupakan diagram alir/flow chart dari transmitter. Ketika alat dinyalakan
sensor optocoupler akan mendeteksi kecepatan tetes infus dan sensor load cell akan mendeteksi
volume infus, pada proses selanjutnya transmitter mendapat sinyal internet untuk terhubung
dengan firebase pada website, apabila tidak terhubung maka proses akan kembali ke inisialisasi,
apabila terhubung maka proses selanjutnya adalah mengunggah data pemantauan dari
transmitter ke firebase, setelah terunggah secara real time maka hasil pemantauan bisa dilihat
pada personal computer yang memiliki sinyal internet untuk mengakses firebase hasil
pemanatauan. Maka proses selesai.
3.3.3 Rancangan Casing

3.4 Membangun / Membuat Alat


Dalam pembuatan alat ini penulis mengelompokan menjadi 3 bagian :
1 Membuat rangkaian elektronik sesuai denngan blok diagram alat
2 Membuat program aplikasi sesuai rancangan flowchart
3 Membuat casing/housing sesuai rancangan
3.5 Menguji Alat
Pada tahapan pengujian, penulis akan melakukan pengujian fungsi kinerja dari alat dan program
aplikasi firebase.
3.6 Anggaran Biaya
Rekapitulasi rencana anggaran biaya disusun dengan table berikut :

No Nama Bahan Jumlah Harga Total Harga


1 Tiang Infus 2 tiang Rp. 100.000 Rp. 200.000
2 Arduino ESP8266 2 Buah Rp. 50.000 Rp. 100.000
3 Sensor Loadcell 2 Buah Rp. 90.000 Rp. 180.000
4 Optocoupler 2 Buah Rp. 100.000 Rp. 200.000
5 Indikator Baterai 1 Buah Rp. 25.000 Rp. 25.000
6 Saklar On/Off 1 Buah Rp. 15.000 Rp. 15.000
7 Push button 1 Buah Rp. 15.000 Rp. 15.000
8 Lampu Led DC 1 Buah Rp. 1000 Rp. 1000
9 Kabel Jumper secukupnya Rp. 25.000 Rp.25.000
10 Kabel 2 wire Secukupnya Rp. 30.000 Rp. 30.000
11 Soket male&female 2 pasang Rp. 50.000 Rp. 100.000
12 Casing 2 Buah Rp. 100.000 Rp. 200.000

Anda mungkin juga menyukai