M YANG
MENGALAMI DANGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DENGAN
INTERVENSI INOVASI KOMPRES DAUN DADAP SEREP UNTUK
ANAK DHF TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH
DI SUSUN OLEH :
TASYA AYUNITA
2011102412030
2020/2021
i
ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M YANG MENGALAMI DANGUE
HEMORAGIC FEVER (DHF) DENGAN INTERVENSI INOVASI KOMPRES DAUN DAD
AP SEREP UNTUK ANAK DHF TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH
Tasya Ayunita1, Ni Wayan Wiwin2
INTISARI
Salah satu gejala yang muncul pada pasien DHF adalah demam, sebagai perawat dan tenaga yang
professional perlu mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien terutama tindakan pada
anak dengan demam yang diakibatkan oleh virus dengue. Tindakan yang dapat ditawarkan dengan
terapi nonfarmakologi yaitu pemberian kompres ramuan daun dadap serep. Dadap serep
(Erythrina Lithosperma Miq) termasuk golongan dari keluarga papilonaceae yang memiliki
kandungan saponim, flavonoid, polifenol, tannin, dan alkaloid. Kandungan ini daun dadap
bermanfaat antiinflamasi, antimikroba, antipiretik dan antimalaria. Tujuan penulisan karya ilmiah
ners ini adalah mengetahui pengaruh kompres daun dadap serep terhadap demam. Didapatkan
kompres daun dadap serep selama tiga hari mampu menurunkan demam pada pasien DHF.
Diharapkan Tindakan ini dapat diterapkan pada pelayanan kesehatan
1
Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2
Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
ii
ANALYSIS OF NURSING CARE IN AN. M WITH DADAP SEREP LEAF COMPRESS
INNOVATION INTERVENTION FOR DANGUE HEMORAGIC FEVER DHF
CHILDREN AGAINST FEVER
Tasya Ayunita3, Ni Wayan Wiwin4
ABSTRAK
One of the symptoms that appear in DHF patients is fever, as nurses and professional staff need to
know proper nursing care for patients, especially actions for children with fever caused by the
dengue virus. Actions that can be offered with non-pharmacological therapy are giving a compress
of dadap serep leaf ingredients. Dadap serep (Erythrina Lithosperma Miq) belongs to the
Papilonaceae family which contains saponins, flavonoids, polyphenols, tannins, and alkaloids.
This content of Dadap leaves has anti-inflammatory, antimicrobial, antipyretic and antimalarial
properties. The purpose of writing this scientific paper for nurses is to determine the effect of
Dadap serep leaf compresses on fever. It was found that dadap serep leaf compress for three days
was able to reduce fever in DHF patients. It is hoped that this action can be applied to health
services
3
Student of Profession Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
4
Lecturer of Nusing Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………… i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah …………………………… ii
Lembar Persetujuan …………………………………………………… iii
Lembar Pengesahan …………………………………………………… iv
Kata Pengantar …………………………………………………… v
Intisari …………………………………………………………… vii
Abstract …………………………………………………………… viii
Daftar Isi …………………………………………………………… ix
Daftar Gambar …………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang …………………………………………………… 1
B Perumusan Masalah …………………………………………… 5
C Tujuan Penulisan …………………………………………………… 5
D Manfaat Penulisan…………………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Konsep DHF .......………………………………….. 7
B Konsep Askep Anak DHF.......…………………………………… 15
C Konsep Demam………………………………………… ............ 20
D Konsep Daun Dadap Serep............................................................ 26
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A Pengkajian…………………………………………………………… 28
B Masalah Keperawatan …………………………………… 35
C Intervensi Keperawatan …………………………………… 36
D Intervensi Inovasi …………………………………………… 36
E Implementasi …………………………………………………… 39
F Evaluasi …………………………………………………………… 43
BAB IV ANALISA SITUASI
A Analisis Masalah Keperawatan …………………………………… 48
B Analisis Intervensi Inovasi …………………………………… 54
C Alternatif Pemecahan Masalah …………………………………… 56
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan …………………………………………………… 58
B Saran …………………………………………………………… 59
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan fisiologis seperti nutirisi dan cairan, aktifitas dan eliminasi, istirahat
psikologis sosial dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam
satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja
Anak pada masa usia prasekolah disebut sebagai masa yang sangat aktif
seiring dengan masa perkembangan otot yang sedang tumbuh dan peningkatan
aktivitas bermainnya. Para ahli menggolongkan usia balita pada usia pra-
berbagai serangan penyakit dan penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit
disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui
utara Australia. Menurut data (WHO 2016) Penyakit demam berdarah dengue
pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina,
1
selanjutnya menyebar keberbagai negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara
yang mengalami wabah DHF, namun sekarang DHF menjadi penyakit endemik
pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania
Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat memiliki angka tertinggi kasus DHF. Jumlah kasus di Amerika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan
lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat
sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DHF
Salah satu gejala yang muncul pada pasien DHF adalah demam, pasien
DHF yang dirawat di Rumah Sakit banyak yang mengeluh mengalami demam
tinggi terutama pada anak. Demam menjadi masalah dan perhatian dalam
panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Pada demam
mekanisme umpan balik akan terjadi bila suhu inti tubuh sudah melewati
ambang batas tolerasi untuk mempertahankan suhu tubuh supaya suhu tubuh
tetap konstan pada kisaran 37°C. Sebagian besar penyakit dapat menyerang
pada sistem tubuh yang ditandai adanya demam. Selain itu juga dalam
2
Secara teoritis kenaikan suhu tubuh atau demam pada infeksi dinilai
menguntungkan, oleh karena aliran darah semakin cepat hingga makanan dan
oksigenasi makin lancar. umumnya demam terjadi pada anak disebabkan oleh
ataupun obat-obatan (Kaneshiro & Zieve, 2016). Namun terlalu tinggi bisa
darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga
demam yang tidak segera diatasi dan suhu tubuh tubuh meningkat terlalu
tinggi yaitu dapat terjadi fatal seperti dehidrasi berlebih, letargi, penurunan
nafsu makan, hingga kejang yang mengancam kelangsungan hidup pada anak
(Reiga, 2015). Demam juga harus ditangani akan menimbulkan efek serius
suhu dan pada permukaan kulit terjadi kemerahan. Banyak orang tua kurang
dehidrasi dan kejang demam karena penanganan yang tidak tepat (Henriana,
2017).
keperawatan yang tepat pada pasien terutama tindakan pada anak dengan
3
Tindakan yang dapat ditawarkan dengan terapi nonfarmakologi yaitu
dan antimalaria.
banyak efikasi yang telah dikenal secara obat tradisional turun menurun
bahan memperbaiki rasa dan mengharumkan ramuan obat secara empiris dapat
mudah dilakukan oleh siapa saja khususnya pada orangtua anak. Terapi
4
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini adalah
Pada An.M?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
demam
D. Manfaat Penelitian
5
Dapat menjadi masukan pada program belajar mengajar dan menambah
lebih lanjut.
4. Bagi Penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi
berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu
infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk
7
dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang
b. Etiologi
c. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma
2015) :
himokonsentrasi.
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau
8
hipotensi disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
4) Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
d. Patofisiologi
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau
9
bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
10
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
1) Demam dengue
a) Nyeri kepala
b) Nyeri retro-orbital
d) Ruam kulit
f) Leukopenia
a) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
11
b) Manifestasi perdarahan yang berupa :
c) Trombositopenia <100.00/ul
1)) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
2)) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
yaitu:
c) Hipotensi
12
f. Pemeriksaan Penunjang
plasma.
a) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
hemokonsentrasi.
sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang
dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak
13
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas
yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari
metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam
serum penderita.
6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
1. Pengkajian
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,
15
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
e. Riwayat Imunisasi
f. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan
tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan
g. Kondisi Lingkungan
kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
h. Pola Kebiasaan
menurun.
16
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
2. Diagnosa Keperawatan
17
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI
2017) :
makan)
3. Intervensi Keperawatan
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI
18
DIAGNOSA KEPER SLKI SIKI
AWATAN
1. Pola Napas Tidak Ef Pola Napas Manajemen Jalan Napas
ektif Setelah dilakukan tindakan ke Observasi
perawatan selama … x … jam, 1.1 Monitor pola napas (frekuensi,
diharapkan pola napas tidak ef kedalaman, usaha napas)
ektif membaik dengan kriteria 1.2 Monitor bunyi napas tambaha
hasil : n (mis, gurgling, mengi, whee
- Frekuensi napas dari skala … zing, ronkhi kering)
ke skala … 1.3 Monitor sputum (jumlah, warn
- Kedalaman napas dari skala a, aroma)
… ke skala … Terapeutik
Dengan Skala Indikator : 1.4 Posisikan semi fowler atau fo
1. Memburuk wler
2. Cukup Memburuk 1.5 Berikan minum hangat
3. Sedang 1.6 Lakukan fisioterapi dada, jika
4. Cukup membaik perlu
5. Membaik Edukasi
1.7 Ajarkan teknik batuk efektif
2. Hipertermia berhubu Termoregulasi Manajemen Hipertermia
ngan dengan proses p Setelah dilakukan tindakan Observasi:
enyakit keperawatan .......x......jam 2.1 Identifikasi penyebab hiperter
diharapkan suhu tubuh tetap mia (mis. dehidrasi, terpapar l
berada pada rentang normal ingkungan panas, penggunaan
dengan kriteris hasil inkubator)
-Menggigil dari skala....ke 2.2 Monitor suhu tubuh
skala.... 2.3 Monitor kadar elektrolit
-Suhu Tubuh dari skala....ke 2.4 Monitor haluaran urine
skala..... 2.5 Monitor komplikasi akibat hip
Dengan Skala Indikator : ertermia
1. Memburuk Terapeutik:
2. Cukup Memburuk 2.6 Sediakan lingkungan yang din
3. Sedang gin
4. Cukup membaik 2.7 Longgarkan atau lepaskan pak
5. Membaik aian
2.8 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
Kolaborasi
2.9 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
3. Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan ke Observasi
peningkatan perawatan selama … x … jam, 3.1 Periksa tanda dan gejala
permeabilitas kapiler diharapkan status cairan hypovolemia (mis. frekuensi nadi
membaik dengan kriteria hasil meningkat, nadi teraba lemah,
: tekanan darah menurun, tekanan
- Turgor kulit dari skala … ke nadi menyempit, turgor kulit
skala … menurun, membran mukosa,
- Tekanan darah dari skala … kering, volume urin menurun,
ke skala … hematokrit meningkat, haus,
19
Dengan Skala Indikator : lemah)
1. Memburuk 3.2 Monitor intake dan output
2. Cukup Memburuk cairan
3. Sedang Terapeutik
4. Cukup Membaik 3.3 Hitung kebutuhan cairan
5. membaik 3.4 Berikan posisi modified
trendelenburg
3.5 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
3.6 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
3.7 Anjurkan menghindari
perlahan posisi mendadak
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
(Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
1. Pengertian
20
Demam merupakan keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 37,5°C, de
mam juga dapat menjadi manifestasi klinis awal dari suatu infeksi tertentu.
Bagian tubuh yang mengontrol suhu tubuh manusia adalah hipotalamus dan
aling tinggi (Nur & Saputri, 2019). Sebagian besar demam pada anak merup
sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan per
2. Anatomi Fisiologi
21
Gambar 2.2 Bagian–bagian hipotalamus (Mescher, 2016)
Hipotamus adalah bagian terbesar dari otak yang terletak pada bagian
central dari thalamus di atas kelenjar hipofisis dan membentuk dasar dari
2017).
3. Jenis-jenis
a) Demam Kontinyu
22
b) Demam Intermiten
Demam ini ditemukan dengan variasi diurnal lebih dari 1°C kadan
c) Demam Remiten
perti demam typhoid tipe awal dan berbagai penyakit yang disebabkan
oleh virus.
Demam ini terjadi dengan episode sporradis serta ada penurun suh
u jelas dan demam akan muncul kembali. Demam ini terjadi pada pend
e) Demam Pel-Ebstein
lebih lama serta periode afebril yang durasinya sama dan disertai
4. Etiologi
rogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen dari luar berguna untuk m
23
erangsang, sedangkan pirogen endogen dari dalam tubuh untuk merangs
mus. Demam juga disebabkan karena berbagai penyakit yaitu infeksi sal
5. Patofisiologi
pembunuh yang mempunyai granula dalam ukuran besar. Semua sel ini a
kan mengolah hasil pemecahan bakteri serta akan melepaskan zat interle
demam dengan cara meningkatkan suhu tubuh dalam waktu 8-10 menit.
6. Manifestasi Klinis
24
Menurut Sodikin (2017) terdapat 3 fase saat terjadinya demam yait
u fase awal, proses, dan pemulihan. Pada setiap fase memiliki beberapa ta
Pada fase ini akan terdapat beberapa tanda-tanda klinis yaitu: peningk
ggigil karena tegangan dan kontraksi otot, pucat dan dingin karena va
menghilang, kulit jadi teraba hangat, merasa tidak panas namun meras
nafsu makan menurun, lemah, letih serta nyeri ringan pada otot.
c) Fase Pemulihan
25
1. Pengertian
dengan menempelkan gulungan daun dadap serep pada daerah dahi dan
lipatan ketiak karena daun dadap juga bersifat menyerap panas sehingga
daun ini ampuh untuk meredakan demam balita (Hidayat, 2016). Cara
menggunakannya, ambil selembar daun dadap serep lalu cuci bersih dengan
air. Gulung-gulung daun dadap hingga lembek dan lunak. Lalu tempel ke
dahi balita sebagai kompres. Jika daunnya mengering, segera ganti dengan
daun baru, begitu seterusnya hingga demam anak turun (Hidayat, 2016).
2. Manfaat
memiliki banyak efikasi yang telah dikenal secara obat tradisional turun
26
mendinginkan sehingga sering digunakan di masyarakat untuk menurunkan
Daun dadap serep sudah terbukti memiliki efek sebagai antipiretik, hal
dadap serep berpengaruh dalam menurunkan suhu tubuh anak usia sekolah
dengan metode konduksi. Maka dari itu daun dadap serep bisa digunakan
untuk menurunkan panas atau suhu tubuh pada anak karena daun dadap
dadap serep ini menggunakan prinsip konduksi. Dadap serep terbukti efektif
digunakan pada demam kategori sub febris yang memiliki suhu sekitar
daun dadap serep ini diawali dengan bertemunya dadap serep dengan
permukaan kulit akan berpindah ke dadap serep lalu dadap serep akan
dadap serep ke permukaan kulit terjadi saat itu juga penurunan suhu dari
27
pembuluh darah tersebut akan mentransferkan perubahan suhu tersebut ke
BAB III
28
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : An.M
Agama : Islam
1. Keluhan Utama:
29
Pasien pernah menderita batuk, pilek dan demam tetapi tidak pernah dirawat
di RS
Tidak ada riwayat reaksi alergi, tidak ada riwayat kejang sebelumnya dan
5. Riwayat Keluarga
6. Pemeriksaan fisik`
sehari
30
Kepala : Finger print ditengah frontal terhidrasi. Kulit
31
Jantung : Pada pemeriksaan inspeksi CRT < 2 detik tidak
tidak melebar.
Pemeriksaan auskultasi:
32
Abdomen : Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan datar,
1. Leukosit : 2.100/mm3
3. Hematocrit : 42.1%
4. Trombosit : 52.000/mm3
13 Desember 2021
33
1. Leukosit : 2.800/mm3
3. Hematocrit : 43.4%
4. Trombosit : 28.000/mm3
14 Desember 2021
1. Leukosit : 12,7/mm3
2. Hemoglobin : 38 g/dl
3. Hematocrit : 43.1%
4. Trombosit : 37.000/mm3
15 Desember 2021
1. Leukosit : 5.200/mm3
3. Hematocrit : 36.6%
4. Trombosit : 49.000/mm3
16 Desember 2021
1. Leukosit : 5.500/mm3
3. Hematocrit : 35.7%
4. Trombosit: 86.000/mm3
9. Terapi Pengobatan
RL (IVFD) 26/j
34
B. Analisa Data
DO :
-Kesadaran compos mentis
-Hematocrit : 36.6 %
-Mukosa bibir kering
-Turgor kulit elastis, Adanya
ptekie
3 DS: Orang tua pasien Resiko Perdarahan
mengatakan adanya bintik dengan faktor resiko
merah di kedua tangan pasien gangguan koagulasi
trombositopenia
DO :
-Leukosit: 5.200/mm3
-Hemoglobin : 11.9 g/dl
-Hematocrit : 36.6 %
-Trombosit:49.000/mm3
4 DS : Resiko Syok dengan
-Pasien mengatakan lemas faktor resiko
-Orang tua pasien kekurangan volume
mengatakan adanya bitnik cairan
merah di kedua tangan pasien
DO :
-Terpasang infus RL
-Bibir pasien kering
-Demam 38oC
C. Diagnosa Keperawatan
35
1. Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit
trombositopenia
36
D. Intervensi
37
Tgl/ Dx. Keperawatan
SLKI SIKI
Jam SDKI
Tingkat Perdarahan kehilangan darah
1. Kelembapan membran 3.3 Jelaskan tanda dan gejala
mukosa dari skala (3) perdarahan
ke skala (4) 3.4 Anjurkan menggunakan kaus
2. Suhu tubuh meningkat kaki saat ambulasi
dari skala (3) ke skala 3.5 Anjurkan meningkatkan asupan
(3) untuk menghindari konstipasi
3. Trombosit membaik 3.6 Anjurkan meningkatkan asupan
dari skala (3) ke skala makanan dan vitamin K
(3) 3.7 Anjurkan segera melapor jika
Dengan Skala Indikator : terjadi perdarahan
1. Memburuk
2. Cukup Memburuk
3. Sedang
4. Cukup Membaik
5. Membaik
38
D. Intervensi Inovasi SOP Pemberian Kompres Daun Dadap (Hidayah, 2019)
Pengkajian
1 Kaji frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen klien
2 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Pola napas tidak efektif
Fase pre interaksi
3 Mencuci tangan
4 Mempersiapkan alat
Kursi
Daun Dadap Serep
Fase Orientasi
5 Memberi salam dan menyapa nama klien
6 Memperkenalkan diri
7 Melakukan kontrak
8 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
9 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan
10 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
11 Membaca basmalah
39
24 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca
doa
40
E. Implementasi
41
4.1 Identifikasi keluarga S: Keluarga pasien dapat
menerima informasi menerima informasi
baru
O: keluarga mulai
paham
42
perdarahan mengatakan tidak ada
perdarahan
O: Tidak ada perdarahan
43
3.1 Memonitor tanda perdarahan S: Keluarga pasien
mengatakan bintik
merah mulai muncul
O: Rumpled leed
44
F. Evaluasi
45
3.1 Monitor tanda dan gejala perdarahan
3.2 Monitor nilai hematocrit / hemoglobin
sebelum dan sesudah kehilangan darah
3.3 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
3.4 Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
3.5 Anjurkan meningkatkan asupan untuk
menghindari konstipasi
3.6 Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K
3.7 Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
IV S:
-Pasien mengatakan lemas
-Orang tua pasien mengatakan adanya bitnik
merah di kedua tangan pasien
O:
-Terpasang infus RL
-Bibir pasien kering
-Demam 38oC
A: Masalah belum teratasi
4.1 identifikasi kemampuan pasien dan
keluarga menerima informasi
4.2 jelaskan tanda dan gejala dehidrasi
4.3 anjurkan tidak minum hanya pada saat
haus saja
4.4 anjurkan memperbanyak minum
4.5 anjurkan memperbanyak makan buah
yang
4.6 banyak mengandung air ( seperti
semngka dan papaya)
4.7 ajarkan cara menilai status cairan )
15/12/2021 I S : Orang tua pasien mengatakan demamnya
menurun
O:
Kesadaran : -composmentis (GCS:E4M6V5)
-TD :110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 18 x/menit
T :37,5oC
-Akral teraba hangat
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor suhu tubuh
1.2 Sediakan lingkungan yang dingin
1.3 Longgarkan atau lepaskan pakaian
1.4 Berikan cairan oral
1.5 Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidosis (Keringat
berlebihan).
1.6 Lakukan pendinginan eksternal Kompres
Daun Dadap
II S : Ibu pasien mengatakan anak minum kurang
hanya mengabiskan kurang lebih 600 ml
O : -Kesadaran compos mentis
46
-Hematocrit : 36.6 %
-Mukosa bibir kering
-Turgor kulit elastis, Adanya ptekie
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemik
( tekanan darah menurun, membrane
mukosa kering, hematocrit meningkat )
2.2 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
2.3 Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2.4 Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
2.5 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (
misalnya : NaCl, RL )
III S: Orang tua pasien mengatakan adanya bintik
merah di kedua tangan pasien
O:
-Leukosit: 5.200/mm3
-Hemoglobin : 11.9 g/dl
-Hematocrit : 36.6 %
-Trombosit:49.000/mm3
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3.1 Monitor tanda dan gejala perdarahan
3.2 Monitor nilai hematocrit / hemoglobin
sebelum dan sesudah kehilangan darah
3.3 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
3.4 Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
3.5 Anjurkan meningkatkan asupan untuk
menghindari konstipasi
3.6 Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K
3.7 Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
IV S:
-Pasien mengatakan lemas
-Orang tua pasien mengatakan adanya bitnik
merah di kedua tangan pasien
O:
-Terpasang infus RL
- Bibir pasien kering
-Demam 38oC
A: Masalah belum teratasi
4.1 identifikasi kemampuan pasien dan
keluarga menerima informasi
4.2 jelaskan tanda dan gejala dehidrasi
4.3 anjurkan tidak minum hanya pada saat
haus saja
4.4 anjurkan memperbanyak minum
4.5 anjurkan memperbanyak makan buah
yang
47
4.6 banyak mengandung air ( seperti
semngka dan papaya)
4.7 ajarkan cara menilai status cairan )
16/12/2021 I S : Orang tua pasien mengatakan demam
anaknya menurun
O:
Kesadaran : composmentis (GCS:E4M6V5)
-TD :110/80 mmHg
-N : 85 x/menit
-RR : 18 x/menit
-T :36,7oC
-Akral teraba hangat
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor suhu tubuh
1.2 Sediakan lingkungan yang dingin
1.3 Longgarkan atau lepaskan pakaian
1.4 Berikan cairan oral
1.5 Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidosis (Keringat
berlebihan).
1.6 Lakukan pendinginan eksternal Kompres
Daun Dadap
II S : Ibu pasien mengatakan anak minum kurang
hanya mengabiskan kurang lebih 600 ml
O : -Kesadaran compos mentis
-Hematocrit : 35,7 %
-Mukosa bibir kering
-Turgor kulit elastis, Adanya ptekie
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemik
( tekanan darah menurun, membrane
mukosa kering, hematocrit meningkat )
2.2 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
2.3 Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2.4 Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
2.5 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (
misalnya : NaCl, RL )
III S: Orang tua pasien mengatakan adanya bintik
merah di kedua tangan pasien
O:
Leukosit: 5.500/mm3
Hemoglobin : 11.9 g/dl
Hematocrit : 35,7 %
Trombosit:86.000/mm3
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3.1 Monitor tanda dan gejala perdarahan
3.2 Monitor nilai hematocrit / hemoglobin
sebelum dan sesudah kehilangan darah
48
3.3 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
3.4 Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
3.5 Anjurkan meningkatkan asupan untuk
menghindari konstipasi
3.6 Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K
3.7 Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
IV S:
-Pasien mengatakan lemas
-Orang tua pasien mengatakan adanya bitnik
merah di kedua tangan pasien
O:
-Terpasang infus RL
-Bibir pasien kering
-Demam 36,7oC
A: Masalah belum teratasi
4.1 identifikasi kemampuan pasien dan
keluarga menerima informasi
4.2 jelaskan tanda dan gejala dehidrasi
4.3 anjurkan tidak minum hanya pada saat
haus saja
4.4 anjurkan memperbanyak minum
4.5 anjurkan memperbanyak makan buah
yang
4.6 banyak mengandung air ( seperti
semngka dan papaya)
4.7 ajarkan cara menilai status cairan )
49
BAB IV
ANALISA SITUASI
Terkait
di bawah ini:
Berdasarkan SDKI (2017) terdapat gejala dan tanda mayor 80-100% untuk
validasi diagnosis dan terdapat tanda minor : tanda dan gejala tidak harus
adapun gejala dan tanda mayor subjektif (tidak tersedia) dan data objektif :
suhu tubuh diatas nilai normal. Sedangkan gejala dan tanda minor subjektif
50
(tidak tersedia) dan data objektif : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea,
nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang beredar dalam aliran darah
Hal ini sesuai dengan keseuaian konsep teori asuhan keperawatan anak
suhu seting point dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi
dari pada suhu tubuh. Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan
hipovolemik
51
yaitu klien kurang dalam minum sehari kurang lebih sekitar 600ml, kesadaran
36,5-37,5).
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui kulit,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
mukosa kering, dan hematokrit meningkat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
2015).
52
gigitan nyamuk Aedes aegypti sehingga menyebabkan penurunan volume
tangan pasien. Berdasarkan SDKI (2017) pada klien 1 dengan factor risiko
mm3).
manakala kadar trombosit dalam tubuh kurang dari angka 100.000, sedangkan
pada sifat dinding pembuluh darahnya yaitu jadi mudah ditembus cairan
(plasma) darah. Perembesan ini terjadi sebagai akibat reaksi imunologis antar
kelima setelah gejala DHF muncul dan berlangsung selama 3-7 hari. Risiko
53
perdarahan adalah beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi
di dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh) (SDKI, 2017).
ini tidak diketahui, namun diduga ada beberapa factor pemicunya seperti
adanya virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, serta kerusakan sel
volume cairan dengan Analisa data terdapat ptekie pada kedua tangan klien,
klien mengeluh badannya lemas, dan klien kurang minum sehari minum
kurang lebih 600ml. Risiko syok merupakan suatu kondisi dimana berisiko
54
Risiko syok dapat terjadi akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a
dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
Cairan karena pada penderita DBD terdapat kerusakan yang umum pada sistem
berat. Volume plasma dapat menurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat
plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn hipokisia jaringan,
asidosis metabolic yang pada akhirny dapat berakibat fatal yaitu kematian.
berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna
55
biasanya menimbulkn tanda seprti munculnya prpura, ptekie, hematemesis,
atapun melena
Hari/Tanggal Suhu
14-12-2021 38,0oC
15-12-2021 37,5oC
16-12-2021 36,7oC
Tubuh Anak dengan p value 0.001 (<0.05) yang berarti daun dadap serep
perbanyak minum air putih, mandi dengan air hangat, pemberian kompres
56
dan upaya secara farmakologi atau pemberian obat penurun panas (Aden,
ramuan daun dadap serep yang dapat menurunkan suhu tubuh anak pada
memiliki banyak efikasi yang telah dikenal secara obat tradisional turun
57
sangat bermanfaat, selain itu efek samping yang sangat minimal pada
anak.
cuka apel. Kompres cuka apel adalah suatu cara untuk menurunkan suhu
tubuh pada klien demam dengan cara meningkatkan kehilangan panas tubuh
dengan cara konduksi dan evaporasi. Kompres cuka apel ini mengandung
Cara penggunaan kompres cuka yaitu sediakan waskom berisi cuka apel,
basahi waslap dengan cuka apel, kemudian buka baju klien dan letakan
58
waslap yang sudah diberi cuka apel di aksila dan bawah lutut selama 30-60
menit.
BAB V
PENUTUP
pembahasan serta memberikan saran kepada beberapa pihak agar dapat dijadikan
A. Kesimpulan
1. Kasus kelolaan pasien An.M dengan diagnosa medis DHF yaitu orang tua
ml.
59
2021 suhu: 36,7oC. Ini membuktikan bahwa Teknik kompres daun dadap
B. Saran
klinis sebagai salah satu terapi menurunkan demam terutama pada pasen
anak DHF
4. Bagi Penulis
pasien hipertermi pada anak DHF dengan terapi inovasi kompres daun
dadap serep.
60
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social
Capital on Fi Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya , Indonesia : A
Qualitative Study.” International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–
77.
Jing & Ming. 2019. “Dengue Epidemiology.” Global Health Journal 3(2): 37–45.
https://doi.org/10.1016/j.glohj.2019.06.002.
Mendiri N. K. & Prayogi, A. S. 2016. Asuhan Keperawatan Anak & Bayi Resiko
Tinggi. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
61
Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction.
Pare, Guillaume et al. 2020. “Genetic Risk for Dengue Hemorrhagic Fever and
Dengue Fever in Multiple Ancestries.” EBioMedicine 51: 102584.
https://doi.org/10.1016/j.ebiom.2019.11.045.
WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever
.
WHO. 2018. Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta.
Widyorini, Prasti, Kintan Arifa Shafrin, Nur Endah Wahyuningsih, and Retno
Murwani. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) Incidence Is Related
to Air Temperature , Rainfall and Humidity of the Climate in Semarang
City , Central Java , Indonesia.” (July 2018): 8–13.
62
63