Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Sistem pencernaan merupakan sisitem organ yang menerima dan mencerna
makanan untuk dijadikan energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut
(syaifuddin, 2011). Saluran pencernaan terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sisitem pencernaan juga terdiri dari organ –
organ diluar sistem pencernaan seperti gigi, lidah kelenjar saliva, hati kandung
empedu dan pankreas (sloane, 2003).
Sistem pencernaan berfungsi menyediakan makanan, air dan elektrolit dari
nutrien yang dicerna sehingga siap di absorpsi (Sloane, 2003). Pencernaan
berlangsung secara mekanik dan kimia meliputi ingesti, pemotongan dan
penggilingan makanan, peristaltis digesti, absorpsi dan defekasi.
B. Deskripsi Analisis Masalah
Selama pandemic covid-19, SMK Kartika XIX – 3 Kota Cirebon melakukan
pembelajaran secara daring. Selama pembelajaran banyak kendala yang dihadapi.
Pembelajaran yang semula tatap muka (luring), akibat pandemi tersebut berubah
dengan banyak dilakukan secara online (daring). Adapun kendala dalam pembelajaran
daring seperti: Lokasi rumah tidak terjangkau jaringan internet, termasuk quota
internet murid minimalis, murid merasa jenuh atau bosan sehingga pembelajaran
dominan belum interaktif, penyerapan materi pembelajaran khususnya pada materi
anatomi fisiologi sistem pencernaan sangat minimalis karena cakupan materi yang
cukup luas.
Untuk memahami anatomi fisiologi sistem pencernaan secara mendetail, maka
diperlukan pengetahuan mendasar terkait struktur, fungsi dari masing – masing organ
sistem pencernaan (organ utama dan organ aksesoris). Dalam pembelajaran ini siswa
mengalami kesulitan dalam memahami istilah – istilah anatomi, menentukan letak dan
fungsi organ, melakukan pemeriksaan fisik pada sistem pencernaan.
Modul ini ditujukkan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada
materi anatomi fisiologi sistem pencernaan dengan dilengkapi beberapa gambar dan
beberapa link youtube terkait proses pencernaan makanan dan pemeriksaan fisik
sistem pencernaan.

1
C. Indikator Pencapaian Pembelajaran

Pada modul ini ada beberapa indikator yang harus dicapai oleh peserta didik
yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. KD dan IPK Sistem Pencernaan
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Menerapkan pemeriksaan anatomi 3.5.6 Menjelaskan definisi dan jenis – jenis
fisiologi sistem pencernaan gangguan pada system pencernaan
3.5.7 Menganalis penyebab dan tanda
gejala ganguan pada system
pencernaan (C4)
3.5.8 Menjelaskan pemeriksaan pada
system pencernaan (C2)

4.5 Melakukan pemeriksaan anatomi 4.5.4 Melakukan pemeriksaan bising usus


fisiologi sistem pencernaan pada system pencernaan (P5)

D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik (A) mampu menjelaskan (B) jenis – jenis gangguan pada system
pencernaan dan definisinya dengan benar (D) melalui kegiatan, diskusi dan
literasi pada materi ajar serta browsing internet (C)
2. Peserta didik (A) mampu menganalisis (B) penyebab dan tanda gejala
gangguan pada system pencernaan dengan benar (D) melalui kegiatan
literasi dan pengamatan pada video dan gambar (C)
3. Peserta didik mampu menjelaskan pemeriksaan pada system
pencernaan dengan benar setelah melakukan kegiatan diskusi, studi
dokumentasi serta pengamatan pada video pembelajaran.
4. Peserta didik mampu melakukan pemeriksaan bisisng usus pada system
pencernaan dengan benar setelah melalui kegiatan pengamatan pada
video dan latihan praktik mandiri.

2
E. Petunjuk Belajar
Perhatikan petunjuk berikut agar anda dapat memahami materi dalam matei ajar
dengan baik.
1. Bacalah dengan cermat setiap uraian materi yang ada
2. Pahami setiap istilah yang anda temukan pada materi ajar ini
3. Cari sumber – sumber lain yang relevan untuk mengembangkan pengetahuan anda
4. Selesaikan test sumatif yang ada pada materi ajar ini untuk mengetahui tingkat
pemahaman anda
F. Peta Konsep Materi
Berikut ini akan ditampilkan peta konsep dari materi sistem pencernaan. Peta konsep
S istem p e n cern aan
merupakan pemetaan atau penggambaran apa saja yang akan di bahas pada materi ini.
m an u sia

Gangguan pada
sistem pencernaan

Pemeriksaan fisik
sistem pencernaan

3
BAB II
URAIAN MATERI

MATERI 3
A. GANGGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN
1. DIARE

Gambar 11 Diare
Diare adalah defekasi encer sebanyak lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa
darah / lendir dalam tinja. Pada orang dewasa, gejala mudah dapat terjadi
sebelum dan sesudah diare. Bila telah kehilangan banyak cairan dna e;lektrolit,
gejala dehidrasi terjadi sehingga berat badan menjadi turun. Pada bayi, ubun –
ubun besar menjadi cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir kering. Diare dapat terjadi karena infeksi, malabsorpsi,
makanan, imunodefisiensi, dan psikologis (rasa atakut dan cemas) (mansjoer,
et al., 2000).
2. APENDISITIS

4
Gambar 12 Normal Apendiks dan Inflamed Apendiks

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan


merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Penyakit ini
dapat mengenai semua umur, baik laki – laki maupun perempuan, namun lebih
sering menyerang laki – laki berusia antara 10 – 30tahun. Apendisitis biasanya
disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel(mansjoer, et al., 2000).
Keluhan apendicitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus
atau periumbilukus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam
nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat
bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, namun kadang –
kadang terdapat diare, mual, muntah, dan hilang nafsu makan.
3. HEMOROID

Gambar 13 Hemoroid External Dan Internal

Hemoroid adalah bagian vena yang bedilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Kehamilan diketahui
mengawali atau memperberat adanya hemoroid. Hemoroid terbagi atas
hemoroid internal dan hemoroid eksternal. Hemoroid internal adalah hemoroid
yang terjadi diatas spingter anal, sementara itu, hemoroid eksternal adalah
hemoroid yang muncul di luar sfingter anal.

5
4. GASTRITIS

Gambar 14 Lambung Sehat Dan Lambung Dengan Gastritis


Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani,
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi /
peradangan. Gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispoatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel – sel radang pada daerah tersebut.
Menurut jenisnya gastritis dibedakan menjadi 2 yaitu gastritis akut dan
gastritis kronik. Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Sementara
itu, gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan
oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter
pylory (H. pylory).
Pasien yang menderita gastritis dapat mengalami ketidaknyamanan,
sakit kepala, malas, mual, dan anoreksia sering disertai dengan muntah dan
cegukan. Beberapa pasien tidak menimbulkan gejala (asimtomatik). Gastritis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, diet yang berlebih, pemakaian obat
penghilang nyeri secara terus – menerus, penggunaan alkohol secara
berlebihan, stress fisik, terapi radiasi dan kelainan autoimun.
5. DEMAM TIFOID

6
Gambar 15 Gejala Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh salmonella typhi. Gejala yang terjadi bervariasi. Dalam minggu 1,
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya
meliputidemam, nyeri kepala, pusing, nyerii otot, anoreksia, mual, muntah
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan. Dalam minggu
ke 2, gejala makin jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (kotor
ditengah, tepi dan ujung merah, dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, ganggua kesadaran berupa somnolen sampai koma. Apabila
tidak segera ditangani, individu yang menderita demam tifoid dapat
mengalami komplikasi yang meliputi perdarahan usus, perforasi usus, dan
ileus paralitik.
6. STOMATITIS

Gambar 16 Stomatitis
https://www.alodokter.com/sariawan
a. Pengertian
Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah luka atau peradangan di bibir dan
dalam mulut yang dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman. Sariawan
sering kali dianggap sepele, namun dapat mengganggu saat penderita sedang
makan, minum, atau berbicara. 
b. Penyebab Sariawan
Sariawan dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa
kondisi berikut:
 Cedera, seperti karena tergigit atau kesalahan dalam menyikat gigi
 Infeksi jamur, virus, atau bakteri di mulut atau di bagian tubuh lain

7
 Penyakit autoimun, seperti lupus
 Kondisi tertentu, seperti perubahan hormon, kekurangan nutrisi, stres,
merokok, dan faktor genetic
c. Tanda gejala sariawan
Sariawan bisa muncul di bagian mana pun di dalam mulut, mulai dari
lidah, bibir, pipi bagian dalam, hingga gusi. Sariawan bisa berbentuk oval
atau bulat, berwarna putih atau kuning dengan tepian berwarna merah, dan
memiliki ukuran serta jumlah yang bervariasi. Sariawan biasanya dapat
pulih dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu.
d. Cara Mencegah Sariawan
Agar sariawan tidak muncul kembali, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencegahnya, yaitu:
 Menjaga kesehatan gigi dan mulut
 Menyikat gigi dengan benar dan menghindari penggunaan pasta gigi
berbahan sodium laureth sulfat
 Rutin memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi
 Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang
7. CARIES

Gambar 17 Caries Gigi


a. Definisi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan cementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasibakteri dan kemampuan pulpa
serta penyebaran infeksinya kejaringan periapeks yang dapat
menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya

8
remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat
dihentikan. (Kidd, 2013)
b. Faktor penyebab
Faktor utama penyebab karies menurut Hermawan ( 2010) adalah:
1) Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah
yang banyak mempermudah terjadinya karies
2) Adanya bakteri penyebab karies Bakteri penyebab karies adalah dari
jenis Streptococcus dan lactobacillus.
3) Makanan yang kita konsumsi Makanan yang mudah lengket dan menempel
di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies
c. Pencegahan caries gigi
Pencegahan Karies Gigi Pencegahan karies gigi bertujuan untuk
mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam
mulut.
8. Konstipasi

Gambar 18 Konstipasi
a. Pengertian
Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih
sedikit dari biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap orang
berbeda-beda. Namun umumnya dalam satu minggu, manusia buang air
besar setidaknya lebih dari 3 kali. Jika frekuensi buang air besar kurang
dari 3 kali dalam seminggu, maka seseorang disebut mengalami
konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi kering dan keras sehingga lebih sulit
dikeluarkan dari anus.
b. Penyebab
Penyabab konstipasi bisa lebih dari satu faktor, dari pola makan dan hidup
yang buruk, atau kondisi medis tertentu. Sementara pada anak-anak, selain
beberapa penyebab yang telah disebutkan, kebiasaan menahan
keinginan untuk buang air besar atau stres juga dapat membuat mereka

9
mengalami sembelit. Untuk mengatasi konstipasi, langkah penanganan
yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah pola makan dan gaya hidup,
pemberian obat (laksatif atau pencahar), atau prosedur operasi.
c. Gejala
Gejala konstipasi, yaitu mengejan, rasa tidak tuntas setelah BAB, tinja
kering dan keras, ukuran tinja sangat besar atau kecil, rasa mengganjal
pada rektum, nyeri perut, mual, kembung, dan tidak nafsu makan.
d. Penanganan
Jika konstipasi merupakan gejala dari suatu penyakit, pengobatannya
bertujuan untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya. Pada umumnya,
penanganan konstipasi dimulai dari perubahan pola makan dan gaya hidup,
seperti meningkatkan konsumsi air dan makanan berserat, memperbaiki
pola makan, dan memperbanyak aktivitas fisik. Jika konstipasi sudah
sangat mengganggu, dokter dapat memberikan obat yang dapat
melancarkan pencernaan, seperti suplemen serat, dan obat pencaha
B. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN
1. Keluhan utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang
dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien
gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:
a. Nyeri
b. Mual muntah
c. Ketidaknyamanan abdomen
d. Diare
e. Konstipasi
2. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara
untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama
dari pasiennya. Perawat memperoleh data subjektif dari pasien mengenai
awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan.
Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat
mempengaruhi masalah kesehatan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai

10
sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS
(masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan
obat2 dan adanya alergi.
5. Riwayat Penyakit Dan Riwayat MRS
Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu
ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama
dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran
gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice,
panyakit kandung empedu, kolitis, kanker gastrointestinal, pada pasca
pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk
dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat
dapat mengumpulkan data-data penunjang masa lalu seperti status rekam
medis saat dirawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan.
6. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan
Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-
steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko
peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien
menggunakan preparat besi atau ferum karna obat ini akan mempengaruhi
perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan
resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatif pada saat melakukan
BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat hepatotoksik atau bersifat
racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan
peradangan atau keganasan pada hati.
7. Riwayat Alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau
agen obat pada masa lalu dan bagaimana pengaruh dari alergi tersebut, apakah
memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum
terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil
pengkajian anamnesis.

11
a. Ikterik
b. Kaheksia dan atrofi
c. Pigmentasi kulit
d. Status mental dan tingkat kesadaran
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut,
abdomen, rectum dan anus:
a. Bibir
Bibir dikaji kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi.
Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung.
Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus.
Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan.
Bibir yang pucat dapat disebabkan karena anemia, sedangkan sianosis
desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti
nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker
kulit.
b. Pemeriksaan Fisik Rongga Mulut
e. Dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada
fungsi ingesti dan digesti.
f. Mukosa normal berkilau merah muda, lunak, basah, dan halus. Pasien
dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang
paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.
g. Lidah diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar
mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit
menjulurkan lidah keluar. Dilihat kebersihan, adanya lesi/ stomatitis
pada lidah, fungsi pengecap normal atau tidak dan Perawat mencatat
adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak
h. Gigi dilihat kebersihannya, kelengkapan gigi, ada caries atau tidak,
warna gigi, penggunaan gigi palsu atau tidak, adanya bau mulut atau
tidak, ada sumbing atau tidak.

12
c. Pemeriksaan Fisik Abdomen

Gambar 19 Pembagian Kuadran abdomen & Regio abdomen


 Inspeksi
Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman),
elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering
(dehidrasi), lembab (asites), Auskultasi
Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid
(cekung).
Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia,
hepatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis)
Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat
diperkirakan organ apa atau tumor apa.
 Auskultasi
Mendengarkan suara peristaltik usus
Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan
udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
 Palpasi
Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya,
lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/
mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya.
Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada
kuadran kanan ata
 Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen
secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada
tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan
(kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus,

13
serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen.
Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ
berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ
yang padat)
 Pemeriksaan abdomen bisa dilihat pada link youtue berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=nVkryRqeWyE
d. Pemeriksaan Rektal Anus
 Inspeksi
Perawat perlu menilai adanya konsistensi abnormalitas pada anus,
meliputi hal-hal berikut ini:
Hemoroid: merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah
vena akibat bendungan vena usus
Karsinoma anus: dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk
kembang kol pada pinggir anus.
e. Pemeriksaan organ aksesoris
Fokus pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati
dengan teknik palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas,
seperti pada kondisi asites.
9. Prosedur Operasional Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan
a. Tujuan Umum: Peserta didik mampu melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien dengan masalah pada sistem pencernaan.
b. Tujuan Khusus: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik
diharapkan mampu:
1) Menyebutkan definisi anamnesis dan pemeriksaan fisik sistem
pencernaan dengan tepat.
2) Menyebutkan tujuan pemeriksaan fisik sistem pencernaan dengan
tepat.
3) Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan fisik system pencernaan dengan benar.
4) Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan fisik sistem pencernaan
dengan benar

14
c. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN

No Tindakan Ket
1 PERSIAPAN
Persiapan Alat:
1. Sarung tangan
2.  Stetoskop
3. Penlight
4. Spatel lidah
5. Bengkok
6. Bak instrument
7. Baki dan alas baki
8. Kassa
Persiapan Pasien dan lingkungan:
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
2. Memberikan posisi yang nyaman
3. Menjaga privasi klien
2. PELAKSANAAN
A. Mulut
a) Inspeksi: keadaan bibir (lembab), bengkak, lesi, warna bibir
sianosis, ikterik
b) Membuka mulut dengan penlight: lidah (bersih), stomatitis (-),
bau mulut (-), keadaan gigi (rapi, bersih, berwarna putih),
keadaan gusi (berwarna merah muda, lembab), palatum durum
dan palatum mole (berbentuk lengkung dan berwarna merah
muda).
c) N.9 Glosofaringeus: minta klien mengucapkan “aaaah”
inspeksi menggunakan spatel dan penlight gerakan ovula.
d)  N.10 Vagus: minta klien menelan
e) N.12 (Hipoglosus): minta klien menggerakkan lidah kekiri
dan kekanan)
B. Abdomen
a) Inpeksi: bentuk (simetris), permukaan perut biasa membuncit
massa (-), perdarahan (-), umbilikus (menonjol/masuk)
b) Auskultasi: mendengarkan bising usus (5-30x/menit)
c) Palpasi: Pasien berbaring rileks dengan lutut sedikit ditekuk
Palpasi dengan palmar jari dan telapak tangan dari superficial ke
bagian dalam Tiap perabaan masa, cari ukuran, bentuknya, lokasi,

15
mobilitas, nyeri, dan warna kulit permukaan.
d)  Perkusi: Suara adomen yang normal adalah timpani, kecuali
daerah hati redup
C. Rektal dan Anus
a) Inspeksi: Pasien berbaring posisi lateral, perawat menggunakan
sarung tangan Cek konsistensi dan abnormalitas Hemoroid,
Prolaps Karsinoma Anus
b) Palpasi: colok dubur
3. TERMINASI
a) Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
b) Mencuci tangan.
c) Dokumentasikan tindakan

16
AKTIVITAS BELAJAR 1

STANDAR OPERASIONAL PEMERIKSAAN BISING USUS

Tujuan : Peserta didik mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan bising usus pada pasien
umum dengan masalah pada sistem pencernaan.

Tujuan
: Setelah mengikuti praktikum ini peserta didik diharapkan mampu
Khusus
1. Menyebutkan definisi anamnesis dan pemeriksaan fisik sistem pencernaan dengan
tepat.
2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan bising usus dengan tepat
3. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan bising
usus dengan benar
4. Melakukan tindakan pemeriksaan bising usus dengan benar.

Nilai
NO KEGIATAN
0 1 2
I PRAINTERAKSI
1. Cek catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Persiapan Alat
a. APD sesuai kebutuhan pelaksanaan (Handscoon & masker)
b. Stetoscope
c. Bengkok
d. Baki dan alas baki
e. Alat tulis dan buku catatan
II. INTERAKSI
3. Memberi salam kepada pasien
4. Memperkenalkan diri perawat
5. Menjelaskan Prosedur dan Tujuan pelaksanaan tindakan
6. Menanyakan kesiapan pasien
III. KERJA
A. Persiapan Lingkungan
7. Mengkondisikan lingkungan
8. Mencuci tangan 6 langkah
9. Menggunakan handscoon
10. Jaga privasi pasien
11. Mengatur posisi pasien
B. Pelaksanaan Tindakan

17
12. gunakan stetoskop dengan benar
13. simpan stetoscope pada area yang akan di lakukan pemeriksaan di ke 4
kuadran abdomen
14. Evaluasi bising usus dengan stetoscope dalam waktu 1 menit normalnya
(5 - 30x/menit)
21. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
22. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
23. Mencuci tangan.
IV. TERMINASI
24. Menyampaikan hasil pemeriksaan
25. Evaluasi respon pasien
26. Mengakhiri kegiatan dengan salam
27. Buka sampiran
28. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
TOTAL SCORE

18
AKTIFITASPEMBELAJARAN

AKTIVITAS 2
Kasus :
1. Menyajikan contoh kasus pasien dengan diare.
2. Siswa diarahkan untuk menganalisis penyebab, tanda dan gejala dan bagaimana
pemeriksaan fisik pada pasien dengan diare.
3. Berdasarkan hasil analisis tersebut siswa diarahkan untuk mempresentasikan hasilnya.

19
BAB III
PENUTUP
A. Rangkuman
1. Diare adalah defekasi encer sebanyak lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah
/ lendir dalam tinja.
2. Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi
3. Hemoroid adalah bagian vena yang bedilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat
umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luas vena yang terkena
4. Gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung dan secara hispoatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel – sel radang pada daerah tersebut
5. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
olehsalmonella typhi.
6. Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah luka atau peradangan di bibir dan dalam
mulut yang dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman
7. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
cementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan.
8. Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dari
biasanya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, Eni Dkk. (2013) .Anatomi & Fisiologi Untuk SMK Kesehatan (Jilid 1). Jakarta:
EGC
Purwanto, Edi. (2019). Modul 2 Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Kementrian pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Lestari, D Hernida Dkk. (2016).Guru Pembelajar Modul Guru Keperawatan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta: Kementrian pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Kristiawati, Dkk. (2016). Modul sistem pencernaan. Surabaya: Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. http://eprints.ners.unair.ac.id/1166/1/119%20Modul
%20Sistem%20Pencernaan%20Layout.pdf (diakses pada tanggal 31 juli pukul 13.00
WIB)
Lambung dan Penyakitnya. https://infiny.co.id/articlelambung.html, (diakses tangga 26 Juli
2021)
Struktur intestinum tenue, appendix pada kuadran kanan bawah.
https://docplayer.info/64457724-Struktur-intestinum-tenue-appendix-pada-
kuadran-kanan-bawah.html. (diakses tanggal 31 juli 2021 pukul 14.00 WIB)
Caries gigi. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/749/4/Chapter2.doc.pdf. (diakses tanggal
08 Agustus 2021)

21

Anda mungkin juga menyukai