Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PERTOLONGAN PERTAMA I

OLEH :

DIAN DEWINTASTANI PUTRI

ANGKATAN IV

PALANG MERAH REMAJA INDONESIA

UNIT SMK NEGERI 1 NABIRE

TAHUN 2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah ini telah disetujui untuk diajukan pada Ujian Makalah Palang
Merah Remaja Unit Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Nabire

Nama : Dian Dewintastani Putri

Judul Makalah : Pertolongan Pertama I

Disetujui

Hari / Tanggal:

Pembimbing,

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diuji dan diterima oleh panitia Ujian Makalah Palang
Merah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Nabire untuk memperoleh
kelulusan sebagai anggota penuh Palang Merah Unit Remaja Unit Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Nabire pada :

Hari :

Tanggal :

Predikat :

Mengesahkan,

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “ PERTOLONGAN
PERTAMA I ’’ ini bisa saya selesaikan tepat pada waktunya. Dan harapan
saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar lebih baik lagi.

Akhir kata dari saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangannya, saya mohon maaf dan mengharapkan saran yang dapat
membangun kesempurnaan makalah ini yang dapat berguna bagi
kepentingan dimasa depan. Dan saya mengucapkan banyak terima kasih,
semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada kita
semua.

Nabire, 19 Desember 2019

Penulis,

DIAN DEWINTASTANI PUTRI

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................1
C. Tujuan.................................................................2
D. Manfaat...............................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Pertolongan Pertama..................3


B. Penilaian Korban.............................................9
C. Luka Bakar......................................................17
D. Cedera Otak Rangka ( COR ).........................19
E. Anatomi dan Faal Dasar.................................26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................31
B. Saran...................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Pertolongan Pertama

Pertolongan Pertama atau biasa disingkat PP yaitu pemberian


pertolongan segera mungkin kepada korban yang mengalami sakit atau
cedera secara mendadak sebelum korban dibawa ketempat rujukan
( fasilitas kesehatan terdekat ).

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah dengan

jelas. Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Apa itu Dasar-Dasar Pertolongan Pertama?


2. Apa itu Penilaian Korban?
3. Apa itu Luka Bakar?
4. Apa itu Cedera Otak Rangka ( COR )?
5. Apa itu Anatomi?
6. Apa itu Faal Dasar?
7. Apa itu Alat Pelindung Diri ( APD )?

1
C. Tujuan

1. Tujuan Utama ( Umum )

Tujuan utama ( umum ) penulis dalam membuat makalah ini adalah


untuk menjadi anggota resmi dari Palang Merah Remaja Indonesia
Unit SMK Negeri 1 Nabire.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulis dalam membuat makalah ini adalah sebagai


berikut:

a. Mendalami pembahasan mengenai Dasar-Dasar Pertolongan


Pertama
b. Mendalami pembahasan mengenai Penilaian Korban
c. Mendalami pembahasan mengenai Luka Bakar
d. Mendalami pembahasan mengenai Cedera Otak Rangka
e. Mendalami pembahasan mengenai Anatomi
f. Mendalami pembahasan mengenai Faal Dasar
g. Mendalami pembahasan mengenai Alat Pelindung Diri

D. Manfaat

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Siswa siswi semakin tertarik mendalami pengetahuan tentang


PMR lebih jauh lagi
2. Siswa siswi dapat lebih mengetahui tentang tata cara
melakukan tindakan yang dibahas dalam makalah ini
3. Saat membaca makalah ini, diharapkan akan menambah
pengetahuan pembaca
4. Siswa siswi akan lebih paham tentang situasi yang sedang
dihadapinya

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban


kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah
cacat ataupun maut. Tujuan pertolongan pertama adalah menyelamatkan
jiwa korban, mencegah cacat, memberikan rasa nyaman dan menunjang
proses penyembuhan.

1. Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan


menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem
penanggulangan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan,
khususnya dalam bidang kesehatan.

2. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Ada beberapa komponen dalam sistem penanggulangan gawat darurat,


sebagai berikut:

a. Akses dan Komunikasi


Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta
bantuan.
b. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

3
3. Klasifikasi Penolong

Ada beberapa hal yang terdapat di dalam klasifikasi penolong, yaitu:

a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan tentang pertolongan
pertama.
b. Penolong Pertama
Kualisifikasi ini dicapai oleh KSR PMI.

c. Tenaga Khusus
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan
dilapangan.
d. Transportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.
4. Dasar Hukum
Di dalam undang-undang terdapat beberapa pasal yang mengatur
mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan
peraturan lain untuk melengkapinya. Berikut adalah pasal mengenai
Pertolongan Pertama antara lain:

a. Pasal 531 KUHP


Yang berbunyi : “Barang siapa yang menyaksikan sendiri ada orang
dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan
pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya
atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkannya, bahwa ia
sendiri atau orang lain akan kena bahaya maka akan dihukum
kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp.4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong, mati, diancam
dengan: KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566”.

4
b. Pasal 322 KUHP
Yang berbunyi: “Penyelenggara medis harus menjaga kerahasiaan
seorang pasien”.

5. Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin
kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar
( bila korban tidak sadar ). Ada 2 macam izin dalam Pertolongan
Pertama:

a. Persetujuan Tersirat ( Implied Consent )


Persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara
memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau anak kecil
yang tidak mampu memberikan persetujuan.
b. Persetujuan Yang Dinyatakan ( Expressed Consent )

Persetujuan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan.

6. Alat Pelindung Diri

Keamanan Penolong adalah hal yang sangat penting, sebaiknya


dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Pelindung Diri
( APD ) antara lain:

5
a. Sarung tangan lateks

b. Kaca mata pelindung

c. Baju pelindung

6
d. Masker penolong

e. Masker resisutasi jantung paru


f. Helm

7
7. Kewajiban Penolong Pertama

Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus


dilakukan:

a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang


disekitar.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam
nyawa.
d. Meminta rujukan atau bantuan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan
keadaan korban.
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita/korban.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.

8. Kualisifikasi Pelaku Penolong Pertama


Seorang petugas penolong harus memiliki kualisifikasi sebagai
berikut:
a. Jujur dan bertanggung jawab.
b. Memiliki sikap profesional.
c. Kematangan Emosi.
d. Kemampuan bersosialisasi.
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.
f. Selalu dalam keadaan siap siaga.
g. Mempunyai rasa bangga.

8
B. Penilaian Korban

Apa yang harus kita lakukan ketika menemukan korban?

Tindakan Penilaian Korban terdiri dari:

1. Penilaian Keadaan
Pada saat sampai di lokasi kejadian, hal yang pertama kali harus
dilakukan adalah menilai keadaan sekitar. Apakah aman atau tidak
bagi dirinya. Jika ragu lebih baik minta bantuan kepada orang
dewasa.

INGAT!
AMANKAN DIRI SENDIRI TERLEBIH DAHULU,
KESELAMATAN PENOLONG NOMOR 1.

2. Keamanan Lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah
tanggap serta merata dalam melakukan penilaian keadan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yakni bagaimana kondisi saat
itu, kemungkinan apa saja yang akan terjadi, dan bagaimana cara
mengatasinya.
Setelah keadaan diatasi barulah kita mendekati dan menolong
korban. Adakalanya kedua hal ini berjalan bersamaan. Tindakan
yang dilakukan saat tiba dilokasi dalam keamanan lokasi.
a. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang
sekitar.
b. Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan
( Nama penolong dan Nama Organisasi ).
c. Permintaan izin untuk menolong penderita.
d. Menentukan keadaan umum kejadian ( mekanisme cedera )
dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.

9
e. Mengenali dan mengatasi gangguan atau cedera yang
mengancam nyawa.
f. Stabilkan penderita dan terus melakukan pemantauan terhadap
pemantauan.
g. Minta bantuan.

3. Penilaian Dini
Langkah ini digunakan untuk menentukan korban karena penyakit
atau cedera. Pada penyakit sebaiknya minta bantuan orang lain.
Setelah itu langkah yang kita lakukan adalah sebagai berikut:
a. Kesan Umum
Seiring mendekati penderita penolong harus menetukan apakah
situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
a. Kasus Trauma : Mempunyai tanda-tanda yang jelas terlihat
atau diraba.
b. Kasus Medis : Tanpa tanda-tanda yang terlihat atau teraba.

b. Memeriksa Respon

Ada empat tingkatan respon korban untuk mendapatkan gambaran


gangguan yang berkaitan dengan otak penderita, yaitu:

1. Awas

Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungan.

2. Suara

Penderita hanya menjawab atau bereaksi bila dipanggil atau


mendengar suara.

10
3. Nyeri

Penderita hanya bereaksi dan merespon terhadap rangsangan


atau sentuhan yang diberikan oleh penolong, seperti cubitan
atau tekanan.

4. Tak Respon

Penderita tidak bereaksi atas rangsangan apapun yang diberi


oleh penolong , tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap
suara, tidak bereaksi sama sekali pada rangsangan nyeri.

SELALU INGAT ASNT

c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik jika korban tidak


respon, gunakanlah teknik angkat dagu dan tekan dahi. Karena
apapun usaha yang dilakukan tetapi jalan napas tertutup maka
semua usaha itu akan sia-sia dan gagal.
d. Untuk menilai pernapasan
Setelah jalan napas berjalan dengan baik maka penolong harus
menilai pernapasan dengan cara:
1. LIHAT
2. DENGAR
3. RASAKAN

11
e. Menilai Denyut Nadi

Sebelum melakukannya, kita lihat dulu kondisi korban apakah


sadar atau tidak., cara yang digunakan adalah dengan meraba
nadi pergelangan tangan untuk korban yang sadar ( radial ).
Sedangkan untuk korban yang tidak sadar, nadi yang diperiksa
adalah nadi pada bagian leher.

f. Hubungi Bantuan

Usahakan untuk segera minta bantuan rujukan. Kita bisa


meminta bantuan kepada orang lain atau melakukannya
sendiri. Misalnya dengan telepon.

g. Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain.


Pesan disampaikan harus singkat, jelas, dan lengkap.

12
4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai


dari ujung kaki. Ada 3 metode pemeriksaan fisik.

a. Penglihatan ( Inspection ).
b. Perabaan ( Papation ).
c. Pendengaran ( Auscultation ).

Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.


Beberapa hal yang dapat dicari saat memeriksa korban.

P : Perubahan bentuk ( Deformities ); bandingkan sisi sakit dengan


yang sehat.

L : Luka terbuka ( Open Ijuries ); biasanya terlihat darah.

N: Nyeri ( Tenderness ); daerah yang cedera lunak bila ditekan.

B: Bengkak ( Swelling ); daerah yang cedera mengalami


pembengkakan.

13
5. Pemeriksaan Fisik ( Head to Toe )

Amati dan raba ( menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan ),


bandingkan, ciun bau yang tidak biasa dan dengarkan ( suara napas
atau derit anggota tubuh ), dalam urutan berikut ini:

a. Kepala
b. Leher
c. Dada
d. Abdomen
e. Punggung
f. Pelivis
g. Alat gerak atas
h. Alat gerak bawah

6. Pemeriksaan Tanda Vital

Pada pemeriksaan tanda vital yang harus diperiksa adalah:

a. Frekuensi Nadi
Periksa kualitas denyutnya, kuat ataulemah, teratur atau tidak.
Denyut Nadi yang normal memiliki nilai-nilai sebagai berikut:
1. Bayi : 120-150x/ menit.
2. Anak-anak : 80-150x/ menit.
3. Dewasa : 60-90x/ menit.

b. Frekuensi Napas
Apakah proses bernafas terjadi secara mudah, atau ada usaha
bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
c. Tekanan Darah
d. Suhu
Periksa suhu pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit
kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

14
7. Riwayat Penderita

Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan


wawancara untuk mendapat data tambahan. Mengingat wawancara
sangat penting dilakukan dapat berkembang secara luas, akan
membantu digunakan akronim “ KOMPAK ”, yang terdiri dari:

K : Keluhan Utama ( gejala dan tanda ) sesuatu yang sangat jelas


dikeluhkan penderita.

O : Obat-obatan yang diminum.

M : Makanan/minuman terakhir.

P : Penyakit yang diderita.

A : Alergi yang dialami.

K : Kejadian yang dialami korban.

Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak


perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.

8. Pemeriksaan Berkelanjutan

Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya


lakukan pemeriksaan berkala, sesuai berat dan ringannya kasus yang
dihadapi. Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala
dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus ringan dilakukan
setiap 15 menit sekali. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada
pemeriksaan berkala:

a. Keadaan respon.
b. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu.
c. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya.
d. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan
secara rinci ( bila waktu memang tersedia ).

15
e. Nilai kembali keadaan kulit.
f. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang
belum diperiksa.
g. Nilai kembali penata laksana penderita. Periksa kembali
semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat,
apakah perdarahan sudah dapat diatasi, ada bagian yang
belum terlewat.
h. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga
rasa aman dan nyaman.

9. Pelaporan dan Serah Terima


Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini
berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis. Hal-hal yang
sebaiknya dilaporkan adalah:
a. Umur dan jenis kelamin penderita.
b. Keluhan Utama.
c. Tingkat respon.
d. Keadaan jalan napas.
e. Pernapasan.
f. Sirkulasi.
g. Pemeriksaan fisik yang penting.
h. KOMPAK yang penting.
i. Penatalaksanaan.
j. Perkembangan lainnya yang dianggap penting.

Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang
mengambil alih korban dari tangan anda. Serah terima dapat
dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ketempat anda,
atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.

16
C. Luka Bakar

Pada dasarnya manusia membutuhkan panas dalam kehidupan sehari-hari.


Misalnya untuk memasak, menyetrika, dan menjemur pakaian. Terkadang
ketidak sengajaan, sumber panas itu secara tidak langsung mengenai tubuh
kita maka akan menimbulkan cedera. Cedera inilah yang sering kita sebut
luka bakar.

LUKA BAKAR ITU SENDIRI YAITU SEMUA CEDERA YANG


TERJADI AKIBAT PAPARAN SUHU YANG TINGGI.

Yang Perlu Diwaspadai!

1.Penyebab Luka Bakar, antara lain:

1. Panas, contoh: api, uap panas, benda panas.


2. Listrik, contoh: aliran listrik dirumah, petir.
3. Kimia, contoh: soda api, air aki ( Zuur ).
4. Radiasi, contoh: sinar matahari, bahan radioaktif.

17
2.Penggolongan Luka Bakar

Berdasarkan luas lapisan kulit yang mengalami cedera, luka bakar


dikelompokkan menjadi:

1. Luka bakar derajat satu ( Permukaan ) meliputi permukaan kulit


paling atas ( kulit ari/epidermis ).
2. Luka bakar derajat dua. Sedikit lebih dalam.
3. Luka bakar derajat tiga. Adalah lapisan yang terkena tidak
terbatas bahkan sampai ke dalam tulang dan rongga dalam.

3. Penanganan Luka Bakar

1. Alirkan air biasa ke daerah yang luka, bila ada bahan kimia alirkan
air terus menerus selama 20 menit atau lebih.
2. Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat pada luka
bakar gunting sekitarnya jangan memaksa untuk melepasnya.
3. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril ( kasa steril ),
jangan memecahkan gelembung.
4. Jangan gunakan odol, mentega, oli, kecap, kopi, dan air es.
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

18
D. Cedera Otot Rangka ( COR )

Dalam setiap kegiatan kita sehari-hari terkadang ada saja yang bisa
menyebabkan kita mengalami cedera sistem otot dan rangka hingga kita
merasa sangat sakit dan sulit untuk memfungsikan alat gerak.

Cedera otot rangka merupakan salah satu bentuk cedera yang paling
banyak dijumpai di lapangan, mulai dari yang ringan sampai yang
mengancam nyawa. Tanpa memandang berat atau ringannya kasus yang
dihadapi, penanganan yang baik dapat membantu mencegah terjadinya
cacat tetap. Supaya kita tidak salah dalam memberikan pertolongan, yang
berikut ini wajib dibaca:

Secara Umum Cedera Otot Rangka dapat berupa:

1. Patah Tulang ( Fraktur )


2. Cerai Sendi ( Dislokasi )
3. Terkilir Otot ( Strain )
4. Terkilir Sendi ( Sprain )

LEBIH TAU TENTANG BENTUK CEDERA OTOT RANGKA DAPAT


BERUPA:

1. Patah Tulang

Patah Tulang adalah terputusnya jaringan tulang. Waspadai Gejala dan


Tandanya! Patah Tulang:

1. Perubahan bentuk
2. Nyeri dan kaku
3. Terdengar suara berderik pada daerah yang patah
4. Terjadinya pembengkakan
5. Adanya memar
6. Ujung Tulang terlihat
7. Adanya gangguan peredaran darah

19
2. Jenis Patah Tulang

a. Patah Tulang Terbuka

Bagian Tulang yang patah berhubungan dengan udara luar.

b. Patah Tulang Tertutup

Bagian Tulang yang tidak berhubungan dengan udara luar.

Nah..., untuk cedera otot rangka, kita dapat menanganinya dengan


melakukan PEMBIDAIAN.

APA ITU PEMBIDAIAN?

Pembidaian adalah pemakaian suatu alat bantu untuk menghindari


pergerakan, melindungi, dan menstabilkan bagian tubuh yang cedera.

3. Pentingnya Pembidaian

Pembidaian bertujuan untuk:

a. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah.


b. Mengurangi cedera yang baru disekitar bagian tulang yang patah.
c. Mengistirahatkan bagian anggota badan yang patah.
d. Mengurangi rasa nyeri.
e. Mengurangi perdarahan.
f. Mempercepat penyembuhan.

Selain itu, kita juga perlu mengenal macam-macam Bidai. Alat yang bisa
difungsikan sebagai bidai?

1. Bidai Keras

Dibuat dari bahan yang keras dan kaku untuk mencegah pergerakan
bagian yang cedera. Bahan yang sering dipakai adalah kayu,
aluminium, karton, plastic, atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Contoh : Bidai kayu, bidai tiup, bidai vakum.

20
2. Bidai Yang Dapat Dibentuk

Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi
untuk disesuaikan dengan bentuk cedera. Contoh: Bidai Vakum,
bantal, selimut, karton, bidai kawat.

3. Bidai Traksi
Bidai jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya. Hanya
digunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada
patah tulang paha.
4. Gendongan atau Blat dan Bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela. Prinsipnya adalah memanfaatkan tubuh penderita sebagai
sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh:
gendongan lengan.
5. Bidai Improvisasi
Bila tidak tersedia bidai jadi, maka penolong dituntut mampu
berimprovisasi membuat bidai yang cukup kuat dan ringan untuk
menopang bagian tubuh yang cedera. Contoh: majalah, koran,
karton, dll.

4. Pedoman Umum Pembidaian


1. Sampaikan rencana tindakan kepala penderita.
2. Pastikan bagian yang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan
bila ada.
3. Nilai gerakan sensasi sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum
menggerakkan pembidaian.
4. Siapkan alat seperlunya ( bidai dan mitela ).
5. Usahakan tidak mengubah posisi yang cedera.
6. Jangan memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
8. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak
bergerak.
9. Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GSS
kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.

21
5. Cerai Sendi ( Dislokasi )
Cerai Sendi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi.
Penyebab:
a. Sendi teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung tulang
terpisah dan tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi bisa tertarik
melebihi batas normal dan mungkin sampai robek.
Waspadai Gejala dan Tandanya! :
b. Secara umum berupa patah tulang yang terbatas pada daerah sendi.

6. Terkilir Otot ( Strain )


Terkilir otot adalah robeknya jaringan otot pada ekor otot ( Tendon ),
karena teregang melebihi batas normal.
Penyebab:
1. Umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada
otot tertentu. Hal ini sering terjadi pada cedera olahraga
karena:
a. Latihan peregangan tidak cukup
b. Latihan peregangan tidak benar
c. Teregang melampaui kemampuan
d. Gerakan yang tidak benar
Waspadai Gejala dan Tandanya! :
a. Nyeri yang mendadak pada daerah otot yang tertentu
b. Nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku otot
c. Bengkak pada daerah cedera

7. Terkilir Sendi ( Sprain )


Adalah robek atau putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi
teregang melebihi batas normal.
Penyebab:
Terpeleset, gerakan yang salah.

Waspadai Gejala dan Tandanya! :


a. Bengkak
b. Nyeri Gerak
c. Nyeri Tekan
d. Warna kulit merah kebiruan

22
8. Pertolongan Cedera Pada Sistem Otot Rangka:
1. Lakukan penilaian dini
2. Lakukan pemeriksaan fisik
3. Stabilkan bagian yang patah seacara manual
4. Upayakan yang diduga patah dapat dilihat
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
6. Siapakan alat-alat seperlunya ( bidai dan mitella )
7. LAKUKAN PEMBIDAIAN...!!!
8. Kurangi rasa sakit
9. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman

9. Penanganan Terkilir
1. Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian
yang cedera
2. Tinggikan bagian yang cedera
3. Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu
4. Rawat sebagai patah tulang
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan

10. Pertolongan Pada beberapa alat gerak:

1. Cedera Bahu
Dislokasi bahu adalah yang paling sering terjadi di daerah bahu. Bila
terjadi patah tulang selangka, maka mungkin terlihat rongga pada
daerah lengan atas di bawah tulang selangka. Pada cedera ini
tindakan yang paling baik adalah memasang gendongan.

2. Cedera Patah Tulang Lengan Atas


Tulang lengan atas merupakan tulang yang cukup tebal dan kuat, bila
tulang ini cedera waspadailah cedera jaringan disekitarnya.
Pertolongan:
1. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan
menghadap ke dalam

23
2. Pasang bidai sampai siku
3. Ikat di daerah di atas dan di daerah yang patah
4. Lengan bawah digendong
5. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang bidai
sampai bawah, dan rujuk ke fasilitas kesehatan

3. Cedera Patah Tulang Lengan Bawah


Cedera di daerah lengan bawah dan pergelangan tangan merupakan
cedera yang sering ditemukan.
Pertolongan:
1. Letakkan tangan di dada
2. Pasang bidai dari siku sampai tangan
3. Ikat pada daerah diatas dan dibawah tulang yang patah
4. Lengan digendong
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan

4. Cedera Tangan dan Jari


Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional. Cara paling
mudah adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan, lalu
membalut tangan tersebut dan meletakkannya diatas bidai. Bila yang
cedera dalah jari, maka ikatlah jari tersebut dengan jari disebelahnya.
Bila yang ceder lebih dari satu jari maka bidailah seluruh tangan.

5. Patah Tulang Paha


Perubahan bentuk pada patah tulang paha biasanya terlihat denga
jelas, disamping nyeri dan pembengkakan.
Pertolongan:
1. Pasang dua bidai dari Ketiak sampai sedikit melewati telapak
kaki dan lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki.
2. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang
patah.
3. Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dan pergelangan kaki-
telapak kaki dengan pembalut untuk mengurangi pergerakan.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

24
Catatan:
a. Patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam, sehingga
penderita dapat mengalami syok.
b. Bila ada patah tulang terbuka, atasi perdarahan dan rawat lukanya.

6. Cedera Lutut
Bila lutut berada dalam posisi tertekuk maka bidailah dalam posisi
tersebut dan bila lurus maka bidailah dalam posisi lurus. Cara
membidainya sama seperti patah tulang paha.

7. Patah Tulang Tungkai Bawah


Umumnya kedua tulang tungkai mengalami cedera bersamaan.
Letaknya yang sangat dekat dengan permukaan kulit menyebabkan
cedera ini sering berupa patah tulang terbuka.
Pertolongan:
a. Pasang dua bidai disebelah luar dan dalam tungkai yang patah
dari lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki.
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai atau kain.

25
E. ANATOMI DAN FAAL DASAR

Dalam melakukan Pertolongan Pertama ( PP ), kita juga harus tahu apa itu
ANATOMI dan FAAL DASAR.

Anatomi adalah ilmu urai tubuh. Yaitu ilmu yang mempelajari susunan dan
bentuk tubuh. Sedangkan Faal yaitu ilmu yang mempelajari fungsi bagian
dari alat atau jaringan tubuh disebut Fisiologi.

1. Posisi Anatomis
Adalah posisi dimana tubuh kita
berdiri tegak, kedua lengan di samping tubuh, telapak tangan
menghadap ke depan.

Berdasarkan posisi anatomis ini dikenal ada tiga bidang


khayal yang membagi tubuh menjadi dua bagian, yaitu:

1. Bidang Medial
Bidang khayal yang membagi tubuh menjadi dua, yaitu kiri dan
kanan.
2. Bidang Frontal
Bidang khayal yang membagi tubuh menjadi depan ( anterior ) dan
belakang ( posterior ).
3. Bidang Transversal
Bidang khayal yang membagi tubuh menjadi dua, yaitu atas
( surperior ) dan bawah ( inferior ).

26
2. Bagian-bagian Tubuh Manusia
Tubuh manusia dilindungi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka.
Umumnya tubuh manusia dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:

1. KEPALA
Terdiri dari:
Tengkorak, wajah dan rahang
bawah.

2. LEHER

3. BATANG TUBUH
Terdiri dari:
Dada, perut, punggung, dan
panggul.

4. ANGGOTA GERAK ATAS


Terdiri dari:
Sendi bahu, lengan atas, siku,
lengan bawah, pergelangan
tangan, dan tangan.

5. ANGGOTA GERAK BAWAH


Terdiri dari:
Sendi panggul, tungkai atas
( paha ), lutut, tungkai bawah,
pergelangan kaki, kaki.

27

3. Tentang Rongga
Selain pembagian tubuh, ternyata tubuh kita terdapat 5 buah rongga,
yaitu:

1. Rongga Tengkorak
Rongga ini berisi otak dan melindunginya.

2. Rongga Tulang Belakang


Berisi bumbung syaraf atau “ spinal card ’’ terbentuk dari rongga-
rongga tulang belakang menyatu membentuk suatu kolom.

3. Rongga Dada
Sering juga disebut rongga toraks. Dilindungi oleh tulang-tulang
rusuk, berisi jantung, paru-paru, pembuluh darah besar,
kerongkongan dan saluran pernapasan.

4. Rongga Perut
Rongga ini terletak diantara rongga dada dan rongga panggul. Dalam
dunia medis dikenal dengan istilah abdomen. Di dalam rongga ini
terdapat berbagai organ pencernaan dan kelenjar seperti lambung,
usus, limpa, hati, empedu, pancreas, dan lainnya.

5. Rongga Panggul
Rongga ini dibentuk oleh tulang-tulang panggul, berisi kantung
kemih, sebagian usus besar dan organ reproduksi dalam.

4. Sistem Tubuh
Sistem tubuh adalah susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi
tertentu. Ada beberapa sistem pada tubuh manusia, antara lain:

a. Sistem Rangka ( Kerangka/Skeleton )


Fungsinya: Menopang bagian tubuh, melindungi organ tubuh, tempat
melekatnya otot, dan memberi bentuk tubuh.
b. Sistem Otot ( Muskularis )
Merupakan suatu organ yang berfungsi menggerakkan tubuh.

28

c. Sistem Pernapasan ( Respirasi )


Ada 2 sistem pernapasan:
1. Pernapasan Dalam
Adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida yang terjadi
dalam jaringan.
2. Pernapasan Luar
Adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida yang terjadi
didalam paru-paru.
d. Sistem Peredaran Darah
Peredaran darah terdiri dari:
1. Peredaran darah kecil:
Jantung paru-paru ( terjadi pengambilan oksigen dan pembuangan
gas karbondioksida ) jantung.
2. Peredaran darah besar:
Jantung pembuluh nadi semua bagian tubuh ( terjadi pemberian
oksigen serta pengambilan zat sampai di kapiler ) pembuluh balik
jantung.

e. Sistem Saraf ( Nervus )


Organ yang berfungsi untuk melakukan koordinasi dan kerjasama
dengan bagian tubuh.

f. Sistem Pencernaan ( Digestif )


Saluran yang menerima makanan dari luar untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan dicerna ( proses telan, kunyah dan mencampur ) dengan
bantuan enzim dan zat cair mulai mulut sampai anus.

g. Sistem Kelenjar Buntu ( Endokrin )


Kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya ( produknya ) kedalam
darah dalam jaringan tanpa melalui saluran dan hasil sekresi ini
disebut hormon.

h. Sistem Kemih ( Urinaria )


Proses penyaringan darah untuk menyerap zat yang digunakan tubuh
yang membebaskan dari zat yang tidak digunakan.

29

i. Kulit
Adalah lapisan jaringan pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh dan yang berhubungan dengan selaput
lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang masuk.

j. Panca Indera
Pancaindera adalah organ untuk menerima jenis rangsangan atau
stimulus tertentu. Terdiri dari:
1. Indera penglihatan ( Mata )
2. Indera Pendengaran ( Telinga )
3. Indera penciuman ( Hidung )
4. Indera Pengecap ( Lidah )
5. Indera perasa/peraba ( Kulit )

k. Sistem Reproduksi
Terdiri dari sistem reproduksi wanita dan sistem reproduksi pria.
30

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertolongan Pertama adalah upaya pertolongan dan perawatan
sementara terhadap korban atau penderita sebelum di bawa ke
fasilitas kesehatan. Untuk mencegah terjadinya cacat dan meninggal
ditempat pada korban/penderita.
Adapun beberapa tahap dalam memberikan pertolongan pertama:
1. Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan keamanan
penolong telah aman dari bahaya ).
2. Amankan korban ( Evakuasi korban ke tempat yang aman dan
nyaman ).
3. Tandai tempat kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya
korban baru ).
4. Usahakan menghubungi tim medis.
5. Tindakan pertolongan pertama.

B. Saran
Agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan pertolongan
pertama, ada beberapa hal yang harus dihindari, yaitu:
1. Mengoles mentega/odol pada luka bakar.
2. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang atau
bahkan patah tulang.
3. Tidak memperhatikan keselamatan diri sendiri.
4. Tidak mengenakan Alat Perlindungan Diri saat menolong korban.
5. Tidak melakukan wawancara korban dengan jelas dan lalai dalam
melakukan wawancara tersebut.

31

DAFTAR PUSTAKA

https://basecamppetualang.blogspot.com/2013/03/dasar-dasar-
pertolongan-pertama-first.html
http://pmrpacitan.blogspot.com/2014/11/penilaian-korban-tindakan-
penilaian.html
https://www.alodokter.com/luka-bakar
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2015/06/
cedera-sistem-otot-dan-rangka.html
http://pmrindonesia245.blogspot.com/2016/09/anatomi-faal-
dasar.html
32

Anda mungkin juga menyukai