Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH MEF(COKAIBA)

DISUSUN OLEH:

Arvita Vira Tama

07352111098

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Adapun judul makalah ini adalah “SEJARAH MEF (COKAIBA)”semoga apa yang saya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan terkhususnya bagi saya untuk digunakan sebagai
pembelajaran.

Semoga ALLAH SWT senantiasa tetap memberikan petunjuk dan bimbinganya menuju jalan
lurus yang penuh dengan ridha-nya.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Coka Iba adalah salah satu upacara tradisional masyarakat Maluku Utara (Kecamatan
WEDA, PATANI, MABA) yang diselenggarakan untuk memperingati hari Kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Upacara ini sudah berlangsung turun temurun dengan nuansa yang meraih
dan suka cita. Mereka biasanya menyelenggarakan acara Maulid Nabi dengan mengadakan
tradisi Coka Iba.
Coka Iba secara harpiah berarti topeng setan (menurut bahasa Maluku) mengandung
arti sebuah upacara yang diikuti oleh masyarakat dengan mengenakan topeng dan juga
pakaian yang menyerupai setan yang menyeramkan. Upacara ini menghadirkan sosok setan
yang tidak menyimbolkan akan mengagalkan perayaan maulid nabi namun meramaikan dan
juga memantau masyarakat yang berada diluar rumah untuk mensyukuri hari kelahiran nabi.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, pada hari kelahiran nabi Muhammad tidak hanya
malaikat dan manusia saja yang menyambut suka cita atas kelahiran-Nya namun bangsa jin dan
setanpun bahagia.

Proses Coka Iba ini diawali dengan sehari sebelum dilaksanakan Maulid Nabi, khususnya
tiga negri bersaudara weda, patani, maba. Mempersiapkan dan merancang topeng dan baju
seperti setan yang menyeramkan sehingga warga takut melihatnya. Topeng dan baju Coka Iba
pada zaman dahulu dibuat sangat menyerupai hantu, namun dengan berjalannya teknologi dan
variasi kostum dan topeng tersebut digambarkan sosok yang lucu dan atraktif. Untuk
mendapatkan hasil Coka Iba yang bagus, banyak yang rela merogoh kantongnya dalam
pembuatannya.

Dilanjutkan dengan malam hari sebelum Coka Iba dimulai, warga akan berkumpul di
masjid untuk bersama-sama membaca Sarawan Anam atau sebuah cerita tentang kisah nabi-
nabi yang disertai dengan syair puji-pujian (khususnya nabi Muhammas SAW). Fungsi dari syair
dan pujian tersebut adalah untuk mengungkapkan kegembiraan warga muslim setempat atas
rahmat yang dibawa oleh baginda nabi. Pembacaan Sarawan Anam dipimpin oleh para Kadhi
atau pengurus masjid hingga menjelang sholat subuh.

Proses setelah sholat subuh adalah mengumpulkatn banyak Coka Iba dih halaman
masjid dan pelepasan mereka oleh Sangaji atau tetua adat. Pemilihan ketua Coka Iba adalah
mereka yang mempunyai topeng yang paling menyeramkan, ketua Coka Iba disebut Coka Iba
Yani dan Coka Iba Gof. Setelah itu, kelompok Coka iba berjalan mengelilingi desa dengan iring-
iringan music dan juga menari. Selama proses tersebut setiap Coka Iba akan berperan untuk
mengamankan warga yang berada diluar rumah untuk didalam rumah sebagai symbol syukur
atas kelahiran Nabi. Coka Iba akan bertugas selama tiga hari dari sholat subuh hingga magrib.

Proses yang terakhir adalah dengan ritual Pantaeng (upacara penutup dalam
pelaksanaan Coka Iba) dengan bantuan tetua adat dan warga berkumpul untuk saling
memaafkan satu sama lainnya. Hal tersebut mempunyai tujuan untuk memupuk tali
persaudaraan dan solidaritas antar warga. Karena (kemungkinan) ada pihak yang merasa di
rugikan selama upacara Coka Iba

BAB II
PEMBAHASAN

Ragam bahasa daerha yang diapit oleh gugusan pulau yang berpenghuni maupun yang
tidak berpenghuni.Disanalah lahir berbagai kebudayaan yang sampai saat ini masi tetap di jaga
oleh masing-masing suku.
Terlepas dari itu salah satunya adalah tradisi MEF(COKAIBA) Tradisi ini merupakan ritual
(MAULID NABI) yakni tradisi asal dari tiga Negri bersaudara yakni Maba, Patani, Weda.Yang
dikenal dengan sebutan BUMI FAGOGORU.
“Menurut tuturan sejarah lisan tradisi dan ritual, cokaiba mulai dilakukan pada zaman
Razaman. Pada periode awal masuknya agama islam di pesisir bumi Fagogoru sekitar tahun
1100 masehi lalu.
Di kisahkan, dalam menjalankan dakwah isam mereka mendatangi penduduk. Untuk
mendengar cerita-crita dan keadaan mereka sebelum agama islam dating diwilayah ini. Lalu
para leluhhur menceritakan keaadaan mereka selama ini.
Bahwa mereka mempunyai krmampuan berinteraksi dengan bangsa jin, yang sudah
terjalin sejak zaman dahulu dan hubungan ini mulai di batasi dan sejak kelahiran Nabi
MUHAMMAD SAW. Dan semenjak turunya AL-QURAN AL IKHLAS dalam bahasa Maba disebut
KULLUHU maka hubungan interaksi mulai terputus.
Mereka menyakini persahabatan sudah tidak mungkin terjalin seperti dulu.akan tetapi
mereka masih merasa rindu dengan persahabatan ini dan ingin berbagi kebahagiaan dalam islm
dengan sahabat bangsa jin mereka. Maka ke-3 pemimpin ini pun berembuk, untuk mencari
solusi terbaik.
Akhirnya muncul solusi yang bijak yaitu, kepda semua gelet suku marga, agar membuat
MEF dari dodadi mereka sesuai yang mereka tahu.

Tapi dengan syarat bukan untuk pemujaan tetapi hanya dipakai pada saat peringatan
hari kelahiran Nabi MUHAMMAD SAW.karena pada dasarnya kehadiran Nabi MUHAMMAD
SAW,adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Keputusan itu disambut oleh leluhur Maba-
Patani-Weda dengan gembira. Karena budaya mef ini sudah menjadi kebiasan mereka ketika
pergi beruburu maupun berperang.
Semenjak itu tradisi ritual cokaiba mulai dilakukan setiap tahun sebagai satu tradisi adat
budaya dan peradaban dalam Bumi fagogoru.
BAB III
PENUTUP

Cokaiba (topeng setan) merupakan warisan budaya yang masih dilaksanakan Weda
Patani Maba. Upacara dilakukan untuk menyambut dan merayakan kelahiran Nabi
Muhammad.Masyarakat memandang bahwa Selain manusia seluruh isi alam termasuk jin dan
setan pun ikut bergembira dan mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat
bagi seluruh alam yang diutus oleh Allah SWT sebagai rasul terahir kemuka bumi. Nilai-nilai dan
makna yang terkandung dalam proses upacara Cokaiba ini dikemas dalam adat Fagogoru yang
merupakan ciri khas masyarakat Gamrange yang telah berlaku dalam masyarakat, dan menjadi
acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat. Upacara Cokaiba masih dilaksanakan
akan tetapi beberapa proses yang sudah berubah.
jenis topeng dan kostum, waktu pelaksanaan yang dikurangi, proses upacara yang sudah
dilaksnakan oleh masing-masing daerah, dan jumlah Cokaiba yang mulai berkurang atau tidak
sesuai lagi dengan jumlah aslinya karena minimnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
upacara Cokaiba.

Anda mungkin juga menyukai