Anda di halaman 1dari 12

Energi dan Daya Listrik

Energi Listrik
Tinjau sebuah konduktor yang diberi beda potensial Vab = V, seperti diperlihatkan pada gambar
berikut ini. 

Elektron-elektron pada konduktor itu akan bergerak dari titik b menuju ke titik a. Mengapa
demikian? Ketika beda potensial V diberikan, elektron-elektron tersebut akan mendapatkan
tambahan energi masing-masing sebesar eV, dengan e adalah muatan satu elektron. 

Energi inilah yang kemudian mengalirkan elektron dalam konduktor. Jika dalam konduktor
tersebut mengalir n buah elektron, total muatan yang mengalir adalah Q = ne. 

Dengan demikian, energi yang diperlukan untuk mengalirkan elektron memenuhi W = QV.
Energi ini disebut energi listrik. Dalam kaitannya dengan arus listrik, Q = It maka energi listrik
memenuhi persamaan

 dengan: W = energi listrik (joule; J),


              V = beda potensial atau tegangan listrik (volt; V),
               I = kuat arus yang mengalir (ampere; A), dan
               t = lamanya arus mengalir (sekon; s).

Persamaan (8–13) berlaku untuk semua komponen atau beban listrik yang
diberi beda potensial V dan dialiri arus I dalam selang waktu t. Khusus  untuk beban listrik
berupa hambatan listrik, mengingat V = IR atau

Persamaan (8–13) dapat ditulis sebagai berikut.

Dalam SI, satuan dari energi listrik adalah joule (disingkat J). Satuan lain yang juga sering
digunakan adalah kilowattjam, disingkat kWh (kilowatthour), dengan 1 kWh = 3,6 × 106 J.
Contoh Soal 1:
Sebuah alat pemanas bekerja pada tegangan 220 V dan arus 2 A. Tentukan energi listrik yang
diserap pemanas tersebut selama (a) 5 sekon dan (b) 1 jam.

Jawaban:
Diketahui: V = 220 V dan I = 2 A.
Energi listrik yang diserap pemanas
1. selama t = 5 s adalah: W = VIt = (220 V)(2 A)(5 s) = 2200 J
2. selama t = 1 jam adalah: W = VIt = (220 V)(2 A)(1 s) = 440 watt-jam = 0,44 kWh

Daya Listrik
Daya atau laju energi listrik adalah energi listrik yang dihasilkan/diserap tiap satuan waktu.
Secara matematis, daya listrik (diberi simbol P) ditulis

dengan: P = daya listrik (watt; W), dan


             t = waktu (sekon; s).

Satuan daya listrik, dalam SI, adalah joule/sekon (disingkat J/s). Satuan ini diberi nama watt,
disingkat W, dengan 1 W = 1 J/s. Selanjutnya, jika Persamaan (8–13) dimasukkan ke Persamaan
(8–15), diperoleh:

yang berlaku untuk setiap komponen atau beban listrik. Sementara itu, jika Persamaan (8–14)
dimasukkan ke Persamaan (8–15), diperoleh persamaan daya listrik pada hambatan listrik, yaitu:

Contoh Soal 2:
Sebuah lampu dihubungkan dengan tegangan 220 V sehingga mengalir arus 0,5 A pada lampu
tersebut. Tentukanlah energi listrik yang diserap oleh lampu tiap sekon.

Jawaban:
Diketahui: V = 220 V dan I = 0,5 A.
Energi listrik yang diserap lampu tiap sekon atau daya yang diserap lampu adalah
P = VI = (220 V)(0,5 A) W.

Spesifikasi Tegangan dan Daya Kerja pada Beban Listrik


Hampir semua beban listrik (lampu, radio, TV, komputer, dll.) menuliskan spesifikasi tegangan
dan daya kerjanya. 

Spesifikasi beban listrik ini berkaitan dengan seberapa besar tegangan yang boleh diberikan pada
beban listrik dan berapa daya yang akan diserap atau dihasilkannya. 

Sebagai contoh, sebuah lampu bertuliskan 220 V, 60 W. Hal ini berarti lampu tersebut bekerja
normal, yakni menyerap daya 60 W ketika diberi tegangan 220 V. 

Nilai 220 V juga merupakan nilai tegangan maksimum yang boleh diberikan pada lampu
tersebut. Jika tegangan yang diberikan lebih besar daripada 220 V, lampu akan rusak. 

Sebaliknya, jika tegangan yang diberikan lampu kurang dari 220 V, lampu akan menyala redup
(daya yang diserapnya kurang dari 60 W). 
Daya yang diserap beban listrik ketika dihubungkan dengan tegangan sumber tertentu memenuhi
persamaan:

dengan: Ps = daya yang diserap lampu (W),


           Vs = tegangan yang diberikan pada lampu (V),
            Pt = daya yang tertulis pada lampu (W), dan
           Vt = tegangan yang tertulis pada lampu (V).

Spesifikasi beban listrik berkaitan pula dengan hambatan beban tersebut. Hambatan beban listrik
dengan spesikasi Vt volt, Pt watt adalah:

Selain dua hal tersebut, spesifikasi tegangan dan daya listrik pada beban listrik juga
menunjukkan bahwa arus maksimum yang boleh melewatinya adalah:

Contoh Soal 3:
Sebuah lampu bertuliskan 220 V, 50 W dihubungkan dengan sumber tegangan 110 V. Tentukan
(a) hambatan dalam lampu, (b) arus yang mengalir pada lampu, dan (c) daya yang diserap lampu.

Jawaban:
Rumus dan Cara Menghitung Rugi Tegangan (Drop Voltage)

Bagaimana Cara menghitung Rugi Tegangan (Drop Voltage) yang terjadi pada suatu penghantar listrik?
Apa yang dimaksud dengan kerugian tegangan atau Tegangan Jatuh (Drop Voltage) pada instalasi atau
jaringan listrik?
Berapa besar kerugian tegangan pada instalasi listrik?
Bagaimana cara menghitung besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh?
Apa rumus untuk menghitung tegangan jatuh (drop Voltage)?

Rugi Tegangan atau Tegangan jatuh (Drop Voltage)


Besar tegangan listrik yang mengalir pada suatu kabel penghantar akan mengalami penurunan atau
biasa disebut dengan Tegangan jatuh (Drop Voltage) saat melalui suatu penghantar dan mendapatkan
Beban listrik.

cara menghitung kerugian tegangan atau tegangan jatuh (drop voltage)


Menghitung rugi tegangan

Apa yang dimaksud dengan Tegangan jatuh (Drop Voltage)


Tegangan Jatuh atau Drop Voltage adalah seberapa besar Penurunan atau kehilangan nilai Tegangan
listrik yang mengalir pada suatu kabel penghantar dari nilai tegangan normal.

Atau bisa juga disebut bahwa Tegangan jatuh adalah selisih antara besar tegangan pangkal (Sumber)
dengan besar tegangan ujung (Beban) dari suatu instalasi listrik.

Sebagai contoh, Besar tegangan listrik terukur dari suatu sumber listrik adalah 380 Volt, kemudian
tegangan listrik tersebut dialirkan melalui suatu kabel penghantar menuju berbagai beban peralatan
listrik, maka besar Tegangan listrik yang diterima berbagai peralatan listrik tersebut akan mengalami
penurunan atau menjadi kurang dari 380Volt.

Penurunan nilai tegangan ini disebut dengan kerugian tegangan atau Tegangan jatuh (Drop Voltage).

Faktor penyebab Kerugian Tegangan (Drop Voltage)


Besarnya kerugian tegangan atau tegangan jatuh (Drop Voltage) yang terjadi pada suatu instalasi listrik,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Panjang kabel Penghantar

Semakin panjang kabel penghantar yang digunakan, maka semakin besar Kerugian tegangan atau
Tegangan jatuh yang terjadi.

Besar arus

Semakin besar arus listrik yang mengalir pada penghantar, maka semakin besar Kerugian tegangan atau
Tegangan jatuh yang terjadi.
Tahanan jenis (Rho)

Semakin besar tahanan jenis dari bahan penghantar yang digunakan, maka semakin besar Kerugian
tegangan atau Tegangan jatuh yang terjadi.
Tahanan Jenis (Rho) beberapa jenis bahan penghantar

Besar kecilnya tahanan jenis penghantar tergantung pada bahan penghantar yang digunakan.

Luas Penampang penghantar.

Semakin besar ukuran luas penampang penghantar yang digunakan, maka semakin kecil Kerugian
tegangan atau Tegangan jatuh yang terjadi.
Baca juga: Kenapa Jaringan Transmisi dan Distribusi memiliki Tegangan yang sangat Tinggi?

Rumus menghitung Kerugian Tegangan (Drop Voltage)


Rumus untuk menghitung besarnya kerugian tegangan atau tegangan jatuh (Drop Voltage) pada instalasi
listrik 3 phase.

Vr = (√3 x ρ x L x I x Cos phi) : A

Vr: Tegangan jatuh (Drop Voltage)


ρ: Tahanan jenis (rho)
L: Panjang kabel penghantar
I: Besar Arus
Cos phi: Faktor daya
A: Luas Penampang

Contoh Perhitungan Kerugian tegangan (Drop Voltage) pada suatu instalasi listrik 3 phase
Suatu Pembangkit listrik dengan tegangan sebesar 380 Volt, Cos phi 0,80, dialirkan menggunakan Kabel
tembaga ukuran 95mm² sepanjang 500 meter untuk menyuplai berbagai peralatan listrik dengan beban
arus sebesar 200 Ampere.

Berapa besar kerugian tegangan (Tegangan Drop) pada ujung kabel tersebut?

Vr: Rugi tegangan atau Tegangan jatuh (Drop Voltage)


ρ: Tahanan jenis Kabel bahan Tembaga 0,0000000172 Ohm.mm²/Meter
L: Panjang kabel penghantar (500 Meter)
I: Besar Arus (200 Ampere)
Cos phi: Faktor daya (0,80)
A: Luas Penampang (95 mm² atau 0,000095 m²)
Vr = (√3 x ρ x L x I x Cos phi) : A
Vr = (1,732 x 0,0000000172 Ωmm²/m x 500m x 200Amp x 0,80) : 0,000095 m²
Vr = 0,002383232 : 0,000095 m²
Vr = 25,08 Volt

Rugi Tegangan
Kerugian Tegangan (Drop Voltage) pada ujung kabel instalasi listrik tersebut adalah sebesar: 25,08Volt.

Besar Tegangan Akhir


Maka, Besar tegangan listrik yang sampai pada ujung kabel penghantar adalah sebesar:
380 Volt - 25,08 Volt = 354,92 Volt.

Persentase rugi tegangan


Persentase Rugi tegangan: (25,08 Volt : 380 Volt) x 100%
Persentase Rugi tegangan: 6,6 %

Kesimpulan:
Untuk meminimalkan Kerugian tegangan yang terjadi pada penghantar listrik, dapat dilakukan dengan
cara memperbesar ukuran Kabel penghantar yang digunakan.
Menghitung Resistor, Tegangan, Dan Arus Rangkaian Pembagi Tegangan

                     Menghitung Resistor, Tegangan, Dan Arus  Rangkaian Pembagi Tegangan


Pembagi tegangan sangat banyak diterapkan dalam rangkaian elektronik, karena bebrapa komponen
mensyaratkan tegangan yang berbeda2, sedangkan power supply kita hanya memberikan 1 jenis
tagangan saja ( misal 5v atau 12v )
Aplikasi pembagi tegangan diterapkan dalam setting bias transistor, komparator menggunakan OpAmp,
volume kontrol alat musik.

Bagi praktisi elektronik, ini adalah topik basi dan terlalu mendasar, namun sebagian orang belum
mengetahui cara membagi tegangan menggunakan resistor berikut perhitunganya, perhitungan dengan
rumus2 dasar agar diketahui dengan jelas cara langkah2 perhitunganya dan dapat melakukan modifikasi.

Rumus dasar hukum ohm :


V = I x R (volt)
I = V / R (ampere)
R = V / I (ohm)
P = V x I (watt )
I = P / V (ampere)
V = P / I (volt)

Rumus dasar resistor seri & parallel :


R seri = R1 + R2 +...... ( tergantung jumlah R yang di seri)
1/R parallel = (1 / R1) + (1 / R2) +...... ( tergantung jumlah R yang di parallel )
R parallel = (R1 x R2 x ...) / (R1 + R2 + ...)

Rumus dasar voltase seri & parallel


V seri = V1 + V2 +.....
V parallel = V1 = V2 = .....

Rumus dasar arus seri & parallel


I seri = I1 = I2 =.....
I parallel = I1 + I2 + .....

Pembagi tegangan terdiri dari min 2 resistor yang dipasang seri

Rangkaian pembagi tegangan

Misal :
Vcc = 12V
Vout direncanakan 3V
Iout direncanakan 10mA

******1********
Maka:
V( R1 ) = 12V - 3V
V( R1 ) = 9V
V( R1 ) disini adalah voltase yang dibuang

Nilai R1 = V / I
R1  =  9V / 10mA ( 10/1000 Ampere)
R1  =  900 ohm
pada resistor type E24 ( 5%) nilai 900 ohm tidak ada dipasaran
maka dapat mempergunakan 2 resistor seri sebesar 390 ohm + 510 ohm atau variabel resistor 1kohm

Nilai Watt  R1 yang diperlukan dapat dihitung sbb:

P(R1) = V x I
P(R1) = 9V x 10mA ( 10/1000 Ampere)
P(R1) = 90mW ( 0.09 Watt )
dipasaran resistor tersedia taraf watt dari 250mW (1/4W), 500mW (1/2W), 1W, 2W, 5W, 10W
jadi R1 dipergunakan resistor 390 ohm + 510 ohm @1/4 Watt

*******2********
V( R2 ) = 3V - 0V ( ground )
V( R2 ) = 3V
V( R2 ) disini adalah voltase yang di hasilkan sama dengan Vout

Nilai R2 = V / I
R2  =  3V / 10mA ( 10/1000 Ampere)
R2  =  300 ohm

Nilai Watt  R2 yang diperlukan dapat dihitung sbb:

P(R2) = V x I
P(R2) = 3V x 10mA ( 10/1000 Ampere)
P(R2) = 30mW ( 0.03 Watt )
dipasaran resistor tersedia taraf watt dari 250mW (1/4W), 500mW (1/2W), 1W, 2W, 5W, 10W
jadi R2 dipergunakan resistor 300 ohm 1/4 Watt

Vout tanpa beban bila diukur akan menghasilkan 3Volt dari sumber 12Volt dengan toleransi 5%
mengikuti toleransi resistor yang dipergunakan, bila dibebani, Vout akan turun maka kita harus
mengetahui nilai R beban untuk mendapatkan voltase yang diinginkan.

Pembuktian :

Rangkaian pembagi tegangan dengan beban

Misal :
Seperti perhitungan resistor diatas akan tetapi dibebani 2 led seri
V led @ 1.5V ( voltase hanya untuk contoh, dipasaran led bekerja pada 1.7V )
I led @ 2mA ( led ukuran 3mm standar )

Maka :
V led total = 1.5V + 1.5V = 3V
I led total = 2mA ( karena dipasang seri maka arus mengalir adalah sama )

R led = V led / I led


R led = 3V / 2mA ( 2/1000 Ampere )
R led = 1500 ohm

Jadi rangkaian pembaginya tegangan akan menjadi sbb :

Rangkaian pembagi tegangan dengan beban

R2 dan R led menjadi konvigurasi R parallel dengan R2 + R led :


1/R ( R2 + R led ) = ( 1/ R2  ) + ( 1/ R led )
1/R ( R2 + R led ) = ( 1 / 300 ohm) + ( 1/ 1500 ohm )
1/R ( R2 + R led ) = 0.003333 + 0.0006666
1/R ( R2 + R led ) = 0.003999
R ( R2 + R led ) = 1 / 0.003999
R ( R2 + R led ) = 250 ohm

karena R1 + R ( R2 + R led ) membentuk rangkaian seri maka arus yang mengalir sbb:
R total = R1 + R ( R2 + R led )
R total = 900 ohm + 250 ohm
R total = 1150 ohm

Total arus yang mengalir sbb :


I total = Vcc / R total
I total = 12V / 1150
I total =  10.43478mA ( 0,01043478Ampere )
Voltase pada R1 berubah menjadi :
V(R1) = I total x R1
V(R1) = 10.43478mA x 900 ohm
V(R1) = 9.39 Volt ( nilai voltase yang dibuang oleh R1 )

Vout menjadi :
Vout = Vcc - V(R1)
Vout = 12V -  9.39V
Vout = 2.61 Volt

Dari perhitungan awal Vout = 3V, akan tetapi setelah pembebanan oleh led, Vout = 2.61V karena terjadi
perubahan pada R2 + R led yang mengakibatkan arus mengalir berubah dari 10mA menjadi
10.43478mA.
Maka untuk mendapatkan V out yang diinginkan, perlu melakukan perhitungan R total

Misal seperti rangkaian pembagi tegangan dengan beban led maka perhitunganya sbb :

Diketahui :
V led = @1.5V ( total = 1.5V + 1.5V )
I led = 2mA
I pembagi tegangan = 10mA ( I pembagi tegangan adalah I yang terbuang bisa dibuat lebih kecil )
Vcc = 12V

Arus total yang mengalir :


I total = I led + I pembagi tegangan
I total = 2mA + 10mA
I total = 12mA

******1********
Maka:
V( R1 ) = 12V - 3V
V( R1 ) = 9V
V( R1 ) disini adalah voltase yang dibuang

Nilai R1 = V / I
R1  =  9V / 12mA ( 12/1000 Ampere)
R1  =  750 ohm
pada resistor type E24 ( 5%)

Nilai Watt  R1 yang diperlukan dapat dihitung sbb:


P(R1) = V x I
P(R1) = 9V x 12mA ( 12/1000 Ampere)
P(R1) = 108mW ( 0.18 Watt )
dipasaran resistor tersedia taraf watt dari 250mW (1/4W), 500mW (1/2W), 1W, 2W, 5W, 10W
jadi R1 dipergunakan resistor 750 ohm @1/4 Watt

*******2********
V( R2 + Vled ) = 3V - 0V ( ground )
V( R2 + Vled )  = 3V
V( R2 + Vled )  disini adalah voltase yang di hasilkan sama dengan Vout

Nilai R ( R2 + Vled )  = V / I
R ( R2 + Vled )   =  3V / 12mA ( 12/1000 Ampere)
R ( R2 + Vled )   =  250 ohm

diketahui bahwa :
R led = V led / I led
R led = 3V / 2mA ( 2/1000 Ampere )
R led = 1500 ohm

Maka nilai R2 :
karena R2 dan Led membentuk rangkaian paralel maka berlaku rumus R parallel
1 / R ( R2 + Vled ) = ( 1 / R2 ) + ( 1 / R led )
1 / R2  = ( 1 / R ( R2 + Vled ) ) -  ( 1 / R led )
1 / R2  = ( 1 / 250 ohm ) - ( 1/ 1500 ohm )
1 / R2  = 0.004 - 0.0006666
1 / R2  = 0.003333
R2 = 1/ 0.003333
R2 = 300 ohm

karena I total yang mengalir 12mA, dan I led = 2mA


I yang mengalir di R2 :
I(R2) = I total - I led
I(R2) = 12mA - 2mA
I(R2) = 10mA

Nilai Watt  R2 yang diperlukan dapat dihitung sbb:


P(R2) = V x I
P(R2) = 3V x 10mA ( 10/1000 Ampere)
P(R2) = 30mW ( 0.03 Watt )
dipasaran resistor tersedia taraf watt dari 250mW (1/4W), 500mW (1/2W), 1W, 2W, 5W, 10W
jadi R2 dipergunakan resistor 300 ohm 1/4 Watt

Apabila hanya untuk menurunkan tegangan led, tidak diperlukan rangkaian pembagi penuh, hanya
diperlukan R1,dalam perhitungan R2 diganti dengan nilai R led, Vout adalah V led, sehingga rangkaian
hanya terdiri 1 resistor dan led saja, rangkaian pembagi penuh biasanya digunakan untuk komparator
OpAmp, bias transistor, volume audio,dll

Anda mungkin juga menyukai