Anda di halaman 1dari 11

Kekuatan Dielektrik

Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk bisa


tahan terhadap tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan. Kekuatan
dielektrik ini tergantung pada sifat atom dan molekul cairan itu sendiri. Namun
demikan dalam prakteknya kekuatan dielektrik tergantung pada material dari
elektroda, suhu, jenis tegangan yang diberikan, gas yang terdapat dalam cairan dan
sebagainya yang dapat mengubah sifat molekul cairan. Dalam isolasi cairan
kekuatan dielektrik setara dengan tegangan kegagalan yang terjadi.
Mengenal Beban Resistif, Induktif dan
Kapasitif, beserta contohnya

Mengenal Jenis Beban Resistif, Induktif


dan Kapasitif, pada sistem kelistrikan Arus
Bolak-balik, beserta contoh Alat listriknya
Mengenal Beban Resistif, Induktif dan Kapasitif, beserta contohnya
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Beban Resistif, Induktif dan Kapasitif?
Apa saja contoh alat listrik yang termasuk Beban Resistif, Induktif dan Kapasitif?

Terdapat berbagai jenis alat listrik yang menggunakan Listrik AC, baik Listrik AC 1 Phase
maupun Listrik AC 3Phase, seperti misalnya Lampu pijar, Lampu TL, Rice cooker, Setrika,
Kipas angin, Motor listrik 1 Phase, Motor Listrik 3 Phase, Heater, dan sebagainya.

Berbagai Alat Listrik yang kita sebutkan diatas, membutuhkan Energi/daya listrik agar dapat
dioperasikan atau dinyalakan, dan semuanya itu termasuk kedalam Beban Listrik.

Beban Listrik adalah Setiap Alat yang membutuhkan Energi atau Daya Listrik agar
dapat dioperasikan atau digunakan.

Berbagai alat listrik yang mengkonsumsi Daya Listrik, disebut dengan Beban Listrik, dan
berbagai beban Listrik yang menggunakan Listrik Arus Bolak-balik tersebut dikelompokkan
menjadi 3 jenis Beban listrik.

3 Jenis Beban Listrik AC

 Beban Resistif
 Beban Induktif
 Beban Kapasitif

Beban Resistif, Induktif dan Kapasitif

Beban Resistif, Induktif dan Kapasitif

Beban Resistif
Beban Resistif adalah suatu alat yang membutuhkan daya listrik, berupa komponen yang
terdiri dari Resistan (Ohm), dan bekerja/beroperasi berdasarkan prinsip kerja Resistansi
(Hambatan).

Beban Resistif hanya mengkonsumsi Daya Aktif, dan tidak menyebabkan perubahan nilai
faktor daya, sehingga nilai Faktor daya tetap, yaitu sama dengan satu.

Alat Listrik yang termasuk Beban Resistif bekerja berdasarkan prinsip kerja Resistor
(Hambatan), sehingga arus listrik yang melewatinya akan terhambat, dan akibatnya alat
listrik tersebut akan menghasilkan Panas.

Beban Resistif tidak mempengaruhi gelombang Tegangan dan Arus, sehingga posisi
Gelombang Tegangan dan Arus tetap sefasa.

Beberapa contoh alat listrik yang termasuk jenis Beban Resistif, antara lain:

 Lampu Pijar
 Heater
 Rice cooker
 Setrika
 Solder Listrik
 Ceret Listrik
 Dan semua alat listrik yang bekerja menggunakan Elemen Pemanas.

Karena Alat Listrik yang termasuk kedalam jenis Beban Resistif tidak mempengaruhi Faktor
Daya (Cosphi=1), maka rumus daya pada beban resistif, adalah:

P=VxI
 P: Power atau Daya (Watt)
 V: Voltage atau Tegangan (Volt)
 I: Intensity atau Arus (Ampere)

Beban Induktif
Beban Induktif adalah suatu alat yang membutuhkan daya listrik, berupa kumparan/lilitan
kawat penghantar yang dililit pada suatu inti kumparan, yang bekerja/beroperasi
berdasarkan prinsip kerja Induksi.

Beban Induktif mengkonsumsi/menyerap Daya Aktif, dan Daya Reaktif.

Beban Induktif menghasilkan Daya Harmonik yang dapat mengakibatkan penurunan nilai
Cosphi menjadi lebih kecil dari 1,00.

Kumparan pada Beban Induktif menyebabkan terhambatnya laju arus, sehingga terjadi
pergeseran posisi gelombang Arus menjadi tertinggal (Lagging) dari Gelombang Tegangan.

Beberapa contoh Alat Listrik yang termasuk jenis Beban Induktif, antara lain:

 Motor Listrik
 Mesin Las Listrik
 Transformator (Travo)
 Induktor
 Solenoid Coil
 Lampu Hemat energi
 dan semua alat listrik yang bekerja berdasarkan Induksi

Karena Alat listrik yang termasuk kedalam jenis Beban Induktif dapat mengakibatkan
penurunan nilai Cosphi (Faktor daya), maka rumus daya pada beban Induktif listrik 1 Phase,
adalah:

P = V x I x Cosphi
 P: Power atau Daya (Watt)
 V: Voltage atau Tegangan (Volt)
 I: Intensity atau Arus (Ampere)
 Cosphi (Faktor daya) nilai <1

Sedangkan rumus daya untuk Listrik Arus bolak balik 3 Phase, adalah:

P = V x I x Cosphi x akar3
 P: Power atau Daya (Watt)
 V: Voltage atau Tegangan (Volt)
 I: Intensity atau Arus (Ampere)
 Cosphi (Faktor daya) nilai <1

Beban Kapasitif
Beban Kapasitif adalah suatu alat yang membutuhkan daya listrik, dan memiliki kemampuan
Kapasitansi yaitu kemampuan untuk menyerap dan menyimpan energi listrik dalam waktu
sesaat.

Beban Kapasitif mengkonsumsi/menyerap Daya Aktif, dan mengeluarkan Daya Reaktif,


sehingga alat ini dapat digunakan untuk memperbaiki faktor dalam batasan tertentu.

Beban Kapasitif menyebabkan terhambatnya laju Tegangan, sehingga terjadi pergeseran


posisi gelombang Arus menjadi mendahului (Leading) dari Gelombang Tegangan.

Alat listrik yang termasuk jenis Beban Kapasitif, adalah Kapasitor (Kondensator)

Karena Alat listrik yang termasuk kedalam jenis Beban Kapasitif dapat mengakibatkan
perubahan nilai Cosphi (Faktor daya) lebih kecil dari 1,00, maka rumus daya pada beban
Kapasitif listrik 1 Phase, adalah:
P = V x I x Cosphi
 P: Power atau Daya (Watt)
 V: Voltage atau Tegangan (Volt)
 I: Intensity atau Arus (Ampere)
 Cosphi (Faktor daya) nilai <1

Sedangkan rumus daya untuk Listrik Arus bolak balik 3 Phase, adalah:

P = V x I x Cosphi x akar3
 P: Power atau Daya (Watt)
 V: Voltage atau Tegangan (Volt)
 I: Intensity atau Arus (Ampere)
 Cosphi (Faktor daya) nilai <1

Semoga bermanfaat!

Tempat kita berbagi ilmu


RST
R S T adalah keluaran (output) dari pembangkit (sumber) yang akan dihubungkan dengan input
(beban) yang dinamai U V W atau bahkan X Y Z (beban yang memiliki system Δ/Y)

Jadi kalau di tuliskan secara keseluruhan akan menjadi RST-UVW-XYZ secara berurutan sehingga
mudah untuk diingat.

Penamaan RST TIDAK pernah diganti dengan UVW.

RST untuk menandakan output, UVW untukmenandakan input.

N : untuk Neutral (Nol)

G : untuk Ground (pentanahan)

Pengertian Arus tegangan dan daya listrik

Arus dalam bahasa kelistrikannya disebut Ampere (I) mengartikan banyaknya muatan listrik yang mengalir
melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Satuan arus listrik tersebut disebut Coulomb atau
Ampere.
Karena arus listrik diartikan sebagai banyaknya muatan listrik yang mengalir, maka tentu saja sangat
dipengaruhi oleh besarnya tegangan dan ketahanan seuatu penghantar.

Supaya lebih mudah, bisa dibayangkan air yang akan mengalir jika posisi titik air utama lebih tinggi menuju ke
titik lebih rendah. Bayangkan jika posisi titik utama dan titik selanjutnya sejajar. Maka arus hanya akan
mengalir jika ada tegangan.

Tegangan dalam bahasa kelistrikannya disebut Volt atau Voltase (V) mengartikan perbedaan potensial
listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik dan dinyatakan dalam satuan V (Volt). Besaran ini mengukur
energi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor
listrik.

Tergantung pada perbedaan potensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ektra rendah,
menengah,tinggi hingga ektra tinggi.

Supaya lebih mudah dipahami, bisa dibayangkan pistol air mainan anak-anak. Air akan keluar jika ada tekanan
pada alat picu pistol. Sebaliknya, jika tidak ada tekanan pada alat picu pistol maka air tidak akan keluar.
Tekanan pada alat picu pistol itu dapat diasumsikan sebagai tegangan.

Daya dalam bahasa kelistrikannya disebut Watt (P) mengartikan laju energi yang dihantarkan atau kerja
yang dilakukan per satuan waktu. Daya dilambangkan dengan P (Power). Dengan kata lain, daya listrik
merupakan tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik.

Sebagai contoh lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya.

Bagaimana cara menghitung Arus Tegangan dan daya?


Menghitung arus

Perhatikan Rumus dibawah

I = Arus listrik
V = Tegangan listrik
R = Tahanan (ohm)
P = Power/daya
Q = Coulomb
T = waktu dalam detik

Contoh soal
Waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sebuah kawat penghantar adalah 5 menit dengan muatan listrik
sebesar 1000 coulomb. Berapakah kuat arus dalam sebuah kawat penghantar tersebut?

Diketahui
Q = 1000 Coulomb
t = 5 menit = 300 detik
ditanyakan I?

Jawab
I = Q/t
I = 1000/300
I = 3,33
Jadi kaut arus dalam sebuah penghantar tersebut adalah 3,33 Ampere

Baca juga : sejarah seterika listrik dari mula

Menghitung Tegangan

I = Arus listrik
V = Tegangan listrik
R = Tahanan (ohm)
P = Power/daya

Menghitung daya

Keterangan
P = Daya (watt)
I = Arus (ampere)
R = Tahanan (ohm)
W = Usaha (Joule)
t = Waktu
V = Tegangan/beda potensial (Volt)

Contoh Soal

Contoh 1
Hitunglah daya listrik yang dikonsumsi oleh lampu pijar tersebut

Diketahui
V = 24v
R = 3Ω
Dtanyakan P?

Jawab
P = V² /R
P = 24² /3
P = 576 /3
P = 192
Jadi daya listrik yang dikonsumsi adalah 192 watt

Contoh 2

Sebuah Radio memerlukan tegangan 220V dan arus listrik sebesar 1,2A untuk mengaktifkannya. Berapakah
daya listrik yang dikonsumsi?

Diketahui
V = 220v
I = 1,2A
Ditanyakan P?

Jawab
P = VI
P = 220x1,2
P = 264
Hukum Ohm
Pengertian Hukum Ohm merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan antara
Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Hambatan listrik dalam sirkuit (Ohm). 1 Ohm adalah
hambatan listrik yang menyebabkan perbedaan satu volt saat arus sebasar 1 Ampere mengalir.

Bunyi hukum Ohm:


"Kuat arus listrik pada suatu beban listrik berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan hambatan".

Rumus Hukum Ohm:

Lambang dari hambatan adalah R, lambang dari Arus adalah I, dan lambang dari tegangan
adalah V. Berdasarkan hukum Ohm diatas maka bisa diambil rumus sebagai berikut ini;

Keterangan:

I = Besar arus yang mengalir pada penghantar => dengan satuan Volt

V = Besar tegangan pada penghantar => dengan satuan Volt

R = Besar hambatan => dengan satuan Ohm

Berdasarkan patokan rumus diatas maka kita bisa mencari Nilai I, V, dan R pada suatu
rangkaian listrik. Untuk mencari R, caranya cukup dengan menggunakan logika berdasarkan
rumus diatas.

Misal jika 5=10/2, maka 10=5X2 dan 2=10/5. Berdasarkan logika tersebut untuk mencari V
rumusnya adalah V=I X R sedangkan untuk mencari nilai R digunakan rumus R=V/I.

Hukum Kirchoff 1 dan 2


Pada peralatan listrik, kita biasa menjumpai rangkaian listrik yang bercabang-cabang. Untuk
menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap cabang yang dihasilkan oleh sumber
arus listrik.

Gustav Kirchhoff (1824-1887) mengemukakan dua aturan hukum yang dapat digunakan untuk
membantu perhitungan tersebut. Hukum Kirchoff 1 disebut hukum titik cabang dan Hukum
Kirchhoff 2 disebut hukum loop.

Hukum Kirchoff 1
Di pertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824 – 1887) menemukan cara untuk
menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di kenal dengan Hukum
Kirchoff.
Bunyi Hukum kirchoff 1:

“Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang
keluar dari titik percabangan”.

Rumus Hukum Kirchoff 1:

Bunyi hukum Kirchoff 1 di atas, Yang kemudian di kenal sebagai hukum Kirchoff I. Secara
matematis dinyatakan :

Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut:

Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada 2, setelah yang diatas dijelaskan tentang hukum beliau
yang ke 1. Hukum Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian
bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup).

Perhatikan gambar berikut!


Bunyi Hukum Kirchoff 2:

"Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama
dengan nol".

Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang
hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau
diserap.

Anda mungkin juga menyukai