Anda di halaman 1dari 11

JARINGAN TANAMAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pangan

Dosen Pengampu :
Arintina Rahayuni, STP, M.PD, MTP

Disusun Oleh :
IDAH FITRIA
NIM : P1337431222027

KELAS REGULER
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022/2023
STRUKTUR JARINGAN TANAMAN

1. Jaringan Meristem

Jaringan ini memiliki sel yang dapat membelah selnya dengan aktif. jaringan ini juga berusia
muda, ukurannya kecil dan memiliki bentuk serta ukuran yang sama. Di jaringan meristem
tidak memiliki fungsi khusus, tidak ada di ruang antarsel, dan tidak mengandung zat-zat
tertentu. Jaringan meristem dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

a) Meristem Apikal ialah jaringan meristem yang terdapat pada tumbuhan dewasa,
biasanya pada ujung batang dan akar.
b) Meristem Intercalary jaringan ini ada di pangkal daun.
c) Meristem Lateral berada dibagian batang dan menambah di lingkar batang.
2. Jaringan Permanen

Jaringan permanen dihasilkan dari sel-sel yang terbentuk selama pembelahan, kemudian
menjadi bagian dari jaringan dan organ tertentu dan tidak lagi memiliki sifat meristem, karena
sudah terspesialisasi. Jaringan permanen memiliki dua jenis, yaitu jaringan simpel permanen
dan jaringan permanen kompleks. Dari jaringan tersebut terbagi lagi menjadi jenis-jenis
jaringan, seperti :

• Jaringan epidermis

Jaringan epidermis selalu terletak paling luar pada setiap organ tumbuhan. Jelas artinya bahwa
fungsi lapisan epidermis adalah melindungi bagian dalam organ bersangkutan dari keadaan
seperti hilangnya air karena penguapan, kerusakan mekanik, perubahan suhu, dan hilangnya
zat-zat makanan. Jaringan epidermis memiliki beberapa ciri antara lain:

1) terdiri dari sel-sel hidup;

2) berbentuk persegi panjang;

3) sel-selnya rapat tanpa ruang antarsel;


4) tidak memiliki klorofil; dan

5) mampu membentuk modifikasi jaringan epidermis.

Beberapa modifikasi epidermis antara lain adalah stomata, spina (duri), sel kipas, sel kersik,
dan trikomata (rambut-rambut).

• Jaringan parenkim

Jaringan dasar dikenal dengan istilah parenkim. Disebut jaringan dasar karena jaringan ini
ditemukan hampir di setiap bagian tumbuhan baik pada akar, batang, daun, daging buah, atau
endosperm. Begitu pula jaringan ini dapat ditemukan di setiap jenis tumbuhan. Pada batang
yang dipotong melintang, Anda amati bahwa sebagian besarnya pasti adalah jaringan dasar ini.
Alasan selain itu karena parenkim juga terdapat di antara jaringan lain misalnya di antara xylem
dan floem. Ciri-ciri jaringan parenkim yang membedakanya dengan jaringan lain adalah:

1) Sel-selnya merupakan sel hidup yang berukuran besar dan tipis, serta umumnya berbentuk
segi enam

2) Memiliki banyak vakuola

3) Letak inti sel mendekati dasar sel

4) Mampu bersifat merismatik karena dapat membelah diri

5) Memiliki ruang antar sel yang banyak sehingga letaknya tidak rapat.

• Jaringan penyokong

Jaringan penyokong dikenal juga dengan nama jaringan mekanik, jaringan penunjang, atau
jaringan penguat. Anda bisa membayangkannya seperti tulang pada tubuh manusia, jaringan
inilah yang menunjang bentuk tumbuhan hingga dapat berdiri dengan kokoh. Jaringan
penyokong berfungsi untuk menguatkan/menegakkan batang dan daun, melindungi biji atau
embrio, serta melindungi berkas pengangkut (vaskuler). Ada 2 jenis jaringan penyokong, yaitu
jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.
1) Jaringan Kolenkim

Sifat utama dari jaringan kolenkim adalah sel-sel penyusunnya hidup dan dinding
selnya banyak mengandung selulosa. Sifatnya mirip jaringan parenkim, dan dapat
dianggap sebagai jaringan parenkim khusus yang menunjang organ muda pada
tumbuhan. Kolenkim terdapat langsung di bawah atau dekat permukaan batang muda
dan tangkai daun muda, namun jarang ditemukan pada akar.
Sel-sel kolenkim mengalami penebalan di sudut-sudut selnya, tidak merata pada
seluruh permukaan dinding sel (Gambar 17). Dinding selulosa yang tebal pada
kolenkim menyebabkan organ bersangkutan memiliki sifat lentur. Oleh karena itu,
kolenkim baik sekali untuk menopang organ yang aktif tumbuh karena sel-selnya dapat
meregang untuk menyesuaikan diri dengan perpanjangan organ.
2) Jaringan Sklerenkim

Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penunjang pada organ tumbuhan yang telah
dewasa Dengan demikian sel-sel dewasa jaringan skerenkim telah mati dan memiliki
dinding sel yang tebal, biasanya berlignin (mempunyai zat kayu).
Sklerenkim dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Serabut/serat dan Sklereid

• Jaringan pengangkut

Nama lain jaringan pengangkut adalah berkas vaskular. Sebagaimana namanya yaitu vaskular
(pembuluh), jaringan ini berwujud saluran/pipa. Anda dapat membayangkan jaringan
pengangkut ini sebagai pipa-pipa pembuluh darah yang mengantarkan oksigen dan zat
makanan ke seluruh bagian tubuh. Jaringan pengangkut ini berfungsi mengangkut air dan unsur
hara, serta mengedarkan zat makanan hasil fotosintesis dari satu bagian ke bagian lain
tumbuhan. Jaringan pengangkut pada tumbuhan di bagi menjadi dua kelompok berdasarkan
fungsinya.

PROSES PEMATANGAN TOMAT DAN PISANG

• Proses Kematangan Buah Tomat

Siklus pertumbuhan tomat berbentuk kurva sigmoid sederhana dengan tiga fase yang berbeda.
Fase I ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dengan melibatkan proses pembelahan sel
hingga mnecapai jumlah sel maksimum. Fase ini berlangsung 7-14 hari setelah penyerbukan,
tergantung pada proses budidaya, faktor lingkungan dan kondisi pertumbuhan. Fase II meliputi
ekspansi sel yang cepat sehingga menyebabkan percepatan pertumbuhan buah dan ukuran
tomat mencapai ukuran maksimal, terjadi dalam 3-5 minggu. Fase terakhir terjadi proses
pematangan dengan tingkat pertumbuhan rendah atau bahkan nol tetapi dengan perubahan
metabolism yang intens (Srivastava and Handa 2005). Beberapa hal yang berubah selama
proses kematangan adalah :

1. Perubahan warna buah tomat

Warna pada tomat berubah selama proses kematangan tomat dari hijau menjadi merah,
dihubungkan dengan perombakan dari klorofil dan sintesis pigmen carotenoid karena
tranformasi chloroplast menjadi chromoplast. Pengukuran tingkat kematangan tomat
berdasarkan perubahan warna yang terjadi menggunakan prosedur Hunter Lab menunjukan
parameter a* merupakan parameter yang baik untuk mengukur perubahan warna, hasil
negatif jika warna hijau dan postif untuk warna merah. Hubungan antara warna dengan
kandungan likopen pada tomat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2. Tekstur buah tomat

Selama proses kematangan tomat, terjadi proses perubahan tekstur menjadi lunak karena
aktivitas beberapa enzim yang merubah struktur dinding sel dan mengurangi adesi sel.
Beberapa enzim yang berperan dalam proses perubahan teksture tomat diantaranya
adalah polygalacturonase, pectin-methyl-esterase, endobmannase dan galactosidases.
Aktifitas enzim tersebut menyebabkan perubahan tekstur pada seluruh buah tomat menjadi
lunak, dengan degradasi pada beberapa komponen pada dinding sel dan penurunan adesi pada
sel mesocarpic. Penurunan adesi tidak hanya terjadi pada sel mesocarp parenchymatic, tetapi
juga terjadi pada epidermis dan kutikula yang merupakan komponen struktural penting untuk
integritas buah tomat. Penurunan yang signifikan pada tekstur tomat, selama perubahan dari
fase hijau ke fase merah tomat yang memiliki konsistensi keras berubah menjadi lebih lunak.
Penurunan konsistensi sebanyak 70% terjadi selama fase hijau hingga fase merah muda.

3. Rasa buah tomat

Rasa khas pada buah tomat terutama disebabkan oleh gula yang terlarut, asam organik dan
senyawa volatile. Selama proses kematangan terjadi peningkatan total soluble solids (TSS),
yang dinyatakan dalam °Brix, dan penurunan total acidity (TA). Komponen utama dari TSS
adalah gula, dimana fruktosa dan glukosa merupakan komponen predominan pada tomat
budidaya sedangkan sukrosa menumpuk pada tomat liar. Sehubungan dengan asam
organik, asam sitrat merupakan salah satu faktor utama rasa asam pada tomat dan jumlahnya
akan menurun dari fase hijau hingga fase kematangan atau fase merah (Carrari dan Fernie,
2006).
• Proses Pematangan Buah Pisang
Palmer ( 1971 ) berpendapat bahwa indicator kematangan buah pisang adalah warna kulit buah
mengalami perubahan dari warna hijau kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan
etilen. Perubahan nyata adalah perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman, karbohidrat,
pectin, protopektin dan tanin.

a. Menjadi Lunaknya Kulit Buah Dan Daging Buah


Proses pematangan pada buah pisang ditanda dengan lunaknya daging buah. Hal ini disebabkan
oleh perombakan protopektin yang tak larut menjadi praktin yang larut.
Zat–zat itu merupakan derivat dari asam poligalakturonat dan terdapt dalam bentuk
protopektin, pectin, asam–asam pektinat dan asam–asam pektat. Pada waktu buah menjadi
matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat pektat
seluruhnya menurun. Kecenderungan ini terdapat juga dalam buah pisang . Dalam perubahan
pektin tersebut ketegaran buah tersebut berkurang, sehingga buah menjadi lunak.
b. Hidrolisan Amilum
Hidrolisa Amilum sempurna oleh asam atau enzim spesifik terhadap polisakarida
menghasilkan monosakarida atau senyawa turunannya. Mukerjee dan Frased melaporkan
adanya kenaikan sukrosa, glukosa dan fruktosa sedikit selama berlangsungnya pematangan.
c. Perubahan Warna Kulit Buah
Warna kematangan buah yang pertama adalah hilangnya warna hijau. Menguningnya buah
pisang terjadi karena hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan zat karotenoid
secara murni. Beberaoa penulis melaporkan bahwa enzaim klorofilase yang bertanggung jawab
atas terjadinya penguraian klorofil,
d. Perubahan Aroma
Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang member rasa manis,
penurunan asam-asam organic dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan
asam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang member flavor yang khas pada buah.
Kandungan asam – asam isobutirat, butirat dan isovalerat yang bebas meningkat dengan cepat
dan waktu penongkatan itu bersamaan dengan timbulnya aroma buah.

PROSES PELAYUAN JARINGAN TANAMAN

• Kekurangan Air

Semua jenis tanaman akan mengalami layu bila kekurangan air. Kebanyakan jenis tanaman
membutuhkan air yang banyak untuk tumbuh dan berkembang. Kekurangan air ini dapat
mengganggu proses fotosintesis dimana air adalah salah satu bahannya. Apalagi jika tanaman
itu dibudidayakan di dalam pot. Tanaman hias dalam pot memiliki volume tanah yang lebih
sedikit daripada tanaman di dalam lahan tanah, sehingga menjadi lebih cepat kering dan perlu
sering disirami. Selain itu, pada cuaca yang terik, tanaman juga membutuhkan penyiraman
lebih sering.

• Kelebihan Air

Kelebihan air yang tidak diimbangi dengan drainase dan aerasi yang baik akan menyebabkan
masalah pada akar tanaman. Ini disebabkan oleh tanah yang terlalu jenuh, sehingga
mempersulit akar untuk menyerap air karena tidak memiliki oksigen yang mereka butuhkan
untuk penyerapan. Akhirnya, akar terkena penyakit, seperti busuk akar dan jamur. Busuk akar
akan menyebabkan tanaman menjadi layu karena fungsi akar yang tidak bekerja secara optimal.
• Kekurangan Nutrisi

Tanaman layu bisa jadi karena dia kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan
kondisi tanah yang miskin unsur hara atau unsur haranya yang telah habis. Maka, dibutuhkan
pupuk untuk menambahkan nutrisi dan menggantikan unsur yang hilang dari tanah.
Penggunaan pupuk organik sangat baik untuk jangka panjang pada tanaman dan tanah. Namun,
kelebihan pupuk juga menjadi masalah keracunan dan kerusakan kimia. Ini adalah mekanisme
yang menyebabkan tanaman menjadi layu. Anda perlu memperhatikan jenis pupuk dan dosis
yang digunakan untuk tanaman.

• Suhu Ekstrem

Suhu ekstrem dapat menyebabkan tanaman menjadi stress. Kebanyakan tanaman hias berasal
dari daerah tropis di mana suhunya berada di 55-90® F. Suhu di luar kisaran ini (baik terlalu
dingin atau terlalu panas) dapat menyebabkan kerusakan pada daun, batang, hingga akar
tanaman jika terpapar dalam suhu yang lama.

• Penyakit dan Hama

Penyakit dan hama menjadi permasalahan yang cukup serius bila tak segera diatasi karena
dapat menulari tanaman lain. Hama suka menggali di bagian batang dan memakan dedauanan.
Sementara penyakit disebabkan oleh jamur dan bakteri pathogen yang menyerang jaringan
transportasi tanaman.

PROSES PERUBAHAN FISIOLOGI SELAMA PASCA PANEN

Di antara berbagai varietas buah dan sayur-sayuran, terdapat variasi yang besar mengenai saat
kemasakan , apakah cukup dipanen atau belum. Keadaan cukup tua untuk dipanen dapat
ditentukan antara lain sebagai berikut ini:

a. Secara visual adalah dengan melihat warna kulit, ukuran, masih adanya tangkai putik, adanya
daun daun tua di bagian luar yang kering, mengeringnya tubuh tanaman, dan penuhnya buah.

b. Secara fisik dari mudahnya buah terlepas dari tangkai atau adanya absisi, ketegaran, dan
berat jenis.
c. Dengan analisis kimia, yang meliputi kandungan zat padat, asam, perbandingan zat padat
dengan asam, dan kandungan zat pati.

d. Dengan perhitungan jumlah hari setelah berbunga mekar

e. Secara fisiologis : mengukur respirasi.

Pada proses pematangan buah, akan terjadi berbagai perubahan fisikokimia setelah panen yang
menentukan kualitas buah. Perubahan yang terjadi dalam proses pematangan buah pada buah
yang berdaging adalah sebagai berikut.:

• pendewasaan biji,

• perubahan warna,

• absesi ( secara fisik mudah lepas dari tanaman induknya),

• perubahan kecepatan respirasi,

• perubahan laju pembentukan etilen,

• perubahan permeabelitas jaringan,

• pelunakan yaitu perubahan komposisi zat-zat pektat

• perubahan komposisi karbohidrat

• perubahan asam-asam organik

• perubahan -perubahan protein

• pembentukan senyawa volatil ( senyawa mudah menguap)

• pembentukan lilin pada kulit buah.

1. Perubahan Karbohidrat

Penyusun dinding sel adalah selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Pada buah atau sayuran yang
telah dipanen, akan terjadi pelunakan dinding sel karena terjadinya degradasi selulosa,
hemiselulosa dan protopektin. Selulosa akan dipecah oleh enzim selulase dan hemiselulosa
dipecah oleh enzim hemiselulase. Aktivitas selulase meningkat selama proses pematangan
buah tomat, tetapi pengaruhnya terhadap pelunakan tidak kelihatan.
2. Perubahan Pati

Pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen, pati yang terdapat di dalamnya akan
mengalami perombakan menjadi gula sederhana seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa. Karena
pati dipecah, terjadi penurunan pati, tesebut tetapi terjadi peningkatan sukrosa. Sukrosa yang
terbentuk akan dipecah menjadi fruktosa dan glukosa. Sebagian glukosa yang terbentuk
digunakan untuk sumber energi. Proses ini berlangsung pada buah apel.

3. Perubahan Protein

Pada umumnya, buah-buahan mempunyai kadar protein sangat rendah. Misalnya buah apel
mengandung protein 0,1% (dari berat basah) dan sebanyak 80-90% protein tersebut terletak di
kulit. Pada buah apel, kenaikan kandungan protein disertai dengan kenaikan proses respirasi.
Apabila sintesis protein itu dapat dicegah, maka kecepatan respirasinya dapat dicegah yang
berarti klimakteriknya juga dapat dicegah.

4. Perubahan Lemak

Kandungan lemak pada buah dan sayur-sayuran adalah rendah tetapi mempunyai peran penting
dalam mempertahankan tekstur, bau, warna, dan lain-lainnya. Pada buah tomat, sewaktu
perkembangan warna terjadi penurunan kadar asam linolenat dan oleat. Kandungan
fosfolipidanya tampaknya meningkat pada fase permulaan pematangan, tetapi kemudian
berkurang sewaktu terjadi perubahan warna selama penyimpanan.

5. Perubahan Warna

Perubahan warna terjadi pada sebagian besar buah-buahan dan ini sering dijadikan kriteria oleh
konsumen untuk membedakan buah masak dan yang belum masak. Perubahan warna terjadi
dengan berkurangnya atau hilangnya warna hijau. Buah apokat dan buah apel varietas Grain
Smith yang bersifat klimakterik, warna hijaunya hilang dengan cepat setelah matang.
REFERENSI

Pengaruh Suhu Operasi terhadap Penentuan Karakteristik Pengeringan Busa Sari Buah Tomat
Menggunakan Tray Dryer
https://www.mendeley.com/catalogue/78b5b111-6dc0-3494-b6db-63cef37c418a/
Buah Tomat
https://ulyadays.com/buah-tomat/
Pembelajaran 2: Struktur dan Fungsi jaringan
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Biologi/Perpembelajaran/BIOLOGI-PB2.pdf
Pematangan buah pisang
https://subuhgrafika.blogspot.com/2012/07/pematangan-buah-pisang.html
BUKU AJAR: FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN (BUAH DAN SAYURAN)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5a94de099035226762337819ae48a2
70.pdf

Anda mungkin juga menyukai