NIM : H1041201004
Mata Kuliah
Perubahan yang tampak pada fase tumbuh dan kembang tidak hanya sekadar
bertambah selnya, tetapi organisasinya juga semakin kompleks. Sel membelah
menghasilkan sekumpulan sel dengan fungsi dan bentuk yang sama yang disebut
jaringan. Selanjutnya, jaringan menggandakan diri menghasilkan berbagai macam
jaringan dengan fungsi dan struktur yang berbeda yang membentuk organ. Beberapa
organ akan membentuk sistem organ dan akhirnya seluruh sistem organ akan bergabung
dan berinterkasi membentuk tubuh atau individu.
Secara garis besar, jaringan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
jaringan meristem dan jaringan dewasa.
1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah atau
bersifat embryonal dan terus bertumbuh. Ciri khas dari jaringan ini adalah sel-selnya
berdinding tipis, bentuk dan ukurannya sama, relatif kaya protoplasma, isi selnya tidak
mengandung kristal dan cadangan makanan, serta umumnya memiliki rongga sel yang
amat kecil.
b. Meristem Sekunder
Meristem sekunder adalah meristem yang berasal dari jaringan yang telah
mengadakan diferensiasi, yaitu kambium dan kambium gabus yang terjadi dari
parenkim atau jaringan
2. Jaringan Dewasa
Pada akar dan batang, epidermis ada sebelum organ ini mengalami penebalan.
Setelah mengalami penebalan jaringan epidermis tidak ada lagi. Fungsi utama jaringan
epidermis adalah untuk melindungi jaringan di dalamnya.
b. Jaringan Parenkim
Sel-sel parenkim dewasa memiliki dinding primer yang relatif tipis dan
fleksibel, dan sebagian besar tidak memiliki dinding sekunder. Saat dewasa sel-sel
parenkim umumnya memiliki vakuola tengah yang besar. Parenkim peling sedikit
terspesialisai secara struktural. Sel-sel parenkim melaksanakan sebagian besar fungsi
metabolic tumbuhan, yaitu mensintesis dan menyimpan berbagai produk organik.
Misalnya, fotosintesis terjadi didalam kloroplas-kloroplas sel parenkim pada daun.
Jaringan berdaging pada kebanyakan buah terutama tersusun atas sel-sel parenkim
(Campbell et al, 2008:322).
1) Kolenkim
2) Sklerenkim
Zat-zat warna yang biasa digunakan yaitu mengunakan zat warna sederhana
yang bersifat alkalin (komponen kromofor bersifat positif). Istilah dari pewarnaan
sederhana ini ialah pewarnaan sel atau jaringan hanya dengan menggunakan satu
macam warna saja dalam bentuk cairan atau terlarut dalam alkohol dan ditujukan untuk
mengetahui bentuk morfologi (Murwani, 2015). Pewarnaan sederhana ini
memungkinkan dapat membedakan sel atau jaringan dari berbagai tipe morfologi dari
bahan-bahan lain yang ada pasca olesan yang diwarnai.
Faktor yang mempengaruhi pewarnaan yang pertama yaitu reaksi asam basa
dimana komponen sel di alam terdiri dari komponen asam basa. Untuk komponen asam
dapat diwarnai komponen basa dan pelarut dasar, begitupun sebaliknya, yang kedua
yaitu adsorbsi. Ketika melakukan adsorbsi, molekul kecil nantinya akan menempel pada
molekul sel yang lebih besar. Kemudian yang terakhir adalah perbedaan kelarutan. Pada
larutan yang berbeda, jenis pewarnaan tergantung dari tingkat kelarutan yang ada pada
sel (Rina, 2013).
Selain itu, pewarnaan juga dipengaruhi dari factor lain seperti jenis jaringan
yang diwarnai. Jaringan dengan tipe tipis tentu lebih mudah menyerap warna dari pada
jaringan yang memiliki tipe tebal. Selain itu, jaringan yang mudah diwarnai juga adalah
jaringan yang memiliki sifat mudah menyerap misalnya jaringan spons. Proses
pewarnaan juga dipengaruhi oleh proses fiksasi. Proses fiksasi yang baik dan benar akan
menghasilkan pewarnaan yang sempurna.