40 TAHUN 2022
Disampaikan Dalam Diskusi Kupas Tuntas PMK No. 40 Tahun 2022”Tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Peralatan
Kesehatan di RS
ROMADONA
KETUA TIM KERJA SARANA DAN PRASARANA FASYANKES RUJUKAN
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2022
TENTANG RUMAH SAKIT BERUSAHA BERBASIS RISIKO SEKTOR
KESEHATAN
UU NO. 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA
2020
PENYELENGGARAAN PERIZINAN
BERUSAHA BERBASIS RISIKO 2021 PERMENKES RI NO. 40 TAHUN 2022
TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN,
PP NO. 47 TAHUN 2021 PRASARANA, DAN PERALATAN KESEHATAN
TENTANG RUMAH SAKIT
PENYELENGGARAAN BIDANG PERUMAHSAKITAN;
KETENTUAN MENGENAI KEANDALAN
PP NO. 16 TAHUN 2021
BANGUNAN GEDUNG MENGACU KEPADA
TENTANG
PERATURAN PERUNDANGA TERKAIT TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UU NO. 28 TH
BANGUNAN GEDUNG DAN STANDAR TEKNIS
2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
LAINNYA SESUAI BIDANG TERKAIT
FUNGSI BANGUNAN RS
FUNGSI RS
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan paripurna, yang memiliki risiko
tinggi terhadap keselamatan & kesehatan pengguna RS (pasien, pendamping pasien, pengunjung, petugas)
HOSPITAL
BUILDING Identifikasi Kebutuhan dan Upaya Penanganan
Program fungsi pelayanan, kebutuhan jenis dan kapasitas fasilitas (sarana, prasarana dan alkes
(SPA)), pemenuhan persyaratan teknis/ standar fasilitas (SPA), dsb
Pasal 5
1. Secara geografis lokasi RS tidak berada pada area berbahaya atau rawan terhadap bencana.
2. Kontur lahan RS relatif datar dan siap dikembangkan dengan permukaan lahan di atas peil banjir.
3. Luas lahan kawasan RS harus memperhatikan fasilitas parkir, area terbuka untuk penanganan bencana.
4. Tersedia lahan/area untuk parkir dg kapasitas min. 20% dari luas total bangunan (sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan).
Penyediaan lahan parkir tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang telah ditetapkan.
5. Lahan dan bangunan RS harus dalam satu kesatuan lokasi yang saling berhubungan dengan ukuran, luas, dan bentuk lahan serta
bangunan/ruang mengikuti ketentuan tata ruang daerah setempat yang berlaku.
6. Blok bangunan RS harus berada dalam satu area/kawasan yang terintegrasi dan saling terhubung secara fisik yang mengutamakan
keselamatan pasien, mengedepankan fungsi ruang kegawatdaruratan, perawatan intensif, dan keselamatan lingkungan.
7. Lahan bangunan RS harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi dengan akses/pintu yang jelas.
8. Akses lahan yang jelas, paling sedikit untuk akses utama, akses pelayanan gawat darurat dan akses untuk penunjang pelayanan di RS.
9. Akses/pintu utama, harus terlihat dengan jelas agar pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.
10.Akses/pintu pelayanan gawat darurat, harus mudah diakses dan mempunyai ciri khusus.
11.Akses/pintu layanan penunjang, harus memiliki kemudahan akses ke area pelayanan penunjang seperti dapur gizi, laundry, ruang
mekanik dan daerah penyimpanan persediaan/gudang penerimaan barang logistik dari luar.
12.Akses/pintu bangunan direncanakan sesuai fungsi dan kebutuhan aktivitas ruangan dg memperhatikan ukuran, jumlah dan peletakan.
13.Apabila RS berada dalam satu bangunan yang memiliki fungsi selain RS, maka bangunan RS harus memiliki batas yang jelas,
dilengkapi akses/pintu, jalan dan halaman parkir kendaraan yang terpisah dengan bangunan fungsi lain, dan memiliki keandalan teknis
bangunan RS tersendiri dengan memperhatikan fungsi RS.
TATA BANGUNAN
Kebutuhan Luas Total lantai Kebutuhan Jenis, Klasifikasi dan Kapasitas Pelayanan
Ketentuan : Rasio perkiraaan kebutuhan total luas lantai bangunan RSU min. 80 m2 per TT.
Note : Luasan dapat bertambah disesuaikan fungsi & kebutuhan pelayanan dan penunjang RS
Proses Desain
RSU Kelas A : + 120 m2 per TT.
RSU Kelas B : min. 100 m2 per TT Kebutuhan Luas Lahan/
RSU Kelas C : 80 - 100 m2 per TT Potensi Kapasitas Lahan RS
RSU Kelas D : 80 m2 per TT
RSU Pendidikan : min. 120 m2 per TT
RS Khusus : sesuai kekhususannya
FASILITAS AKSESIBEL
4. Konter/Loket/ Tempat
1. Toilet 2. Koridor 3. Tempat Parkir Informasi
PROGRAM RUANG
Program Ruang
1. Ruang Rawat Jalan. 16. Ruang Farmasi.
2. Ruang Rawat Inap. 17. Ruang Rekam Medis.
3. Ruang Gawat Darurat. 18. Ruang Manajemen dan Administrasi.
4. Ruang Operasi. 19. Ruang Pendidikan dan Latihan.
5. Ruang Perawatan Intensif. 20. Ruang Ibadah, dan Ruang Tunggu.
6. Ruang Isolasi. 21. Ruang PKMRS.
7. Ruang Kebidanan. 22. Ruang Menyusui.
8. Ruang Rehabilitasi Medik. 23. Ruang Mekanikal dan Elektrikal.
9. Ruang Radiologi klinik. 24. Ruang Dapur dan Gizi.
10. Ruang Radioterapis. 25. Ruang Laundry.
11. Ruang Kedokteran Nuklir. 26. Ruang Dialisis.
12. Ruang Tenaga Kesehatan. 27. Kamar Jenazah.
13. Laboratorium. 28. Pengolahan Pengelolaan Limbah.
14. Bank Darah. 29. Taman.
15. Ruang Sterilisasi. 30. Plataran Parkir yang mencukupi.
❖ Ruangan kedap suara (genset, pompa, boiler, kompressor, chiller, AHU, dll)
❖ R.operasi dan r.perawatan intensif, jika berada dalam 1 gedung dg unit lainnya :
kompartemenisasi
❖ Pada ruang tertentu, lantai harus aman dari muatan listrik statik oleh alkes (bahaya sengatan
listrik)
❖ Di daerah sekitar pintu masuk hindari perbedaan ketinggian lantai dan adanya ram.
❖ Untuk ruang pelayanan penyakit jiwa dan gangguan mental lainnya, desain komponen
bangunan aman dari kemungkinan pasien mencelakai diri dan orang lain. https://thearchitectsdiary.com/why-does-hospitals-need-designing-to-be-
more-efficient/
SARANA EVAKUASI BANGUNAN (SARANA JALAN KELUAR)
1. Sarana evakuasi merupakan suatu jalan lintasan yang menerus dan tidak
terhambat dari titik manapun dalam bangunan gedung menuju ke jalan, halaman,
lapangan, atau ruang terbuka lainnya yang memberikan akses aman ke jalan
umum.
2. Sarana evakuasi dapat mencakup jalur perjalanan vertikal atau horizontal, ruang,
pintu, lorong, koridor, balkon, ram, tangga, lobi, eskalator, lapangan, dan halaman.
3. Sarana evakuasi terdiri atas 3 (tiga) bagian utama meliputi: akses eksit (exit
access), eksit (exit), eksit pelepasan (exit discharge).
4. Sarana evakuasi perlu dilengkapi dengan sarana pendukung lainnya seperti:
▪ Rencana evakuasi.
▪ Sistem peringatan bahaya.
▪ Pencahayaan eksit dan tanda arah.
▪ Area tempat berlindung (refugee area).
▪ Titik berkumpul.
▪ Lift kebakaran.
5. Ketentuan detail mengenai sarana evakuasi mengacu kepada Standar/Pedoman.
STRUKTUR BANGUNAN RS
memenuhi persyaratan keselamatan
(safety) dan kelayanan
direncanakan secara
(serviceability) selama umur layanan daktail
yg direncanakan
kuat, kokoh dan stabil dalam
memikul beban/ kombinasi
dipastikan perkuatan struktur
beban
bangunan pada ruangan
penempatan peralatan2
kesehatan yang besar &
memperhitungkan pengaruh berat.
gempa.
Kategori Risiko Bangunan RS
= IV, dengan faktor ketamaan Pengaturan pembagian sistem
gempa = 1,50 (SNI-1726:2012) struktur bangunan dalam satu
kesatuan massa bangunan/
blok bangunan/dilatasi
11 SISTEM PENCAHAYAAN
Keandalan Penyaluran
harus tinggi
Keselamatan Sistem
Utilitas Bangunan RS
Kapasitas Keamanan dan keselamatan
harus cukup penggunaan harus terjamin
SISTEM INSTALASI AIR BERSIH
1. Sumber air bersih → PDAM, sumur dalam/artesis (dg treatment) , air hujan (dg treatment), air sungai dan sumber-sumber lainnya (dg
treatment), air daur ulang (dg treatment).
2. Kebutuhan air bersih di RS → untuk fungsi-fungsi ruang, fungsi alat, sistem pemadam kebakaran, penyiraman tanaman dan kebersihan,
air khusus (Reverse Osmosis), mesin sterilisasi, scrub up di r. operasi, laboratorium, dll
3. Kapasitas Air Bersih
a. Ground tank : Kapasitas minimal = volume kebutuhan operasional 2 (dua) hari + volume cadangan kebakaran
b. Perhitungan min. kapasitas air bersih RS dalam 1 (satu) hari = 500 liter per TT.
c. Volume air untuk cadangan pemadaman kebakaran minimal 45 menit penyemprotan.
d. Setiap bangunan harus disediakan roof tank dg volume = (20-30)% x Kebutuhan Volume Ground Tank total.
5. Kriteria Perancangan Pipa dan Jaringannya → distribusi air menggunakan gravitasi, tekanan dlm jaringan pipa 1,5<p<7,5 bar,
direkomendasikan menggunakan pipa baja yg digalvanisasi/HDPE/PN 10, kecepatan aliran 0,6<v<3 m/det, dilengkapi air release valve
bila diperlukan, dll
SISTEM INSTALASI AIR LIMBAH
1. Sumber-sumber buangan air kotor → scrub up, wastafel, sloop sink, service sink, sink, shower, keran, stop valve, kloset, urinoir, dll
2. Kapasitas Air Limbah → Perkiraan perhitungan min. kapasitas sistem pengelolaan air limbah RS = 500 liter x jumlah TT.
3. Distribusi → Keandalan penyaluran terdiri dari:
a. Pompa Sewage : Jika gravitasi tdk dimungkinkan, perlu penggunaan pompa sewage termasuk pompa cadangan.
b. Pipa/Jaringan Distribusi : Dual/Paralel System, dilengkapi bak control
4. Semua air buangan yang dihasilkan dari semua kegiatan RS disalurkan ke IPAL
5. Dalam rancangan instalasi gedung sebaiknya disiapkan pemisahaan antara pemipaan grey water dan black water.
6. Proses penyaluran air limbah ruang-ruang di RS dialirkan ke septic tank (sbg pretreatment) terlebih dahulu, selanjutnya limpasannya
disalurkan ke Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
7. Air limbah dari dapur dialirkan ke bak kontrol untuk pemisahan kotoran padat, lalu dialirkan ke bak grease trap selanjutnya limpasannya
disalurkan ke IPAL.
8. Air kotor dari laboratorium dialirkan ke alat pengolahan fisika kimia untuk netralisasi, lalu disalurkan ke IPAL
9. Penerapan konsep green hospital → pemisahan jaringan pemipaan air limbah (black water dan grey water).
- Hasil pengolahan black water : dapat dibuang langsung ke saluran IPAL apabila telah memenuhi syarat baku mutu.
- Hasil pengolahan grey water : air sekunder yang dapat dimanfaatkan untuk flushing toilet dan menyiram tanaman.
10. Pertimbangan dalam pemilihan teknologi IPAL → memiliki register teknologi ramah lingkungan yang dikeluarkan oleh KLHK
DIAGRAM PROSES PENGELOLAAN AIR LIMBAH RS
PARAMETER SISTEM TATA UDARA DI RS
RANCANGAN PERMENKES TTG BANGUNAN, PRASARANA DAN ALKES RS
KELEMBABAN
UDARA RELATIF TEKANAN UDARA
Kelembaban udara di setiap ruangan di
rumah sakit adalah maksimal 60% 02 06 Tekanaan udara dalam ruangan dapat positif (P),
negatif (N) atau netral/standar/equal (E) sesuai
fungsi ruang pelayanan
Ruang-ruang pelayanan kritis (R. Gawat Darurat, R. Perawatan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan oksigen dan
Intensif, dan R. Operasi) harus disediakan suplai pasokan gas nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang
medik darurat dengan sistem instalasi. berada di koridor-koridor, bel dapat dimatikan, tetapi lampu
indikator yang memonitor gangguan. kerusakan yang terjadi
5. Pewarnaan pemipaan gas medik dan vakum medik tetap menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi.
c) Sistem pemipaan IGVM, diantaranya:
▪ Menggunakan Stainless Steel, khusus untuk instalasi
Farmasi dan Produksi.
▪ Menggunakan Pipa Tembaga seri ASTM B819, BSEN
13348, JIS 3300 tipe L atau tipe K.
SISTEM INSTALASI GAS MEDIK (3)
9. Outlet di ruang-ruang rumah sakit menggunakan jenis yang telah memenuhi persyaratan teknis.
a) Ruang rawat inap : Setiap TT dilengkapi O2 dan vakum medik.
b) Ruang rawat jalan : di klinik gigi dipasang outlet vakum medik dan udara tekan instrumen.
c) Ruang gawat darurat : Setiap TT dipasang outlet O2 dan vakum medik, TT tindakan & resusitasi dapat ditambah udara tekan medik
d) Ruang perawatan intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU) : O2, udara tekan medis, vakum medik.
e) Ruang operasi :
a) Setiap TT di r. persiapan dan pemulihan : O2 dan vakum medik.
b) Ruang operasi terdiri dari: O2, N2O, CO2, udara tekan medis, udara tekan instrument, vakum medik,BSGA.
f) Ruang Kebidanan : Setiap TT r. persiapan, tindakan dan pemulihan : O2 dan vakum medik.
g) Ruang radiologi
a) R. fluoroscopy, CT-scan, MRI : O2 dan vakum medik, apabila diperlukan dapat dilengkapi outlet udara tekan medik.
b) Ruangan general diagnostik : O2.
c) Ruangan DSA : O2, vakum medik, udara tekan medik, apabila diperlukan dapat dilengkapi outlet N2O dan instalasi BSGA.
h) Ruang sterilisasi : r. pembersihan : udara tekan instrumen.
i) Ruang diagnostik :
a) R. endoskopi dan kolonoskopi : O2, vakum medik, dan apabila diperlukan dapat dilengkapi udara tekan medik.
b) R. persiapan dan pemulihan dilengkapi dengan 1 (satu) outlet O2 dan vakum medik.
j) Ruangan hemodialisis : Tiap TT/kursi dialisis dilengkapi O2, vakum medik dan apabila diperlukan dapat ditambah udara tekan medik.
PERSYARATAN SISTEM KELISTRIKAN (ELEKTRIKAL) DI RS
1 Sumber Listrik
a. PLN (TR atau TM)
b. Generator Set → disarankan min. 2 unit dg kapasitas total 100% dari daya terpasang, waktu peralihan maks. 15 dtk
c. UPS (Baterai), kapasitas sesuai kebutuhan tiap-tiap peralatan (kapasitas baterai min. 15 menit)
Kapasitas listrik, memperhitungkan secara pasti kebutuhannya dengan juga mempertimbangkan rencana
2 pengembangan fasilitas pelayanan.
Suplai listrik di tiap ruang dan bangunan rumah sakit harus tersedia selama 24 jam. Pada ruang-ruang fungsi
4
pelayanan tertentu disyaratkan suplai listrik tidak boleh terputus. Oleh karena itu harus disediakan generator
set dengan waktu peralihan maksimal 15 detik dan UPS (Uninterruptible Power Supply).
5 Perhitungan kebutuhan listrik berdasarkan kurva beban (Load Curve) di seluruh ruangan selama 24 jam.
6 Perhitungan dan penggambaran sistem kelistrikan dilaksanakan sesuai kaidah dan ketentuan yang berlaku (PUIL).
SISTEM KELISTRIKAN (ELEKTRIKAL)
Untuk menjaga keandalan penyaluran listrik ke tiap ruangan maka dilaksanakan penyaluran sistem loop,
7
sistem penggandaan kabel dan ruang-ruang tertentu mendapat suplai sekering yang berbeda
8 Dalam rangka pengamanan penggunaan daya listrik terhadap kemungkinan terjadinya tegangan sentuh, arus
bocor, sambaran petir, kebakaran digunakan trafo isolasi dan grounding
Pengelompokan dan klasifikasi keselamatan di lokasi medik berdasarkan fungsi ruang. Pengelompokan
9 terbagi menjadi tiga kelompok yaitu 0, 1, 2 dan kelas ≤ 0,5 detik, > 0,5 detik ≤ 15 detik.
2
a. Kelompok 0 adalah lokasi medik di mana tidak ada bagian terapan yang akan digunakan.
b. Kelompok 1 adalah lokasi medik di mana bagian terapan yang dimaksudkan untuk digunakan secara eksternal atau masuk ke
sembarang bagian tubuh, kecuali berlaku pada kelompok 2.
c. Kelompok 2 adalah lokasi medik di mana terdapat bagian terapan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam penerapan seperti
prosedur intrakardiak, ruang operasi/bedah, dan perawatan vital jika diskontinuitas (kegagalan) suplai dapat menyebabkan kematian.
Penggunaan outlet waterproof dan ditandai dengan warna sesuai suplainya (dari PLN, genset atau UPS).
10 Outlet dapat terdiri dari satu phase atau tiga phase dan harus dilengkapi dengan grounding. Jumlahnya
disesuaikan dengan fungsi ruang pelayanan.
CONTOH MODEL POWER HOUSE
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
3. Ram
→ ukuran, penempatan, persyaratan teknis, tingkat kemiringan (ram di dalam bangunan, kelandaian <60,
atau perbandingan antara tinggi dan kemiringan 1:10 sedangkan ram di luar bangunan gedung
kelandaian <50 atau perbandingan antara tinggi dan kemiringan 1:12.
4. Pneumatic Tube
TERIMA KASIH
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan