Anda di halaman 1dari 23

BAB 7

TEORI PERIKLANAN

Secara teoritik iklan sebagai suatu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi non
personal mengikuti alur teori yang berlaku pada ilmu komunikasi umumnya dan khususnya
komunikasi massa.Berkaitan dengan iklan ada beberapa teori yang patut dicatat sebagai pegangan
dengan teori tersebut kita dapat menjadikannya dasar pijakan melihat konsep-konsep iklan.

A. Teori Efek Minimal

Anggapan yang beredar di masyarakat umum bahwa ada korelasi positip antara
peningkatan biaya pemasangan iklan dengan banyaknya produk yang terjual dalam satuan waktu
tertentu.

Kalau biaya pemasangan iklan makin besar akan makin banyak pula penjualannya terhadap produk
yang diiklankan, demikian juga bila sebaliknya kalau biaya pemasangan iklan semakin kecil maka
semakin kecil juga volume penjualan atas barang-barang atau jasa tersebut.

Michael Scudson mengemukakan teorinya yang membantah anggapan di atas. Menurutnya yang
terjadi malah sebaliknya, ada korelasi negatif antara biaya pemasangan iklan dengan volume
penjualan produksi.

Artinya semakin besar biaya pemasangan iklan akan mempengaruhi makin kecilnya volume
penjualan dan sebaliknya semakin kecil biaya yang dikeluarkan untuk memasang iklan
mengakibatkan semakin besar volume penjualan.Teori ini kemudian dia sebut dengan “Teori Efek
Minimal”.

Contoh; Penjualan kondom yang dinilai tabu bagi masyarakat tapi tetap laris padahal produk-
produk itu tidak pernah diiklankan secara gamblang melalui media-media iklan kepada khalayak.

36
Menurut teori efek minimal, iklan memberikan efek yang sangat kecil atau efek minimal yang
pada saat sesuatu produk benar-benar sangat diperlukan oleh para pembeli dalam kurun waktu
tertentu.

B. Teori Cutting Edge ( Efek Samping)

Teori ini mengajarkan bahwa iklan secara tidak disadari dapat mengubah bentuk prilaku
yang menyimpang dari suatu budaya umum dan membentuk sub budaya kelompok tertentu.

Dikatakan teori “efek samping”, hal ini karena efek yang semula direncanakan untuk
khalayak sasaran tertentu tidak tercapai malah mencapai efek pada khalayak yang tidak
direncanakan. Akibatnya sasaran baru itu terpengaruh dan membentuk suatu sub budaya kelompok
baru.

Menurut Liliweri, teori ini mengatakan bahwa iklan secara tidak disadari dapat mengubah
bentuk perilaku yang menyimpang dari suatu budaya umum dan membentuk sub budaya kelompok
tertentu. Dalam pengertian lain efek yang semula direncanakan untuk sasaran khalayak tertentu
tidak tercapai namun malah mencapai sasaran yang tidak direncanakan.

Contoh kasus adalah iklan tentang rokok pada tahun 1920 yang menggambarkan seorang
perempuan sedang merokok di samping teman laki-lakinya. Beberapa tahun kemudian banyak
perempuan mulai merokok.

Akibatnya masyarakat menilai iklan tersebut telah mempengaruhi perubahan tata nilai
masyarakat tentang feminisme yang dianut masa itu. Perempuan penghisap rokok dikatakan telah
berubah menjadi laki-laki.

Contoh Iklan yang lain:

Iklan ini mengasumsikah bahwa pengguna internet itu bukan hanya pebisnis dan eksekutif
yang harus online setiap saat tetapi juga terjadi pergeseran nilai bahwa yang menjadi pengguna
internet terbesar itu adalah remaja muda di mana mereka ingin eksis diantara teman-temannya.

C. Teori A-T-R

(Awareness, Trial, Reinforcement)

Teori ini mengajarkan bahwa khalayak itu dapat dipengaruhi oleh iklan, hasilnya kita akan
menemukan sekelompok orang yang relatif tetap memakai atau membeli produk-produk hasil
iklan tersebut.

Untuk mendapatkan kelompok orang yang menggunakan produk atau jasa secara tetap
harus dilakukan tehnik penyampaian pesan yang disebut A-T-R ( awareness, trial, reinforcement).

37
Sumber : Jefkins,Jefkin. 1997. Periklanan Ed. Ke tiga. Erlangga. Jakarta

Upaya pertama, menggugah kesadaran khalayak bahwa produk yang diinginkan itu ada
di sekeliling mereka.Harapan kedua ialah setelah menggugah kesadaran, setiap iklan harus kuat
mempengaruhi khalayaknya terutama segi konatifnya sehingga khalayaknya langsung mencoba
(trial) proses yang ditunjukan menurut iklan tersebut;Harapan ketiga adalah proses
peneguhan/pengukuhan (reinforcement) iklan yang ditampilan harus mempunyai kekuatan
peneguh sikap tertentu (sikap positip terhadap produk).

D. Teori Selective Influence

Bagaimana khalayak merespon pesan-pesan iklan dari media massa dapat diterangkan
melalui teori-teori selective influence yang terdiri dari empat prinsip :

1. Selective Attention (memilih memperhatikan pesan tertentu)

Pertama, perbedaan individu dalam merespon pesan-pesan iklan terjadi hanya karena
perbedaan dalam struktur kognitip yang mereka miliki.

Cara pandang, berpikir, berpengetahuan, kepercayaan setiap orang terhadap sesuatu yang
baru ternasuk pesan-pesan iklan tidaklah sama.

Kedua, karena keanggotaan seseorang dalam masyarakat ada dalam pelbagai kelompok
sosial maupun kemasyarakatan maka ada dugaan memilih perhatian terhadap pesan tertentu pun
akan dipengaruhi oleh kelompoknya itu.

Ketiga, bahwa orang lebih berminat jika suatu pesan iklan dapat membangun citra
hubungannya dengan pihak lain. Pesan iklan membuat orang harus memperhatikannya karena
pesan itu mengakibatkan orang itu aktif berhubungan dengan anggota keluarganya, tetangganya,
kenalannya.

2. Selective Perception

Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pesan iklan adalah pilihan terhadap
sesuatu pesan yang didasarkan pada “persepsi” tertentu. Karena adanya perbedaan dalam faktor-
faktor kognitif; minat dan kepercayaan, pengetahuan,sikap dan kebutuhan, nilai-nilai maka
individu secara selektif pula mempersepsi pesan iklan yang menerpanya. Jadi terdapat perbedaan
penerimaan pesan yang dipersepsi oleh penerima karena terdapat perbedaan kognisi itu.

38
3. Selective Recall

Dalam selective recall ini bahwa seseorang cenderung memilih kembali hanya pesan-pesan
yang diingat saja. Jadi prinsip ini meskipun parallel dengan seleksi pada perhatian namun setiap
orang memilih pesan iklan yang paling berkesan saja.

4. Selective Action

Selective action dalam periklanan mungkin mengarahkan seseorang untuk memutuskan


jenis produk apa yang dipilihnya setelah menimbang keuntungan dan kerugian dari semua
produk yang sama atau iklan menawarkan pada kita untuk menabung atau tidak pada suatu bank
tertentu lantaran godaan mobil BMW dan hadiah 500 juta.

E. Teori Lingkungan Informasi Pembeli

Teori ini mengajarkan bahwa setiap orang dapat memutuskan membeli sesuatu atau
memakai suatu produk tidak hanya berdasarkan iklan yang menerpanya. Dalam kenyataanya
terdapat berbagai sumber informasi non iklan yang mungkin saja berdampak lebih luas dan positip
dalam menentukan pengambilan keputusan terhadap produk.

1.Pengalaman pribadi pembeli

2.Komunikasi antar pribadi dalam jaringan keluarga

3.Berita media massa yang lain

4.Kredibilitas konsumen

5.Perusahaan saingannya.

6.Kredibilitas media yang digunakan dalam masyarakat

7.Lingkungan informasi yang beragan tentang produk

8.Kegiatan personal selling, promotion, salesman dan sejenisnya

9.Informasi persaingan harga yang diperoleh dari media non masa.

F. Teori S-O-R

Bahwa tingkah sosial dapat dimengerti melalui suatu analisa dari stimuli yang diberikan
dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan di dukung oleh hukuman maupun penghargaan
sesuai dengan reaksi yang terjadi.

39
Teori S-O-R menitik beratkan pada penyebab sikap yang dapat mengubahnya dan
tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme.

Menurut Hovland, proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar, dimana ada
tiga variable penting yang menunjang proses belajar tersebut ialah 1) perhatian 2). Pengertian
3) Penerimaan.

Dari pemahaman gambar tersebut dapat dijelaskan iklan merupakan stimulus yang akan ditangkap
oleh organisme khalayak. komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses selanjutnya komunikan mengerti. Kemampuan dari komunikan ini yang


menentukan proses selanjutnya , setelah komunikan mengolah dan menerimanya maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap.

Dalam hal ini perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk
membeli atau memakai produk yang diiklankan.

40
BAB 8

KOMUNIKASI PERSUASI DALAM PERIKLANAN

Pada dasarnya, secara etimologis kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
communis yang bersumber pada kata communis yang berarti “sama”, communico,communicatio,
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama communis
paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
dianut secara sama (Mulyana, 2014:46).

Menurut Wursanto komunikasi adalah proses kegiatan pengoperan/penyampaian


warta/berita/informasi yang mengandung arti dari suatu pihak (seseorang atau tempat) kepada
pihak (seseorang atau tempat) lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian(Oktavia,
2016).Terdapat pesan yang menjadi salah satu unsur dalam komunikasi.Kesamaan pengertian
merupakan hal yang diperlukan dan tujuan dalam komunikasi.

David. K Berlo dalam Erliana Hasan mengemukakan komunikasi sebagai suasana yang
penuh keberhasilan jika dan hanya jika penerima pesan memiliki makna terhadap pesan tersebut
dimana makna yang diperolehnya tersebut sama dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber
(Oktavia, 2016).

Komunikasi dilakukan melalui bahasa verbal dan non verbal yang memudahkan kedua
belah pihak untuk mengerti maksud yang disampaikan.Komunikasi verbal menggunakan bahasa
verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan danmaksud kita.Bahasa verbal

41
menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual
kita.Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan.Simbol atau pesan verbal
adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.(Rina Nurmala, Syarif Maulana,
& Arie Prasetio, 2016) Komunikasi verbal yakni komunikasi yang berupa kata-kata baik lisan
maupun tulisan seperti berbicara, membaca dan bernyanyi.Sedangkan komunikasi non verbal
merupakan komunikasi yang dilakukanmenggunakan symbol atau tanda.Contohnya adalah gerak
tubuh, kedipan mata, lambaian tangan, gelengan kepala, postur tubuh, warna, serta mimik
wajah.Komunikasi non verbal (Indriani, 2016)berfungsi untuk memprkuat pesan verbal dan
berperan dalam mengganti bahasa verbal jika pihak-pihak yang berkomunikasi tidak mengerti
pesan verbal tersebut.

A. Komunikasi Persuasi
Komunikasi dikatakan berhasil jika pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh
komunikan.Selain itu efektivitas komunikasi juga dapat dilihat dari perubahan persepsi dan
perilaku komunikan sesuai dengan pesan atau kehendak dari komunikator.Diperlukan berbagai
cara agar dapat mempengaruhi pihak penerima pesan. Salah satunya adalah dengan persuasi.
Persuasi merupakan bujukan serta meyakinkan orang lain agar mempercayai apa yang dilakukan
dan katakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persuasif bersifat membujuk secara halus
(supaya menjadi yakin).
Persuasif merupakan sifat dari persuasi, sementara dalam kamus ilmuah populer persuasi
adalah tenaga meyakinkan, bujukan, bentuk karangan yang menguraikan suatu masalah atau
keadaan yang dibuktikan dengan data-data dan fakta-fakta yang bertujuan membujuk, mengajak
atau mempengaruhi pembaca, sehingga mereka mau mengikuti atau melakukan sebagaimana yang
diharapkan (Nugroho, 2019:34)
Kegiatan yang persuasifmerupakan sebuah strategi yang dilakukan dalam sebuah interkasi
dengan tujuan pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi sikap, pendapat serta persepsi
khalayak.Kegiatan persuasi dalam segala bentuk komunikasi dapat dilakukan. Seperti contoh
dalam komunikasi antar pribadi seorang Ayah menginginkan anaknya dapat memperoleh nilai
yang bagus dalam ujian semester. Maka persuasinya si Ayah dapat dilakukan dengan mendukung
dan membantu kegiatan belajar anaknya dengan membelikan buku-buku yang diperlukan,
meluangkan waktu menemani anak belajar dan menjanjikan akan memberikan rewardketika anak
dapat memenuhi keinginan sang Ayah.

42
Contoh kegiatan persuasif yang lain dalam komunikasi politik. Seorang calon pemimpin dapat
menarik simpati rakyat dengan mendengarkan keluhan mereka, menunjukan rasa simpati dengan
kejadian yang menimpa rakyatnya dan bisa juga dengan berbaur bersama rakyat untuk
menunjukan dan meyakinkan jika dia adalah calon pemimpin yang perduli dengan rakyat.

BAB 9

SEGMENTASI, TARGETING, POSITIONING DAN DIFERENSIASI

Kegiatan penting yang harus dilakukan oleh pemasar atau pengusaha setelah menentukan
bauran pemasaran untuk produk adalah menentukan siapa yang akan dijadikan target pasar, baik
yang menjadi target market dan target audience. Target pasar adalah salah satu bagian yang
berpengaruh dalam pemasaran, karena mereka adalah bagian dari pihak yang akan menentukan
kelanjutan sebuah usaha.

Target pasar adalah kelompok konsumen atau calon konsumen yang menjadi sasaran
pendekatan dari produk perusahaan.Target pasar merupakan orang yang dituju untuk membeli dan
meggunakan produk. Target pasar secara umum memiliki kesamaan dari segi sifat, usia, perilaku,
gaya hidup, kebutuhan serta cara pandang.

Dalam target pasar yang pertama kali harus dilakukan adalah segmentasi. Karena tidak
semua khalayak memiliki ketertarikan pada suatu jenis barang dan merek. Ini juga akan membantu
efisinesi biaya pemasaran, karena pemasar atau pengusaha tidak akan mau mengeluarkan biaya
yang besar untuk melakukan kampanye pemasaran kepada sekelompok orang yang tidak tertarik
pada produknya.

A. Segmentasi

Menurut Erik Berkowitz dan rekan dalam Morrisan (2014:57) Segmentasi pasar adalah
suatu konsep yang sangat penting dalam pemasaran.mendefinisikan segmentasi pasar sebagai
“dividing up a market to distinct groups that (1) have common needs and (2) will respond

43
similiary to a market action (membagi suatu pasar ke dalam kelompok-kelompok yang jelas
yang (1) memiliki kebutuhan yang sama dan (2) memberikan respon yang sama terhadap suatu
tindakan pemasaran. Dengan demikian, segmentasi pasar adalah suatu kegiatan untuk mebagi-
bagi atau mengelompokan konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen.

Khalayak yang memiliki jumlah yang sangat besar merupakan kumpulan indivu yang
beragam atau heterogren baik dari segi usia, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, sifat maupun
daerah tempat tinggal. Perbedaan-perbedaan yang ada ini tentu menyulitkan perusahaan dalam
menyampaikan pesan, kesulitan dalam menjangkau dan melayani semua konsumen. Oleh
karena itu diperlukan pengelompokan atau mengotakan konsumen berdasarkan beberapa faktor
kesamaan.Dengan melakukan straregi segmentasi, pemasar atau perusahaan dapat lebih
menyesuaikan dengan tepat kebutuhan dan keinginan konsumen.

Segmentasi memiliki beberpa komponen, diantaranya yaitu :

a. Segmentasi Demografi
Segementasi konsumen adalah segmentasi yang didasarkan pada peta
kependudukan, misalnya : usia, jenis kelamin, besarnya anggota keluarga, pendidikan
tertinggi yang dicapai, jenis pekerjaan konsumen, tingkat penghasilan, agama, suku dan
sebagainya.
Segmentasi konsumen berdasarkan data demografi dibutuhkan untuk mengambil
keputusan manajerial. Misalnya, stasiun televise menggunakan data demografi untuk
membuka pemancar (transmisi) baru atau bagaian pemasaran suatu perusahaan
menggunakan data demografi untuk membuka kantor cabang dan megatur jumlah
personal pemasaran yang dimilikinya. Data demografi juga sangat dibutuhkan dalam
menentukna strategi perikalanan hang menyangkut bagaiamana suatu produk
dikomunikasikan kepada khalayak-khalayak sasaran (Morissan, 2014:59-60).
Variabel usia penting diperhatikan oleh pengusaha atau pemasar karena beda usia
beda juga kebutuhannya. Pesan periklanannya juga akan menggunakan bahasa dan
pendekatan yang berbeda pula. Menentukan perbedaan usia membantu untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Cara mengkonsumsi
dan kandungan yang dimiliki oleh produk akan berbeda sesua dengan usianya. Misal
susu UHT hanya boleh dikonsumsi oleh anak di atas 1 tahun, takaran penggunaan dan

44
kandungan yang ada dalam pasta gigi antara anak-anak dengan dewasa berbeda. Contoh
lainnya sepeda motor memiliki usia minimal penggunanya dan tayangan di Televisi juga
berbeda bagi setiap usia.
b. Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis berdasarkan pada lokasi tempat tinggal masyarakat, seperti
pedesaan dan perkotaan., urban, sub urban. Letak geografis juga berdasarkan pulau atau negara
serta iklim atau kondisi cuaca yang berlaku di suatu daerah.
Menurut Morissan (2014:65) pasar dibagi-bagi ke dalam beberapa unit geografis yang
berbeda yang mencakup suatu wilayah negara, provinsi, kabupaten, kota hingga ke lingkungan
perumahan. Konsumen terkadang memiliki kebiasaan berbelanja yang berbeda-beda yang
dipengaruhi lokasi dimana mereka tinggal.
Misal Indonesia sebagai wilayah dengan iklim tropis, Masyarakat yang tinggal di desa
lebih sering berbelanja di pasar tradisional, warung kecil atau minimarket kecil sedangkan untuk
masyarakat di perkotaan lebih sering berbelanja di pusat perblanjaan. Contoh lainnya ketika kita
berada di daerah pegunungan seperti Puncak, Bogor dan Lembang di Bandung, di sana kita akan
banyak menemukan jagung bakar dan minuman yang dapat memberikan rasa hangat.

c. Segmentasi psikografi
Menurut Morrisan (2014:66) psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya hidup dan
kepribadian manusia. Gaya hidup mempengaruhi perilaku sesorang, dan akhirnya menentukan
pilihan-pilhan konsumsi seseorang. Gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang
menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-
opinnya.
Schiffman dan Kanuk (2000) menyatakan psikografik disebut sebagai analisis gaya
hidup atau riset A (Activity), I (Interest) dan O (Opinion) adalah suatu bentuk riset konsumen
yang memberikan profil yang jelas dan praktis mengenai segmen-segmen konsumen, tentang
aspek-aspek kepribadian konsumen yang penting, motif belinya, minatnya, sikapnya,
keyakinannya dan nilai-nilai yang dianutnya (Khaerunissa, Prabawani, & Listyorini, 2015).
Konsumen yang memiliki kesamaan dari segi demografis dan geografis belum tentu
memiliki kesamaan dari segi gaya hidup, kesukaan, sudut pandang, attitudedan aktivitas.

45
Joseph Plumer (1974) nengataka bahwa segementasi gaya hidup mengukur aktivitas-
aktivitas manusia dalam hal (Morissan, 2014:66):
1) Bagaiamana mereka menghabiskan waktunya (pekerjaan, hobi, hiburan ,
belanja, olahraga, dan lain-lain)
2) Minat mereka; apa yang dianggap penting di sekitarnya (keluarga, rumah, karier,
makanan, dan lain-lain)
3) Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (isu-isu
sosial, politik, masa depan, dan lain-lain)
4) Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka lalui dalam kehidupan life
cycleI, penghasilan, pendidikan, dan di mana mereka tinggal.

d. Segmentasi Perilaku (Behaviour)


Menurut George E.Belch & Michael A.Belch dalam Morissan (2014: 84) perilaku
konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai : the process and activities
people engage in when searching for, selecting, purchasing, using, evaluating and
disposing of products and services so as to satisfy their needs and desires (proses kegiatan
dan yang terblibat ketika orang mencari, memilih, membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan membuang produk dan jasa untuk memusakan kebutuhan dan keinginan mereka).
Segmentasi melalui perilaku konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan
oleh pemasar atau pengusaha agar dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan
kualitas produkseperti memformulasi ulang kelebihan atau manfaat produk, menyesuaikan
kebijakan harga, masukan bagi perusahaan ketika akan menciptakan produk baru, sebagai
salah satu cara dalam mengemas kampanye periklanan dengan memperhatikan melalui
media apa khalayak mengetahui suatu produk dan siapa saja yang berpengaruh dalam
keputusan konsumen untuk membeli prduk.

B. Targeting
Menentukan target pasar merupakan pekerjaan yang masuk dalam salah satu tugas
pemasar. Mengenali target pasar dengan baik akan membantu penyampaian pesan dengan
tepat dan produk dengan diterima dengan baik oleh khalayak sehingga usaha akan menjadi
sukses. Target pasar harus ditentukan secara spesifik, karena jika masih mengeneralkan

46
konsumen ini merupakan suatu kesalahan, sasran pasar diharapkan bisa menjadi konsumen
potensial dari produk tertentu. Tidak semua Ibu akan memberikan makanan instan pada
anaknya karena terdapat pemahaman dan cara pandang yang berbeda di setiap Ibu. Atau kita
akan menemuka remaja perkotaan yang lebih memilih menghabiskan waktunya dengan
membaca buku dibandingkan dengan bermain game online, ini disebabakan karena
ketertarikan mereka yang berbeda dan pengaruh lingkungan seperti keluraga yang memiliki
cara didikan yang berbeda. Maka pemasar atau pengusaha harus benar-benar menyeleksi
atau menentukan target pasarnya. Tapi tidak menutup kemungkinan pemasar akan
menentukan lebih dari satu target pasar.
Morissan (2014:70) mendefinisikan target pasar adalah memilih satu atau beberapa
segmen konsumen yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran atau produksi.
Kadang-kadang targeting disebut juga disebut dengan selecting karena audiensi harus
diseleksi.Perusahaan harus memiliki keberanian untuk memfokuskan kegiatannya pada
beberapa bagian saja (segmen) konsumen dan meninggalkan bagian lainnya.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2012) pengertian pasar sasaran adalah proses
mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling menarik
untuk dilayani dengan program pemasaran spesifik perusahaan. Sedangkan menurut
Daryanto (2011), pengertian pasar sasaran adalah proses mengevaluasi daya tarik segmen
pasar dan memilih satu atau beberapa untuk dimasuki(Sinurat, 2018).

C.Positioning

Saat ini satu jenis produk dengan berbagai merek dapat dengan mudah kita temukan, jenis
usaha di bidang yang sama terkadang membuat masyarakat susah membedakan antara satu dengan
lainnya. Masing-masing produk baik barang dan jasa memiliki strategi pemasaran masing-masing
agar bisa bersaing dan bertahan di tengah gempuran produk kompetitor.Pemberian harga yang
murah, potongan harga, kupon, penyajian makanan dan minuman dengan berbagai bentuj yang
unik, packaging yang lucu dan menarik merupakan berbagai upaya dilakukan untuk membujuk
masyarakat agar mau menggunakan dan membeli produknya.

Di tengah perkembangan bisnis yang semakin maju dan banyaknya pesaing baik dari dalam
dan luar negeri, pemasar atau pengusaha harus bisa bertahan di pasaran dengan menonjolkan uniqe
selling point (USP) yang dimiliki. USP bisa diartikan sebagai penawaran keunggulan atau

47
memberikan sesuatu yang unik dari sebuah produk dan tidak dimiliki oleh produk yang lain.
Misalnya produk penghilang noda Vanish menonjolkan keunggulannya yakni mampu
menghilangkan noda yang bandel sekalipun dan tidak merusak kain.

Setelah pemasar menentukan segmenatasi dan target market, maka langkah yang harus
dilakukan adalah positioning. Menurut Morrisan (2014:71) positioning adalah strategi komunikasi
yang berhungan dengan bagaimana sutau produk, merek atau perusahaan di dalam otaknya, di
dalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu. Penglola pemasaran harus
mengetahui bagaimanakonsumen memproses infromasi, menciptakan persepsi, dan bagaimana
persepsi mempengaruhi pengambilan keputusannya. Sebeb, sekali iformasi ditempatkan pada
posisi yang salah, ia akan sulit diubah.

Contoh positioning Superindo memposisikan dirinya sebagai supermarket yang Lebih


Segar, Lebih Hemat. Di sini Superindo memberikan janji bahwa setiap produk yang dijualnya
adalah segar denga harga yang lebih terjangkau. Produk susu HiLo School yang hadir diantara
banyaknya susu untuk pertumbuhan anak-anak. HiLo School memposisikan dirinya sebagai susu
yang membantu pertumbuhan tulang anak-anak agar memiliki tubuh yang lebih tinggi. Kosmetik
Wardah memposisikan dirinya sebagai kosmetik yang Halal.Bodrex memposisikan dirinya
sebagai obat sakit kepala yang dapat langsug diminum kapan saja, termasuk dapat meminumnya
walaupun sebelum makan karena kandungannya yang aman bagi lambung.

Tjiptono (2008) menyatakan beberapa indikator positioning yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam kegiatan pemasaran produknya kepada pasar sasarannya terdiri dari 7
positioning sebagai berikut(Sinurat, 2018):

a) Positioning berdasarkan atribut. Sebuah produk diasosiasikan atau dikaitkan dengan satu
atribut, ciri produk atau manfaat bagi konsumen.

b) Positioning berdasarkan harga dan kualitas. Menekankan harga tinggi sebagai tanda
kualitas atau menekan harga rendah sebagai indikasi nilai.

c) Positioning berdasarkan pengguna atau aplikasi. Menekankan pada komunikasi tentang


penggunaan produk.

48
d) Positioning berdasarkan pemakai produk. Dasar positioning ini terletak pada kepribadian
atau tipe para pemakai.

e) Positioning berdasarkan kelas produk tertentu. Mempromosikan produk


tersebut sebagai produk yang berkaitan dengan kategori produk tertentu.

f) Positioning berdasarkan pesaing. Menekankan pada usaha perusahaan dalam


memposisikan dirinya dihadapan para pesaing tertentu.

g) Positioning berdasarkan manfaat. Bahwa produk diposisikan sebagai pemimpin dalam


suatu manfaat tertentu atau lebih dikaitkan dengan manfaat lebih yang diberikan dari suatu produk

D. Diferensiasi

Setelah pemasar berhasil menetapkan positioning dari produknya, hal selanjutnya yang
dilkukan adalah diferensiasi.Positioning dapat ditegaskan dengan melakukan diferensiasi.
Diferensiasi dilakukan untuk membedakan satu produk dengan produk lain yang sejenis di tengah
gencarnya persaingan. Diferensiasi memberikan perbedaan yang memiliki nilai jual, menggugah
minat konsumen untuk membeli produk, misalnya dengan memberikan harga yang murah
dibandingkan kompetitor, sebuah perusahaan jasa memberikan diferensiasinya melalui pelayanan
yang ramah dan cepat.

Kartajaya (2005) berpendapat, diferensiasi adalah upaya mengintergrasi konten,


konteks, dan infrastruktur pada penawaran produk kepada konsumen. Penawaran (offering)
yang dilakukan perusahaan kepada konsumen tidak hanya harus dipersepsi berbeda, namun
benar-benar berbeda dalam hal konten (what to offer), konteks (how to offer), dan faktor-faktor
pemungkin (enabler). Proses saling menguatkan antar 3 elemen ini akan menciptakan self-
reinforcing mechanism (proses penguatan secara terus-menerus). Self-reinforcingmechanism yang
mampu berjalan dengan baik disebut virtuous circle.(Setiarini, 2015).

49
Bab 10

Biro iklan

Biro iklan adalah sebuah bisnis pelayanan jasa dalam komunikasi pemasaran yang memiliki
peran penting dalam membantu memperkenalkan serta menjaga produknya tetap berada di tengah-
tengah pasar.Biro iklan memiliki peranan penting dalam sebuah pemasaran.Membantu pemasar
atau pemiliki produk, untuk mengemas pesan penjualan dalam sebuah tampilan yang kreatif
sehingga mampu membujuk masyarakat untuk menggunakan produk tertentu.Pesan pemasaran
dari sebuah produk harus direncanakan dengan sebaik mungkin, diperlukan strategi perencanaan
dari awal pembuatan, bentuk dan isi pesan, pemantauan iklan yang telah ditayangkan dan
ditampilkan hingga pada tahap evaluasi dan di sinilah biro iklan berperan.

Morissan (2014:146) mendefinisikan suatu perusahaan atau biro iklan adalah suatu organisasi
jasa yang mengkhususkan diri dalam merencanakan dan melaksanakan program periklanan bagi
klien, yaitu perusahaan yang menggunakan jasa biro atau perusahaan iklan eksternal.

American Association of AdvertisingAgencies (Asosiasi Agen Periklanan Amerika) dalam


Monle Lee & Carla Jhonson mendefinisikan agen periklanan sebagai sebuah organisasi
independen terdiri dari orang-orang kreatif dan pebisnis yang memiliki spesialisasi dalam
mengembangkan dan menyiapkan rencanarencana periklanan, iklan, dan piranti promosi
lain(Nathan, 2014) .

Biro iklan sebelmunya telah mengalami beberapa perubahan dalam tugasnya. Menurut
Rheynald Kasali Orientasi-biro-biro iklan mengalami beberapa kali perubahan sebagai
berikut(Nathan, 2014):

1. Sebagai Perpanjangan Tangan Media

50
Ini adalah orientasi pertama suatu biro iklan tatkala biro iklan hidup dengan hanya
memperoleh komisi dari pihak media atas sejumlah iklan yang diterima dari
pengiklan.Biasanya pengiklan memiliki pengetahuan yang minim soal pemasangan iklan,
setting huruf, dan tidak memiliki informasi media yang sesuai dengan kebutuhan. Biro iklan
akan membantu membuat disain iklan serta memilihkan media yang sesuai dengan sasaran
dan anggaran periklanan. Di Indonesia dewasa ini masih dapat dijumpai sejumlah besar biro
iklan yang membatasi pada kegiatan ini saja.Umumnya mereka merasa sudah cukup sibuk
melayani permintaan untuk memuat iklan. Beberapa anak perusahaan media cetak seperti
Transito Ad (anak perusahaan PT Gramedia-Kompas), dengan akses yang kuat pada
sejumlah media cetak di lingkungan Kompas Grup, banyak menerima pemesanan iklan tanpa
banyak terlibat pada proses kreatif sebuah iklan. Iklan yang diterima biasanya sudah siap
cetak atau iklan-iklan yang relatif mudah pembuatannya.
2. Era Kreatif dalam Periklanan Modern
Era ini dipelopori oleh perusahaan jasa periklanan Lord & Thomas di Amerika Serikat tahun
1898 yang mencoba memberikan nilai-nilai kreatif pada iklan yang dirancangnya. John E.
Kennedy dan Claude Hopkins dari perusahaan periklanan tersebut percaya bahwa iklan
bukanlah semata-mata pengumuman, melainkan merupakan salesmanship in print. Salah
satu bentuk iklan kreatif yang masih sering kita dengar di Indonesia saat ini adalah iklan
bumbu masak yang didengung-dengungkan sebagai: “Cup-cup-cup Ajinomoto”. Konon,
dengan ide kreatif ini, omset Ajinomoto melonjak tiga kali lipat. Sebab, orang yang biasa
memakai bumbu masak sekali “cup” telah memakai tiga kali “cup” sambil berdendang “Cup-
cup-cup….”.
3. Era Biro Iklan Full Service
Era ini ditandai dengan keinginan biro iklan untuk melengkapi jasanya dengan sejumlah ahli
di bidang riset pemasaran dan beberapa pelaksana khusus lainnya.Ide ini semula muncul
sebagai reaksi atas mahalnya biaya penelitian, di samping dibutuhkan beberapa data tertentu
yang tidak bisa dijawab oleh hasil penelitian pihak ketiga yang umumnya bersifat
omnibus.Tidak hanya itu, biro iklan kadang-kadang juga terjun lebih jauh pada pengenalan
produk baru suatu perusahaan. Mereka terlibat dari awal, mulai dari penentuan selera, tes
pemasaran, pengepakan, ataupun positioning. Bahkan kadang ada biro iklan yang memiliki
armada pemasaran untuk menyebarkan sample produk secara door-to-door atau hadir dalam

51
promosi penjualan. Mereka juga menangani identitas perusahaan dan komunikasi
perusahaan.Tidak aneh bila International Public Relations Review menulis bahwa di
Indonesia tercatat 29 perusahaan yang bergerak dalam bidang kehumasan, namun sebagian
besar dirangkap oleh biro iklan.

A. Ruang Lingkup Pekerjaan Biro Iklan


Perusahaan jasa periklanan, baik yang bersifat multinasional maupun lokal, memiliki
empat kesamaan(Nathan, 2014):
a) Bekerja untuk kepentingan klien
b) Merencanakan kampanye iklan
c) Melakukan kegiatan kreatif
d) Memasukkan iklan pada media yang tersedia.
Sedangakan dalam perkembagannya di Indonesia, perusahaan Biro Iklan khususnya
kategori besar memiliki beberapa ruang lingkup dalam pekerjaannya, umumnya meliputi (Nathan,
2014):
1) Analisa Industri
Sejauh mana prospek industri klien dalam kecenderungan pasar internasional dan di mana
pasar yang lebih memberi peluang, apakah pasar domestik atau ekspor.Apakah industri ini
sudah mendapat perhatian dari pemerintah sebagai penunjang ekonomi nasional atau
belum.
2) Analisa Produk dan Konsumen.
Berapa besar potensi pasar produk ini, dan bagaimana pola konsumsi yang berlaku.
3) Analisa Pasar.
Untuk melihat peluang pasar dan mengisi celahcelah dalam persaingan, termasuk
identifikasi pesaing dan berapa besar pangsa masing-masing.Kekuatan dan kelemahan
masingmasing diidentifikasi untuk menentukan strategi promosi dan periklanan.
4) Analisa Sasaran Konsumen.
Berusaha mengetahui persepsi konsumen terhadap produk dan pola konsumsi yang berlaku
secara lebih terinci.Umumnya dilakukan dengan bantuan hasil penelitian dari perusahaan
jasa riset pemasaran.
5) Tujuan dan Strategi Pemasaran.

52
Biasanya ditetapkan oleh biro iklan karena pengiklan kurang memahami soal ini.
6) Penetapan Tujuan Periklanan.
Sesuai dengan kondisi produk di pasar, biro iklan akan menerapkan tujuan periklanan
berdasarkan tujuan dan strategi pemasaran.
7) Strategi Kreatif.
penjabaran tujuan periklanan yang diterjemahkan menjadi pesan perdagangan. Muncul
dalam bentuk artwork, iklan.
8) Strategi Media.
Pemilihan media publikasi sesuai dengan tujuan periklanan dan metri iklan yang disiapkan.

B. Departemen Dalam Biro Iklan


Sebagai sebuah agensi periklanan, terdapat beberapa departemen atau pembagian kerja
dalam sebuah biro iklan, diantaranya :
a) Account Executive (AE)
Account Executive (AE) merupakan orang yang bertanggung jawab membina hubungan
yang baik dengan kliennya.Kegiatan AE dalam membina dan menjaga hubungan yang baik
antara agensi iklan dengan pihak klien disebut dengan Accoumt Service (Morissan, 2014:148).
b) Bagian Media
Menurut Morissan (2014:150) departemen media pada perusahaan iklan, bertugas
mengalisis, memilih dan membuat kontak dengan perusahaan media untuk pemuatan iklan dari
klien., berapa harganya dan seberepa tepat audiens tersebut sudah sesuai dengan target
konsumen klien.
Bagian media di biro iklan terbagi menjadi dua bagian yakni perencana media (media
planer) dan media buyer.Seorang perencana media bertugas unutk membuat suatu perencanaan
media massa apa saja yang akan digunakan untuk menempatkan iklan klien termasuk
program/acara dan rubrik yang sesuai. Perencana media harus memahami dengan baik
konsumen media yang akan dituju apakah sudah sesuai dengan konsumen produk klien.
c) Departemen Kreatif
Menurut Morissan (2014:151) departemen jasa kreatif (creative service) bertanggung
jawab merencanakan dan melaksanakan pembuatan iklan yang dipesan oleh calon pemasang
iklan.

53
Di dalam departemen kreatif, terdapat beberapa bagain dintaranya creative director atau
direktur kreatif.Direktur kreatif merupakajn orang yang bertanggung jawab penuh akan kerja
tim mya dalam departemen kreatif. Direktur kreatif akan memberikan masukan, saran bahkan
penolakan apabila yang dibuat oleh tim nya dirasa kurang menarik(“Struktur Dalam
Advertising Company Indonesia,” 2016).
Art director, bertugas untuk membuat perencanaan tampilan iklan sesuai dengan pesan
iklan dan memiliki nilai seni.Dalam menjalakan tugasnya Art director harus bekerjasama
dengan coypy writer agar tampilan iklan sesuai denga kalimat atau isi pesan yang dibuat.
Dalam depertemen kreatif juga terdapat graphics desainer (pengarah grafis) yang bertugas
mempersiapakan lay out iklan, yang merupakan gambar/lukisan yang menunjukan bagaimana
bentuk atau tampilan iklan media cetak yang akan dibuat, sedangkan untuk pengerjaan iklan
televisi rancangan bentuk iklan yang menampilkan adegan-adegan dalam iklan disebut
storyboard (Morissan, 2014:151).
Bagian lainnya dalam departemen kreatif adalah Coypy writer, bertugas memikirkan ide
atau gagasan berupa kata-kata atau kalimat yang akan digunakan dalam iklan seperti kalimat
dalam judul iklan (headlines), sub judul serta badan iklan (body copy) (Morissan, 2014:151).
d) Departemen Traffic
Pekerjaan di biro iklan terbilang sibuk dan akan melibatkan banyak orang. Pada
perusahaan biro iklan yang berskala besar akan menangani banyak klien. Diperlukan bagian
yang membantu koordinasi dan menghubungkan antara departemen produksi dan bagian
kreatif sehingga tidak menimbulkan permasalah dan penyelsaian pekerjaan bisa tepat waktu.
Untuk mengatasi hal ini terdapat departemen traffic yang bertanggung jawab
mengoordinasikan seluruh tahapan produksi iklan untuk memastikan iklan yang bersangkutan
dapat diselsaikan tepat pada waktunya serta tenggat waktu pengajuan iklan kepada media
massa terpenuhi (Morissan, 2014:152).

54
DAFTAR PUSTAKA

Amril, A. (2017). PENGARUH TAYANGAN UPIN DAN IPIN TERHADAP PENGGUNAAN


BAHASA MELAYU MURID SDN 001 SAMBUTAN SAMARINDA. E-Journal Ilmu
Komunikasi, 5(3), 129–138. Retrieved from http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2017/08/jurnal selesai (08-08-17-07-34-51).pdf
Apriani, N. (2017). BAHASA PERSUASIF DALAM IKLAN MARIE CLAIRE MAISON. Universitas
Hasanuddin Makassar.
Azizah, M. (2017). ETIKA PERILAKU PERIKLANAN DALAM BISNIS ISLAM. JESI (Jurnal
Ekonomi Syariah Indonesia), 3(1), 37. https://doi.org/10.21927/jesi.2013.3(1).37-48
Cahyono, Ismiaji. (2006). Dialektika Komunikasi Visual Indonesia. Concept, Vol 02 (edisi 10),
64-66
Dewi, S. N., & Nuzuli, T. (2018). PERAN PROMOTIONAL MIX SEBAGAI VARIABEL
MODERASI ORIENTASI PELANGGAN DAN ORIENTASI PESAING TERHADAP
KINERJA PEMASARAN (Studi Empiris pada UKM Rumah Makan di Kabupaten Sragen).
Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi, 12(2), 140.
https://doi.org/10.24269/ekuilibrium.v12i2.676
Indriani, I. N. S. dan M. S. (2016). Tindak Komunikasi Verbal dan Nonverbal Bentuk Lepas
Hormat dalam Bahasa Bali, 06(April), 37–58.
Jaiz, Muhammad. (2014). Dasar-dasar Periklanan. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.
Kasali,Rhenald. 2007. Manajemen Periklanan. Jakarta: Grafiti
Keegan, Warren J. 2003. Manajemen Pemasaran Global, Jakarta : PT Indeks Gramedia.
Khaerunissa, S. S., Prabawani, B., & Listyorini, S. (2015). PSIKOGRAFIS TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN ETUDE HOUSE DI Pendahuluan Pemasaran merupakan
ujung tombak perusahaan . Kegiatan pemasaran berorientasi pada. Administrasi Bisnis, 4(3),
11. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/137968-ID-pengaruh-brand-
awareness-brand-associati.pdf
Kurnianti, A. W. (2017). Komunikasi Pemasaran Transportasi Online NGuberJEK. Jurnal
Komunikasi Dan Kajian Media, 1(39), 69–85.
Lestari, M. (2017). STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MENARIK MINAT
KREDITUR UNTUK MELAKUKAN KREDIT DI PT. ADIRA FINANCE PEKANBARU.
Jom Fisip Univeristas Riau, 4(2), 1–14. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/116461-ID-strategi-komunikasi-persuasif-
dalam-mena.pdf
levinson, Jay conrad. 1996. Guerrilla Marketing. Solo: Dabara Publishers.
Morissan. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu.2014. Jakarta. Kencana Prenadamedia

55
Group.
M.A, M. (2015). Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Penerbit Kencana.
https://doi.org/10.1016/j.jallcom.2006.01.145
Mulyana, D. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nathan, W. (2014). NILAI PERUSAHAAN & PROSES KREATIVITAS IKLAN (Studi Kasus Proses
Kreativitas Iklan di Leo Burnett Indonesia Dengan Nilai HumanKind). Universitas Gajah
Mada. Retrieved from
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act
=view&typ=html&buku_id=110764&obyek_id=4
Nugroho, David Rizar. 2019. Komunikasi Politik: Edisi Revisi. Bogor PT. Idemedia Pustaka
Utama.
Oktavia, F. (2016). UPAYA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA DESA BORNEO
SEJAHTERA DENGAN. E-Journal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, 4(1), 239–
253. Retrieved from http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/?p=2381
Putri, P. K. (2016). Aplikasi Pendekatan-Pendekatan Persuasif Pada Riset Komunikasi Pemasaran:
Iklan Melibatkan Penciptaan dan Penerimaan Pesan Komunikasi Persuasif Mengubah
Perilaku Pembelian. The Messanger, VIII(1), 1–16. Retrieved from
http://journals.usm.ac.id/index.php/the-messenger/article/viewFile/313/211
Pertiwi, R. (2014). AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM TRADISINYAWERPADA PROSES
PERNIKAHAN ADAT SUNDA DI KOTA BANDUNG (Studi Etnografi Komunikasi
Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam TradisiNyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda
Di Kota Bandung) RATU AULIA PERTIWI NIM: 41810087. Jurnal UNIKOM.
Poluan, J. G., Lumintang, G. G., & Untu. (2016). PENGARUH PERIKLANAN TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN MINUMAN COCA COLA (STUDI KASUS PADA PT.
BANGUN WENANG BEVERAGE COMPANY MANADO). ISSN 2303-1174, 4(3), 671–
681. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/140433-ID-none.pdf
Rina Nurmala, ., Syarif Maulana, ., & Arie Prasetio, . (2016). KOMUNIKASI VERBAL DAN
NONVERBAL DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR ( Studi Kasus pada
Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah Bintang Gang Nangkasuni , Wastukencana Bandung ).
E-Proceeding of Management, 3(1), 1–8.
Sari, Ratna Puspita. Abdiansyah, D. (2014). KOMUNIKASI PERSUASIF FUNDING OFFICER
(FO) BRISyariah CABANG DIPONEGORO SURABAYA. Jurnal Ilmu Komunikasi
SPEKTRUM, 2(1), 15–23.
Setiarini, A. T. (2015). STRATEGI POSITIONING DAN DIFERENSIASI DALAM Abstrak
Pendahuluan, I(2), 54–67. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/323362728_STRATEGI_POSITIONING_DAN_
DIFERENSIASI_DALAM_UPAYA_MEMBANGUN_BRAND_STUDI_KASUS_NGAY
OGJAZZ
Shikiterimo, Edo. 2018. Strategi Komunikasi Pemasaran Global. Universitas Sriwijaya
https://www.academia.edu/8650926/Strategi_Komunikasi_Pemasaran_Global

56
Shimp, a Terennce. 2003, Advertising And Promotion & Supplemental Aspects Of Integrated
Communications, Sixth Edition, Thomson South-Western.Ohio
Susanto, Jimmy dan Juanda Rovelim. 2016. Digital Marketing In Action: 70 Strategi Mudah dan
Efektif Untuk Memenangkan Persaingan di Era Digital. PLP Book. Jakarta)
Sinurat, E. J. (2018). ANALISIS SEGMENTATION, TARGETTING, POSITIONING
TERHADAP KINERJA PEMASARAN PADA PT BANK SUMUT IMAM BONJOL
MEDAN. Jurnal Ilmiah Methonomi, 4(2), 160–167. Retrieved from https://text-
id.123dok.com/document/1y9675ry-analisa-segmenting-targeting-dan-positioning-
tabungan-martabe-di-pt-bank-sumut-studi-kasus-wilayah-medan.html
Sulianta, Feri.2015.Keajaiban Sosial Media. Jakarta. PT.Elex Media Komputindo.
Struktur Dalam Advertising Company Indonesia. (2016). Jakarta: www.brightstars.co.id.
Retrieved from http://www.brightstars.co.id/blog/struktur-dalam-advertising-company-
indonesia/

57
RIWAYAT PENULIS

Iin Soraya, S. Sos, MM lahir di Jakarta 19 September 1985 adalah


seorang Dosen Program Studi Periklanan di Universitas Bina Sarana
Informatika. Memulai karirnya sebagai dosen di Bina Sarana
Informatika sejak 2010. Penulis menyelesaikan studi Strata Satu (S1)
pada tahun 2007 dijurusan Periklanan Fakultas Komunikasi di IISIP
Jakarta. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Dua (S2)
Magister Manajemen di Universitas Bina Sarana Informatika Bandung
pada tahun 2012. Penulis juga saat ini tergabung mengajar di Universitas
Satya Negara dan Universitas Terbuka. Penulis pernah menjadi
Copywriting di Agensi Periklanan Trias Outdoor dan pernah menjado
Analist di beberapa Bank di Indonesia, sejak tahun 2010 sampai
sekarang penulis fokus di dunia pendidikan.

58

Anda mungkin juga menyukai