Makalah Mewujudkan
Makalah Mewujudkan
Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan”.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Pendidikan dan Kewarganegaraan. Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya saya sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan pahala yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamiin.
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………………
A. BAB 1 Pendahuluan
……………………………………………………………………………………………….
Pembuka
B. Bab 2 Isi
C. BAB 3 Penutup
…………………………………………………………………………………………………
Bab 1 Pendahuluan
Pembuka
Marilah kita merefleksi diri masing-masing apakah kita termasuk orang yang bersemangat
dalam mengejar cita-cita? Janganlah kita sebagai pelajar berharap sesuatu itu terjadi tanpa
ada usaha untuk mendapatkanya.
Semangat mengandung arti tekad dan dorongan hati yang kuat untuk menggapai keinginan
atau hasrat tertentu. Para pendiri negara bersemangat berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Pelajar bersemangat belajar untuk menyongsong masa depan dan untuk pembangunan bangsa
Indonesia.
Apabila kita maknai lebih jauh tentang semangat dan komitmen kebangsaan, pendiri negara
memiliki jiwa, semangat, dan nilai-nilai yang sangat tinggi terhadap bangsa dan negara. Jiwa,
semangat, dan komitmen dalam perjuangan merebut kemerdekaan disebut juga sebagai nilai-
nilai kejuangan 45. Masalahnya, apakah dalam alam kemerdekaan, nilai-nilai 45 perlu terus
digelorakan? Untuk siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana manfaatnya? Dengan
memahami nilai-nlai 45 diharapkan bisa menjawab masalah tersebut.
Jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan bangsa Indonesia tidak lahir seketika, tetapi
merupakan proses perkembangan sejarah dari zaman ke zaman. Artinya, bahwa embrio nilai
itu sudah ada dari zaman kerajaan, hanya belum muncul dan dirumuskan. Barulah
tercapainya titik kulminasi atau titik puncak pada tahun 1945 nilai-nilai itu disepakati sebagai
dasar/landasan/kekuatan dan daya dorong bagi para pendiri Republik Indonesia.
Untuk memperoleh gambaran tentang nilai-nilai 45 yang berkembang pada setiap zamannya,
diadakan periodisasi sebagai berikut.
Bab 2 Pembahasan
Sejak dahulu, Nusantara dimiliki oleh kerajaan yang merdeka dan berdaulat. Kehidupan
dalam kerajaan juga diisi oleh kerukunan dan kedamaian antara pemeluk agama, baik Hindu,
Buddha, Islam, Katolik, Kristen, Konghucu dan Penganut Kepercayaan. Pada waktu itu,
sudah mulai timbul jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan, yaitu kesadaran harga diri, jiwa
merdeka, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kerukunan hidup umat beragama
serta kepeloporan dan keberanian.
Dalam masa pergerakan nasional jiwa merdeka makin menggelora. Rasa harga diri bangsa
yang tidak mau dijajah menggugah semangat mereka dan perlawanan seluruh masyarakat
terhadap penjajah untuk berusaha merebut kembali kedaulatan dan kehormatan bangsa.
Timbullah jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan, nilai harkat dan martabat manusia, jiwa
dan semangat kepahlawanan, kesadaran antipenjajah/penjajahan, kesadaran persatuan dan
kesatuan perjuangan
Tahap awal perjuangan nasional ditandai dengan lahirnya Budi Utomo (1908), Serikat
Dagang Islam/Serikat Islam (1912). Pada Tahun 1928, terjadilah Sumpah Pemuda yang
merupakan manifestasi tekad dan keinginan bangsa Indonesia dalam menemukan dan
menentukan identitas, rasa harga diri sebagai bangsa, rasa solidaritas menuju persatuan dan
kesatuan bangsa lalu menjurus pada kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Jepang menjajah Indonesia tahun 1942-1945. Akibat penjajahan Jepang, rakyat Indonesia
mengalami penderitaan. Namun, penggemblengan pemuda dapat menimbulkan semangat
yang kukuh dan memupuk militansi yang tinggi untuk merdeka. Penggemblengan oleh
Jepang menimbulkan hikmah dan manfaat untuk merebut kemerdekaan.
Tahap perjuangan antara kebangkitan nasional dan akhir masa penjajahan Jepang merupakan
persiapan kemerdekaan. Jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan makin menggelora.
Perjuangan masa ini tidak terbatas waktu karena perjuangan bermaksud mencapai tujuan
akhir nasional seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Dalam periode ini, jiwa, semangat,
dan nilai-nilai kejuangan yang berkembang sebelumnya tetap lestari, yaitu nilai-nilai dasar
yang terdapat pada Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Nilai yang mengalami perubahan adalah nilai operasional. Dalam masa perjuangan mengisi
kemerdekaan, kemungkinan nilai-nilai semangat juang akan bertambah. Secara kualitatif,
kemungkinan akan mengalami perubahan-perubahan sesuai dinamika dan kreativitas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pada saat ini, tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah kecil. Tantangan
menjaga keutuhan dan kejayaan bangsa dapat datang dari dalam dan luar negeri. Malas,
korupsi, pemberontakan, dan krisis ekonomi merupakan tantangan yang berasal dari dalam
dan harus dihadapi oleh seluruh anggota masyarakat. Penjajahan secara fisik pada saat ini
kemungkinannya sangat kecil terjadi, tetapi ancaman dari luar yang bersifat nonfisik seperti
gaya hidup, datangnya ajaran yang tidak sesuai dengan Pancasila janganlah dianggap sebelah
mata.
Untuk menghadapi semua tantangan tersebut, jiwa dan semangat 45 patut kiranya untuk tetap
dipertahankan. Semangat 45 adalah dorongan dan manifestasi dinamis dari jiwa 45 yang
membangkitkan kemauan untuk berjuang merebut kemerdekaan bangsa, menegakkan
kedaulatan rakyat serta mengisi dan mempertahankannya. Nilai-nilai yang terdapat dalam
Pancasila, Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 merupakan nilai dasar
dari jiwa dan semangat 45. Nilai-nilai 45 lahir dan berkembang dalam perjuangan bangsa
Indonesia dan merupakan daya dorong mental spiritual yang kuat untuk mencapai
kemerdekaan.
Bab 3 Penutup
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas maka dapat penulis tarik kesimpulan
sebagai berikut: