Lamp M (Kentuan Roe)
Lamp M (Kentuan Roe)
(LATIHAN)
M-1
1. Ketentuan Umum. Dalam menghadapi tindakan pihak asing baik itu yang
menggunakan kapal perang/pesawat udara militer ataupun satuan operasional asing yang
dengan menggunakan sarana apapun yang membahayakan satuan operasi maka negara
dibenarkan melakukan aksi militernya melawan musuh bergantung pada intensitas dan
skala serangan bersenjata yang dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip kepentingan dan
prinsip proporsional berlaku sama untuk semua pihak yang terlibat dalam konflik
bersenjata di laut dan mensyaratkan bahwa tindakan perlawanan yang dilakukan suatu
negara tidak boleh berlebihan dalam tingkat dan jenis kekuatan yang digunakan untuk
menghalau serangan bersenjata dan untuk mengembalikan keamanan negara meskipun
tidak dilarang oleh hukum sengketa bersenjata. Dengan tunduk kepada ketentuan-
ketentuan lain hukum sengketa bersenjata yang berlaku di laut, aksi tempur oleh kekuatan
Angkatan Laut dapat dilaksanakan di laut dan atau udara di atasnya meliputi:
a. Dalam setiap konflik bersenjata, hak para pihak yang bersengketa untuk
memilih sarana atau metode peperangan adalah tidak tak terbatas dimana para
pihak yang berkonflik setiap saat harus membedakan antara penduduk sipil atau
orang-orang yang dilindungi dengan kombatan dan antara obyek sipil atau obyek
yang dikecualikan dengan sasaran militer;
3. Sarana Peperangan.
c. Ranjau hanya dapat digunakan untuk maksud militer yang sah termasuk
pencegahan penggunaan wilayah laut oleh musuh.;
e. Penyebaran ranjau aktif atau ranjau aktif yang siap sebar harus diumumkan
kecuali ranjau tersebut diyakini akan mengenai kendaraan air yang merupakan
sasaran militer;
f. Pihak yang berperang harus mencatat lokasi ranjau yang siap disebar;M-4
g. Operasi penyebaran ranjau di perairan pedalaman, laut wilayah atau perairan
kepulauan negara yang berperang harus memberikan jalan keluar bagi kapal
negara netral ketika operasi ranjau tersebut mulai dilaksanakan;
a. Suatu blokade harus dinyatakan dan diumumkan kepada seluruh pihak yang
berperang dan kepada negara netral;
c. Suatu blokade harus efektif. Pertanyaan apakah suatu blokade efektif atau
tidak efektif merupakan persoalan fakta;
h. Suatu blokade harus diterapkan sama untuk kendaraan air semua negara;
dan
a. Pesawat udara militer dan pesawat udara serbaguna setiap saat dilarang
berpura-pura berstatus sebagai yang dikecualikan dari serangan sebagai pesawat
sipil atau pesawat negara netral;
a. Dalam melaksanakan hak mereka yang sah dalam suatu konflik bersenjata
internasional di laut, kapal perang dan pesawat udara militer yang berperang
mempunyai hak memeriksa dan mencari keterangan kendaraan air niaga di luar
perairan netral apabila ada alasan yang kuat untuk mencurigai bahwa kendaraan
air tersebut dapat ditangkap; dan
8. Kendaraan Air Niaga Dalam Konvoi Bersama Kapal Perang Netral. Kendaraan air
niaga netral dikecualikan dari pelaksanaan hak pemeriksaan dan pencarian keterangan
bila memenuhi persyaratan berikut:
RAHASIA
M-8
(LATIHAN)
c. Negara bendera kapal perang negara netral menjamin bahwa kendaraan air
niaga tersebut tidak mengangkut barang larangan/kontrabande atau jika tidak
terlibat dalam kegiatan yang tidak konsisten dengan status kenetralannya; dan
d. Komandan kapal perang negara netral bila diminta oleh komandan kapal
perang pihak yang berperang atau pesawat udara militer yang mengintersepnya,
memberikan semua informasi tentang ciri-ciri kendaraan air niaga dan muatannya
jika tidak demikian akan diperoleh melalui pemeriksaan dan pencarian keterangan.
Panglima Kogasgabfib
Jayanegara – 1
Laksamana Muda TNI
RAHASIA
(LATIHAN)