Anda di halaman 1dari 8

RAHASIA

(LATIHAN)
M-1

Lembar ke dari lembaran


Mako Kogasgabfib
Jakarta
150700 Des 202E
KY-01

Lampiran “M” (Ketentuan/Aturan Pelibatan Dan Penembakan) pada Rencana


Operasi “Kridha Yudha”

Penunjukan : Sesuai Induk RO “Karkata Yudha”

Daerah Waktu : WIB (GMT+7)

1. Ketentuan Umum. Dalam menghadapi tindakan pihak asing baik itu yang
menggunakan kapal perang/pesawat udara militer ataupun satuan operasional asing yang
dengan menggunakan sarana apapun yang membahayakan satuan operasi maka negara
dibenarkan melakukan aksi militernya melawan musuh bergantung pada intensitas dan
skala serangan bersenjata yang dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip kepentingan dan
prinsip proporsional berlaku sama untuk semua pihak yang terlibat dalam konflik
bersenjata di laut dan mensyaratkan bahwa tindakan perlawanan yang dilakukan suatu
negara tidak boleh berlebihan dalam tingkat dan jenis kekuatan yang digunakan untuk
menghalau serangan bersenjata dan untuk mengembalikan keamanan negara meskipun
tidak dilarang oleh hukum sengketa bersenjata. Dengan tunduk kepada ketentuan-
ketentuan lain hukum sengketa bersenjata yang berlaku di laut, aksi tempur oleh kekuatan
Angkatan Laut dapat dilaksanakan di laut dan atau udara di atasnya meliputi:

a. Laut teritorial, perairan pedalaman, wilayah daratan, zona ekonomi ekslusif


dan landas kontinen, serta bila ada perairan kepulauan dari negara-negara yang
berperang;

b. Laut lepas; dan

c. Zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen negara-negara netral. Para


pihak yang bersengketa harus berusaha saling sepakat bahwa tidak ada aksi
tempur yang dilakukan di daerah-daerah laut yang terdiri:

1) Ekosistem yang rawan atau langka; dan

2) Habitat yang dilindungi, spesies atau bentuk lainnya kehidupan


lingkungan laut yang dalam bahaya atau yang terancam.
RAHASIA
(LATIHAN)
M-2

2. Aturan dasar dan pembedaan sasaran.

a. Dalam setiap konflik bersenjata, hak para pihak yang bersengketa untuk
memilih sarana atau metode peperangan adalah tidak tak terbatas dimana para
pihak yang berkonflik setiap saat harus membedakan antara penduduk sipil atau
orang-orang yang dilindungi dengan kombatan dan antara obyek sipil atau obyek
yang dikecualikan dengan sasaran militer;

b. Sejauh mengenai obyek, sasaran militer dibatasi pada obyek-obyek yang


karena sifat, tempat, peruntukan atau penggunaannya memberikan kontribusi
yangM-2 efektif terhadap aksi militer dan obyek yang menghancurkan seluruh atau
sebagian serta penguasaan atau netralisasinya pada situasi yang berlaku pada
saat itu, memberikan keuntungan militer yang berarti;

c. Serangan harus dibatasi hanya terhadap sasaran militer, kendaraan air


niaga dan pesawat udara sipil merupakan obyek sipil kecuali mereka merupakan
sasaran militer menurut prinsip dan aturan yang tercantum dalam San Remo
Manual; dan

d. Bahwa para pihak yang berperang dilarang menggunakan sarana atau


metode peperangan yang:

1) Karena sifatnya dapat menyebabkan luka berlebihan atau


penderitaan yang tidak perlu.

2) Secara membabi buta yaitu:

a) Yang tidak atau tidak dapat ditujukan terhadap sasaran militer


tertentu; dan

b) Akibat yang ditimbulkan tidak dapat dibatasi sebagaimana


yang disyaratkan hukum internasional.

e. Kendaraan air dan pesawat udara musuh yang dapat diserang:

1) Kendaraan air niaga musuh hanya dapat diserang bila mereka


termasuk dalam sasaran militer;

2) Kegiatan berikut ini dapat menyebabkan kendaraan air niaga musuh


sebagai sasaran militer:

a) Terlibat dalam aksi perang atas nama musuh, seperti


menyebar ranjau, menyapu ranjau, memutus kabel dan jalur pipa
bawah laut, terlibat dalam pemeriksaan dan pencarian keterangan
M-3

kendaraan air niaga netral atau dalam penyerangan terhadap


kendaraan air niaga lainnya;

b) Bertindak sebagai kendaraan air serbaguna angkatan


bersenjata musuh seperti mengangkut pasukan atau memberi bekal
ulang kepada kapal perang;

c) Bekerjasama atau memberikan bantuan pada sistem


pengumpulan data inteljen seperti terlibat dalam pendeteksian,
peringatan dini, pengamatan atau tugas-tugas untuk komando,
kendali dan komunikasi;

d) Berlayar dalam konvoi kapal perang atau pesawat militer udara


musuh;

e) Menolak perintah untuk berhenti atau secara aktif menolak dari


pemeriksaan, pencarian keterangan atau penangkapan;

f) Dipersenjatai sedemikian rupa sehingga dapat merusak kapal


perang, tidak termasuk senjata ringan perorangan untuk bela diri
seperti melawan bajak laut dan dilengkapi dengan sistim pengacau
seperti chaff; dan

g) Dengan cara lain memberi kontribusi yang efektif dalam aksi


militer seperti mengangkut material militer.

3) Kegiatan berikut ini dapat menyebabkan pesawat udara sipil musuh


sebagai sasaran militer:

a) Pesawat udara sipil musuh hanya boleh diserang bila termasuk


dalam sasaran militer;M-3

b) Kegiatan-kegiatan berikut ini dapat menyebabkan pesawat


udara sipil musuh sebagai sasaran militer:

(1) Terlibat dalam aksi perang atas nama musuh seperti


menyebar ranjau, menyapu ranjau, meletakan atau memonitor
sensor akustik, terlibat dalam peperangan elektronik,
mengintersep atau menyerang pesawat udara sipil lainnya
atau memberikan informasi sasaran kepada kekuatan militer
musuh; (2) Bertindak sebagai pesawat udara serbaguna
dalam angkatan bersenjata musuh seperti mengangkut
M-4

pasukan atau barang militer atau melakukan pengisian ulang


bahan bakar kepesawat udara militer;

(3) Bekerjasama atau memberi bantuan pada sistim


pengumpulan data inteljen musuh seperti terlibat dalam
pendeteksian, peringatan dini, pengamatan atau tugas untuk
komando kendali dan komunikasi;

(4) Terbang di bawah perlindungan kapal perang musuh


atau pesawat udara militer musuh yang menyertainya;

(5) Menolak perintah identifikasi dini, belok arah keluar dari


jalurnya atau bergerak guna pemeriksaan dan pencarian
keterangan menuju lapangan terbang pihak yang berperang
yang aman untuk jenis pesawatnya dan mempunyai akses
untuk itu, atau mengoperasikan peralatan kendali tembakan
yang merupakan bagian dari sistem senjata pesawat udara,
atau saat diintersep secara jelas bermanuver menyerang
pesawat udara militer pihak yang berperang yang melakukan
intercept;

(6) Dipersenjatai dengan senjata udara ke udara atau udara


kepermukaan; dan

(7) Dengan cara lain memberi kontribusi yang efektif dalam


aksi militer.

3. Sarana Peperangan.

a. Peluru kendali dan proyektil lainnya, termasuk juga yang mempunyai


kemampuan melampui cakrawala harus digunakan sesuai dengan prinsip
pembedaan sasaran;

b. Dilarang menggunakan torpedo yang tidak tenggelam atau jika tidak


tenggelam harus menjadi tidak aktif setelah luncurannya berakhir;

c. Ranjau hanya dapat digunakan untuk maksud militer yang sah termasuk
pencegahan penggunaan wilayah laut oleh musuh.;

d. Dilarang menggunakan ranjau apung kecuali:

1) Ditujukan untuk sasaran militer; dan


M-5

2) Menjadi tidak berbahaya dalam jangka waktu 1 (satu) jam setelah


hilangnya kendali terhadap ranjau tersebut.

e. Penyebaran ranjau aktif atau ranjau aktif yang siap sebar harus diumumkan
kecuali ranjau tersebut diyakini akan mengenai kendaraan air yang merupakan
sasaran militer;

f. Pihak yang berperang harus mencatat lokasi ranjau yang siap disebar;M-4
g. Operasi penyebaran ranjau di perairan pedalaman, laut wilayah atau perairan
kepulauan negara yang berperang harus memberikan jalan keluar bagi kapal
negara netral ketika operasi ranjau tersebut mulai dilaksanakan;

h. Melaksanakan penyebaran ranjau di perairan netral oleh pihak yang


berperang adalah dilarang; i. Penyebaran ranjau tidak boleh berakibat mencegah
lintas laut antara perairan netral dengan perairan internasional; dan

j. Negara penyebar ranjau harus menghormati sebagaimana mestinya


penggunaan yang sah atas laut lepas dengan cara antara lain memberikan rute
alternatif yang aman bagi pelayaran negara netral.

4. Metode Peperangan (Blokade).

a. Suatu blokade harus dinyatakan dan diumumkan kepada seluruh pihak yang
berperang dan kepada negara netral;

b. Pernyataan blokade harus mencantumkan kapan dimulainya, lamanya,


tempat, dan perluasan daerah blokade dan periode kapan kapal negara netral
dapat meninggalkan garis pantai blokade;

c. Suatu blokade harus efektif. Pertanyaan apakah suatu blokade efektif atau
tidak efektif merupakan persoalan fakta;

d. Kekuatan militer yang melaksanakan blokade dapat ditempatkan pada jarak


tertentu sesuai kebutuhan militer;

e. Suatu blokade dapat ditegakan dan dipertahankan melalui kombinasi sarana


dan metode peperangan yang sah, penentuan kombinasi ini tidak boleh
mengakibatkan tindakan tidak konsisten dengan aturan yang tercantum dalam
dokumen ini; f. Kapal niaga yang diyakini dengan alasan yang kuat telah melanggar
blokade, boleh ditangkap. Kapal niaga yang setelah secara dini diberi peringatan,
tetap menolak untuk ditangkap, boleh diserang;
M-6

g. Suatu blokade harus tidak menghalangi akses menuju ke pelabuhan dan


pantai negara netral;

h. Suatu blokade harus diterapkan sama untuk kendaraan air semua negara;
dan

i. Penghentian, berhenti sementara waktu, penetapan ulang, perluasan atau


perubahan lain suatu blokade harus dinyatakan dan diumumkan.

5. Tindakan Pencegahan Dalam Penyerangan. Berkenaan dengan penyerangan,


tindakan pencegahan harus dilaksanakan:

a. Mereka yang merencanakan, membuat keputusan atau yang melaksanakan


suatu serangan harus mengambil tindakan-tindakan yang memungkinkan untuk
mengumpulkan informasi yang akan membantu dalam menentukan ada atau
tidaknya obyek-obyek yang bukan sasaran militer didaerah penyerangan;

b. Bila infomasi yang dimaksud ada padanya, mereka yang merencanakan,


membuat keputusan atau melaksanakan suatu serangan harus melakukan segala
tindakan yang mungkin untuk menjamin bahwa serangan yang dilakukan hanya
ditujukan terhadap sasaran militer;

c. Mereka selanjutnya melaksanakan tindakan pencegahan yang


memungkinkan dalam pemilihan sarana dan metode untuk menghindari atau
meminimalkan korban atau kerusakan ikutan; dan

d. Suatu serangan harus tidak dilakukan jika diperkirakan dapat menimbulkan


korban atau kerusakan ikutan yang berlebihan dalam kaitannya dengan
keuntungan militer langsung dan nyata yang diantisipasi dari serangan secara
keseluruhan. Suatu serangan harus dibatalkan atau di tunda segera setelah nyata
timbul korban atau kerusakan ikutan yang berlebihan.

6. Pengelabuan, Siasat Perang dan Perbuatan Curang.

a. Pesawat udara militer dan pesawat udara serbaguna setiap saat dilarang
berpura-pura berstatus sebagai yang dikecualikan dari serangan sebagai pesawat
sipil atau pesawat negara netral;

b. Siasat perang diperbolehkan. Kapal perang dan kapal serba guna


sebagaimana juga dilarang melakukan serangan sambil mengibarkan bendera
palsu dan setiap saat dilarang dengan sengaja meniru status dari :
M-7

1) Kapal rumah sakit, perahu kecil penyelamat atau transaportasi medis;


2) Kendaraan air misi kemanusiaan;

3) Kendaraan air penumpang yang membawa penumpang sipil;

4) Kendaraan air dibawah perlindungan bendera PBB.

5) Kendaraan air yang dijamin keselamatannya oleh perjanjian


sebelumnya anta pihak, termasuk kendaraan air cartel;

6) Kendaraan air yang berhak menggunakan lambang palang merah


atau bulan sabit merah;dan

7) Kendaraan air yang digunakan untuk pengangkutan benda budaya


dibawah perlindungan khusus.

c. Perbuatan curang dilarang. Tindakan yang mengundang keyakinan lawan


sehingga pihak lawan tersebut percaya bahwa ia mempunyai hak atau kewajiban
mendapat perlindungan dibawah aturan hukum internasional yang berlaku dalam
sengketa bersenjata, dengan maksud untuk mengkhianati keyakinan tersebut
berarti melakukan perbuatan. Tindakan-tindakan perbuatan curang termasuk
melakukan serangan sambil berpura-pura:

1) Berstatus dikecuan dari serangan penduduk sipil berstatus netral atau


dilindungi oleh PBB; dan

2) Menyerah atau berpura-pura dalam kondisi bahaya seperti mengirim


tanda marabahaya atau menempatkan awak kapal dalam suatu perahu
penyelamat.

7. Pemeriksaan Dan Pencarian Keterangan Kendaraan Air Niaga.

a. Dalam melaksanakan hak mereka yang sah dalam suatu konflik bersenjata
internasional di laut, kapal perang dan pesawat udara militer yang berperang
mempunyai hak memeriksa dan mencari keterangan kendaraan air niaga di luar
perairan netral apabila ada alasan yang kuat untuk mencurigai bahwa kendaraan
air tersebut dapat ditangkap; dan

b. Sebagai alternatif untuk pemeriksaan dan pencarian keterangan, kendaraan


air niaga netral atas persetujuannya boleh dirubah arahnya dari tujuan semula.

8. Kendaraan Air Niaga Dalam Konvoi Bersama Kapal Perang Netral. Kendaraan air
niaga netral dikecualikan dari pelaksanaan hak pemeriksaan dan pencarian keterangan
bila memenuhi persyaratan berikut:
RAHASIA
M-8
(LATIHAN)

a. Berlayar menuju pelabuhan netral;

b. Dalam konvoi bersama dengan kapal perang netral berkebangsaan yang


sama atau kapal perang netral suatu negara dimana negara berbendera kendaraan
air niaga telah ada kesepakatan perjanjian tentang konvoi tersebut;

c. Negara bendera kapal perang negara netral menjamin bahwa kendaraan air
niaga tersebut tidak mengangkut barang larangan/kontrabande atau jika tidak
terlibat dalam kegiatan yang tidak konsisten dengan status kenetralannya; dan

d. Komandan kapal perang negara netral bila diminta oleh komandan kapal
perang pihak yang berperang atau pesawat udara militer yang mengintersepnya,
memberikan semua informasi tentang ciri-ciri kendaraan air niaga dan muatannya
jika tidak demikian akan diperoleh melalui pemeriksaan dan pencarian keterangan.

9. Pembelokan Arah Untuk Tujuan Pemeriksaan dan Pencarian Keterangan. Bila


pemeriksaan dan pencarian keterangan tidak memungkinkan dilakukan atau tidak aman,
kapal perang pihak yang berperang boleh membelokan arah kendaraan air niaga ke arah
yang memungkinkan atau kepelabuhan dalam rangka melaksanakan hak pemeriksaan
dan pencarian keterangan.

10. Tindakan Supervisi. Dalam rangka menghindari adanya pemeriksaan dan


pencarian keterangan negara yang berperang boleh melakukan tindakan yang beralasan
untuk pemeriksaan muatan kendaraan air niaga dan membuat pernyataan hasil
pemeriksaan bahwa suatu kendaraan air tidak mengangkut barang larangan/
kontrabande. Untuk menghindari pemeriksaan dan pencarian keterangan, negara netral
didorong untuk menegakan tindakan pengawasanyang beralasan dan prosedur sertifikasi
untuk meyakinkan bahwa kendaraan air niaga mereka tidak mengangkut barang larangan

Panglima Kogasgabfib

Jayanegara – 1
Laksamana Muda TNI

RAHASIA
(LATIHAN)

Anda mungkin juga menyukai