SECARA SPEKTROFOTODENSITOMETRI
Tujuan Analisis
1. Menentukan kadar morfin dalam sampel urin secara kuantitatif dengan
metode spektrofotodensitometri.
2. Mempelajari cara penentuan kadar suatu sampel dengan metode
spektrofotodensitometri.
Morfin hidroklorida
Bejana
diisi dengan eluen campuran
dibiarkan hingga jenuh
toluen : aseton : etanol : amonia (45 : 45 : 7 : 3)
Bercak
diamati dengan spektrofotodensitometer diukur luasnya pada λmaks = 287 nm
Hasil
5 mL sampel urin
ditambah asam fosfat sampai pH 3 diekstraksi dengan 2 x 15 mL eter
Hasil
Metode Penelitian
Penentuan kuantitatif morfin dalam urin kali ini dilakukan analisis
kualitatif mengunakan metode kromatografi lapis tipis dan analisis kuantitatif
dengan menggunakan metode spektrofotodensitometri. Kromatografi
didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu
diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam adsorbsi, partisi kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau
kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi
atau ditetapkan dengan metode analitik.
Penelitian ini menggunakan fase gerak toluene : aseton : etanol : amonia
(45 : 45 7 : 3) untuk identifikasi morfin, sedangkan untuk ekstraksi sampel urin
menggunakan fase gerak etilasetat : isopropanol (9 :1). Sementara fase diam yang
digunakan pada penelitian ini adalah silika gel GF 254. Untuk mendeteksi morfin
yang terjerap dalam pelat KLT digunakan spektrofotodensitometer Shimadzu
dual-wavelength chromatogram scanning model CS-9000.
Zat penjerap pada kromatografi lapis tipis, merupakan lapisan tipis serbuk
halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik, atau logam secara merata,
umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap
sebagai kolom kromatografi tebuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan
pada adsorpsi, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis zat
penyarig, cara pembuat pelarutan, dari jenis zat penyaring, cara pembuatan dan
jenis pelarut yang digunakan. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan
bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama, dengan
menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang sama. Perbandingan
visual ukuran bercak dapatdigunakan untuk memperkirakan kadar secara semi
kuantitatif.
Selanjutnya untuk pengukuran kuntitatif dilakukan dengan metode
spektrofotodensitometri. Analisis kuntitatif dari suatu senyawa yang telah
dipisahkan dengan KLT biasanya dilakukan dengan densitometer langsung pada
lempeng KLT (atau secara insitu). Densitometer dapat bekerja secara serapan atau
fluoresensi. Kebanyakan densitometer mempunyai sumber cahaya, monokromator
untuk memilih panjang gelombang yang cocok, sistem untuk memfokuskan sinar
pada lempeng, pengganda foton, dan rekorder. Pada sistem serapan dapat
dilakukan dengan metode pentulan atau transmisi. Pada cara pentulan, yang
diukur adalah sinar yang dipantulkan, yang dapat menggunakan sinar tampak
maupun ultraviolet. Sementara itu cara transmisi dilakukan dengan menyinari
bercak dari satu sisi dan mengukur sinar yang diteruskan pada sisi lain.
Analisa Data
Kurva kalibrasi ditentukan dengan perhitungan luas puncak yang dihasilkan
dari penotolan baku morfin dengan konsentrasi 5 µg/mL pada satu seri jumlah
baku morfin 20,40,60,80,100,120, dan 140 ng pada panjang gelombang
maksimum 287 nm. Data luas puncak baku morfin adalah seperti ditunjukkan
dalam Tabel 1 berikut ini.
Berdasarkan perhitungan diperoleh persamaan garis regresi y = -69,21 +
8,06 x, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,992. yang diperoleh dari metode
ekstraksi morfin dalam sampel urin yang optimum dengan etilasetat-isopropanol.
Persentase perolehan kembali kadar morfin dalam urin simulasi adalah 92,31 ;
93,14 ; dan 89,68 % dengan simpangan baku dan koefisien variasi masing-masing
sebesar 2,55 dan 2,78.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelarut pengembang
yang sesuai untuk morfin adalah toluena:aseton:etanol:amonia dengan
perbandingan 45:45:7:3 dan panjang gelombang maksimum adalah 287 nm.
Persamaan garis regresi morfin diperoleh y = -69,21 + 8,06x dengan r = 0,992
dengan jumlah morfin yang ditotolkan secara seri 20,40,60,80,100, dan 120 ng.
Batas deteksi adalah 18,02 ng dan perolehan kembali morfin sebesar 90,91 %.
Daftar Pustaka
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Anonim. 2010. Penjelasan Narkoba, Heroin, Ganja, Morfin, Alkohol, Narkotika.
http://adiksi.com. Diakses tanggal 20 Mei 2011.
Anonim. 2011. Morfina. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 20 Mei 2011.
Gandjar, I. G. dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar
: Jakarta.
Pramutama, B. 2009. Morfin, Narkotika Penawar Nyeri.
http://bobypramutama.blog.uns.ac.id. Diakses tanggal 20 Mei 2011.
Tjay, T. H. dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting Edisi Keenam
Cetakan I. Penerbit Elex Media Komputindo : Jakarta.