Anda di halaman 1dari 21

PAPER

SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN KOREA UTARA

Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Politik dan Pemerintahan Asia Timur

Dosen Pengampu : Alfajri, S.IP., MIA

Disusun Oleh :

Cindy Karisa (207610144)

Devita Rismawanti (207610202)

Fitri Azlina (207610278)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022
BAB I

PENDAHULUAN

BAGIAN SLIDE KE 3

Korea Utara, secara resmi dinamakan Republik Demokratik Rakyat Korea (Hangul:
조선민주주의인민공화국, Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk) adalah sebuah negara di
Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota dan kota terbesarnya
adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea dijadikan batasan selang Korea Utara dan
Korea Selatan.

BAGIAN SLIDE KE 4

Sungai Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan selang Korea Utara dan
Republik Rakyat Cina. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut merupakan perbatasan
dengan Rusia. Penduduk setempat menyebut negara ini Pukchosŏn (북조선, "Chosŏn
Utara").

BAGIAN SLIDE KE 5

Semenanjung Korea diperintah oleh Kekaisaran Korea hingga dianeksasi oleh Jepang
sesudah Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Sesudah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II,
Korea dibagi dijadikan wilayah pendudukan Soviet dan Amerika Serikat.

BAGIAN SLIDE KE 6

Korea Utara menolak ikut serta dalam pemilihan umum yang dijaga PBB yang
diadakan di selatan pada 1948, yang mengarah untuk pembentukan dua pemerintahan Korea
yang terpisah oleh zone demiliterisasi. Baik Korea Utara maupun Korea Selatan kedua-
duanya mengklaim kedaulatan di atas semua semenanjung, yang berujung untuk Perang
Korea tahun 1950. Sebuah gencatan senjata pada 1953 mengakhiri pertempuran; namun
kedua negara secara resmi masih berada dalam status perang, karena akad perdamaian tidak
pernah ditandatangani. Kedua negara diterima dijadikan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada 1991. Pada 26 Mei 2009, Korea Utara secara sepihak menarik diri dari gencatan senjata.
BAGIAN SLIDE KE 7

Korea Utara termasuk dalam negara satu-partai di bawah front penyatuan yang
dipimpin oleh Partai Buruh Korea. Pemerintahan negara mengikuti ideologi Juche, yang
digagas oleh Kim Il-sung, mantan pemimpin negara ini. Juche dijadikan ideologi resmi
negara ketika negara ini mengadopsi konstitusi baru pada 1972, kendati Kim Il-sung telah
memakainya untuk membentuk kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal tahun 1955.
Sementara resminya sebagai republik sosialis, Korea Utara dipandang oleh sebagian luhur
negara sebagai negara kediktatoran totaliter stalinis. Sesudah kematian Kim Jong-il pada
tanggal 19 Desember 2011, diperkirakan pemimpin Korea Utara berikutnya adalah Kim
Jong-un, anak termuda Kim Jong-il.

BAB II

PEMBAHASAN

BAGIAN SLIDE KE 8 dan 9

A. Sistem Politik Korea Utara Berdasarkan Konstitusinya


Secara umum Korea Utara menganut sistem politik otoriter/totaliter (diktator).
Menurut Carl J. Friedriech dan Zbiegniew Brzezinski, ciri-ciri pemerintahan diktator modern
adalah sebagai berikut :
a. Negara memiliki sebuah ideologi resmi yang mencangkup semua aspek keberadaan
manusia baik kehidupan fisik maupun rohani.
b. Negara hanya memiliki satu partai massa tunggal dengan satu orang pemimpin
sekaligus penafsiran tunggal ideologi.
c. Monopoli semua massa oleh penguasa dan partai penguasa.
d. Kontrol yang ketat melalui kekuatan militer.
e. Pengendalian terpusat melalui jajaran birokasi.
Berikut akan dikaji berdasarkan unsur-unsur sistem politik yang diperbandingkan,
yaitu kelembagaan, kultur, perilaku, dan kebijakan politik.
1. Kelembagaan
Tabel 2.1
Struktur Kelembagaan Korea Utara

Struktur Adapun struktur perpolitikan Korea Utara terdiri dari:


Fungsional 1) Presiden yang merupakan kepala negara sekaligus
Politik sebagai panglima tertinggi militer dan pemimpin
Komisi Pertahanan Nasional
2) Kekuasaan negara terkonsentrasi pada partai, dan
kekuasaan di dalam partai itu dimiliki oleh satu
orang secara eksklusif. Ini merupakan ciri khas
kediktatoran
3) Majelis Agung Rakyat (Supreme People’s
Assembly) yang merupakan “highest organ of
state power”
4) Badan Eksekutif dan Administratif yang
berhubungan dengan pembuatan kebijakan dan
pengawasan administrasi pemerintahan
5) Kim Jong-un adalah Komandan Tertinggi Tentara
Rakyat Koreadan Ketua Komisi Pertahanan
Nasional Korea Utara
6) Tentara Rakyat Korea adalah nama untuk
angkatan bersenjata Korea Utara. Tentara ini
memiliki empat cabang: Angkatan
Darat,Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan
Departemen Keamanan Negara.

Jumlah Partai  Korea Utara adalah negara yang menganut sistem


satu partai, atau sistem partai monolitis. Partai yang
memerintah adalah Front Demokratik untuk
Reunifikasi Tanah Air, sebuah koalisi Partai Buruh
Korea dan dua partai kecil lainnya, Partai
Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongu
Chondois. Partai-partai ini mengajukan semua
calon untuk menempati posisi pemerintahan dan
memegang semua kursi di Majelis Tertinggi
Rakyat.
 Partai berkuasa yang memusatkan ideologi
menempati posisi teratas dalam struktur kekuatan
nasional, dimana secara nyata menguasai kekuatan
legislatif, administratif dan judikatif secara
keseluruhan. Partai bukan hanya menguasai 3
lembaga itu, melainkan juga memimpin organisasi
sosial dan kehidupan rakyat. Oleh karena itu, Korea
Utara bisa dikatakan sebagai ‘negara yang dipimpin
partai’.
 Walaupun ada lebih dari satu partai, namun mereka
bukan kubu oposisi, tetapi mitra partai yang
berkuasa. Partai berkuasa di Korea Utara adalah
Partai Buruh Korea
Partai memimpin negara, dan ketuanya memimpin partai. Itulah prinsip dasar
pelaksanaan sistem rejim Korea Utara secara keseluruhan. Sidang Rakyat Tertinggi, sebagai
wakil rakyat umum, merupakan wadah dimana partai melaksanakan keputusannya. Oleh
karena itu, Sidang Rakyat Tertinggi adalah lembaga politik tertinggi di Korea Utara. Sidang
Rakyat Tertinggi melantik pejabat utama pemerintahan seperti pemimpin untuk melakukan
tugas administrasi secara nyata.
Secara prinsip, kekuatan tidak terkonsentrasi pada presiden atau kabinet, maka
sistem itu bisa dianggap sebagai ‘Sistem Sidang Rakyat’ seperti Uni Soviet dan Cina yang
mengikuti sistem itu. Walaupun Sidang Rakyat Tertinggi adalah lembaga politik tertinggi di
Korea Utara, namun Sidang Rakyat dipimpin oleh ketua partai. Oleh karena itu, tanpa
mempertimbangkan nama jabatan yang diberikan kepada ketua itu, dia adalah pemimpin de
fakto yang memiliki wewenang tertinggi dan melaksanakan segala bentuk kekuasaan secara
langsung di seluruh sektor termasuk politik, pertahanan, diplomatik, keamanan nasional ,
ekonomi, industri, perdagangan, sosial, budaya dan seni. Oleh karena itu, inti sistem Korea
Utara adalah sebuah partai yang dipimpin oleh ketuanya.
Gambar 2.1
Sistem Partai Korea Utara
Sumber: World KBS (2011)

Secara prinsip, partai itu dijalankan secara demokrat sesuai dengan keinginan umum
anggotanya. Oleh karena itu, sidang dimana keinginan umum terkumpul (sidang partai)
adalah arena untuk memutuskan segala hal yang menyangkut masalah partai.
Karena fungsi sidang memberikan mandat kepada badan permanen yang disebut
‘Komite Sentral’ dalam partai , maka komite itulah yang sebenarnya memimpin partai.
Komite Sentral terdiri atas Politbiro, yang merupakan badan eksekutif tertinggi dan
Sekretariat di Korea Utara. Di bawah Sekretariat, ada bagian tingkat kerja termasuk komite
departemen pemimpin organisasi, bagian propaganda, urusan eksternal, urusan internasional.

Gambar 2.2
Sistem Partai Korea Utara
Sumber: World KBS (2011)

Untuk memahami struktur kekuatan Korea Utara, maka urutannya adalah dari
Politbiro, Sekretariat, kemudian Komite Sentral partai. Anggota Politbiro dan Sekretariat
biasanya ada banyak yang memiliki jabatan ganda di dua instansi berbeda. Oleh karena itu,
pejabat pemerintah yang paling memiliki kekuatan adalah mereka yang menjadi anggota
Politboro sekaligus Sekretariat. Hirarki berikutnya adalah anggota Politbiro, calon Politbiro,
anggota Sekretariat dan anggota Komite Sentral. Anggota atau calon politbiro yang memiliki
kekuatan tetapi belum menjadi anggota sekretariat, biasanya adalah pejabat-pejabat senior
yang sudah tua atau pejabat tinggi di Kabinet atau instansi utama lainnya. Di tingkat lokal,
ada komite partai yang dikelola oleh setiap pemerintah daerah.
Menurut aturan partai, partai dijalankan di bawah prinsip ‘sistem demokrasi terpusat’.
Sidang partai adalah lembaga pengambilan keputusan tertinggi dalam urusan nasional .
Mengenai keputusan yang disahkan dalam sidang itu, semua anggota partai harus menaati
organisasi yang posisinya lebih tinggi, dan semua organisasi partai harus menaati secara
mutlak Komite Sentral dalam partainya. Yaitu, kewenangan memberi mandat dari tingkat
rendah ke Komite Sentral, kemudian Komite Sentral memberi mandat ke Sekretariat dan
kemudian ke Politbiro. Oleh karena itu, semua kekuatan terfokus di kepala bagian politbiro
dan sekretariat Kepala, yang memiliki jabatan rangkap yaitu sebagai Sekretaris Umum Partai
dan anggota senior Politbiro, sehingga dapat mengontrol ke dua lembaga itu. Dengan
demikian orang yang menjadi sekrataris umum partai anggota senior politbiro memiliki
kekuasan mutlak.

2. Kultur Politik
Kata kunci sistem politik Korea Utara adalah ‘diperintah oleh satu partai, penguasa
tunggal, dan kekuasaan yang diwariskan’. Sejarah perpolitikan Korea Utara dilatarbelakangi
oleh pengaruh komunis Uni Soviet yang kemudian membentuk Partai Komunis Korea
kemudian terspesifikasi setelah kemerdekaan Korea Utara (1946) menjadi Partai Komunis
Korea Utara. Namun, keadaan politik dan ekonomi di Korea Utara saat itu mengalami
ketidakstabilan (Moon, 2009).
Dalam kepercayaan politiknya menganut nilai self reliance yang juga disebut juche
(isolasi) yang diperkenalkan oleh Kim II Sung, seorang politikus Korea. Budaya untuk
membenci Amerika Serikat (AS) juga di tanamkan sejak dini sehingga tumbuh sikap anti AS
dan timbulnya militansi yang tinggi guna memeranginya. Dengan cara-cara inilah, tumbuh
budaya strategis di tengah-tengah masyarakat Korea Utara yang memunculkan sikap, tingkah
laku dan kepercayaan yang besar terhadap Kim Il Sung dan Kim Jong-il tentang kemampuan
kepemimpinannya di Korea Utara yang tidak mungkin dipertanyakan oleh semua masyarakat
Korea Utara. Kebijakan politik yang diambil oleh Kim Jong-il saat itu memberikan kontribusi
dan pengaruh yang besar terhadap pembentukan budaya strategis sehingga masyarakat Korea
Utara memiliki sifat kecenderungan lebih militan dibanding dengan negara lain yang
memiliki sifat lebih terbuka. Dengan sifat tersebut masyarakat Korea Utara lebih dapat untuk
mempertahankan rezim kekuasaan para pemimpinnya.

3. Perilaku Politik
Berdasarkan sumber Lim (2005), di bawah kepemimpinan Kim Jong-il, sejak tahun
1994, Korea Utara menjadi negara yang berusaha hidup tanpa bantuan negara lain dengan
kata lain bahwa Kim Jong-il menekankan bahwa Korea Utara harus bergerak dengan prinsip
berdikari. Politik yang dibangun tersebut membuat kehidupan masyarakat Korea Utara pada
umumnya harus menerima kenyataan hidup dengan pertumbuhan ekonomi negara yang
rendah. Keadaan ekonomi negara tersebut membuat rakyat Korea Utara hidup dalam
kemiskinan dan penderitaan, kondisi tersebut diperparah dengan kondisi sempitnya lahan
pertanian serta lapangan pekerjaan yang terbatas. Namun, ironisnya para pemimpin Korea
Utara tersebut hidup dalam kemewahan dan kecukupan bahkan dapat dengan bebas
menikmati barang-barang impor dan mewah. Tapi keadaan tersebut sepertinya tertutupi
dengan gaya kepemimpinan Kim Jong-il, melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
berupa propaganda-propaganda oleh pemerintah, bahkan masyarakatnya yakin bahwa
pemimpin mereka adalah pemimpin terbaik yang mampu menyatukan Korea Utara sehingga
masyarakat Korea Utara menghormati dan menyembah pemimpin negaranya.
Gaya kepemimpinan Kim Jong-il dalam memimpin Korea Utara sama dengan gaya
kepemimpinan mediang ayahnya, Kim Il Sung, dengan menempatkan diri menjadi seorang
pemimpin yang terhormat, memimpin Korea Utara dengan gaya otoriter dan diktaktornya
serta mengedepankan kekuatan militer negara di atas segala-galanya, membangun
persenjataan secara besar-besaran seperti halnya senjata nuklir, maupun dengan tidak segan-
segan melakukan tindakan-tindakan represif bagi lawan-lawan politiknya dan rakyatnya yang
menentang kebijakan politik pemerintah.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah Korea Utara tersebut harus dibayar mahal dengan
kondisi kesejahteraan rakyatnya yang harus hidup di bawah garis kemiskinan akibat embargo
dunia internasional sebagai konsekuensi dari program senjata nuklir yang dikembangkan oleh
Korea Utara. Kemiskinan di negara ini berdampak pada kurangnya gizi masyarakat sehingga
banyak ditemukan kasus penyakit katarak yang dapat menyebabkan kebutaan. Angka
kebutaan di Korea Utara sangat tinggi hingga mencapai angka ribuan, hal tersebut didorong
rendah dan kurangnya fasilitas medis yang mendasar sehingga tidak dapat mengatasi kasus
kebutaan secara maksimal.
4. Kebijakan Politik
Dalam kasus kepemimpinan strategis di Korea Utara, Pemimpin Korea Utara, dalam
kepemimpinan Kim Il Sung telah memikirkan sebuah visi yang harus di wujudkan untuk
jangkauan jauh ke depan. Sebagai negara yang pernah diduduki oleh penjajahan Jepang,
berpikir bahwa untuk membangun Korea Utara memerlukan suatu persatuan yang kuat di
kalangan rakyatnya, dengan terus memberikan propagandanya kepada masyarakat untuk tetap
bersatu karena adanya ancaman yang sewaktu-waktu datang dari Korea Selatan maupun
Jepang. Guna memperoleh persatuan tersebut Kim Il Sung membentuk sebuah ideologi yang
bernama Juche pada tahun 1972 ketika Korea Utara mengadopsi konstitusi yang baru (Chull,
2006).
Melalui Juche ini Kim Il Sung membangun Korea Utara dengan memperkuat
pengaruhnya salah satunya dengan menindas semua lawan politiknya yang menentang
kebijakan-kebijakan melalui kamp-kamp konsentrasi atau pengasingan maupun dengan
memberikan hukuman mati. Sepeninggal Kim Il Sung, kepemimpinan Korea Utara
dilanjutkan oleh Kim Jong-il. Visi yang dibangun adalah menjadikan Korea Utara menjadi
negara yang berdikari dan mandiri. Dengan kebijakan tersebut, negara ini membatasi
berhubungan dan berinteraksi dengan negara lain. Kebijakan isolasi ini juga berlaku bagi
masyarakat dengan melarang penggunaan seperti halnya internet maupun telepon, hal ini
merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemimpin Korea Utara dalam mengemban visi
dan misi yang kuat untuk dapat mengubah keadaan. Kim Jong-il dalam kepemimpinannya
telah menerapkan visi dan misinya dengan meyakinkan kepada masyarakat Korea Utara
bahwa dia akan menyelamatkan negaranya dari ancaman musuh-musuhnya.
Oleh Kim Jong-il ideologi juche diaplikasikan untuk mempengaruhi pencapaian
visinya, dan mampu mempengaruhi budaya organisasi dikalangan institusi dan militernya.
Loyalitas dan kepatuhan serta kecintaan kepada Kim Jong-il oleh masyarakat menjadi sebuah
pertanda bahwa mereka telah berhasil memberikan pengaruh yang besar sehingga dapat
mengarahkan melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahannya.
Pengaruh yang diberikan adalah kepercayaan akan persatuan dan kesatuan rakyat untuk
kelangsungan hidup Korea Utara melalui kepemimpinannya.

BAGIAN SLIDE 10
B. Sistem Pemerintahan
Korea Utara memiliki sistem pemerintahan terpusat. Dalam hal ini Korea Utara
mengangkat Kim Il Sung sebagai presiden abadi, sedangkan Kim Jong Il sebagai pemimpin
tertinggi.

BAGIAN SLIDE KE 11
Pembagian kekuasaan di Korea Utara dibagi menjadi tiga kekuatan, yaitu
1) Eksekutif sebagai pelaksana Undang-Undang yang sekarang dipegang oleh Kim Yong
Il selaku perdana menteri
2) Legislatif sebagai pembuat undang-undang yang sekarang dipegang oleh Kim Yong
Nam selaku Ketua Majelis Rakyat Tertinggi
3) Yudikatif sebagai pengawas undang-undang yang dipegang oleh para hakim agung
yang dipilih oleh Majelis Rakyat Tertinggi.
(Association of Secretaries General of Parliaments Republic of Korea, 2010)

Namun ada sedikit pengaruh dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, yaitu
ideologi Juche. Ideologi juche sangat berpengaruh sehingga ketiga kekuataan kekuasaan
tersebut.
Korea Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara Juche
(percaya dan bergantung kepada kekuatan sendiri). Sistem pemerintahan dan politik Korea
Utara diatur berdasarkan konstitusi 1972. Kondisi Korea Utara selama rezim diktator
dibawah kepemimpinan Kim Il Sung dan Kim Jong-il tidak dapat memainkan apa yang
menjadi nilai-nilai kemanusiaan dimana negara tidak mampu memberikan perlindungan dan
rasa aman, kemerosotan bidang ekonomi dan sosial dan juga buruknya tingkat kesejahteraan
rakyat Korea Utara. Hal tersebut didorong oleh kondisi seperti halnya sistem pemerintahan
diktator yang diterapkan di Korea Utara (meskipun nama resmi negara tersebut adalah
Republik Demokratik Rakyat Korea) membuat kehidupan rakyat Korea Utara menjadi
terbatas dan tidak memiliki akses ke dunia luar sehingga seperti jauh dari peradaban
dibandingkan dengan negara-negara maju lain di dunia ini.

BAGIAB SLIDE KE 12
1. Sistem Hukum
Menurut Prof A.G. Choloros (dalam Cruz, 2010: 63), sistem hukum dikelompokkan
menjadi common law, civil law, dan socialist law.
a. Civil law (Eropa continental) merujuk pada suatu sistem hukum yang saat ini
diterapkan pada sebahagian besar negara Eropa Barat, Amerika latin, sebahagian
Afrika, Indonesia, dan Jepang . dalam sistem hukum ini istilah undang-undang adalah
sekumpulan klausul dan prinsip hukum umum yang otoritatif, komprehensif, dan
sistematis yang dianut dalam kitab atau bagian yang disusun secara logis sesuai
hukum yang terkait. Civil law dianggap sebagai sumber hukum utama.

b. Common law (anglo saxon) memiliki tiga karakter yaitu yurisprudensi dianut sebagai
sumber hukum yang utama. Dalam sistem ini tidak ada sumber hukum, sumber
hukum hanya kebiasaan masyarakat yang dikembangkan di pengadilan/putusan
pengadilan.

c. Socialist law merujuk pada sistem hukum yang berasal dari keputusan tertinggi para
penguasa berupa produk kebijaksanaan pemerintah atau negara. Negara-negara yang
menganut sistem hukum ini didominasi oleh negara dengan partai politik tunggal.
Maka salah satu penganut sistem hukum ini adalah Korea Utara.

Di dalam sistem sosialis hukum disubordinasikan untuk menciptakan tatanan ekonomi


baru dimana hukum privat diabsorbsi oleh hukum publik. Korea Utara termasuk yuridiksi
sosialis yang lebih tua. Dengan demikian sistem peradilan yang didasarkan pada model
peradilan Soviet dan China.
Sistem hukum sosialis secara prinsip mengatakan bahwa semua hukum adalah
instrument dari kebijakan sosial dan ekonomi, dan tradisi common law dan civil law
merefleksikan masyarakat ekonomi dan pemerintahan yang eksploratif. Christine Sypnowich
(Cruz, 2010) mendefinisikan sosialisme sebagai sebuah masyarakat dimana hak kepemilikan
bersama atas sarana-sarana produksi yang dengan demikian memperbolehkan tingkat
kesetaraan dan persaudaraan yang tinggi. Hukum sosialis lebih bersifat prerogative
ketimbang normatif.
Sidang Rakyat Tertinggi adalah lembaga politik berdaulat tertinggi, sesuai dengan
konstitusi sosialis Korea Utara. Walaupun fungsinya sama seperti DPR dalam segi
kepemilikan hak legislatif, tetapi kekuatannya lebih besar daripada DPR. Namun secara
realita, Sidang Rakyat Tertinggi adalah stempel karet yang hanya mengesahkan kembali UU
dan keputusan oleh Partai Buruh Korea.
Pertemuan sidang dibuka satu atau dua kali setahun. Topik yang ditangani oleh sidang
itu termasuk ; pengesahan anggaran nasional, pelantikan anggota kabinet dan lembaga
nasional utama lainya , dan pengesahan UU. Dalam priode reses, fungsi Sidang Rakyat
Tertinggi dilaksanakan oleh komite tetap. Setiap daerah administrasi memiliki sidang rakyat
tingkat lokal sendiri.

BAGIAN SLIDE KE 13
C. Sistem Politik dan Mekanisme Demokrasi

Moon, et.al (2009) menyatakan bahwa pemilihan umum di Korea Utara


diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Di tingkat nasional, rakyat Korea Utara memilih
para anggota badan legislatif yang bernama Majelis Tinggi Rakyat. Selain Majelis Tinggi
Rakyat, rakyat juga memilih perwakilan “majelis rakyat” tingkat kota, kabupaten, dan
provinsi.
Seluruh kursi dimenangkan oleh Front Demokratik. Partai Buruh Korea mendominasi
Front dan memegang 87,5% Kursi, sementara 7,4% dipegang oleh Partai Demokrat Sosial
Korea, 3,2% oleh Partai Chongu Chondois, dan 1.9% oleh wakil independen. Menurut
laporan resmi pemerintah, kehadiran pemilih mendekati 100% dan suara untuk calon Front
Demokratik sepenuhnya bulat atau hampir bulat.
Meski seorang kandidat bisa dicalonkan oleh siapapun, biasanya seluruh kandidat
dicalonkan oleh partai. Pencalonan ini diperiksa lagi oleh Front Demokratik, kemudian
diperiksa oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat yang mengalokasikan kandidat sesuai
kursinya. Kandidat di setiap kursi lalu dipertimbangkan oleh para pemilih melalui rapat di
tempat kerja atau sejenisnya. Hanya satu kandidat yang tercantum di kertas suara. Pemilu
kabarnya menggunakan sistem surat rahasia. Seorang pemilih boleh mencoret nama kandidat
sebagai bentuk penolakan terhadap kandidat tersebut, tetapi harus melakukannya di surat
suara khusus secara terbuka.
Anggota Majelis Tinggi Rakyat memegang jabatan selama lima tahun dan bertemu
dalam sidang SPA selama sepuluh hari setiap tahunnya. Majelis Tinggi Rakyat memilih
komite pelaksana yang disebut Presidium. Presidium melaksanakan fungsi legislative jika
Majelis sedang reses. Presidium juga menunjuk Ketua Komisi Pertahanan Nasional,
pemimpin eksekutif negara ini, dan perdana menteri.
Pemilu di Korea Utara disebut-sebut juga sebagai pemilihan umum palsu atau sensus
politik. Kursi tidak diperebutkan (tanpa persaingan) karena semua kandidat dipilih dan
dimenangkan oleh Front Demokratik.
Pemilu terkini merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan pada masa
pemerintahan Kim Jong Un pasca mangkatnya Kim Jong Il bulan Desember 2011. Berikut
ringkasan hasil pemilu Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara

Tabel 2.2
Perolehan Hasil Pemilu 2014
Partai Suara (%) Kursi
Front Demokratik untuk 100,0 % 687
Reunifikasi Tanah Air
Total 100,0% 687
Sumber: Hun (2014)

Tabel 2.2
Perolehan Hasil Pemilu 2009
Partai Kursi
Front Demokratik untuk Reunifikasi 687
Tanah Air
Partai Buruh 606
Partai Demokrat Sosial Korea 50
Partai Chongu Cheondois 22
Asosiasi Umum Penduduk Korea di 6
Jepang
Independen 3
Total 687
Sumber: Hun (2014)

a. Presiden
Pemujaan kepribadian terhadap Kim Il-sung dan Kim Jong-il dilakukan secara
terorganisir. Setelah mangkatnya Kim Il-sung pada 1994, ia tidak digantikan melainkan
memperoleh gelar "Presiden Abadi", dan dikuburkan di Istana Memorial Kumsusan di
Pyongyang pusat.
Meskipun kedudukan presiden dipegang oleh Kim Il-sung yang telah meninggal,
kepala negara de facto adalah Kim Jong-un, yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi
Pertahanan Nasional Korea Utara. Badan legislatif Korea Utara adalah Majelis Tertinggi
Rakyat, kini diketuai oleh Kim Yong-nam. Tokoh pemerintahan senior lainnya adalah Kepala
Pemerintahan Kim Yong-il
b. Legislatif
Pemilihan parlemen di Korea Utara adalah pemilihan untuk membentuk Majelis
Tertinggi Rakyat yang ke-13 yang diadakan pada 13 Maret 2014. Diantara kandidat dalam
pemilu ini adalah Kim Jong Un untuk dapil Paektusan.
Pemilu Korea Utara tidak lebih dari sebuah ajang benih-benih perlawanan rakyat.
Biasanya warga diarahkan ke TPS oleh para komite wilayah. Di sepanjang jalan banyak
dipasang poster yang menganjurkan warga agar memilih. Di TPS, sebelum memilih, warga
harus membungkuk untuk memberi hormat kepada keluarga Kim.
Pemilihan umum juga berfungsi sebgaia sensus penduduk. Pemerintah memeriksa
daftar calon pemilih dan jika nama seorang itu tidak terpilih, maka akan diselidiki.
BAGIAN SLIDE KE 14
1. Pemerinùtah Daerah
Korea Utara menganut sistem desentralisasi. Di kalangan para ahli pengertian
desentralisasi dipahami sebagai pembagian atau penyerahan kekuasaan pemerintahan dari
tingkat pusat atau tingkat atasnya kepada pemerintahan daerah (Manan, 2001: 10).

Korea Utara dibagi menurut provinsi sebagai berikut


Gambar 2.3 Pembagian Administratif Wilayah Korea Utara

Kota yang dikelola langsung oleh pusat (Chikhalsi), Pyongyang. Daerah administratif
khusus (T'ŭkpyŏl Haengjŏnggu), yaitu
1) Daerah Industri Kaesong
2) Daerah Pariwisata Kumgangsan
3) Daerah Administratif Khusus Sinuiju
Sementara itu, provinsi terdiri dari
1) Pyongyan Selatan
2) Pyongyan Utara
3) Chagang
4) Hwanghae Utara
5) Hwanghae Selatan
6) Kangwon
7) Hamgyong Selatan
8) Hamgyong Utara
9) Ryanggang
Korea

BAGIAN SLIDE KE 15
2. Faktor-Faktor Stabilitas Nasional
a. Militer
Semboyan baru Kim Jong-il, ‘politik yang mengutamakan militer’, adalah strategi
nasional Kim Jong-il yang bertujuan untuk memelihara rejim dan sekaligus membangun
ekonomi nasional dengan memobilisasi militer. Untuk menjaga keamanan rejim maupun
pertumbuhan ekonomi, Korea Utara secara efektif berubah menjadi ‘negara yang
mengutamakan militer’(Chull, 2006).
Konsep inti semboyan ini didukung oleh konsep ‘ pembanguan nasional yang kuat’.
Yakni, sistem yang mengutamakan militer’ berarti penjagaan keamanan rejim dan
pembangunan nasional kuat melalui ‘politik yang memprioritaskan militer’. Konsep yang
mementingkan militer dalam politik menunjukkan bahwa kubu militer di Korea Utara
merupakan satu-satunya aset yang paling kuat dan yang dapat dimobilisasi dengan efektif.
Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Korea Utara memiliki angkatan
darat terbesar kelima di dunia, diperkirakan sebesar 1,21 juta personel, dengan kira-kira 20%
pria berusia 17–54 tahun di dalam angkatan darat. Korea Utara memiliki persentase personel
militer per kapita tertinggi di dunia, dengan sekitar 1 serdadu terdaftar untuk setiap 25 warga
negara. Strategi militer Korea Utara dirancang untuk menyusupkan agen dan menyabotase di
belakang barisan musuh pada saat perang
Korea Utara juga menjual misil balistik dan peralatan militernya ke berbagai negara.
Pada April 2009, PBB menyebut Perusahaan Perdagangan Pembangunan dan Pertambangan
Korea (alias KOMID) sebagai agen penjual utama Korea Utara dan pengekspor terbesar misil
balistik dan senjata konvensional. PBB juga menyebut Korea Ryonbong sebagai penyokong
penjualan segala hal yang berhubungan dengan militer Korea Utara.
Kemudian disamping itu data-data CIA (dalam Daniel, 2013), bahwa Korut meraup
keuntungan pendapatan dari industri militer, mesin, listrik, kimia, pertambangan, metalurgi,
tekstil, makanan, pariwisata. Namun komoditas ekspor utama Korut adalah pertambangan,
manufaktur, tekstil, pertanian, dan perikanan. Sementara komoditas impor utamanya adalah
minyak, dan batubara.

b. Sistem Kerja Taean


Korea Utara memiliki sistem ekonomi komando yang terindustrialisasi, autarkic, dan
sangat terpusat. Meskipun memiliki permasalahan ekonomi yang substansial, kualitas hidup
rakyat terus membaik di Korea Utara dan upah pekerja terus meningkat. Pasar swasta
berskala kecil disebut janmadang hadir di seluruh penjuru negara dengan makanan dan
komoditas tertentu dari import yang ditukar dengan uang. Makanan, rumah kesehatan, dan
pendidikan diberikan secara gratis oleh negara. Untuk meningkatkan produktiitas pertanian
dan industri, sejak tahun 1960-an pemerintah Korea Utara telah memperkenalkan sistem
manajemen seperti sistem kerja Taean pada abad ke 21. Pertumbuhan PDB Korea Utara pada
beberapa tahun terakhir meningkat hingga 3,7% karena pertumbuhan sektor pertanian sebesar
8,2 %. Sektor utama Korea Utara adalah industri, jasa, pertanian, dan sebagai produsen buah
segar terbesar ke 10 menurut FAO.
BAGIAN SLIDE KE 16
D. Ciri Khas pada Sistem Politik
1) Ideologi Juche
Korea Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara Juche
(percaya dan bergantung kepada kekuatan sendiri). Namun dengan sikapnya yang
mengisolasi diri dari pergaulan internasional, realitas ini sedikit bertentangan dengan teori
atau konsep politik internasional atau politik luar negeri.
K.J Holsti (dalam Basri, 2011: 51) mendefinisikan bahwa hubungan internasional
sebagai “bentuk interaksi antara masyarakat yang berbeda yang mencakup juga mengenai
serikat perdagangan internasional, PMI, turisme, trasnportasi, komunikasi, dan
perkembangan nilai etik internasional”
Sementara itu menurut Carlron Clymer (Basri, 34), politik luar negeri ialah
Pola perilaku yang diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangan kepentingannya
dalam hubungannya dengan negara. Bagaimana cara menentukan tujuan, menyusun prioritas,
menggerakkan mesin pengambilan keputusan pemerintah, dan mengelola sumber daya
manusia untuk bersaing dengan negara lain di dunia Internasional

Sementara itu realitasnya, Korea Utara dengan kebijakan politik isolasinya membatasi
perdagangan internasional sampai-sampai mengakibatkan warganya kelaparan pada satu
periode pemerintahan tertentu. Karena terlalu totaliter, warga negara Korea Utara juga
banyak yang melarikan diri ke Korea Selatan.
Konsep politik luar negeri ini agaknya menjadi pengecualian bagi Korea Utara
mengingat ideology juche nya yang seolah tidak membutuhkan bantuan negara lain dalam
memenuhi national interest nya.

2) Kepemimpinan
Menurut U.S Army War College Strategic Leadership Primer (dalam Shambaugh,
2010)
Kepemimpinan strategis adalah proses yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi visi yang diinginkan dan jelas dipahami dengan mempengaruhi
budaya organisasi, mengalokasikan sumber daya, mengarahkan melalui kebijakan dan
direktif, dan membangun konsesus dalam lingkungan global yang mudah menghilang,
tidak pasti, kompleks, dan ambigu yang ditandai dengan peluang dan kendala.

Dalam kasus kepemimpinan strategis di Korea Utara, Pemimpin Korea Utara, dalam
kepemimpinan Kim Il Sung telah memikirkan sebuah visi yang harus di wujudkan untuk
jangkauan jauh ke depan. Sebagai negara yang pernah diduduki oleh penjajahan Jepang,
berpikir bahwa untuk membangun Korea Utara memerlukan suatu persatuan yang kuat di
kalangan rakyatnya, dengan terus memberikan propagandanya kepada masyarakat untuk tetap
bersatu karena adanya ancaman yang sewaktu-waktu datang dari Korea Selatan maupun
Jepang. Guna memperoleh persatuan tersebut Kim Il Sung membentuk sebuah ideologi yang
bernama Juche pada tahun 1972 ketika Korea Utara mengadopsi konstitusi yang baru (Chull,
2006). Juche diartikan sebagai manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala
sesuatu.
Melalui Juche ini Kim Il Sung membangun Korea Utara dengan memperkuat
pengaruhnya salah satunya dengan menindas semua lawan politiknya yang menentang
kebijakan-kebijakan melalui kamp-kamp konsentrasi atau pengasingan maupun dengan
memberikan hukuman mati. Sepeninggal Kim Il Sung, kepemimpinan Korea Utara
dilanjutkan oleh Kim Jong-il. Visi yang dibangun adalah menjadikan Korea Utara menjadi
negara yang berdikari dan mandiri. Dengan kebijakan tersebut, negara ini membatasi
berhubungan dan berinteraksi dengan negara lain. Kebijakan isolasi ini juga berlaku bagi
masyarakat dengan melarang penggunaan seperti halnya internet maupun telepon, hal ini
merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemimpin Korea Utara dalam mengemban visi
dan misi yang kuat untuk dapat mengubah keadaan.

3) Budaya Organisasi
Gibson (1986: 372) mendefinisikan bahwa budaya organisasi sebagai “Sistem yang
menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur organisasi
dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan
norma-norma yang dianut”
Kemudian Eliott Jacquest (dalam Gibson, 1986) menyebutkan bahwa perilaku
organisasi adalah
The customary or traditional ways of thinking and doing things, which are shared to
a greater or lesser extent by all members of the organization and which new numbers
must learn and least partially accept in order to be accept into the sevice of the firm.
Budaya organisasi adalah cara berfikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang
dianut bersama oleh semua anggota organisasi dan para anggota baru harus mempelajari atau
paling sedikit menerimanya sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi.
Merujuk pengertian di atas, dapat diambil beberapa intisari bahwa di dalam budaya
organisasi terdapat norma-norma perilaku maupun aturan yang harus diikuti oleh anggotanya.
Bila kita analisis budaya organisasi yang ada di Korea Utara, bisa diambil beberapa poin
penting di mana terlihat adanya budaya organisasi yang kaku. Hal tersebut dapat dilihat pada
organisasi militer Korea Utara, anggota militernya berada dalam hirarki organisasi yang
kaku, dan kekakuannya ini menyebabkan lemahnya inisiatif dan kreatifitasan anggotanya
dalam memutuskan sesuatu

4) Budaya Startegis Kelembagaan


Menurut Jack Snyder (dalam Wotton dan Terry, 2010: 23), budaya strategis adalah
budaya yang diinterpretasikan sebagai suatu sistem tingkah laku, sikap dan kepercayaan yang
melandasi dan membatasi suatu pemikian dalam mempengaruhi arah pengambilan kebijakan.
Artinya bahwa sekelompok masyarakat, organisasi atau negara dalam pencapaian suatu
tujuan harus mampu beradaptasi dan peka dengan lingkungannya mengingat lingkungan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu sistem tingkah laku, sikap dan kepercayaan
sehingga berdampak pada pengambilan kebijakan dan dapat merubah tujuan suatu organisasi.
Budaya strategis dapat digambarkan dalam tiga dimensi; (1) dimensi politik; (2) dimensi
kemampuan dalam militer; dan (3) dimensi institusional.
Budaya strategis dalam dimensi kelembagaan diaplikasikan melalui kebijakan
berdikari dan hidup mandiri terisolasi dengan dunia internasional. Menjadi sesuatu hal
kontras ketika masyarakat Korea Utara mengalami penderitaan dan kemisikinan akibat
kebijakan isolasi dari dunia luar. Namun, kecintaan kepada pemimpin mereka sangat besar
hal tersebut menjadi menarik ketika masyarakat Korea Utara dilatih sejak lahir untuk
mencintai baik Kim Il Sung maupun Kim Jong-il yang menurut mereka sebagai seorang
pemimpin terhormat yang selalu dipuja dan dielu-elukan. Pemujaan dan penghormatan
tersebut seolah menghilangkan penderitaan yang dialami. Budaya untuk membenci Amerika
Serikat (AS) juga di tanamkan sejak dini sehingga tumbuh sikap anti AS dan timbulnya
militansi yang tinggi guna memeranginya. Dengan cara-cara inilah, tumbuh budaya strategis
di tengah-tengah masyarakat Korea Utara yang memunculkan sikap, tingkah laku dan
kepercayaan yang besar terhadap Kim Il Sung dan Kim Jong-il tentang kemampuan
kepemimpinannya di Korea Utara yang tidak mungkin dipertanyakan oleh semua masyarakat
Korea Utara. Kebijakan politik yang diambil oleh Kim Jong-il saat itu memberikan kontribusi
dan pengaruh yang besar terhadap pembentukan budaya strategis sehingga masyarakat Korea
Utara memiliki sifat kecenderungan lebih militan dibanding dengan negara lain yang
memiliki sifat lebih terbuka. Dengan sifat tersebut masyarakat Korea Utara lebih dapat untuk
mempertahankan rezim kekuasaan para pemimpinnya.

BAB III

KESIMPULAN

1. Korea Utara, secara resmi disebut Republik Demokratik Rakyat Korea adalah sebuah
negara di Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota dan
kota terbesarnya adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara
Korea Utara dan Korea Selatan.
2. Korea Utara adalah negara yang menganut sistem satu partai. Partai yang memerintah
adalah Front Demokratik untuk Reunifikasi Tanah Air, sebuah koalisi Partai Buruh Korea
dan dua partai kecil lainnya, Partai Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongu
Chondois. Partai-partai ini mengajukan semua calon untuk menempati posisi
pemerintahan dan memegang semua kursi di Majelis Tertinggi Rakyat
3. Pemerintahan negara mengikuti ideologi Juche, yang digagas oleh Kim Il-sung, mantan
pemimpin negara ini. Juche menjadi ideologi resmi negara ketika negara ini mengadopsi
konstitusi baru pada 1972, kendati Kim Il-sung telah menggunakannya untuk membentuk
kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal tahun 1955. Sementara resminya sebagai
republik sosialis, Korea Utara dipandang oleh sebagian besar negara sebagai negara
kediktatoran totaliterstalinis.
4. Korea Utara memiliki sistem pemerintahan terpusat. Dalam hal ini Korea Utara
mengangkat Kim Il Sung sebagai presiden abadi, sedangkan Kim Jong Il sebagai
pemimpin tertinggi.
5. Korea Utara termasuk yuridiksi sosialis yang lebih tua. Di dalam sistem sosialis hukum
disubordinasikan untuk menciptakan tatanan ekonomi baru dimana hukum privat
diabsorbsi oleh hukum publik. Dengan demikian sistem peradilan yang didasarkan pada
model peradilan Soviet dan China.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai