Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Preceptee : Hilda Klarita

Stase : Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Tempat Praktik : IGD RS Panti Rapih

1. JENIS TINDAKAN
(Tuliskan tindakan pada kasus anda)
Pembebasan jalan napas manual
2. TUJUAN TINDAKAN
(Tuliskan tujuan tindakan tersebut)
Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal
sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh

3. ALASAN TINDAKAN BERDASARKAN KONDISI PASIEN


Tuliskan sesuai format SOAPIE
Nama: Bp. M
RM: 113XXX
DX: Cardiac arrest, Riw stroke, Alzeimer

Usia : 84 tahun

S: pasien tidak dapat dikaji


O: TD -, Suhu -, Nadi -, RR -, Ku tidak ada respon, nadi karotis tidak teraba,
A: Gangguan sirkulasi spontan bd henti jantung
P: lakukan pembebasan jalan napas dengan OPA
I: melakukan pembebasan jalan napas dengan OPA
E:
S: -
O: Pasien sudah dilakukan pembebasan jalan napas dengan OPA
4. RASIONALISASI TINDAKAN BERDASARKAN KAJIAN ILMIAH
(Hubungkan dengan teori yang ada , sebutkan sumber yang digunakan, minimal 3 referensi)
Oropharyngeal airway adalah perangkat medis yang disebut airway adjunct yang digunakan
untuk mempertahankan saluran napas tetap paten (terbuka). Hal ini dilakukan dengan
mencegah lidah dari (baik sebagian atau seluruhnya) menutupi epiglotis, yang mana bisa
mencegah pasien bernafas. Ketika seseorang menjadi tidak sadar, otot-otot di rahang mereka
berelaksasi dan memungkinkan lidah untuk menyumbat jalan napas; pada kenyataannya, lidah
adalah penyebab paling umum dari saluran napas tersumbat (Sugiyanto, 2018).
Menurut Wikayanti (2022) oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang
antara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan
jalan nafas. (Medical Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah
cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat
oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi. Oropharyngeal tube adalah
alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx
posterior untuk menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga
menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah
disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan jalan
nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan
suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu
pendek pada post-anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan
pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang
endotraceal.
Menurut Nabilah (2022) adapun i
1. Indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena dapat
merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
Sumber :
Nabilah, N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA Ny. T
DENGAN TUMOR OTAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
Sugianto, E. I. (2018). PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN ANTARA MANUVER HEAD
TILT CHIN LIFT DENGAN MANUVER JAW THRUST PADA PASIEN PENURUNAN
KESADARAN DI IGD RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Jember).
Wikayanti, R. A. (2022). Penatalaksanaan awal pada pasien dengan cedera otak traumatik.
SEHATI: Jurnal Kesehatan, 2(1), 11-15.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


( hasil tindakan dan evaluasi tindakan, kaitkan dengan teori sebelumnya)

Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal untuk
mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang
tidak sadar atau untuk membantu ventilasi. Kondisi pasien sudah sesuai indikasi untuk
pemasangan OPA karena pasien sudah tidak sadar sehingga tidak akan merangsang muntah.
Karena pasien akan dilakukan RJP maka harus dibebaskan jalan napas terlebih dahulu.

Yogyakarta, 20 Desember 2022

Preceptee Preceptor Klinik

(Hilda Klarita) (Harul Harisman, S.Kep., Ns)

Preceptor Akademik

(Eva Marti , Ns., M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai