Anda di halaman 1dari 7

Belajar Teknik Komposisi Fotografi dengan Smartphone

Traveling adalah kegiatan yang menyenangkan. Dari setiap perjalanan, akan ada banyak
momen dan kenangan berharga yang kita dapatkan. Foto, baik dalam bentuk cetak maupun
digital, bisa membantu kita mengabadikan momen-momen perjalanan kita. Bagi sebagian
orang, foto adalah cara kembali ke masa lalu. Bukan hanya sebagai gambar, tetapi kenangan
yang ada di dalamnya.

Di zaman seperti saat ini, seni fotografi berkualitas dapat dilakukan tanpa kamera besar dan
peralatan mahal. Dengan memahami teknik sederhana, kita tidak hanya akan mengabadikan
momen berharga, tetapi juga memiliki foto yang bernilai estetik. Meskipun itu hanya diambil
menggunakan smartphone.

Teknik sederhana itu bernama komposisi. Dengan mempelajari komposisi, kita jadi tahu
bagaimana mengambil foto yang menarik dan harmonis. Komposisi adalah bagaimana kamu
menata elemen-elemen dalam foto, seperti garis, bentuk, warna, gelap terang, tekstur, dan
pola. 

1. Rule of thirds
Komposisi rule of thirds atau aturan ⅓ bidang adalah teknik menempatkan objek di sepanjang
garis-garis imajiner yang membagi bidang menjadi sembilan bagian. Jadi, ada 9 kotak sama
besar yang dihasilkan dari dua garis horizontal, dan dua garis vertikal di layar kamera. 

Terdapat titik-titik pertemuan dari garis-garis ini yang bisa kamu gunakan untuk meletakkan
objek yang ingin dipotret agar objek ini bisa menjadi point of interest dan menunjukkan
keseimbangan.
Tips menggunakan komposisi rule of thirds: 

1. Tentukan fitur atau bagian yang paling menarik dari objek.


2. Buatlah garis-garis imajiner 9 bidang. Kamu dapat menampilkan grid ini melalui menu
pengaturan kamera HP kamu.
3. Tempatkan objek di titik persimpangan atau sepanjang garis imajiner yang ada.

Kamu bisa menempatkan objek di sisi kanan, kiri, atas, atau bawah dari frame.

Mari lihat contoh foto pohon di atas. Pohon berukuran besar berada di titik persimpangan ⅓
bidang. Kalau dilihat dari garis vertikal, pohon ini mengisi ⅓ bidang di sebelah kanan frame.
Foto ini diambil dengan pencahayaan backlighting sehingga pohon terlihat seperti siluet. Dalam
foto ini, pohon dengan ukuran lebih besar berada di bagian depan dan pohon yang lebih kecil
ada di bagian belakang memunculkan kesan seimbang dan saling melengkapi.
2. Golden ratio
Golden ratio adalah peletakan komposisi foto di mana kita membagi frame dengan garis vertikal
menjadi dua bagian yang tidak seimbang. Secara matematis, kita bisa menghitung
komposisi frame golden ratio dengan 1:1,618.

Konsep golden ratio sesungguhnya mirip dengan konsep rule of thirds. Objek ditempatkan di


persimpangan garis yang membagi bidang tersebut. Teknik ini digunakan untuk mengarahkan
mata audiens kepada seluruh bagian foto. Golden ratio membuat foto terlihat lebih estetik,
seimbang dan proporsional. Leonardo Da Vinci memperkenalkan komposisi ini pada abad ke-
12, ia juga mengaplikasikan konsep ini untuk mahakaryanya, yaitu lukisan Monalisa.

Ini adalah contoh foto menggunakan komposisi golden ratio. Siluet dari seseorang yang berdiri
di atas perahu bisa menuntun mata untuk fokus ke arah objek tersebut. Jika ditarik garis
vertikal, luas daerah siluet orang di atas perahu terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan
luas daerah lainnya. Selain itu, terdapat juga elemen rumah panggung dan garis horizon yang
memberi kontras warna langit dan permukaan laut.
3. Centered composition and symmetry
Komposisi ini digunakan dengan memosisikan objek tepat di tengah frame. Sehingga jarak
antara objek dengan sisi kanan atau kiri, atas atau bawah, menjadi sama besar. Tujuan
penggunaan komposisi ini adalah untuk memudahkan orang lain mengidentifikasi objek utama
dalam sebuah frame, karena posisi objek berada tepat di tengah dan simetris. Komposisi ini
juga memberikan kesan stabil dan seimbang.

Ada 2 jenis symmetry yaitu:

1. Bilateral symmetry: teknik membagi dua frame menjadi sama besar baik horizontal


maupun vertikal. Contohnya seperti pantulan awan di atas air yang tenang.
2. Radial symmetry: teknik memotret objek dengan elemen yang mengitari fokus objek di
tengah frame. Contohnya bunga aster dan bunga matahari.

Foto seorang lelaki yang sedang berjalan ini berada tepat di tengah frame. Jarak antara objek
dengan sisi kanan, kiri, atas, dan bawah adalah sama. Sehingga foto ini seimbang dan simetris.
Foto ini diambil dengan natural frame berupa kaca berbentuk segi empat.
4. Leading lines
Ini adalah teknik komposisi yang membantu orang lain untuk fokus kepada objek yang
ditampilkan dalam frame. Bentuknya bisa bermacam-macam, bisa horizontal, vertikal,
melengkung, atau diagonal. Garis ini tidak selalu benar-benar garis dalam bentuk nyata, bisa
juga titik-titik, atau elemen yang membentuk garis. Misalnya, barisan pohon, rel kereta api,
bangunan, atau terasering.

Ini adalah contoh foto leading lines. Di foto ini terlihat dua garis diagonal yang membantu orang
lain untuk fokus terhadap objek dua orang yang sedang berjalan.
5. Negative space
Negative space adalah sebuah area kosong dalam frame yang memang sengaja dikosongkan
untuk memperjelas keberadaan objek. Ukuran ruang kosong yang lebih besar daripada objek
secara natural akan mengarahkan mata penonton ke objek. Foto yang dihasilkan akan terlihat
sederhana dan terkesan minimalis. Selain untuk memperjelas keberadaan objek, negative
space juga bisa menciptakan ‘mood’ pada foto dengan memadukan ruang kosong dan warna
tertentu. 

Misalnya, foto seorang nelayan di atas perahu di laut biru yang tenang. Orang lain akan secara
otomatis fokus terhadap nelayan tersebut. Negative space berupa laut biru bisa
menciptakan mood yang menenangkan.

Ini adalah contoh foto dengan komposisi negative space. Foto ini diambil dengan low
angle dengan sphinx & piramida giza sebagai objek utama dan langit biru sebagai negative
space yang memberikan kesan minimalis.
Saat kamu mencoba menerapkan teori komposisi di dalam fotografi, ada satu hal penting yang
tidak boleh dilupakan ketika mengambil foto saat traveling: etika. Dalam street
photography, ada peraturan tidak tertulis yang perlu kamu perhatikan. Ini penting karena, tentu
saja, sebagai manusia, kita perlu mengikuti norma yang berlaku di masyarakat. Paling tidak,
ada empat poin yang perlu kamu perhatikan:

1. Pelajari hukum dan norma setempat


Kata pepatah “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Setiap tempat pasti punya hukum
dan norma yang berbeda-beda. Misalnya, di Amerika Serikat dan Inggris, fotografi publik
diperbolehkan. Kamu boleh memotret orang lain tanpa meminta izin selama mereka berada di
tempat umum dan tidak digunakan untuk kepentingan komersial. Tapi, Jerman punya hukum
yang ketat dalam melindungi privasi seseorang. Karena itu, pelajari dan pahami hukum dan
norma setempat sebelum beraksi dengan kameramu. Jangan sampai asal jepret terus ternyata
melanggar hukum privasi ya.

2. Minta izin
Cara paling jelas untuk menghindari konfrontasi adalah meminta izin. Tanyakan kepada subjek
apakah ia keberatan untuk difoto atau tidak. Jika subjek mengatakan iya maka lanjutkan, tapi
jika subjek menolak maka tersenyumlah, ucapkan terima kasih, dan lanjutkan perjalanan.
Jangan memaksa subjek. Kamu harus menghargai keinginannya.

3. Jangan bersikap seperti paparazzi


Jika kamu ingin mendapatkan foto dengan gaya candid, berusaha tentu boleh saja. Namun, jika
subjek menyadari bahwa mereka kamu foto, jangan langsung kabur. Tetap tersenyum, dan
tunjukkan hasil jepretanmu. Kalau subjek merasa keberatan dan memintamu untuk menghapus
foto tersebut, maka hapuslah. Tapi jika diberikan izin dan subjek menyukainya, coba tawarkan
untuk mengirim foto itu melalui email, atau bisa dilihat di sosial media, terus ajak dia
untuk follow sosial media kamu.

4. Hindari bergerombol
Kalau kamu traveling bersama teman-teman dan kebetulan semuanya gemar mengambil foto,
usahakan jangan bergerombol, ya. Itu bisa mengganggu aktivitas orang-orang setempat dan
membuat mereka merasa terintimidasi atau jadi tidak nyaman.

Anda mungkin juga menyukai