Anda di halaman 1dari 20

TAQWA DAN PERANANNYA DALAM KESEMPURNAAN IMAN

(Kajian Surat AL-Imran Ayat 102)

RISALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir di Kelas XII Madrasah Aliyah
Turus Pandeglang

Disusun oleh:
Nama : HAFIDZ MUHAMMAD AL-BANA
Peminatan : Ilmu Pengetahuan Sosial

Madrasah Aliyah Turus Pandeglang


2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Risalah yang berjudul “Taqwa dan Perananya Dalam Iman (Kajian Surat AL-Imran
Ayat 102), yang disusun oleh:
Nama : Hafidz Muhammad AL-Bana
Kelas : XII
Peminatan : Ilmu Pengetahuan Sosial
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah

Prsantren Turus, 01 April 2002


Pembimbing,

OPA MUSTOFA, Mpd


LEMBAR PENGESAHAN

Risalah yang berjudul “Taqwa dan Peranannya Dalam Kesempurnaan Iman” yang
disusun oleh:
Nama : Hafidz Muhammad AL-Bana
Kelas : XII
Peminatan: Ilmu Pengetahuan Sosial
Telah diujikan dalam Sidang Munaqoah pada:
Hari :
Tanggal :
Risalah ini telah diterima dan telah disahkan sebagai salah satu syarat kelulusan
siswa dari Madrasah Aliyah Turus Pandeglang.
Pesantren Turus,

SIDANG MUNAQOSAH
1. Ketua :
................................................... (....................)
2. Sekretaris merangkap Penguji I:
................................................... (....................)
3. Anggota merangkap Penguji II:
................................................... (....................)
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan....................................................................................... i
Lembar Pengeahan....................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Rumus Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................ 2
D. Sitematika Penulis Rialah ............................................... 2
BAB II: KAJIAN SEPUTAR SURAT AL-IMRAN AYAT 102 DAN
DEFINISI TAQWA
A. Isi dan Terjemah Surat AL-Imran Ayat 102 .............. 3
B. Asbabun Nuzul Atau Munaabatul Surat AL-Imran Ayat
102 ................................................................................... 3
C. Kajian Tajwid Pada Surat AL-Imran Ayat 102 ............... 4
D. Kajian Nahwu-Sharaf Surat AL-Imran Ayat 102 ............ 5
E. Kajian Seputar Taqwa
1. Pengertian Taqwa ....................................................... 8
2. Ciri-ciri Orang Yang Bertaqwa .................................. 9
BAB III : TAQWA DAN PERANANNYA DALAM
KESEMPURNAN IMAN
A. Tafsir Surat AL-Imran Ayat 102
B. Pandangan AL-Qur’an Tentang Taqwa dan Iman
C. Hikma Dalam Kesempurnaan Taqwa dan Iman
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Riwatat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah lepas untuk mencari
nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesahariannya manusia
dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian.
Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih
kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Disaat
kita manusia tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut dan melakukan hal-hal
yang menyimpang seperti minum-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan
tidak sedikit dari mereka yanmg melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa
mengatasi persoalan hidup.
Disinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika
seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep iman dan taqwa
tersebut kedalam kehidupan maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya.
Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita
memeluk agama Islam, agar mendekatkan kita kepada ALLAH SWT. Dan
menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis sangat tertarik untuk mengakaji
lebih dalam tentang masalah iman dan taqwa dari sudut pandang Islam, yang
dibahas dalam risalah yang berjudul “Taqwa dan Peranannya Dalam
Kesempurnaan Iman (Kajian Surat AL-Imran Ayat 102).
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan kajian risalah ini, maka pembahasan dibuatlah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Tafsir Surat AL-Imran Ayat 102
2. Pandangan AL-Qur’an Tentang Taqwa dan Iman
3. Hikmah Dalam Kesempurnaan Taqwa dan Iman

C. Tujuan Pembahasan
Setelah memuat rumusan masalah, maka tujuan dari pembahasan risalah
ini untuk :
1. Untuk Membahasa Tafsir Surat AL-Imran Ayat 102
2. Untuk Membahas Tentang Taqwa dan Iman
3. Untuk Mengetahui Hikmah dalam Kesempurnaan Taqwa dan Iman

D. Sistematika Penulisan Risalah


Risalah ini terdiri dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, yang berisi :
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan pembahasan, sistematika penulisan risalah.
Pada BAB II berisi tentang kognitif teks ayat yang dibahas, meliputi : Ayat
dan Terjemahan, Asbabun nuzul atau Munasabatul ayat, Kajian Tajwid, Kajian
Nahwu-Sharaf, Kajian seputar masalah yang dibahas.
Pada BAB III berisi kajian mendalam tentang bahasan yang di kaji,
meliputi : Tafir dan isi kandungan ayat, kajian taqwa dan iman.
Dan pada BAB IV penutup berisi simpulan, yang meliputi jawaban dari
rumusan masalah, saran.
BAB II
KAJIAN SEPUTAR SURAT AL-IMRAN AYAT 102 DAN
DEFINISI TAQWA

A. Isi dan Terjemahan Surat AL-Imran Ayat 102


َ ‫ق تُقَاتِ ِهۦ َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ۡسلِ ُم‬
‫ون‬ ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
َّ ‫وا ٱهَّلل َ َح‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
Terjemah :
“ Hai, orang-orang beriman, bertakwalah kepada ALLAH sebenar-benar takwa
kepadanya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam beragama
Islam”. (Q.S.AL-Imran Ayat 102) (AL-Qur’an terjemah, 1971, 92)

B. Asbabun Nuzul Surat AL-Imran Ayat 102


Sebab-sebab turunnya AL-Imran ayat 102 ini yaitu pada zaman jahiliyah
sebelum Islam ada dua suku yaitu; suku Aus dan suku Khazraj yang selalu
bermusuhan turun temurun selama 120, permusuhan kedua suku tersebut
berakhir setelah nabi Muhammad SAW berdakwahkan Islam kepada mereka,
pada akhir nya suku Aus; kaum Anshar atau suku Khazraj hidup berdampingan,
secara damai dan penuh keakraban.
Suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat suku Aus dengan suku
Khazraj duduk bersama dengan santai dan penuh keakraban, padahal
sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban dan
kedamaian mereka, lalu dia menyuruh Pemuda Yahudi duduk bersama suku Aus
dan Khazraj untuk menyinggung perang “bu’ast” yang pernah menjadi antara
Aus dan Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan
sukunya masing-masing, saling caci dan mengangkat senjata, dan untung
Rasulullah SAW yang mendengar peristiwa tersebut segera datang dan
menasehati mereka : apakah kalian termakan fitnah jahiliyah itu, bukan kan
ALLAH telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam, dan
menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan jahiliyah ?. Setelah mendengar
nasehat Rosul, mereka sadar, menangis dan saling berpelukan. Sungguh
peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Demikian
Asbanun Nuzul Q.S.AL-Imran Ayat 102 menurut sahabat. (Jalaluddin AL-
Mahali dan Jalaluddin As-Suyuthi, 2017, 297)

C. Kajian Tajwid Pada Surat AL-Imrat Ayat 102


Mad jaiz muttashil karena setela nya huruf yang di hukumi
‫ٰيََٓأيُّهَا‬ mad ada hamzah pada kalimat yang berbeda panjang nya 2
½ alif atau 5 harakat
Alif lam syamsyiah karena setelah nya alif lam adalah
َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
‫ين‬ salah satu huruf asy-syamsyiah yaitu lam maka bunyi “AL”
harus di idghom kan pada lam
Mad thobi’i karena ada huruf ya yang di dahului oleh huruf
َ ‫ٱلَّ ِذ‬
‫ين‬ yang berharakat kasrah sehingga huruf tersebut harus di
baca panjang satu alif atau dua harakat huruf mad thobi’i
ada 3 yaitu alif,wawu,dan nun.
Mad badal karena ada hamzah dan alif yang berkumpul
ْ ُ‫َءا َمن‬
‫وا‬ menjadi bacaan mad di baca panjang satu alif atau dua
harakat
Lafdzul jalalah tafkhim sebab lam jalalah jatuh setelah
ْ ُ‫ٱتَّق‬
َ ‫وا ٱهَّلل‬ huruf berharakat dhomah di baca panjang satu alif atau dua
harakat
Mad thobi’i
‫ق تُقَاتِ ِهۦ‬
َّ ‫َح‬
Mad shilah qosirah sebab setelah nya ha domir bukan huruf
‫تُقَاتِ ِهۦ َواَل‬ hamzah
Mad thobi’ karena ada huruf alif yang di dahului oleh huruf
‫اَل‬ yang berharakat fathah sehingga huruf tersebut harus di
baca panjang satu alif atau dua harakat huruf mad thobi’i
ada 3 yaitu alif,wawu,dan nun.
Mad thobi’i karena ada huruf wawu yang di dahului oleh
‫تَ ُموتُ َّن‬ huruf yang berharakat dhomah sehingga huruf tersebut
harus di baca panjang satu alif atau dua harakat huruf mad
thobi’i ada 3 yaitu alif,wawu,dan nun.
Ghunnah sebab huruf nun bertasyjid maka bunyi huruf nun
‫تَ ُموتُ َّن‬ di tahan selama selamat dua harakat

Mad thobi’ karena ada huruf alif yang di dahului oleh huruf
‫ِإاَّل َوَأنتُم‬ yang berharakat fathah sehingga huruf tersebut harus di
baca panjang satu alif atau dua harakat huruf mad thobi’i
ada 3 yaitu alif,wawu,dan nun.
‫َو اَنتُم‬ Ikhfa karena ada nun mati bertemu dengan salah satu huruf
ikhfa yaitu ta maka bunyi nun mati harus di baca samar
Idgham mutamatsilain karena mim mati bertemu dengan
َ ‫َوَأنتُم ُّم ۡسلِ ُم‬
‫ون‬ huruf mim

Mad ‘arid lissukun karena setelah bacaan mad ada huruf


َ ‫ُّم ۡسلِ ُم‬
‫ون‬ yang terbaca sukun di baca panjang boleh satu sampai tiga
alif atau dua sampai enam harakat
D. Kajian Nahwu dan Shorof Secara Umum Dalam Surat AL-Imran
Ayat 102

1.Kajian Nahwu
َ ‫ق تُقَاتِ ِهۦ َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ۡسلِ ُم‬
‫ون‬ ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
َّ ‫وا ٱهَّلل َ َح‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
‫يَا‬ Huruf nida mabni fathah

Jadi mubtada
‫اَيُّهَا‬
‫اَلَّ ِذي َْن‬ Isim maushul mabni fathah mahal rafa’ jadi
mubtada
ْ ُ‫َ ا َمن‬
‫وا‬
Kalimah fi’il madhi jama’ mudzakar salim
marfu’ tanda rafa’nya dengan wawu dan alif
‫اَتَّقُ ْوا‬ dan failnya dhomir mustatir taqdirnya ‫هم‬

‫اللَّة‬ Kalimah fi’il amr mabni hadzfunnun failnya


dhomir bariz wawu jama’dan khabar maf’ul
manshub
َّ ‫َح‬
‫ق‬
‫تُقَاتِ ِهۦ‬ Kalimah isim jadi maf’ul manshub tanda
nashobnya dengan fathah dzohir di akhir

‫َو‬
Kalimah isim
‫اَل‬
‫تَ ُموتُ َّن‬ Kalimah fi’il madhi mabni majhul. ‫ ه‬isim
dhomir munfashil
‫َو‬ Huruf istinaf mabni fathah

‫َأنتُم‬
Huruf nafiyah
َ ‫ُّم ۡسلِ ُم‬
‫ون‬
Kalimah fi’il mudhore’
Huruf athaf mabni fathah

Kalimah isim dhomir mabni jazm

َّ ُ‫وت‬u
Kalimah isim ma’tuf kepada lafaz ‫ن‬ ْ u‫تَ ُم‬
harus rafa’ alamat rafa’nya wawu sebab
kalimah jama’ mudzakar salim

Kajian Shorof.2
Kalimah ‫ اِتَّقُ ْوا‬adalah bentuk fi’il amr untuk jama’ dhomir ‫ انتم‬dengan akar
kata ‫يَتَّقِى‬-‫ اِتَّقَى‬asal katanya ‫يَ ْوتَقِى‬-‫ اِ ْوتَقَى‬wazan ‫يَ ْف َعلِى‬-‫ اِ ْف َعلَى‬berikut adalah
tabel tasrif istilahi dan tasrif lughowi dari lafadz ‫اِتَّق ُ ْوا‬

‫فعل مضارع‬ ‫فعل ماضى‬ ‫اسم ضمير‬


‫يَتَّقِى‬ ‫اِتَّقَى‬ ‫هو‬
ِ َ‫يَتَّقِي‬
‫ان‬ ‫اِتَّقَيَا‬ ‫هما‬
‫يَتَّقُ ْو َن‬ ‫اِتَّقُ ْوا‬ ‫هم‬
‫تَتَّقِى‬ ْ‫اِتَّقَت‬ ‫هى‬
‫ان‬ِ َ‫تَتَّقِي‬ َ‫اِتَّقَات‬ ‫هما‬
‫تَتَّقُ ْو َن‬ ‫اِتَّقَ ْي َن‬ ّ‫هن‬
‫تَتَّقِى‬ َ‫اِتَّقَ ْيت‬ ‫انت‬
‫ان‬ ِ َ‫تَتَّقِي‬ ‫اِتَّقَ ْيت َم‬ ‫انتما‬
‫تَتَّقُ ْم‬ ‫اِتَّقَ ْيتُ ْم‬ ‫انتم‬
‫تَتَّقِ ْي َن‬ ِ ‫اِتَّقَ ْي‬
‫ت‬ ‫ت‬
ِ ‫ان‬
‫ان‬ ِ َ‫تَتَّقِي‬ ‫اِتَّقَ ْيتُ َما‬ ‫انتما‬
‫تَتَّقِ ْي َن‬ َّ‫اِتَّقَ ْيتُن‬ ّ‫انتن‬
‫اَتَّقِى‬ ُ‫اِتَّقَ ْيت‬ ‫انا‬
‫نَتَّقِى‬ ‫اِتَّقَ ْي َن‬ ‫نحن‬
E. Kajian Seputar Taqwa

1. Pengertian taqwa
Pengertian taqwa secara bahasa dan istilah, pengertian taqwa secara
etimologis kata taqwa berasal dari bahasa Arab. Kata taqwa memiliki kata dasar
waqa yang berarti menjaga, melindungi, hat-hati, waspada, memerhatikan, dan
menjauhi. Adapun secara terminoligis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa
yang diperintakan oleh ALLAH dan mejauhi segala apa yang di larangnya. Para
penerjemah AL-Qur’an mengertikan taqwa sebagai kepatuhan, keshalaihan,
kelurusan, prilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada tuhan.
Makna taqwa dalam AL-Qur’an hanya terdapat 227 ayat yang tafsirnya lain,
akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat terssebut.
2. Ciri-ciri orang yang bertaqwa
Terdapat lima ciri-ciri orang yang bertaqwa dalam islam:
a. Mengerti ilmu agama
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mengerti ilmu agama. Maka dari
itu terdapat sebuah riwayat yang menceritakan tentang setan yang jauh
lebih baik takut pada orang berilmu yang sedang tidur dari pada orang
tak berilmu yang sedang sholat. Maka dari itu, jika ingin meningkatkan
ketaqwaan,tingkatkan lah ilmu agama.
b. Menegakan sholat
Orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu menjaga sholatnya.
Meskipun dalam keadaan terseok-seok, ia akan tetap melaksanakan
sholatnya.
c. Menjauhi maksiat
Orang-orang yang bertaqwa akan selalu menjauhi berbagai bentuk
kemaksiatan.
d. Mempersiapkan bekal hari ini
Orang yang bertaqwa juga selalu mempersiapkan bekal di hari akhir. Ia
akan beibadah sebaik mungkin dan memperbanyak amalan agar bisa
memiliki bekal yang cukup.
e. Puasa
Puasa adalah salah satu cir-ciri orang yang bertaqwa yang hanya
diketahui ALLAH SWT karena sesungguhnya amalan puasa adalah amalan
tersembunyi.(Achmad Chojim, 2014)
BAB III
TAQWA DAN PERANANNYA DALAM KESEMPURNAAN IMAN

A. Tafsir Surat ALI-Imran Ayat 102

‫ق تُقَاتِ ِه( بان يطاع فال يعصى ويشكر‬ ْ ُ‫وا ٱتَّق‬


َّ ‫وا ٱهَّلل َ َح‬ َ ‫) ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
‫فال يكفرويذكرفالينسى فقالوايارسول هللا ومن يقوى على هذا؟ فنسخ‬
َ ‫بقوله تعالى فاتقواهللا ماستطعتم ) َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ۡسلِ ُم‬
(‫ون‬
.‫موحدون‬

(hai orang-orang beriman, bertaqwalah kamu kepada ALLAH sebenar-benar


taqwa) yaitu dengan menaati dan bukan mendurhakai, mensyukuri dan bukan
mengingkari karunia-Nya, dan dengan mengingat serta tidak melupakan-Nya.
Kata para sahabat: “Wahai Rasulullah, siapakah yang sanggup melaksanakan ini
?” Maka ayat ini pun dinasakhkanlah dengan firman-Nya. –“Bertaqwalah kamu
kepada ALLAH menurut kemampuan mu!-. (dan jangan sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam) artinya bertauhid kepada ALLAH
SWT. (Jalaluddin AL-Mahali dan Jalaluddin As-Suyuthi, 2017, 248)
B. Pandangan Ulama Tentang Taqwa dan Iman

Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan di


amalkan dengan tindakan (perbuatan). Sedangkan taqwa adalah memelihara
hubungan baik dengan ALLAH SWT, memelihara diri daripada sesuatu
yang di larangnya. Melaksanakan segala titah perintahnya dan meninggalkan
segala larangannya. Iman dan taqwa dalam beberapa ayat AL-Qur’an
maupun hadist Nabi disebutkan antara lain dikaitkan dengan rukun iman,
manifestasi iman, tanda-tanda orang yang beriman, penghargaan atau janji
ALLAH pada orang-orang yang beriman. Demikian pula pengertian taqwa
dikaitkan pula dengan tanda-tanda orang yang bertaqwa atau manifestasi
taqwa serta penghargaan ALLAH terhadap orang-orang yang bertaqwa.
(21.28 wib)
Iman dan taqwa mempunyai hubungan yang sangat erat akan tetapi kita
harus mengetahui perbedaan antara iman dan taqwa diantaranya :
1. Berdasarkan pengertian
Secara etimologis, iman di artikan sebai percaya. Secara istilah iman
berarti keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan perilaku. Iman dalam islam merujuk pada rukun iman yang
meliputi beriman kepada ALLAH, malaikat nya, kitab nya, Rasul nya,
hari kiamat, dan takdir baik maupun buruk. Adapun taqwa secara
etimologis berarti memelihara. Sedangkan secara istilah mematuhi segala
perintah ALLAH dan menjauhi segala larangan nya.
2. Berdasarkan implikasi
Orang yang beriman memilki beberapa ciri yaitu tawakal, mawas diri,
bersikap ilmiah, optimis, konsisten, menepati janji, dan tidak sombong.
Adapun ciri-ciri orang yang bertakwa diantaranya adalah menjauhi
maksiat, rajin beramal shaleh, puasa, selalu menepati janji,
mempersiapkan bekal untuk hari akhir, dan rajin berbibadah.
3. Berdasarkan dampak
Dampak keimanan bagi seseorang salah satunya adalah ikhlas dalam
beribadah sedangkan dampak ketakwaan seseorang salah satunya adalah
di mudahkan persoalan rezekinya.(https://dalamislam.com/landasan-
agama/aqidah/perbedaan-iman-dan-taqwa 19-06-20 21:51 WIB)
4.
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan
dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang
yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah ..
Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah,
yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah,
yang terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.
Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan.
Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup, sedangkan laku perbuatan
yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut
sikap hidup.
Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung
pada pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap
hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika
pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau
perilakunya bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu
wujud iman haq dan wujud iman bathil
Menurut pendapat jumhur ulama dan imam Syafi’i meriwayatkan ijma para
shohabat,tabi’in dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan
beliau bahwa iman adalah.
” Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan ”
” Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang dibawa
oleh Rasulullah Saw. Mengikrarkan dengan lisan ” maksudnya
mengucapkan dua kalimat syahadat ” Asyhadu alla Ilaha illah wa asyhadu
anna Muhammadarrasulullah “. Sedangkan mengamalkan dengan anggota
badan maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan sedang
anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan
fungsinya.
Allah telah begitu banyak menyebutkan dan menjelaskan ayat-ayatnya  yang
tercantum di berbagai surat dalam Al-qur’an diantara salah satu firmannya
dalam surat al-‘Ashr
” Sesungguhnya manusia senantiasa berada dalam kerugian kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih ”
Senada dengan ayat diatas Allah berfirman dalam surat  at-Tin :
” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih
bagi mereka pahala yang tak terhingga ”
Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan rasulnya akan lahir dari
dirinya sifat-sifat luhur dan akhlak mulia sebagaimana disinyalir dalam
hadis-hadis Nabi saw yang mengatakan :
Dalam riwayat lain dikatakan :
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya
rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama
sehingga  sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan
menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa
adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman
adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari
orang yang bertakwa.
(https://henygarlic.wordpress.com/2011/01/24/hubungan-antara-
keimanan-dan-ketakwaan/ 19-06-20 :22.11wib)

C. Korelasi Kesempurnaan Iman dan Taqwa


Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan
dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang
yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya
rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama
sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan
menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa
adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman
adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro
orang yang bertaqwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan
istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.
Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan
Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan
pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis
adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud
Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis.
Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan
pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan
hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah,
atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya
tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat,
dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa
mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah
bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan
tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam
perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus
ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri
dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.(
https://fitachoiyanti14.blogspot.com/2016/03/makalah-keimanan-dan-
ketaqwaan-matkul.html 19-06-20 : 22.25 wib)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, maka pembahsan tentang kajian Surat ALI-
Imran dapat disumpulkan sebagai berikut :

1. Surat ALI-Imran ayat 102 memberikan pemahaman dalam


kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas untuk mencari nilai-nilai
kebenaran yang sebenarnya karena keseharian nya manusia
dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan
penyelesaian disini lah iman dan taqwa mengambil perannya sebagai
jalan keluar atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan
yang meliputi aspek keyakinan dan ketaatan kepada ALLAH.

2. Pandangan ulama tentang kesempurnaan iman dan taqwa

a. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa


dipisahkan.
b. Menurut pendapat jumhur ulama dan imam Syafi’i meriwayatkan
ijma para shohabat,tabi’in dan orang-orang sesudah mereka yang
sezaman dengan beliau bahwa iman adalah.
” Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan ”.
c. Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan
daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan
kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak
mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada
derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang
memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri
dari orang yang bertakwa.

3. Korelasi Kesempurnaan Iman dan Taqwa

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa


dipisahkan. karena iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan
memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan
kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia
itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat
takwa.
B. Saran
1. Bertakwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh karena keimanan
seseorang itu di ukur dari tingkat ketakwaannya.
2. Jika hidup ingin tenang kuncinya adalah iman dan takwa karena Allah akan
memudahkan semua urusan.
3. Perdalam ilmu agama karena salah satu aspek yang mempengaruhi
kesempurnaan ketakwaan seseorang adalah dengan ilmu.
4. Penyusunan risalah ini masih jauh dari kata baik,maka saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an dan terjemah, 1971, Jakarta, Yayasan penyelenggara


penterjemah/pentafsir Alqur’an

Al-mahalli, Jalaluddin dan jaladdin As-Suyuthi,2017. Tafsir


jalalain. Bandung : Sinar baru AL-Gesindo

Chojim Achmad, 2014, Jakarta, Serambi

Sumber lain :

1. (http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-
fakultas/entry/konsep-iman-dan-taqwa 19-06-20 21.28 wib)

2. .(https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/
perbedaan-iman-dan-taqwa 19-06-20 21:51 WIB)

3. .(https://henygarlic.wordpress.com/2011/01/24/hubungan-
antara-keimanan-dan-ketakwaan/ 19-06-20 :22.11wib)

4. .( https://fitachoiyanti14.blogspot.com/2016/03/makalah-
keimanan-dan-ketaqwaan-matkul.html 19-06-20 : 22.25
wib)
TENTANG PENULIS

Nama penulis: HAFIDZ MUHAMMAD AL-


BANA penulis dilahirkan di Pandeglang pada
tanggal 1 April 2002. Penulis memulai pendidikan
darri tingkat dasar. Pada tahun 2007-2013, penulis
menumpuh pendidikan di sekolah dasar negri
Pandeglang 04. Pada tahun 2014-2017 penulis
menempuh pendidikan Madrasah Tsanawiah
Pondok Pesantren Modern AL-Mizan, Madrasah
Tsanawiah AR-Rahman Pandeglang. Dan pada
Tahun 2019 sampai sekarang menumpuh
pemdidikan atas Madarasah Aliyah Turus
Pandeglang
Selain dunia pendidikan, penulis juga aktif di organisasi. Di antara organisasi
yang penulis ikuti: wakil OSIS Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Modern
AL-Mizan tahun 2016. Seksis juru uang dewan ambalan Madrasah Aliyah Turus
masa bakti 2019/2020.

Prestasi yang poernah penulis raih, di antara nya: juara satu pencak silat tingkat
provinsi sebagai juara 1 yang di selenggarakan di Serang tahun 2015, juara tiga
Musabaqoh Syarhil Qur’an (MSQ) tingkat kabupaten Pandeglang yang di
selenggarakan di Pandeglang lebih tepatnya di pendopo, dan penulis sampai
sekarang masih aktif mendalami Musabaqoh Syarhil Qur’an (MSQ). Swemoga
penulis menjadi orang yantg bermanfaat, Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai