Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATA KULIAH APLIKASI IKLIM TROPIS

Dosen: A. Bamban Yuuwono, ST., MT

REVIEW BANGUNAN PUBLIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN


KONDISI IKLIM TROPIS DI SURAKARTA
Studi Kasus : Rumah Makan Mom Milk Manahan

Disusun oleh:

Febryan Pradatha Adi (A0221044)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

5.1 Latar Belakang


Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo,
merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng
pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar
92 m diatas permukaan air laut. Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota
Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110 45` 35″ Bujur Timur
dan 7o`36″ – 7o` 56″ Lintang Selatan.
Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar
yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan
Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta
lalu lintas perdagangannya. Suhu udara Masimum Kota Surakarta adalah
32,5oC, sedang suhu udara minimum adalah 21,9oC. Rata-rata tekanan
udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan
angin 4 Knot dengan arah angin 240o. Surakarta beriklim tropis,
sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap
tahunnya.
Surakarta yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan panas.
Adanya perbedaan musim tersebut mengakibatkan permasalahan yang
berbeda pula, perbedaan ini membuat rancangan arsitektur harus
beradaptasi sesui dengan kebutuhan iklim pada daerah tersebut. Dengan
perbedaan musim tersebut bangunan-bangunan di surakarta harus
menanggulangi permasalahan-permasalahan seperti penanggulangan
bangunan terhadap sinar matahari dan penanggulangan bangunan terhadap
air hujan. Maka disini saya akan mereview solusi desain dalam bangunan
publik beriklim tropis di Surakarta yaitu Rumah Makan Mom Milk
Manahan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dikemukakan
permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana solusi mendesain bangunan publik dengan mempertimbangkan
kondisi iklim dan lingkungannya.
1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
Untuk mengetahui solusi mendesain bangunan publik dengan
memperhatikan semua aspek yang berkaitan dengan kondisi iklim
1.4 Metode Pembahasan

1.4.1 Macam Metode Pembahasan


a) Diskriptif adalah hal-hal yang berkaitan tentang kandungan
Bangunan Iklim Tropis.
b) Analitik adalah terkait dengan hal-hal yang berhubungan
serta diuraikan ke dalam bagian elemen.

1.4.2 Langkah-Langkah dan Manfaat Metode Pembahasan


a) Langkah-Langkah Metode Pembahasan

1) Menggali data sekunder yang merupakan nama dan


lokasi objek studi.
2) Menggali data primer melalui observasi lapangan.

3) Menggali data sekunder lanjutan berupa data fisik


dan perubahan data fisik jika ada.
4) Wawancara data fisik dan non fisik.

5) Mengkomplikasi data atau mengumpulkan dan memilah


data untuk tujuan tertentu.
6) Menganalisis data atau menguraikan data ke bagian
elemen-elemen komponen untuk dikaji dan dikaitkan.
b) Manfaat Metode Pembahasan

1) Manfaat Keilmuan

2) Manfaat Praktis
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Iklim


Iklim merupakan kondisi cuaca rata-rata secara tahunan yang
mencakup wilayah yang relatif luas. Iklim suatu tempat diketahui dari data
rata-rata cuaca tahunan seperti kelembaban udara, suhu, pola angin dan
curah hujan minimal 10-30 tahun.
Selain cuaca, indikasi lain yang dapat dijadikan sebagai penentu
tipe iklim di suatu wilayah adalah vegetasi alam atau tumbuh-tumbuhan
yang mendominasi suatu daerah, misalnya hutan hujan tropis, hutan gugur,
atau hutan berdaun jarum. Dan secara garis besar iklim di suatu
tempat dapat terbentuk karena adanya dua hal yang mempengaruhi,
yaitu:
a. Rotasi dan Revolusi Bumi.
b. Perbedaan lintang geografis dan perbedaan lingkungan fisik.

2.2 Pengertian Iklim Tropis


Tropis dapat diartikan sebagai suatu daerah yang terletak di antara
garis isotherm di bumi bagian utara dan selatan, atau daerah yang terdapat
di 23,5° lintang utara dan 23,5° lintang selatan. Pada dasarnya wilayah
yang termasuk iklim tropis dapat dibedakan menjadi daerah tropis kering
yang meliputi stepa, savanna kering, dan gurun pasir dan daerah tropis
lembab yang meliputi hutan hujan tropis, daerah-daerah dengan musim
basah dan savanna lembab.
2.3 Karakteristik Iklim Tropis
a. Letaknya di bagian bumi antara 23,5° lintang utara dan 23,5°
lintang selatan.
b. Suhu udara rata-rata tinggi hal ini disebabkan karena
matahari selau vertikal, umumnya suhu udara antara 20-30°C
bahkan dapat mencapai 30°C di beberapa tempat untuk wilayah
dengan iklim tropis basah.
c. Namun suhu udaranya normal tanpa pergantian suhu yang terlalu
ekstrim.
d. Amplitudo suhu rata-rata tahunannya kecil, pada wilayah
khatulistiwa mencapai 1- 5°C, namun amplitude hariannya lebih
besar.
e. Tekanan udara pada wilayah dengan iklim tropis cenderung rendah
dan perubahannya secara perlahan juga beraturan.
f. Penguapan air laut cukup tinggi sehingga banyak terdapat awan.
g. Curah hujan lebih tinggi dan lebih lama per tahunnya dari daerah-
daerah lain dengan iklim lain di dunia.
h. Karena tingginya curah hujan mengakibatkan tanah di wilayah
iklim tropis cukup subur.
i. Wilayah di iklim tropis juga mendapatkan sinar matahari sepanjang
tahun.
j. Dipengaruhi oleh pergerakan peredaran matahari sehingga
menyebabkan peredaran pola angin dan menjadikan wilayah iklim
tropis memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau, tanpa
adanya musim dingin.
k. Tekanan udara pada daerah dengan iklim tropis cenderung rendah.
l. Pada wilayah dengan iklim tropis basah vegetasi yang tumbuh
di banyak hutan biasanya berwarna hijau dan lebat.
m. Dan pada wilayah dengan iklim tropis kering lebih banyak savana.
n. Dapat mempengaruhi iklim global jika terjadi perubahan yang
signifikan.
o. Pada wilayah dengan iklim tropis kering suhu udara pada siang hari
biasanya sangat tinggi dan bisa mencapai 45°C sedangkan pada
malam hari sangat rendah bisa mencapai 10°C.
p. Udara akan berbalik sangat dingin di wilayah dengan iklim tropis
kering karena radiasi balik bumi sangat cepat berlangsung.
2.4 Daerah Persebaran Iklim Tropis
Negara tropis adalah negara yang berada dalam wilayah tropika,
daerah dengan zona tropic of cancer paralel lintang pada 23,5° utara dan
tropic Capricorn paralel lintang pada 23,5° selatan. Daerah tropis selalu
disorot oleh sinar matahari tegak lurus pada tengah hari minimal satu hari
dalam satu tahun. Dan ditengah-tengah daerah tropis ada garis khayal yang
kita sebut khatulistiwa.
Negara-negara barat yang termasuk dalam wilayah dengan
iklim tropis diantaranya:
a. Semua negara di Amerika Tengah
b. Semua wilayah di Kepulauan Karibia
c. Nassau di Kepulauan Bahama
d. Bagian atas Amerika Selatan termasuk Kolombia,
Ekuador, Peru, Bolivia, Venezuela, Guyana,
Suriname, Argentina, Paraguay, Brazil, dan
sebagian utara Chile
e. Sebagian negara Meksiko
Negara-negara di Timur Tengah yang termasuk dalam iklim tropis:
a. Yaman
b. Sebagian wilayah selatan Arab Saudi
c. Oman
d. Uni Emirat Arab
Negara-negara di Asia yang beriklim tropis:
a. Semua negara di Asia Tenggara
b. Hongkong
c. Sebagian wilayah Taiwan
d. Sebagian wilayah selatan India
e. Sebagian wilayah Bangladesh
f. Kepulauan Maladewa
Sedangkan untuk Afrika, hampir semua negaranya termasuk
kedalam wilayah iklim tropis kecuali Mesir, Libya, Aljazair, Maroko,
dan Afrika Selatan. Untuk wilayah Eropa, tidak ada negara-negaranya
yang bisa dimasukan dalam kategori negara dengan iklim tropis. Dan untuk
wilayah Australia, yang mengalami iklim tropis hanya Australia bagian
utara.
2.5 Indonesia dan Iklim Tropis Basah
Indonesia yang juga berada di garis khatulistiwa memiliki iklim
tropis, tepatnya iklim tropis basah. Hal ini dipengaruhi juga oleh bentuk
negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Sebagian besar tanah
daratan di Indonesia dikelilingi oleh lautan dan samudra. Itulah sebabnya
Indonesia memiliki iklim laut yang sifatnya lembab dan banyak
mendatangkan hujan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya iklim
tropis di Indonesia, diantaranya:
a. Pada skala global, kepulauan Indonesia dikelilingi oleh Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia, juga berbatasan langsung dengan
Benua Asia dan Benua Australia.
b. Pada skala regional, kepulauan Indonesia terdiri dari lima pulau
besar dan ribuan pulau kecil yang dikelilingi laut-laut maupun
selat-selat.
c. Pada skala lokal, gunung-gunung menjulang tinggi besar dapat
berpengaruh terhadap curah hujan dan suhu karena iklim sendiri
dapat dipengaruhi oleh pegunungan. Hal ini disebabkan karena
suhu di atas gunung lebih rendah daripada suhu di permukaan
laut.

2.6 Iklim Surakarta


diklasifikasikan sebagai tropis. Surakarta memiliki curah hujan yang
signifikan di hampir sebagian besar bulan, dengan musim kemarau singkat.
Klasifikasi iklim Köppen-Geiger adalah Am. Suhu rata-rata tahunan adalah
27.4 °C di Surakarta. Curah hujan di sini rata-rata 2233 mm.
Gambar 2.1 Grafik Iklim Surakarta
Kota Surakarta, musim panas biasanya pendek dan panas, musim
dingin biasanya hangat dan hujan, dan umumnya menyengat dan mendung
sepanjang tahun. Sepanjang tahun, suhu biasanya bervariasi
dari 22°C hingga 34°C dan jarang di bawah 20°C atau di atas 36°C.

Gambar 2.2 Grafik Suhu Kota Surakarta

Musim panas berlangsung selama 2,2 bulan, dari 31


Agustus sampai 4 November, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di
atas 33°C. Bulan terpanas dalam setahun di Kota Surakarta
adalah Oktober, dengan rata-rata suhu terendah 34°C dan tertinggi 23°C.
Musim dingin berlangsung selama 3,3 bulan, dari 10
Desember sampai 21 Maret, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di
bawah 31°C. Bulan terdingin dalam setahun di Kota Surakarta
adalah Januari, dengan rata-rata terendah 23°C dan tertinggi 30°C.
Gambar 2.3 Grafik Cuaca Berawan Kota Surakarta
Di Kota Surakarta, persentase rata-rata langit yang tertutup awan
mengalami variasi musiman signifikan sepanjang tahun. Masa cuaca lebih
cerah setiap tahun di Kota Surakarta dimulai sekitar 9 Mei dan
berlangsung selama 5,0 bulan, berakhir sekitar 8 Oktober. Bulan paling
cerah dalam setahun di Kota Surakarta adalah Agustus, di mana rata-rata
langit cerah, sebagian besar cerah, atau berawan sebagian 42% saat itu.
Masa lebih berawan tahun ini dimulai sekitar 8 Oktober dan berlangsung
selama 7,0 bulan, berakhir sekitar 9 Mei. Bulan paling berawan dalam
setahun di Kota Surakarta adalah Januari, dengan rata-rata
langit mendung atau sebagian besar berawan 89% sepanjang waktu.

Gambar 2.4 Grafik Curah Hujan Kota Surakarta

Curah hujan yang terakumulasi selama periode 31-hari bergeser


yang berpusat di sekitar setiap hari dalam setahun. Kota Surakarta
mengalami variasi musiman ekstrim dalam curah hujan bulanan. Curah
hujan sepanjang tahun in Kota Surakarta. Bulan dengan curah hujan
terbanyak di Kota Surakarta adalah Januari, dengan rata-rata curah
hujan 295 milimeter. Bulan dengan curah hujan paling sedikit di Kota
Surakarta adalah Agustus, dengan curah hujan rata-rata 27 milimeter.

2.7 Kriteria Arsitektur Iklim Tropis


Bangunan arsitektur tropis mempunyai kriteria bentuk bangunan secara
umum, seperti:
a. Bangunan mengutamakan adanya penghawaan alami (jendela
dengan lubang untuk ventilasi, bovenlicht) secara silang (cross
ventilation).
b. Bangunan memiliki tritis untuk mengantisipasi curah hujan
yang dapat saja memasuki antara lain lubang jendela dan boven
licht.
c. Bangunan bersudut atap minimal 27,5o, memungkinkan
penggelontoran air hujan dengan baik, dan bahan penutup atap
(penutup atap genteng).
d. Bangunan memiliki selasar, atau sebagian dinding terbuka (tanpa
dinding, hanya berupa kerangka bangunan).
e. Banyak memiliki ruang terbuka yang memiliki pepohonan yang
dapat memberikan asupan oksigen (O2) di siang hari melalui
jendela.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Sifat ilmiah menitik beratkan kegiatan penelitian sebagai usaha
menemukan kebenaran yang obyektif. Kebenaran yang obyektif
memerlukan dukungan data yang bersifat empiris sebagai bukti ilmiah.
Selain hal tersebut, kebenaran yang obyektif juga harus bisa diterima oleh
pihak lain.
Dalam mendapatkan data kebenaran dari suatu pengetahuan
diperlukan adanya metodologi. Metodologi merupakan pola yang berfungsi
mengarahkan proses berfikir agar penelitian menghasilkan kebenaran yang
obyektif dan dapat mengantarkan peneliti ke arah tujuan yang diinginkan
yaitu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Burhan Bugin, 2003:5).

3.2 Lokasi
Lokasi penelitian skala makro terdapat di wilayah administrasi Kota
Surakarta. Skala meso terdapat di wilayah Kecamatan Banjarsari. Skala
mikro Kawasan Jalan Adi Sucipto, Manahan.

3.3 Pengumpulan Data


Dalam rangka melakukan analisis aplikasi iklim tropis rumah makan
mom milk manahan, data-data dihimpun melalui pengumpulan data
sekunder dengan cara melakukan studi yang komprehensif terhadap bahan-
bahan pustaka seperti buku referensi, dokumen perundang-undangan, artikel
yang diterbitkan melalui berbagai media massa, dan jurnal ilmiah.
Survei lapangan dilakukan dalam rangka pengumpulan data-data
primer ke lokasi studi yang didapat berupa keadaan eksisting serta
melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkaitan dan
berkompeten dalam penulisan penelitian ini. Wawancara antara lain
dilakukan terhadap pegawai, pengelola mom milk. Semua sumber yang
dikumpulkan, baik melalui studi kepustakaan maupun survei lapangan
(primer dan sekunder), selanjutnya disajikan secara deskriptif.

3.4 Metode Analisis


Teknik sampling atau cuplikan adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memilih orang yang akan dijadikan informan. Teknik sampling
merupakan kegiatan untuk merumuskan tentang siapa dan berapa jumlah
orang yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. Teknik sampling
merupakan bentuk khusus atau proses yang umum bagi pemusatan atau
pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (H.B Sutopo,
2002:62).
Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian kualitatif
perlu dilakukan teknik sampling. Sehingga dalam penelitian kualitatif,
sampel yang ditujukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan pertimbangan
bahwa sampel tersebut mengetahui masalah yang diteliti, dapat dipercaya
dan datanya obyektif (H.B Sutopo, 2002:63). Teknik sampling digunakan
untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber
dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan yang
muncul. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
purposive sampling (sampel bertujuan), sebab peneliti cenderung memilih
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap
(H.B Sutopo, 2002:45).
Dalam teknik purposive sampling dipilih beberapa informan yang
dianggap mengetahui dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Namun demikian
informan yang dipilih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
manfaat dalam memperoleh data.
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti cenderung memilih
informasi dari orang yang benar-benar dianggap mengetahui pokok
permasalahan secara mendalam, sehingga dapat dijadikan informasi kunci
yang dapat dipercaya yaitu pegawai dan pengelola mom milk manahan.

3.5 Langkah-langkah Penelitian


Sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah wawancara,
observasi dan analisis data.
a. Wawancara
Metode wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh
data dengan menggunakan wawancara antara peneliti dengan nara
sumber atau dapat pula dilakukan terhadap informan kunci.
Persiapan yang dilakukan penulis sebelum melakukan wawancara
adalah membuat pedoman wawancara berupa seperangkat daftar
pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan:
a) Agar data yang diperoleh sesuai dengan pokok
permasalahan yang diajukan.
b) Agar tidak ada pokok-pokok persoalan yang tertinggal yang
akan diselidiki.
c) Agar dalam pencatatan hasil wawancara lebih sistematis
dan rinci.
Adapun pelaksanaan wawancara ini ditempuh dengan
dilakukan secara spontan dan subyek penelitian tanpa harus
mempelajari mempelajari pedoman wawancara dengan lama (Hadi,
1989:204).
Menurut (Hadi, 1986:207-208).alam pelaksanaan
wawancara menggunakan 3 model yaitu:
a) Wawancara Bebas
Wawancara bebas atau unguited interview dilakukan secara
bebas, di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja
tetapi tidak mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan. Dengan tujuan agar hasil yang didapatkan
berupa informasi dari subyek penelitian dapat digali secara
lebih mendalam serta untuk dapat membedakan antara
informasi yang sesungguhnya dengan informasi yang semu,
maka wawancara dilakukan secara terbuka, akrab dan
penuh rasa kekeluargaan.
b) Wawancara Terpimpin
Wawancara atau interview terpimpin, yaitu interview yang
dilakukan pewawancara dengan membawa sederet
pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud
dalam interview terstruktur. Interview terpimpin ini banyak
dilakukan terhadap tokoh masyarakat di desa penelitian.
c) Wawancara Bebas Terpimpin
Yaitu kombinasi antara wawancara bebas dengan
wawancara terpimpin dengan cara pewawancara
menanyakan sederet pertanyaan yang terstruktur, kemudian
satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih
lanjut.
Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan
model wawancara bebas terpimpin. Model ini dipilih untuk
memperoleh data secara menyeluruh dan lebih mendalam. Model
ini juga memungkinkan munculnya informasi dan permasalahan
baru yang tidak diketahui oleh peneliti.

b. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan
pengamatan langsung. Dengan teknik ini dapat dilihat secara
langsung keadaan, suasana, atau kenyataan yang ada dalam
masyarakat yang diteliti dan berfungsi menambah data yang belum
diperoleh melalui wawancara (Lexy J. Maleong, 2002:25). Dengan
teknik ini diharapkan akan dapat dihindari adanya informasi semu
yang kadangkadang muncul dan ditemui dalam suatu penelitian.
Observasi ini dilakukan secara non formal dengan melihat dan
melakukan kunjungan ke lapangan untuk melihat apa yang terjadi
dengan maksud agar dapat memacu pengertian, baik mengenai
konteks maupun gejala yang sedang dikaji.
Menurut Kartini Kartono (1996:182-188), kegiatan
observasi ditinjau dari cara pelaksanaannya dan tujuannya
dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Teknik observasi partisipatif dan non partisipatif. Teknik
observasi partisipatif yaitu teknik dimana observer ikut
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
para subyek yang diobservasi. Dan teknik non partisipatif
adalah teknik observasi dimana observer tidak terlibat
langsung kegiatan.
b) Teknik observasi sistematis, yaitu untuk menemukan dan
merumuskan permasalahan, sekaligus menyusun kategori
permasalahan, teknik observasi sistematis sering dilengkapi
alat-alat pencatat mekanis, seperti kamera foto, pita
perekam, tape recorder dan sebagainya.
c) Teknik observasi ekperimental, yaitu merupakan teknik
observasi yang dilakukan secara non partisipatif namun
berstruktur dan sistematis pelaksanannya. Sehubungan
dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik
observasi sistematis.

c. Analisis Data
Dokumen dan arsip yang diperoleh secara langsung sebagai
sumber data, kemudian dianalisis dan diteliti serta disesuaikan
dengan penelitian yang dilakukan. Dokumen dan arsip yang
dianalisis adalah yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen
dan arsip sangat berharga untuk memahami aktivitas yang
dilakukan oleh sekelompok populasi tertentu yang faktanya
tersimpan dalam dokumen dan arsip. Dokumen dan arsip
merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Memanfaatkan suatu dokumen yang padat isinya
biasanya menggunakan teknik tertentu, teknik yang paling umum
digunakan adalah content analysis atau kajian isi yaitu teknik
analisis yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan yang sah dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J.
Maleong, 2002:163).
Dalam penelitian ini teknik yang dilakukan adalah
menganalisis dokumen dengan cara mengamati, mencatat dan
menyimpulkan dari apa yang yang tertulis dari setiap dokumen dan
arsip yang menjadi sumber data, yang terdapat di MomMilk
Manahan.
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Lokasi

Jl. Adi Sucipto

Mom Milk berada di Jalan Adi Sucipto, Manahan, Surakarta. Massa


bangunannya sangat dekat dengan batas tapak, menjadikan tempat dimaksud
memiliki kondisi udara panas, bising, dan berdebu, hal ini disebabkan karena
kurangnya pohon di area Rumah Makan Mom Milk Surakarta.
KANTOR GUDANG GUDAN
STOCK G
K.M
DAPUR R. MAKAN

KARYAW
BAR GUDA
AN
NG

AREA
CUSTOMER

AREA
CUSTOMER

Gambar 4.1 Denah MomMilk


4.2 Pondasi

Pada daerah iklim tropis, kondisi tanah dan batu setiap daerah
hampir sama. Jenis tanah bisa diatasi dengan pondasi tepat dan kuat.
Pondasi bangunan adalah bagian dari bangunan yang berfungsi menerima
beban bangunan untuk diteruskan ke tanah dasar, jenis pondasi ada
beberapa macam tergantung dari kondisi tanah dan jenis bangunan yang
ada. Pada bangunan rumah makan Mom Milk menggunakan jenis pondasi
berupa Pondasi pasangan batu kali, pondasi ini biasa digunakan
untuk bangunan 1 lantai dengan konstruksi standart (jenis beban:
dinding s/d atap genteng dengan kondisi tanah yang bagus).
Gambar 4.2 Pondasi Batu Kali
4.3 Analisis Atap Bangunan

Gambar 4.3 Bangunan MomMilk Manahan

Bangunan bersudut atap kira-kira 27,5o penutup atap menggunakan


genteng tanah liat, bertujuan supaya air hujan dapat mengalir dengan
lancar. Memiliki teritis yang cukup lebar, sehingga ruangan menjadi tidak
silau dan percikan air hujan tidak dapat mengenai dinding bangunan.

2
Gambar 4.4 Tampak samping

Talang penyangga air hujan adalah bagian yang cukup menonjol


untuk tampilan sebuah bangunan (dari sisi luar/eksterior) mengingat
letaknya yang berada dibagian bawah konstruksi atap. Sehingga sangat
berpengaruh talang hujan dalam penampilan sebuah bangunan. Memiliki
pepohonan yang dapat memberikan asupan oksigen (O2) di siang hari
melalui kisi – kisi jendela. Fungsi pepohonan juga menyaring udara dari
debu dan asap kendaraan mengingat lokasi bangunan yang berada
disamping jalan raya.

4.4 Eksterior Bangunan

Gambar 4.5 Bukaan Bangunan


Jendela atau bukaan dinding didominasi elemen kaca bening,
sehingga pencahayaan alami pada ruangan tercukupi, kelemahannya kaca
bening bersifat membiaskan panas sehingga membuat kondisi ruangan
relatif panas. Tetapi dikarenakan terdapat selasar yang lebar serta
penempatan bukaan yang baik dan juga terdapat banyak vegetasi,
penghawaan alami pada bangunan ini sangat menonjol dan membuat
bangunan terasa sejuk.
Gambar 4.6 Selasar

Dikarenakan ketinggian selasar lebih tinggi dari pada permukaan


tanah, serta pintu utama memiliki jarak yang cukup dengan selasar,
sehingga ketika hujan lebat, air hujan tidak masuk ke dalam ruangan.
Adanya selasar membantu melindungi material bangunan dari percikan air
hujan serta panas matahari langsung yang dapat merusak material
bangunan.

4.5 Interior Bangunan

Gambar 4.7 Interior Bangunan

Interior pada bangunan ini juga menggunakan penghawan buatan


(AC) karena diperlukan untuk menyaring udara dari asap kendaraan dan
asap rokok dan juga pencahayaaan buatan (lampu) sangat diperlukan
apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat
pencahayaan alami tidak mencukupi. Sehingga pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya
secara jelas dan cepat. Pada plafond juga terdapat perbedaan ketinggian
untuk sirkulasi udara.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari paparan di atas sebagai berikut :
a. Letak bagian, elemen, dan komponen Rumah
Makan Mom Milk berpendekatan arsitektur iklim
tropis, sebagai berikut :
1) Pondasi

2) Sudut atap pada Rumah Makan Mom Milk kira-kira 27,50.

3) Pintu utama

4) Teritis

5) Selasar

6) Lampu penerangan

7) Pohon peneduh pada eksterior bangunan

b. Perwujudan karya arsitektur iklim tropis, dalam


studi kasus ini berupa rumah klasik berpenampilan
arsitektur Belanda dengan arsitektur lokal.
c. Ruang inti (ruang customer) dalam hal ini
menggunakan AC, sehingga tidak memenuhi
kriteria bangunan iklim tropis. Penggunaan AC ini
lebih pada upaya menampilkan kesan lebih mahal
dari ruang.
5.2 Saran
1) Untuk ruang customer yang berAC memang
mengurangi kriteria iklim tropis namun karena
dilandasi konsep dalam hal ini disarankan supaya
dibuatkan penghawaan alami cadangan.
2) Lebih banyak lagi pohon-pohon peneduh sebagai cadangan
penghawaan alami.

DAFTAR PUSTAKA

http://.Squ1.org/wiki/evaporative_cooling

http://kbbi.web.id/index.php?w=iklim
http://feelinbali.blogspot.com/2013/06/maka lah-biologi-iklim-mikro-

mesodan.html

Anwari Dananjaya, A. F. (2013). Identifikasi Fasad Arsitektur Tropis Pada Gedung-

Gedung Perkantoran Jakarta. Sinektika, 126

Diana Sosilowati, F. W. (2014). Kajian Pengaruh Penerapan Arsitektur Tropis

Terhadap Kenyamanan Thermal Pada Bangunan Publik Menggunakan Software

Ecotech. Jurnal Desain Konstruksi, 23.

Hutama, L. (2017, Februari 17). Kajian Rancangan Gedung Rektorat UI ditinjau dari

pendekatan Regionalisme. p. 2.

Nurhaiza, N. d. (2017). Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis Pada Bangunan Kolonial

Di Koridor Jalan Blang Mee Samudra Pase. Ikatan Peneliti Lingkungan

Binaan Indonesia, 2.

Anda mungkin juga menyukai