Anda di halaman 1dari 77

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KESADARAN

WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN DAN KUALITAS


PELAYANAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMBAYAR PBB DI DINAS BADAN
KEUANGAN DAERAH KABUPATEN
KEPULAUAN MENTAWAI

THE EFFECT OF TAXATION KNOWLEDGE, TAX AWARENESS AWARENESS,


TAXATION SANCTIONS AND QUALITY OF TAX SERVICE TO TAX
OBLIGATION COMPLIANCE IN PAYING THE UN IN THE REGIONAL
FINANCIAL SERVICES AGENCY MENTAWAI ISLANDS

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

NELA YUNI NUR HAFSAFARI


Nomor BP : 1710003510901

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2020
ii

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING SKRIPSI

JUDUL : PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN,KESADARAN


WAJIB PAJAK,SANKSI PERPAJAKAN DAN KUALITAS
PELAYANAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMBAYAR PBB
(Studi Kasus di Dinas Badan Keuangan Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai)

NAMA : NELA YUNI NUR HAFSAFARI


NOMOR BP : 1710003510901
FAKULTAS : EKONOMI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
SK PEMBIMBING : Nomor : 086/FE-UNES/BS-A/AKEU/III/2019
Tanggal : 26 MARET 2019

Disetujui oleh :
Komisi pembimbing,

BAKKARENG,SE,M.Si DICA LADY SILVERA,SE,M.S.Ak


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui :
Ketua Program Studi Akuntansi

RINA ASMERI, SE, M.Si


Tanggal Ujian/Seminar Proposal : 23 November 2020
iii

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PROPOSAL

JUDUL : PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN,KESADARAN


WAJIB PAJAK,SANKSI PERPAJAKAN DAN KUALITAS
PELAYANAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMBAYAR PBB
(Studi Kasus di Dinas Badan Keuangan Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai)

NAMA : NELA YUNI NUR HAFSAFARI


NOMOR BP : 1710003510901
FAKULTAS : EKONOMI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
SK PEMBIMBING : Nomor : 086/FE-UNES/BS-A/AKEU/III/2019
Tanggal : 26 MARET 2019

Disetujui oleh :
Komisi Penguji,

Ketua Tim Penguji : Bakkareng,SE,M.Si (…………….)

Sekretaris Tim Penguji : Dica Lady Silvera,SE.M.S.Ak (…………….)

Anggota Tim Penguji : Andre Bustari,SE.MM.MBA,M.Si.Ak.CA (…………….)

Mengetahui :
Ketua Program Studi Akuntansi

RINA ASMERI, SE, M.Si


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ..............................................................................................i

Halama Persetujuan Komisi Pembimbing....................................................ii

Halama Persetujuan Komisi Penguji Proposal ...........................................iii

Daftar Isi ......................................................................................................iv

Daftar Tabel .................................................................................................v

Daftar Gambar ............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................1

1.2. Perumusan Masalah.......................................................................7

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...................................................8

1.4. Sistematika Penelitian...................................................................10

1.5. Time Schedule dan Biaya Penelitian............................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-Dasar Penelitian.................................................................12

2.2 Pajak Daerah.................................................................................21

2.3 Pajak Bumi dan Bangunan............................................................25

2.4 Pengertian Pengetahuan Perpajakan...........................................29

2.5 Pengertian Kesadaran Membayar Pajak......................................30

2.6 Pengertian Sanksi Perpajakan......................................................31

2.7 Pelayanan yang Berkualitas..........................................................32

2.8 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak..............................................34

iv
2.9 Penelitian Terdahulu.....................................................................35

2.10 Kerangka Konseptual....................................................................38

2.11 Pengembangan Hipotesis.............................................................39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian...........................................................................43

3.2 Metode Pengumpulan Data...........................................................49

3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................................49

3.4 Jenis dan Sumber Data.................................................................50

3.5 Populasi dan Sampel....................................................................50

3.6 Defenisi Operasional.....................................................................52

3.7 Metode Analisis Data....................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

iiv
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Hal

1.1 Gambar Jumlah Wajib Pajak dan Wajib Pajak yang Patuh dalam

Membayar PBB.........................................................................................5

1.2 Gambar Target dan Realisasi Penerimaan PBB........................................6

1.3 Time Schedule............................................................................................11

2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................32

3.1 Defenisi Operasional.................................................................................49

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar: Halaman

2.1 Kerangka Konseptual.............................................................................36

3.1 Struktur Organisasi Dinas Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan

Mentawai................................................................................................42

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-

menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spritual. Untuk dapat

merealisasikan tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan. Salah satu usaha untuk pembiayaan pembangunan yaitu

dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak.

Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

kepentingan bersama. Sebagian besar sumber penerimaan negara yang

tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal

dari pajak dan sekitar 73,7% dari total penerimaan negara bersumber dari

penerimaan pajak dan sisanya 26,3% bersumber dari penerimaan bukan

pajak.

Salah satu jenis pajak yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang dikenakan pada bumi dan

atau bangunan berdasarkan dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1994

(Sasana, 2015). PBB yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan ini

menjangkau semua lapisan masyarakat dengan stratifikasi sosial yang

beragam. Oleh karena itu berbagai ketentuan di dalam PBB harus diciptakan

dengan mempertimbangkan kepentingan dan kondisi masyarakat selaku wajib

pajak.

1
2

Terhitung sejak 1 Januari 2014, pemerintah pusat menyerahkan

pengelolaan PBB Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan (P2) kepada

pemerintah kabupaten dan kota. Dengan adanya pengalihan ini maka kegiatan

pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan atau

penagihan dan pelayanan PBBP2akan diselenggarakan oleh kabupaten atau

kota. Tujuan dari pengalihan ini adalah untuk memberikan kewenangan yang

lebih besar dalam perpajakan dengan memperluas basis pajak dan penetapan

tarif pajak. Kewenangan tersebut tertuang dalam pasal 80 UU PDRD, dimana

masing-masing kabupaten atau kota dapatmenentukan tarif PBBP2 sendiri

dengan ketentuan paling tinggi sebesar 0,3%.Dengan pengalihan ini maka

penerimaan PBBP2 akan sepenuhnya masuk ke pemerintah kabupaten/kota

sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah

(PAD).

Pada saat PBBP2 dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah

kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8%. Setelah

pengalihan ini, semua pendapatan dari sektor PBBP2 akan masuk ke dalam

kas pemerintah daerah sehingga secara signifikan dapat meningkatkan PAD

daerah tersebut. Untuk itu perlu bagi pemerintah meningkatkan peranan PBB

sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah. Salah satu upayanya yaitu

melalui peningkatan kesadaran wajib pajaknya. Karena keberhasilan

penerimaan pajak merupakan cerminan kesadaran masyarakat (Jurnal

Ekonomi Vol 22, No1 Maret 2014).

Kesadaran wajib pajak di Indonesia saat ini masih rendah (Susilawati

dan Ketut, 2013). Tinggi rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
3

kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak

sangat bergantung pada pengetahuan masyarakat mengenai perpajakan dan

tingkat pendidikan (Siti Qomaria, 2015). Pengetahuan pajak adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang wajib pajak atau kelompok wajib

pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Jelas bahwa semakin paham wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan

diterima bila melalaikan atau melupakan kewajiban perpajakan

mereka,sedangkan orang yang tidak paham terhadap peraturan perpajakan

maka akan cenderung tidak akan menjadi wajib pajak yang taat. Selain itu

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak

(Supadmi, 2015). Jika pelayanan terhadap wajib pajak baik maka dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan akan berdampak kepada

penerimaan pajak untuk tahun-tahun berikutnya,. (Utami, 2015).

Pembahasan APBN tahun 2013 menetapkan tax ratio dibandingkan

dengan Produk Domestik Bruto sekitar 12% dengan kepatuhan wajib pajak

yang masih rendah.Pencapaian target tax ratio tahun 2013 harus diikuti

dengan perubahan mendasar.Kepatuhan wajib pajak masih rendah, baru 30%

wajib pajak yang membayar pajak. Jika dibandingkan dengan kepatuhan

pembayaran Malaysia yang sudah mencapai 80% wajib pajak terdaftar, tentu

kinerja pajak Indonesia tertinggal jauh (Anandita Budi, 2014)


4

Faktor lain yang memengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah sanksi

pajak. Sanksi pajak memiliki peran penting guna memberikan pelajaran bagi

pelanggar pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakan. Sanksi

perpajakan merupakan suatu kebijakan yang efektif untuk mencegah ketidak

patuhan wajib pajak. Akan tetapi, banyak wajib pajak yang masih lalai

dengan kewajibannya dalam membayar pajak. Hal tersebut dapat

menimbulkan suatu pertanyaan apakah sanksi perpajakan sudah tidak layak

lagi dipakai sebagai pemberi efek jera kepada wajib pajak, sehingga

pengenaan sanksi perpajakan harus dibenahi (Titra Ratna, 2015)

Persentase tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia pada tahun 2012

masih tergolong sangat rendah, tidak jauh berbeda dari tahun-tahun

sebelumnya. Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting

diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Karena

jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk

melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian

pajak yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan

pajak negara akan berkurang (Indra danNuramalia,2014).

Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) PBB dapat diukur dengan

peraturan PBB yang berlaku yaitu undang-undang Nomor 12 Tahun 1994

dengan melihat perilaku wajib pajak dalam membayar PBB tepat pada

waktunya, melaporkan setiap bentuk perubahan tanah/rumah yangditempati,

mengurus dan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan

benar, serta menyerahkan SPOP yang sudah terisi keaparat yang ditunjuk

(Kahono, 2013:38).
5

Sumatera Barat sendiri khusunya di Kabupaten Mentawai dalam hal ini

pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan

daerahnya dengan mengoptimalkan penerimaan daerah melalui pajak yang

dibayarkan tiap tahunnya. Upaya lain yang dilakukan pemerintah daerah

Mentawai dengan pengadaan penyuluhan mengenai pajak, peningkatan baik

kesadaran wajib pajak ataupun penegasan sanksi perpajakan, serta

pemungutan yang dilakukan secara adil,ketat dan lebih teliti. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Mentawai No 5 tahun 2012 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.

Berikut gambaran jumlah wajib pajak dan wajib pajak yang patuh

dalam membayar PBB serta gambaran target dan realisasi penerimaan PBB di

Kabupaten Mentawai:

Tabel 1.1
Gambaran Jumlah Wajib Pajak dan Wajib Pajak Yang Patuh Dalam
Membayar PBB di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun Wajib Pajak Wajib Pajak Persentase (%)
Terdaftar yang Patuh
2015 6.598 2.392 36,25 %
2016 7.090 2.320 32,72%
2017 7.487 2.445 32,65%
2018 7.954 2.923 36,74%
Sumber : BKD Kabupaten Kepulauan Mentawai

Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah wajib pajak pada tahun 2015

sebanyak 6.598 yang patuh hanya sebanyak 2.392 wajib pajak atau 36,25% ,

kemudian pada tahun 2016 jumlah wajib pajak 7.090 yang berpartisipasi

sebanyak 2.320 wajib pajak atau 32,72%, sedangkan pada tahun 2017 jumlah

wajib pajak sebanyak 7.487 yang berpartisipasi sebanyak 2.445 atau 32,65%,
6

dan pada tahun 2018 jumlah wajib pajak 7.954 dengan kepatuhan dalam

membayar pajak sebanyak 2.923 atau 36,74%.

Dengan banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar

pajak maka target yang telah ditetapkan oleh dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak akan terealisasi. Hal ini terlihat dari

tabel berikut :

Tabel 1.2
Gambaran Target dan Realisasi Penerimaan PBB di Kabupaten Kepulauan
Mentawai
Tahun Target (Rp) Realisasi Persentase (%)
2015 9.761.289.745 3.629.235.184 268,9
2016 11.431.800.422 10.162.971.073 112,4
2017 10.510.417.562 10.563.471.729 99,4
2018 5.060.498.312 4.137.652.347 122,3
Sumber: BKD Kabupaten Mentawai

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa selama kurun waktu tahun pajak

2015 hingga tahun pajak 2017, penerimaan PBB di Kabupaten Mentawai

selalu melampaui target yang ditetapkan, terutama pada tahun 2015 dengan

pencapaian hingga 268,9% dari target berkisar pada nilai 0,3 juta rupiah.

Namun untuk tahun 2018, terjadi penurunan target penerimaan PBB

walaupun secara umum terjadi peningkatan dalam presentase penerimaan

PBB dibandingkan dengan tahun 2017.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

variabel yang diteliti,dalam penelitian ini memliki lebih banyak variabel yang

diteliti dari variabel sebelumnya seperti pengetahuan perpajakan, kesadaran

wajib pajak, sanksi perpajakan dan kualitas pelayanan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Selain itu perbedaan

penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada objek penelitian, pada


7

penelitian terdahulu mengambil objek di Dinas Pendapatan Daerah sementara

penelitian ini memilih objek pada Dinas badan keuangan daerah kabupaten

Kepulauan Mentawai.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka peneliti mempunyai

keinginan untuk meneliti lebih lanjut apa yang menyebabkan penurunan

realisasi penerimaan PBB yang dihubungkan dengan“Pengaruh Pengetahuan

Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Kualitas

Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di

Dinas Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB di Dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai?

2. Apakah terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB di Dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai?

3. Apakah terdapat pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB di Dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai?

4. Apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB di Dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai?


8

5. Apakah terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan

kualitas pelayanan pajak secara bersama-sama terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB di Dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh pengetahuan

perpajakanterhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

2. Mengetahui apakah terdapatpengaruh kesadaran wajib pajakterhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

3. Mengetahui apakah terdapatpengaruh sanksi perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

4. Mengetahui apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

5. Mengetahui apakah terdapatpengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi

perpajakan dankualitas pelayanan pajaksecara bersama-sama

terhadap kepatuhan wajib pajakdalam membayar PBB.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan

penelitian. Maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

manfaat bagi pembaca maupun manfaat bagi penelitian selanjutnya, yakni:

1. Bagi Perusahaan/Kantor
9

Diharapkan dapat memberikan suatu manfaat dalam memahami,

menerapkan dan mengembangkan ilumu akuntasi Pemerintahan

Khususnya dalam pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang

pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi

Perpajakan danKualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak dalam Membayar PBB di Kabupaten Mentawai.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan teoritis terutama dalam bidang

dengan pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak,

Sanksi Perpajakan danKualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak dalam Membayar PBB di Kabupaten Mentawai.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai referensi da

memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai

masalah yang sama atau ingin melaksanakan lebih lanjut.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

efektivitas dan efisiensi kinerja di Kantor Dinas Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai.

1.4 Sistematika Pembahasan

BAB I, membahas tentang Pendahuluan yang memuat uraian Latar

Belakang, Perumusan Masalah, Tujua dan Manfaat Penelitian, Sistematika

Pembahasan, Time Scedul dan Biaya Penelitian.


10

BAB II, membahas tentang Tinjauan Pustaka yang digunakan dalam

Pembahasan Teori yang menyangkutn tentang Pengaruh Perpajakan, esadaran

Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak, Kerangka Konsepsual dan Hipotesis.

BAB III, membahas tentang Gambaran Umum objek Penelitian Serta

Metode Penelitian.

BAB IV, membahas tentang Judul Penelitian yang memuat hasil

Peneltian, Analisis Masalah Penelitian,Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Masalah Penelitian.

BAB V, membahas tentang Penutup yang memuat Kesimpulan dan

Saran.
11

1.5 Time Scheduledan Biaya Penelitian

1. Time Schedul Peneltian

Tabel 1.3
Time Schedule
TAHAP -TAHAP BULAN KEGIATAN
KEGIATAN Juli Sept Nov Des Jan Feb
2019 2019 2020 2020 2021 2021

1. Konsutasi Proposal
Penelitian
2. Ujian Proposal dan
Penelitian
3. Penelitian dan
Penulisan
draf Skripsi
4. Konsultasi Hasil
Penelitian
5 Ujian Komprehensif
(Skripsi)
6. Penggandaan
Skripsi

2. Biaya Penelitian Sebesar 1.000.000 (satu juta rupiah) yang terdiri dari :

a. Biaya Administari Rp. 200.000

b. Biaya Alat Tulis Kantor (kertas dan tinta printer) Rp.150.000

c. Biaya Ujian Sidang Proposal Penelitian Rp.300.000

d. Biaya Lain-lain Rp.350.000

Total RP.1000.000
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-Dasar Pajak

2.1.1 Defenisi Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat (Undang-UndangNomor 16 tahun 2009 tentang perubahan

keempat atas Undang-Undang Nomor6 tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1).

Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013) pajak adalah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Pandiangin (2014) juga menyebutkan dalam

bukunya “Perpajakan Indonesia” bahwa pajak adalah pembayaran

(pengalihan) sebagian harta kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat

kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang,

namun pembayarnya tidak mendapatkan suatu balas jasa langsung,

untuk digunakan membiayai pengeluaran negara untuk meningkatkan

kualitas masyarakatnya.

Sedangkan menurut Sommerfeld (2016), pajak adalah suatu

pengalihan sumber dan sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan

12
13

akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang

langsung dan proporsional, agar pemerintah dapatmelaksanakan tugas-

tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur sebagai berikut (Mardiasmo, 2014):

a. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut

berupauang (bukan barang)

b. Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkandengan ketentuan undang-undang

sertaaturan pelaksanaannya

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yangs ecara

langsung dapat ditunjuk.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra

prestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara

Yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat

luas.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2014), ada dua fungsi pajak:

a. Fungsi budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.
14

b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

2.1.3 Prinsip Pemungutan Pajak

Menurut Adam Smith dalam bukunya “An Inquiry into the Nature

and Causes of the World of Nations” terdapat empat prinsip dalam

memungut pajaksebagai berikut:

a. Prinsip Keadilan dan Pemerataan (Equality)

Equality mengandung arti bahwa keadaan yangsama atau orang

yangberada dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak

yangsama. Equality (kesamaan) dalam sistem perpajakan lazimnya

disebut non discrimination sehingga orang asing dan Warga Negara

Indonesia yang berada dalam keadaan yangsama akan diperlakukan

sama dan dikenakan pajak yang sama besar.

b. Prinsip Kepastian Hukum (Certainty)

Certainty dimaksudkan agar pajak yang harus dibayar seseorang

harus jelas dan pasti, tidak dapat ditawar-tawar. Kepastian hukum

adalah tujuan setiap undang-undang. Dalam membuat undang-

undang dan peraturan-peraturan yang mengikat umum harus

diusahakan supaya ketentuan yang dimuat dalam undang-undang

jelas, tegas dan tidak mengandung artiganda dalam penafsirannya.

c. Prinsip Convenience

Convenience dimaksudkan supaya dalam memungut pajak,

pemerintah hendaknya memperhatikan saat-saat yang paling baik


15

bagi si pembayar pajak, yaitu pada saat wajib pajak mempunyai

uang.

d. Prinsip Effiency Economic

Efficiency dimaksudkan supaya pemungutan pajak dilaksanakan

dengansehemat-hematnya, jangan sampai biaya untuk memungut

pajak lebih besar dari jumlah pajak yang dipungut.

2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Pajak

Stelsel adalah sistem pemungutan pajak, bisa di depan, tengah atau

di belakang. Menurut Thomas Sumarsan (2015) pemungutan pajak

dapat dilakukanberdasarkan tiga stelsel antara lain:

1. Stelsel nyata (riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang

nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada

akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya

telah dapat diketahui.

2. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yangdiatur

oleh undang-undang, misalnyapenghasilan suatu tahun dianggap

sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak

telah dapatditetapkan besarnya pajak yangterutang untuk tahun

pajak berjalan.

3. Stelsel campuran
16

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stel

selanggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan

keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut

kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka

wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula

sebaliknya, apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diminta

kembali.

b. Asas Pemungutan

Pajak Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga) asas

(Mardiasmo, 2016) yaitu:

1. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan

wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik

penghasilan yang berasal dari dalam dan luar negeri. Asas ini

berlaku untuk wajib pajakdalam negeri.

2. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal

wajib pajak.

3. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

c. Sistem Pemungutan Pajak


17

Pada dasarnya ada 3 (tiga) sistem pemungutan pajak

yangdapatdigunakan yaitu (Mardiasmo, 2016):

1. Official assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan yangmemberi wewenang

kepadapemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus.

b) Wajib pajak bersifat pasif.

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan oleh

fiskus.

2. Self assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yangmemberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri

besarnya pajak yang terutang.Ciri-cirinya adalah:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

padawajib pajak sendiri.

b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor

danmelaporkan sendiri pajak yang terutang.

c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With holding system

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib


18

pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang olehwajib pajak. Ciri-cirinya: wewenang

menentukan besarnya pajak yangterutang ada pada pihak ketiga,

pihak selain fiskus danwajib pajak

2.1.5 Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2014) ada beberapa teori yang mendukung

hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya, antara lain:

a. Teori Asuransi

Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi

orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan

keamanan jiwa, dan juga harta bendanya. Seperti halnya dalam

asuransi (pertanggungan), untuk melindungi orang dan kepentingan

tersebut diperlukan pembayaran premi. Dalam hubungan negara

dengan rakyatnya, pajak inilah yang dianggap sebagai premi

yangsewaktu-waktu harus dibayar oleh masing-masingindividu.

b. Teori Kepentingan

Teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian beban pajak

yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini

harus didasarkan atas kepentingan masing-masing orang dalam

tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-

orang itu beserta harta bendanya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara dibebankan kepada

mereka.
19

c. Teori Gaya Pikul

Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak

terletak pada jasa-jasa yang diberikan negara kepada warganya,

yaitu perlindungan atas jiwa danharta bendanya. Untuk kepentingan

tersebut diperlukan biaya-biaya yangharus dipikul oleh segenap

orang yang menikmati perlindungan itu, yaitu dalam bentuk pajak.

Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwasanya pajak

haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar

menurut gaya pikul seseorang.

d. Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)

Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paham

ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara maka timbullah

hak mutlak untuk memungut pajak.

e. Teori Asas Gaya Beli

Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan

pompa, yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam

masyarakat untuk rumah tangga negara, dankemudian

menyalurkannya kembali kemasyarakat dengan maksud untuk

memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah

tertentu. Teori ini yang mengajarkan bahwa penyelenggaraan

kepentingan masyarakat inilah yangdapat dianggap sebagai dasar

keadilan pemungutan pajak.


20

2.1.6 Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2016) pajak dipungut berdasarkan tarif. Tarif

pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak. Ada empat

macam tarifpajak yaitu:

a. Tarif proposional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang

dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yangterutang

proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yangterutang tetap.

c. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

2.1.7 Pengelompokan Pajak

Dalam buku “Perpajakan” (2016), Mardiasmo mengelompokkan

jenispajak berdasarkan:

a. Golongannya

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yangharus dipikul sendiri oleh

wajibpajak dantidak dapatdibebankan atau dilimpahkan kepada

orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.


21

2. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada hakikatnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai.

b. Sifatnya

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib

pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yangberpangkal pada objeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak

PertambahanNilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

a) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan

PajakBahan Bakar Kendaraan Bermotor

b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan.

2.2 Pajak Daerah

Menurut Yani (2014) pajak daerah adalah iuran wajib yangdilakukan

olehorang pribadi atau kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah

daerah dan pembangunan daerah.

Menurut K.J Davey (2016) dalam bukunya “Financing Regional

Government”, kriteria pajak daerah adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan dari

daerah sendiri.
22

2. Pajak dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat, tetapi penetapan

tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

3. Pajak ditetapkan danatau dipungut oleh pemerintah daerah.

4. Pajak dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil

pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.

Adapun ciri-ciri yangmelekat pada pajak daerah diantaranya sebagai

berikut:

1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara

penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.

2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu besar,

kadang-kadang meningkat secara drastis danadakalanya menurun secara

tajam.

3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan

(benefit) dankemampuan untuk membayar (ability to pay).

Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Pajak Provinsi, terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor, adalah pajak atas kepemilikan

dan/ataupenguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah

semuakendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di

semuajalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor

atau peralatan lainnya, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, adalah pajak atas penyerahan

hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau
23

sepihak atau keadaan yangterjadi karena jual beli, tukar-menukar,

hibah, warisan, atau pemasukkan ke dalam badan usaha.

c. Pajak Bahan Kendaraan Bermotor, adalah pajak atas penggunaanbahan

bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah

semua jenis bahan bakar cair atau gas yangdigunakan untukkendaraan

bermotor.

d. Pajak Air Permukaan, adalah pajak atas semua air yang terdapat pada

permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut

maupun di darat.

e. Pajak Rokok, adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

pemerintah

2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:

a. Pajak Hotel, adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

Hotel adalah penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa

terkait lainnya dengan dipungut bayaran dengan jumlah kamar lebih

dari sepuluh.

b. Pajak Restoran, adalah pajak atas pelayanan yangdisediakan

olehrestoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau

minuman dengan dipungut bayaran.

c. Pajak Hiburan, adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan

adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau

keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame, adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk atau corak
24

ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum.

e. Pajak Penerangan Jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,

baik yangdihasilkan sendiri maupun yang berasal dari sumber lain.

f. Pajak Parkir, adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar

badan jalan, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang

tidak bersifat sementara.

g. Pajak Air Tanah, adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan

air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau

batuan di bawah permukaan tanah.

h. Pajak Sarang Burung Walet, adalah pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

i. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, adalah pajak atas

bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.


25

2.3 Pajak Bumi dan Bagunan

2.3.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan

dan Perkotaan

Dasar Hukum pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan

dan Perkotaan pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana di

bawah ini:

1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah

yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar

sendiri oleh wajib pajak.

3. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.

4. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sebagai aturan pelaksanaan

Peraturan Daerah tentang Pajak Pedesaan dan Perkotaan pada

kabupaten/kota.

2.3.2 Peraturan Daerah Kabupaten Mentawai yang berkaitan langsung

dengan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mentawai Nomor 5 tahun

2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

dijelaskan mengenai Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan

dan Perkotaan, Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan, Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan
26

pedesaan dan perkotaan, Subjek pajak bumi dan bangunan pedesaan

dan perkotaan, Nilai Jual Objek Pajak, Surat Pemberitahuan Objek

Pajak (SPOP), Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), Tarif

Pajak, dan Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan.

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan

perairan pedalaman serta laut wilayah kota.Bangunan adalah

konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada

tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau badan untuk sektor Pedesaan dan perkotaan

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

b. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Objek Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan

adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan untuk sektor Pedesaan

dan perkotaan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Termasuk

dalam pengertian Bangunan adalah :


27

1. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu komplek

bangunan seperti hotel, pabrik dan sarana pendukung

lainnya, yang merupakan suatu kesatuan dengan komplek

bangunan tersebut.

2. Kolam renang

3. Pagar mewah

4. Tempat olahraga

5. Taman mewah

6. Menara.

c. Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan

pedesaan dan perkotaan

1. Digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan

2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di

bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan

nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh

keuntungan

3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang

sejenis dengan itu

4. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,

taman nasional, dantanah negara yang belum dibebani suatu hak


28

d. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Subjek pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan

adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai

suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,

dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan.

e. Nilai Jual Objek Pajak

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan

bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak

ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang

sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak

Pengganti.

f. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya

disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak

untuk melaporkan data subjek dan objek pajak bumi dan bangunan

perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah.

g. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya

disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk

memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

yang terutang kepada wajib pajak.


29

h. Tarif Pajak

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

ditetapkan sebagai berikut :

1. Untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah) ditetapkan sebesar 0,1 % (nol koma satu persen) per

tahun

2. Untuk NJOP diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen) per tahun.

i. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

Besaran pokok pajak bumi dan bangunan pedesaan dan

perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek

Pajak Tidak Kena Pajaksebesar Rp. 10.000.000

2.4 Pengertian Pengetahuan Perpajakan

Menurut Abdullah (2015), Pengetahuan adalah sesuatu yang hadir dan

terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,

persentuhan dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Indikator

pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, dan informasi.

Tidak selamanya wajib pajak yang memiliki pengetahun yang tinggi

memiliki kepatuhan pajak tinggi pula. Ini terbukti dari sejumlah kecil wajib

pajak berpendidikan tinggi (sarjana) yang diasumsikan memiliki pengetahuan

tentang perpajakan yang tinggi justru sulit dalam hal penagihan pajak. Hal

inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya pengaruh pengetahuan


30

tentang perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan

(Supriyanto, 2013).

Menurut Supriyanto (2017:54) pengetahuan perpajakan ini diukur

dengan indikator sebagai berikut:

1. Pengetahuan Wajib pajak terhadap fungsi pajak

2. Pengetahuan Wajib pajak terhadap peraturan pajak

3. Pengetahuan Wajib pajak terhadap pendaftaran sebagai Wajib pajak

4. Pengetahuan Wajib pajak terhadap Tata Cara Pembayaran Pajak

5. Pengetahuan Wajib pajak terhadap tarif pajak

2.5 Pengertian Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan

suatu tindakan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Kesadaran wajib

pajak dapat diartikan dengan kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk

rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah

dengan cara membayar kewajiban pajaknya. Dengan adanya rasa kesadaran

wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB secara tepat

waktu semakin tinggi.

Pada hakikatnya kesadaran membayar pajak adalah suatu keadaan

dimana wajib pajak dalam keadaan tahu, mengerti dan tidak merasa dipaksa

ataupun takut dalam melaksanakan kewajibannya, karena adanya nilai-nilai

hukum dalam diri wajib pajak dan adanya pengetahuan bahwa suatu prilaku

tertentu diatur oleh hukum. Selain itu sedikit banyaknya kesadaran seseorang

dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, sehingga seseorang mempunyai

kesadaran yang sesuai dengan pengaruh yang diterima lingkungannya.


31

Variabel kesadaran wajib pajak diukur dengan melihat beberapa indikator

seperti kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan dalam

penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan tidak pernah dijatuhi

hukuman karena melakukan tindakan pidana dalam perpajakan (Arief

Rachman, 2016).

Menurut Septi Wuri Handayani (2017:67), terdapat indikator

pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yaitu :

1. Wajib pajak harus memiliki Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)

2. Pemahaman wajib pajak terhadap hak dan kewajiban sebagai wajib pajak

3. Pemahaman wajib pajak terhadap sanksi yang diterima apabila melanggar

kewajiban perpajakannya

4. Pemahaman wajib pajak terhadap penghasilan kena pajak, penghasilan

tidak kena pajak, dan tarif pajak terbaru yang dikenakan kepada wajib

pajak

Menurut Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan, wajib pajak

melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak apabila wajib pajak telah

melakukan pendaftran, pembayaran, dan pelaporan.

2.6 Pengertian Sanksi Perpajakan

Kata sanksi dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tanggungan

(tindakan, hukuman) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati

ketentuan undang-undang. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)

akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan

merupakan alat (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma


32

perpajakan. Variabel indikator sanksi perpajakan dilihat dari wajib pajak yang

dikenakan sanksi bila mengabaikan kewajiban pajak, menyembunyikan objek

pajak, memalsukan data, dan tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo

(Mardiasmo, 2014).

Dalam hal sanksi, wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila

memandang sanksi pajak akan lebih merugikannya, berdasarkan hal ini

danjuga hasil penelitian dapat diartikan bahwa wajib pajak memenuhi

kewajiban perpajakan dikarenakan wajib pajak berpikir bahwa sanksi pajak

sangat merugikannya. Apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka hukuman berupa

denda atau pidana akan dihadapi oleh wajib pajak. Hal ini tentu sangat

merugikan bagi wajib pajak, sehingga wajib pajak akan takut untuk

melanggar peraturan perpajakan yang berlaku danakan cenderung patuh

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Menurut Soemitro (2017:67) indicator sanksi perpajakan adalah sebagai

berikut:

1. Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas dan tegas.

2. Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak ada

toleransi.

3. Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang.

4. Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera.

2.7 Pelayanan yang berkualitas

Pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam

menciptakan kepuasan kepada pelanggan. Suatu layanan dapat dikatakan baik


33

apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pelayanan

yang berkualitas adalah pelayanan yangdapat memberikan kepuasan kepada

pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat

dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus (Ni Luh

Supadmi, 2015)

Semakin baik kualitas pelayanan pajak maka kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajibannya akan semakin meningkat. Hal ini sejalan

dengan teori yang dinyatakan oleh Devano danRahayu (2016), faktor –faktor

yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak salah

satunya adalah kualitas pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak.

Kualitas pelayanan adalah ukuran citra yang diakui masyarakat mengenai

pelayanan yang diberikan, apakah masyarakat puas atau tidak puas dengan

layanan yang diberikan.

Menurut Nila (2015:76), indikator kualitas pelayanan pajak, antara lain:

a. Kehandalan dapat didefinisikan sebagai probabilitas sistem akan memiliki

kinerja sesuai fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu

b. Ketanggapan suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan

yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian

informasi yang jelas

c. Jaminan adalah dimensi dari kualitas pelayanan yang berkaitan dengan

pengetahuan dan keramahan petugas pemberi layanan serta kemampuan

mereka untukmenginspirasi kepercayaan dan kenyamanan bagi pengguna

layanan
34

d. Empati yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan konsumen.

e. Bukti Fisik meliputi penempilan fisik, seperti gedung dan ruangan front

office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan

ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.

2.8 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan menurut Devano dan Rahayu (2016) merupakan

ketaatan, tunduk danpatuhserta melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib

pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta

melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Dalam pelaksanaan peraturan perpajakan,

maka akan terdapat dua pihak yang berkaitan dengan hal tersebut. Pihak

tersebut yaitu pemerintah sebagai pembuat peraturan perpajakan

danmasyarakat (wajib pajak) yang melakukan pelaksanaan perpajakan.Untuk

mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus-menerus kesadaran

dankepatuhan masyarakat (wajib pajak) untuk memenuhi kewajiban pajak

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Adapun indicator dalam mengukur kepatuhan Wajib pajak menurut

Siti Kurnia (2016:68), yaitu:

a. Kepatuhan Wajib pajak dalam mendaftarkan diri

b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan

c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang

d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan


35

2.9 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,

Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan Publik

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak yangtelah dilakukan sebelumnya yaitu :

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil


1. Siti Salma (2018) Pengaruh 1. Terdapat pengaruh positif
pengetahuan dan yang signifikan antara
kesadaran wajib pengetahuan wajib pajak
pajak terhadap terhadap kepatuhan wajib
kepatuan wajib pajak dalam membayar
pajak dalam pajak bumi dan bangunan.
membayar pajak 2. Ada pengaruh positif yang
bumi dan bangunan signifikan antara
(PBB) kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar
pajak bumi dan bangunan
di Kecamatan Manggala
Kota Makassar.
3. Ada pengaruh antara
pengetahuan wajib pajak
dan kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib
pajak secara simultan
dalam membayar pajak
bumi dan bangunan di
Kecamatan Manggala
Kota Makassar
2. Andrea Meylita Pengaruh 1. Kesadaran wajib pajak
dan Teguh kesadaran wajib tentang perpajakan
Erawati (2017) pajak, sansi berpengaruh signifikan
perpajakan, terhadap kepatuhan wajib
pengetahuan pajak bumi dan bangunan
perpajakan, dan 2. Pengetahuan perpajakan
pelayanan fiskus berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan terhadap kepatuhan wajib
wajib pajak bumi pajak bumi dan bangunan.
dan bangunan 3. Pelayanan fiskus
berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak bumi dan bangunan.
3. Kadek Pengaruh sangsi 1. Ada pengaruh positif dan
Suciningsih, dkk perpajakan dan signifikan sanksi
(2017) kesadaran wajib perpajakan terhadap
36

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil


pajak terhadap kesadaran wajib pajak
kualitas pelayanan 2. Ada pengaruh positif dan
serta dampaknya signifikan sanksi
pada kepatuhan perpajakan dan kesadaran
wajib pajak dalam wajib pajak terhadap
membayar pajak kualitas pelayanan
bumi dan bangunan 3. Ada pengaruh positif dan
signifikan sanksi
perpajakan terhadap
kualitas pelayanan
4. Ada pengaruh positif dan
signifikan kesadaran wajib
pajak terhadap kualitas
pelayanan
5. Ada pengaruh positif dan
signifikan kualitas
pelayanan terhadap
kepatuhan wajib pajak
6. Ada pengaruh positif dan
signifikan sanksi
perpajakan dan kesadaran
wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak
7. Ada pengaruh positif dan
signifikan sanksi
perpajakanterhadap
kepatuhan wajib pajakdan
8. Ada pengaruh positif dan
signifikan kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) di
Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Buleleng.
4. Ni Kadek dan Pengaruh Berdasarkan penjelasan
Ketut Alit (2017) kesadaran wajib diatas dapat disimpulkan
pajak, pengetahuan tentang variabel yang diteliti
perpajakan, dalam penelitian ini
pelayanan fiskus, memiliki pengaruh pada
dan sanksi kepatuhan wajib pajak
administrasi pada yaitu: kesadaran WP,
kepatuhan wajib pengetahuan perpajakan,
pajak restoran persepsi tentang pelayanan
fiskus dan persepsi wajib
pajak tentang sanksi
administrasi berpengaruh
37

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil


pada kepatuhan wajib pajak
restoran di Kabupaten
Badung.
5. Moh. Ardianto Pengaruh Biaya Terdapat pengaruh yang
Refly Efendy Kepatuhan, Sanksi positif antara biaya
(2015) Perpajakan dan kepatuhan, sanksi
Kesadaran Wajib perpajakan dan kesadaran
Pajak terhadap WP terhadap kepatuhan
Kepatuhan Wajib Wajib Pajak
Pajak
6. Yuni Setyowati Pengaruh 1. Pengetahuan perpajakan
(2014) pengetahuan berpengaruh positif dan
perpajakan, sanksi signifikan terhadap
pajak dan kepatuhan wajib pajak
kesadaran wajib orang pribadi dalam
pajak terhadap membayar Pajak Bumi
kepatuhan wajib dan Bangunan
pajak orang pribadi 2. Sanksi pajak berpengaruh
dalam membayar positif dan signifikan
pajak bumi dan terhadap kepatuhan wajib
bangunan di desa pajak orang pribadi dalam
kalidengen membayar Pajak Bumi
kecamatan temon dan Bangunan
kabupaten kulon 3. Kesadaran wajib pajak
progo berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam
membayar Pajak Bumi
dan Bangunan
4. Pengetahuan perpajakan,
sanksi pajak dan
kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif dan
signifikan secara bersama-
sama terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi
dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan
7. Muhammad Sairi Pengaruh Sikap, Terdapat pengaruh
(2014) Kesadaran Wajib yangpositif antara sikap,
Pajak dan kesadaran wp
Pengetahuan danpengetahuan perpajakan
Perpajakan terhadap kepatuhan wajib
Terhadap dalam membayar PBB.
KepatuhanWajib
Pajak Dalam
38

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil


Membayar
PBBSebagai Pajak
Daerah di
Kabupaten
Probolinggo
8. Doni Sapriadi Pengaruh Kualitas Terdapat pengaruh yang
(2014) Pelayanan Pajak, positif dan signifikan antara
Sanksi Pajak Dan kualitas pelayanan public,
Kesadaran Wajib sanksi perpajakan, dan
Pajak Terhadap kesadaran WP terhadap
Kepatuhan Wajib kepatuhan WP dalam
Pajak Dalam membayar PBB
Membayar PBB
9. Bayu Ageng Pengaruh Sikap, Terdapat pengaruh yang
Wahyu Utomo Kesadaran Wajib positif antara kesadaran WP
(2014) Pajak, dan terhadap kepatuhan wajib
pengetahuan pajak. Namun sikap wajib
Perpajakan pajak tidak berpengaruh
Terhadap terhadap kepatuhan wajib
Kepatuhan Wajib pajak dalam membayar
Pajak Dalam PBB.
Membayar PBB di
Kecamatan
Pamulang Kota
Tangerang Selatan
10. Berly Angkoso Pengaruh reformasi Terdapat pengaruh yang
(2014) administrasi positif antara reformasi
perpajakan, administrasi perpajakan,
Pengetahuan dasar pengetahan dasar wp
waib pajak tentang tentang perpajakan,
perpajakan, dan kesadaran perpajakan
kesadaran terhadap kepatuhan wajib
perpajakan pajak
terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak

2.10 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pengaruh pengetahuan

perpajakan, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, serta kualitas

pelayanan pajakterhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.


39

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual
Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi
Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar PBB

Pengetahuan Perpajakan (XI)


H1
Kepatuhan Wajib
H2
Pajak
Kesadaran Wajib Pajak (X2) (Y)

H3
Sanksi Perpajakan (X3)
H4

Kualitas Pelayanan Pajak (X4)

H5

2.11 Pengembangan Hipotesis

a. Pengetahuan Perpajakan

Seseorang yang berpendidikan pajak akan mempunyai pengetahuan

tentang perpajakan, baik itu soal tarif pajak yang akan mereka bayar,

maupun manfaat pajak yangakan berguna bagi kehidupan mereka.

Dengan adanya pengetahuan perpajakan tersebut akan membantu

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga kepatuhan

akan meningkat. Berly Angkoso (2016) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian, semakin baik

pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan maka kepatuhan


40

wajib pajak akan semakin baik. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesis yang dapat disusun adalah:

H1: Diduga pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di

Kabupaten Mentawai.

b. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib

pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan

dengan benar dan sukarela (Muliari dan Setiawan. 2015). Dimana

kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak agar

mereka rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi

perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat

waktu dan tepat jumlahnya. Rachman (2014) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Berdasarkan uraian

diatas maka hipotesis yangdapat disusun adalah:

H2: Diduga kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di

Kabupaten Mentawai.

c. Sanksi Perpajakan

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan

dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan

alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan


41

(Mardiasmo, 2016). Pengenaan sanksi perpajakan inidapat

menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Doni

Sapriadi (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat

pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yangdapat

disusun adalah:

H3: Diduga sanksi perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di

Kabupaten Mentawai.

d. Kualitas Pelayanan Pajak

Pelayanan fiskus adalah cara petugas pajak dalam membantu,

mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan

seseorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak (Jatmiko, 2016).

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar

pajak tergantung bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan

yang terbaik kepada wajib pajak. Dengan memberikan pelayanan yang

berkualitas. maka wajib pajak akan senang dalam membayar pajak

danpatuh dalam membayar pajak. Doni Sapriadi (2014) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat pengaruh kualitas

pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

PBB. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yangdapat disusun

adalah:
42

H4: Diduga kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di

Kabupaten Mentawai.

e. Pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak, sanksi

perpajakan dan kualitas pelayanan pajak

Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah diterapkan

kepada semua wajib pajak dengan tidak membedakan perlakuannya,

maka setiap wajib pajak cenderung untuk menjalankan kewajiban

pajaknya dengan baik dan akan menimbulkan kepatuhan dalam diri

wajib pajak. Wajib pajak yangmemiliki kesadaran moral tentu akan

melakasanakan kewajiban pajaknya dengan baik. Seseorang yang

mempunyai pengetahuan tentang perpajakan, akan membantu

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak,

dandisertai dengan mutu pelayanan terbaik yangdiberikan oleh

fiskus.Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat disusun

adalah:

H5: Diduga pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak,

sanksi perpajakan dankualitas pelayanan pajak

berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB di Kabupaten

Mentawai.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Dinas Badan Keuangan Daerah

Kabupaten Kepulauan Mentawai yang beralamat di Jalan. Raya tua pejat km.

4 Kabupaten Kepulauan Mentawai

3.1.1 Sejarah Singkat

Satuan Kerja Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif

meliputi satuan kerja/satuan organisasi kementerian/departemen, Lembaga

Pemerintah Non Departemen, kesekretariatan lembaga tinggi negara, dan

instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah, termasuk Badan

Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara, dan Badan Usaha Milik

Daerah. Dalam pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Daerah, Instansi

pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

meliputi Kementrian Koordinator/Kementrian Negara/Departemen/

Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Provinsi, Pemko,

Pemkab serta lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi

pemerintahan dengan menggunakan APBN dan/APBD

3.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi beserta uraian tugasnya dibutuhkan oleh

setiap organisasi, untuk memberi arah kepada organisasi tersebut

sehingga semua kegiatan dapat berjalan dengan baik dan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi yang baik adalah

43
44

struktur organisasi yang menggambarkan dengan jelas wewenang dan

tanggung jawab serta fungsi dari setiap bagian yang ada dalam

organisasi tersebut. Kepala badan keuangan adalah kedudukan tertinggi

didinas badan keuangan. Berikut adalah struktur organisasinya

Gambar 3.1
Struktur Organisasi
3.1.3 Job Deskription

3.1.3.1 Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan

urusan pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan dan kawasan

permukiman serta tugas pembantuan yang diberikan kepada Daerah.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan menyelenggarakan

fungsi:

1. Perumusan kebijakan dibidang pekerjaan umum dan penataan

ruang, perumahan dan kawasan permukiman

2. Pelaksanaan kebijakan dibidang pekerjaan umum dan penataan

ruang, perumahan dan kawasan permukiman

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang pekerjaan umum dan

penataan ruang, perumahan dan kawasan permukiman; pelaksanaan


45

administrasi dibidang pekerjaan umum dan penataan ruang,

perumahan dan kawasan permukiman

4. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan

tugas dan fungsinya.

3.1.3.2 Sekretaris Dinas

Sekretari mempunyai tugas mengoordinasikan perencanaan,

pembinaan dan pengendalian terhadap program serta memberikan

pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan. Sekretaris

menyelenggarakan fungsi:

1. Pengoordinasian penyelenggaraan tugas Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan

2. Penyusunan rencana program kerja dan anggaran Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan

3. Penyiapan peraturan perundang-undangan dibidang pekerjaan umum

dan penataan ruang, perumahan dan kawasan permukiman sesuai

dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh

Pemerintah

4. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh

unit organisasi di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,

kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip dan

dokumentasi
46

5. Penyelenggaraan pengelolaan barang/kekayaan milik negara/Daerah

di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

6. Pengelolaan data dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi

7. Pengoordinasian penyusunan laporan kinerja Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang

langkah-langkah dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang

tugasnya.

3.1.3.3 Subbagian Perencanaan

Mempunyai tugas menyiapkan bahan dan menyusun rencana

program kerja, rencana anggaran dan pelaporan. Subbagian

Perencanaan menyelenggarakan fungsi: penyiapan bahan koordinasi

dan penyusunan rencana program kerja dan rencana anggaran Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan; penyiapan bahan pelaksanaan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

1. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan kinerja Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan

2. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan;

3. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan kinerja Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan


47

4. Penyiapan bahan pengelolaan data dan informasi kegiatan pekerjaan

umum dan perumahan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan tugas dan fungsinya

6. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang

langkah-langkah dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang

tugasnya.

3.1.3.4 Subbagian Keuangan

Mempunyai tugas menyiapkan bahan dan menyelenggaran

administrasi keuangan dan penatausahaan aset. Subbagian Keuangan

dan Aset menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan koordinasi dan penyelenggaraan administrasi dan

penatausahaan keuangan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

2. Pemeliharaan dan penyimpanan bukti dan dokumen keuangan

3. Penyiapan bahan dan penyusunan pelaporan kegiatan dan

pertanggungjawaban keuangan

4. Pelaksanaan penatausahaan dan pengelolaan aset

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

6. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang

langkah-langkah dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang

tugasnya.Menyimpan arsip-arsip dengan baik sehingga bila sewaktu-

waktu diadakan pengontrolan


48

3.1.3.5 Subbagian Kepegawaian dan Umum

Mempunyai tugas menyelenggarakan urusan kepegawaian,

ketatalaksanaan, penatausahaan surat menyurat, urusan rumah tangga,

dan perlengkapan. Subbagian Kepegawaian dan Umum

menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan urusan surat masuk dan keluar, kearsipan, rumah

tangga, perlengkapan, dan keamanan kantor serta kenyamanan kerja

2. Menghimpun dan mengelola bahan dan data kepegawaian yang

meliputi pengangkatan, pemberhentian, kenaikan pangkat, kenaikan

gaji berkala, promosi, mutasi, cuti, askes, taspen dan lain-lain;

3. Fasilitasi penyusunan analisis jabatan, analisis beban kerja dan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan

4. Pengelolaan urusan perjalanan dinas dan keprotokolan

5. Pengurusan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan

pegawai beserta keluarga seperti restitusi pengobatan dan lain-lain

6. Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Sumber Daya

Manusia (SDM) pegawai

7. Penyiapan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan Rencana

Pemeliharaan Barang Unit (RPBU); pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya


49

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan metode

survey menggunakan media angket (kuesioner). Pengumpulan data dilakukan

dengan menyebar kuesioner kepada responden, yang diantar langsung

keresponden yang saat itu sedang membayar pajak di dinas badan keuangan

daerah kabupaten kepulauan Mentawai

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti mengumpulkan data dalam empat cara

yaitu:

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara

langsung di lokasi untuk memperoleh data yang akurat.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya atau

pewawancara dengan si penjawab atau responden. Meskipun wawancara

adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian.

c. Documentation (Dokumentasi)

Yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen

perusahaan serta arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan

masalah yang akan dibahas.

d. Kuesioner (Angket)

Yaitu suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis

mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa


50

orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang

diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

3.4 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden. Responden dari penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang

menjadi wajib pajak. Data yang diperoleh secara langsung dari

responden/ masyarakat baik melalui observasi,wawancara maupun

kuisioner yang diambil sebagai sampel kemudian data ini dianalisa.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yangdiperoleh secara tidak langsung

dari buku, artikel, jurnal, undang-undang dan perda yang berlaku.

2. Sumber data

Data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini berasal dari

beberapa wajib pajak orang pribadi atau masyarakat yang membayar pajak

pada Dinas badan keuangan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.

3.5 Populasi dan Simpel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok, peristiwa atau suatu

ketertarikan yang ingin diselidiki oleh peneliti. Adapun yang menjadi

dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang bertempat tinggal di

Kabupaten Kepulauan Mentawai, yaitu sebanyak 2.923 orang wajib pajak.


51

2. Sampel

Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah

Nonprobability Sampling, yaitu dengan teknik pengambilan sampelnya

Sampling Insidental. Sugiyono (2017:126), “Sampling Insidental adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data. sampel pada penelitian ini diambil jumlah kunjungan

Wajib pajak orang pribadi dan dimintai data yang berkaitan dengan

penelitian yang dengan menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut:

N
n=
1+(Ne 2 )

Diketahui

N = 2.923
e = Term Error yaitu 0,05
n = Ukuran sampel yang dicari
N
n= 2
1+ N (e )

2.923
=
1+ 2.923¿ ¿

2.923
=
1+ 2.923¿ ¿

2.923
=
1+ 2.923(0,1)

2.923
=
30,23

= 96.69
52

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang wajib pajak

pribadi.

3.6 Defenisi Operasional

Definisi operasional variable penelitian merupakan penjelasan dari

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-

indikator yang membentuknya. Definisi operasional penelitian ini dapat

dilihat pada table berikut ini :

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Jenis Defenisi Indikator Skala
Variabel
Pengetahuan Pengetahuan adalah a. Emosi Skala
Perpajakan sesuatu yang hadir dan b. Tradisi Likert
(X1) terwujud dalam jiwa dan c. Keterampilan dan
pikiran seseorang d. Informasi
dikarenakan adanya (Abdullah, 2019)
reaksi, persentuhan dan
hubungan dengan
lingkungan dan alam
sekitarnya (Abdullah,
2015)
Kesadaran Kesadaran wajib pajak Variabel kesadaran Skala
wajib pajak merupakan suatu kondisi wajib pajak diukur Likert
(X2) dimana wajib pajak dengan melihat
mengetahui, memahami, beberapa indikator
dan melaksanakan seperti kepatuhan wajib
ketentuan perpajakan pajak dalam
dengan benar dan mendaftarkan diri,
sukarela (Muliari dan kepatuhan dalam
Setiawan. 2014) penghitungan dan
pembayaran pajak
terutang, dan tidak
pernah dijatuhi
hukuman karena
melakukan tindakan
pidana dalam
perpajakan Arief
Rachman, 2016).
Sanksi Sanksi pajak merupakan Variabel sanksi Skala
perpajakan jaminan bahwa ketentuan perpajakan dilihat dari Likert
53

Jenis Defenisi Indikator Skala


Variabel
(X3) peaturan Perundang- wajib pajak yang
undangan perpajakan dikenakan sanksi bila
(norma perpajakan) akan mengabaikan
dituruti/ditaati/dipatuhi, kewajiban pajak,
dengan kata lain sanksi menyembunyikan
perpajakan merupakan objek pajak,
alat pencegah agar wajib memalsukan data, dan
pajak tidak melanggar tidak membayar pajak
norma perpajakan yang sudah jatuh
(Muliari dan Setiawan, tempo.
2016) (Mardiasmo, 2014).
Kualitas Pelayanan fiskus adalah f. Fiskus diharapkan
pelayanan cara petugas pajak dalam memiliki kompetensi
pajak (X4) membantu, mengurus, skill (kemampuan),
atau menyiapkan segala knowledge
keperluan yang (pengetahuan),
dibutuhkan seseorang experience
yang dalam hal ini adalah (pengalaman) dalam
wajib pajak hal kebijakan
perpajakan,
administrasi pajak
dan perundang-
undangan.
g. Fiskus memiliki
motivasi tinggi
sebagai pelayan
publik.
h. Perluasan Tempat
Pelayanan Terpadu
(TPT).
i. TPT dapat
memudahkan
pengawasan
terhadapproses
pelayanan yang
diberikan kepada
Wajib Pajak.
j. Sistem informasi
perpajakan dan
sistem administrasi
perpajakan
merupakan sistem
layanan prima
kepada Wajib Pajak
manjadi semakin
nyata (Nila, 2014)
54

Jenis Defenisi Indikator Skala


Variabel
Kepatuhan Kepatuhan formal Kepatuhan wajib pajak Skala
wajib pajak adalah suatu keadaan dipengaruhi oleh Likert
dalam dimana wajib pajak beberapa indikator
membayar memenuhi Kondisi sistem
PBB (Y) kewajibannya secara kesadaran perpajakan
formal sesuai dengan suatu negara, pelayanan
Ketentuan Perundang- pada wajib pajak,
undangan Perpajakan penegakan hukum
(Devano dan Rahayu, perpajakan,
2016:110) pemeriksaan pajak, dan
tarif pajak, yang
merupakan faktor
formal atau pemerintah.
Sedangkan faktor yang
berasal dari dalamdiri
wajib pajak yaitu:
tingkat pemahaman,
pengalaman, dan
penghasilan. (Franklin,
2015)

3.7 Metode Analisis Data

Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

berbagai pengujian statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk

menguji hipotesis tetapi juga untuk pengujian statistik lainnya.

1. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah regresi linier untuk

menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang

jumlahnya lebih dari dua (Sugiono, 2014:210). Adapun persamaan model

regresi berganda tersebut adalah (Sugiono, 2014: 210):

Y = λ+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+e

Keterangan:

Y : nilai prediksi dari Y


55

λ : bilangan konstan

b1,b2,...,bk : koefisien variabel bebas

x1,x2, : variabel independen

x1 : pengetahuan perpajakkan

x2 : kesadaran wajib pajak

x3 : sanksi perpajakan

x4 : kualitas layanan pajak

Mendeteksi variabel X dan Y yang akan dimasukkan (entry) pada analisis

regresi di atas dengan bantuan software sesuai dengan perkembangan yang

ada, misalkan sekarang yang lebih dikenal oleh peneliti SPSS. Hasil

analisis yang diperoleh harus dilakukan interpretasi (mengartikan), dalam

interpretasinya pertama kali yang harus dilihat adalah nilai F-hitung karena

F-hitung menunjukkan uji secara simultan (bersama -sama), dalam arti

variabel X1, X2, ...Xn secara bersama –sama mempengaruhi terhadap Y.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ini digunakan untuk mengetahui apakah model

regresi tersebut benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan

res presentatif maka model dari uji asumsi klasik tersebut harus memenuhi

asumsi klasik regresi (Ghozali, 2011:161).

3. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2013: 160). Seperti diketahui bahwa Uji T dan F mengasumsikan bahwa

nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar


56

maka uji statistik tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara

untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analisis grafik atau uji statistik (Ghozali, 2013: 160).

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability

plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan

pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa regresi memenuhi

asumsi normal. Uji Statistik yang digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S)

Artinya jika nilai Kolmogrov-Smirnov > 0,05 maka data penelitian

berdistribusi normal.

4. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen (Ghozali, 2013: 105). Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama


57

variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh suatu estimasi model

regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak

terikat

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika

antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi

(lebih dari 0,09), maka merupakan indikasi adanya

multikolonieritas

c. Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF),

suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas

apabila mempunyai nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10.

5. Uji Heteroskendastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2013:44). Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan

data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini

menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan

besar).

6. Uji Hipotesis

a. Uji t
58

Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini secara individual

dalam menerangkan variabel dependen secara parsial (Ghozali, 2016).

Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini menurut

Ghozali (2016) adalah jika p value < 0,05 maka Hipotesis diterima.

Sebaliknya, jika p value ≥ 0,05 maka Hipotesis ditolak (Ghozali, 2016).

1. Menetukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% dimana dapat di

ketahui dengan menggunakan indikator sebagai berikut:

a. Jika angka signifikan (sig) < 0,05 maka kedua variabel

mempunyai hubungan yang signifikan.

b. Jika angka signifikan (sig) > 0,05 maka kedua variabel tidak

mempunyai hubungan yang signifikan.

2. Pengambilan Keputusan

a. Jika T hitung < T tabel, maka H0 diterima H1 ditolak

b. Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak H1 diterima

b. Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

atau variabel terikat (Ghozali, 2016).

Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian yang

menggunakan p value atau F hitung adalah jika p value < 0,05 atau F
59

hitung ≥ F tabel maka Hiptesis diterima. Sebaliknya, jika p value ≥ 0,05

atau F hitung < F tabel maka Hipotesis ditolak (Ghozali, 2016:43).

1. Menetukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% (a=0,05),

dimana nilai df1 diperoleh dari jumlah variabel 1 dan df2 dari n-k-1

dimana n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel

dependen.

2. Pengambilan Keputusan

a. Jika F hitung < F-tabel, maka HO diterima H1 ditolak

b. Jika F hitung ≥ F tabel maka HO ditolak H1 diterima

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan alat untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R 2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika

nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-

variabel dependen (Ghozali, 2016:58).


60

DAFTAR PUSTAKA

Abdulla. 2019. Kamus Pajak. Yogjakarta: CV. Andi Offset.

Angkoso, Berly. 2016. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan,


Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan, DanKesadaran
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Devano, Sony dan Rahayu. 2016. Perpajakan, Konsep, teori dan isu. Jakarta :
Kencana.

Efendy, Moh. Ardianto Refly. 2016. Pengaruh Biaya Kepatuhan, Sanksi


Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Jurnal Administrasi Bisnis Perpajakan (JAB) Vol. 5 No. 2 2015.

Fitriandi, Primandita, dkk. 2011. Kompilasi Undang-Undang Perpajakan. Salemba


Empat.

Franklin, Bernama. 2014. Pengaruh Tingkat pemahaman, pengalaman,


penghasilan, administrasi perpajakan, kompensasi pajak, dan sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kecamatan
Padang Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Padang.

Ghozali, I, 2016. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Kelima,


Semarang: Universitas Diponegoro.

Hardiningsih, Pancawati, dkk. 2011. Faktor-Faktor YangMempengaruhi


Kemauan Membayar Pajak. Dinamika Keuangan danPerbankan, Nopember
2011, Hal: 126 -142 Vol. 3, No. 1

Handayani, Sapti Wuri. 2017. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan


membayar Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi kewajiban dalam
membayar Pajak. Skripsi.

Laily, Jannatul Poetry. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat


Kepatuhan Yayasan Pendidikan Swasta dalam Membayar Pajak
Penghasilan. Skripsi. Universitas Jember.

Mardiasmo. 2017. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.


61

Muliari, N.K, dan Putu Ery Setiawan, 2014. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
Jurnal Ilmiah Akuntansi danBisnis Vol.6, No.1 Januari 2011.1-23.

Mutia, Sri Putri Tita. 2014. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan,
Pelayanan Fiskus, Dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi. Padang:Universitas Negeri Padang.

Nila. 2015. Indikator Kualitas Pelayanan Pajak. Dinamika Keuangan dan


Perbankan.

Pahala, Indra, dan Nuramalia. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Beban Pajak Penghasilan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Prosiding Simposium Nasional Pepajakan
4.
Pandiangan, Liberty.2014. Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan
Berdasarkan UU Terbaru. Jakarta : PT.Elexmedia Komputindo Kelompok
Gramedia

Peraturan Daerah Kota Mentawai Nomor 5 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan PedesaandanPerkotaan. 2012. Bukittinggi. Penerbit Sekretaris
Daerah Kota Bukittinggi.Permatasari, Aprilia. 2012. Pengaruh Kesadaran
WP Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan WP Dalam Membayar PBB.
Bali:Universitas Udayana.

Poetry, Jannatul Laily, dkk. 2014. Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi


Tingkat Kepatuhan Yayasan Pendidikan Swasta Dalam Membayar Pajak
Penghasilan. Artikel Ilmiah. Universitas Jember.

Prabawa, Made Adi Mertha, dkk. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Sikap
Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP
Badung Utara.Bali: Udayana Denpasar.

Priyatno, Duwi. 2011. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI

Qomaria, Siti. 2008. Analisis Pengaruh Pengetahuan Tentang Pajak danTingkat


Pendidikan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Membayar Pajak. Skripsi
strata-1. Jakarta: Fakultas Ekonomi danBisnis UIN Syarif Hidayatullah.

Saputra, Robert. 2015. Pengaruh Sanksi, Kesadaran Perpajakan, danKualitas


Pelayanan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi
danBangunan. Artikel Ilmiah. Universitas Negeri Padang.

Sairi, Muhammad. 2014. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak


DanPengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
62

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah Di Kabupaten


Probolinggo. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Sapriadi, Doni. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak dan
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar PBB (Pada Kecamatan Selupu Rejang). Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Saputra, Robert. 2015. Pengaruh Sanksi, Kesadaran Perpajakan, dan Kualitas


Pelayanan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan. Artikel Ilmiah. Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Padang.

Sari, Titra Ratna. 2015. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan


Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Naskah Publikasi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Siti Kurnia.2016. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogjakart:


Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Sasana, Hadi. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi kasus di Kabupaten Banyumas)

Soemitro. 2017. Asas Dasar Perpajakan. Bandung : Refika Aditama.

Sommerfeld. 2014. Asas Dasar Perpajakan. Jakarta, Edisi 4, Penerbit Salemba


Empat

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1, Bandung: Alfabeta.

Supadmi, Ni Luh. 2016Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas


Pelayanan. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Supriyanto. 2017. Pengaruh Pengetahuan Tentang Pajak, Mutu Pelayanan dan


Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. Jurnal Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Susilawati, dkk. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak,


Sanksi Perpajakan Dan Akuntansi Pelayanan Publik Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Syahril, Farid. 2013. Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Dan Kualitas
Pelayanan Fiskus Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pph Orang
Pribadi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Rahman Arif. 2016. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, dan
Pendapatan terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
63

Wilayah Kota Bukittimggi.ARTIKEL Fakultas Ekonomi Universitas Negeri


Padang.

Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah


diubah dengan undang-undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Utami, Thia Dwi, dkk. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu. Jurnal Akuntansi. STIE MDP.

Utomo, Banyu Ageng. 2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak,


DanPengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi DanBangunan Di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan. Skripsi.Fakultas Ekonomi DanBisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Waluyo. Perpajakan Indonesia, Edisi Delapan, Salemba Empat, Jakarta, 2015.

Waluyo dan Wirawan. 2016. Perpajakan Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Salemba


Empat.

Wicaksono, Dimas Bayu. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran


Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan. Usulan Penelitian.

Yusnidar, Johan, dkk. 2015. Pengaruh Faktor-Faktor YangMempengaruhi

Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol. 1 No. 1

Januari 2015.
KUISIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KESADARAN
WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN DAN KUALITAS
PELAYANAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMBAYAR PBB DI DINAS BADAN
KEUANGAN DAERAH KABUPATEN
KEPULAUAN MENTAWAI

Kepada Yth Bapak/ Ibu/Saudara/i,

Saya mahasiswa Universitas Ekasakti Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi sedang melakukan penelitian untuk memperoleh informasi

yang saya butuhkan dalam penulisan skripsi. Oleh karena itu, saya

mengharapkan Bapak/Ibu/Saidara/i dapat meluangkan waktu mengisi

kuesioner di bawah ini. Atas bantuan serta partisipasi

Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terimakasih

Penulis

(Nela Yuni Nur Hafsafari)

43
44

IDENTITAS RESPONDEN

1. Jenis kelamin Anda:  Laki-laki Perempuan


2. Usia Anda:
 Antara 17 – 23 tahun  Antara 38 – 44 tahun
 Antara 24 – 30 tahun  Antara 45 – 51 tahun
 Antara 31 – 37 tahun  Di atas 51 tahun
3. Pendidikan Anda:
 SMA ke Bawaah  Diploma
 S1
4. Bidang Pekerjaan :

DAFTAR PERNYATAAN

Bapak/Ibu diminta untuk menilai keadaan yang sebenarnya sampai dengan


pada saat ini dengan menggunakan skala lima, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Pengetahuan Perpajakan (X1)

No Pernyataan SS S R TS STS
Pengetahuan terhadap fungsi pajak
1 Saya paham dengan fungsi pajak yang saya
45

berikan
2 Saya tidak tahu fungsi pajak yang sudah saya
bayarkan
Pengetahuan terhadap peraturan
3 Saya akan diberi sanksi pidana jika dengan
sengaja memperlihatkan dokumen palsu atau
dipalsukan
4 Saya akan diberikan sanksi sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku jika
diketahui berbuat kecurangan terhadap peraturan
yang telah dibuat
Pengetahuan terhadap pendaftaran wajib
pajak
5 Saya mengerti dengan cara pendafran wajib
pajak
6 Terlalu sulit untuk pengurusan pendaftaran wajib
pajak
Pengetahuan Tata Cara Pembayaran Pajak
7 Saya mengetahui prosedur dalam pembayaran
pajak
8 Saya tidak mengerti dengan alur dan tata cara
dalam memvayar pajak
Pengetahuan Terhadap Tarif Pajak
9 Saya mengetahui besar tarif yang dikenakan pada
pajak bumi dan bangunan saya
10 Saya kurang paham cara menentukan besar tarif
pajak bumi dan bangunan rumah saya

Kesadaran Wajib Pajak (X2)

No Pernyataan SS S R TS STS
46

Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


1 Saya memiliki nomor pokok wajib pajak
2 Saya tidak memiliki nomor pokok wajib pajak
3 Saya memiliki kendala saat pengurusan nomor
wajib pajak
Paham Terhadap Hak dan kewajiban
4 Membayar pajak merupakan kewajiban saya
sebagai warga negara
5 Saya membayar pajak yang terutang tepat pada
waktunya
6 Saya melaporkan detail perubahan tanah dan
bangunan
Paham Terhadap Sanksi yang diterima
7 Saya paham akan sanksi yang diterima apabila
telat bayar pajak
8 Saya akan diberi sanksi jika terlambat atau tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya
9 Denda yang saya terima menumpuk karena tidak
pernah membayar pajak

Sanksi Perpajakan (X3)

No Pernyataan SS S R TS STS
Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak
harus jelas dan tegas
1 Saya akan diberi sanksi jika terlambat atau tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya
2 Saya akan diberi sanksi jika menyembunyikan
objek pajaknya
3 Saya akan diberi sanksi pidana jika dengan
sengaja memperlihatkan dokumen palsu atau
47

dipalsukan
Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi
(not arbitrary), tidak ada toleransi
4 Tidak ada toleransi untuk kelalaian pembayaran
pajak
5 Dalam membayaran pajak adalah suatu
keharusan dan tidak ada kompromi
6 Saksi perpajakan diterapkan pemerintah adalah
system denda
Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang
7 Sanksi yang ditetapkan saya rasa tidak sesuai
dengan realitanya
8 Sanksi yang ada menurut saya sudah seimbang
9 Peraturan pemerintah mengenai sanksi
perpajakan menurut saya tidak seimbang
Hendaknya sanksi yang diberikan langsung
memberikan efek jera
10 Sanksi diperlukan untuk menciptakan
kedisiplinan wajib pajak dalam membayar pajak
11 Saya jera dengan sanksi yang elah ditetapkan
pemerintah
12 Sanksi yang sudah ada akan membuat wajib
pajak jera apabila tidak menaati aturan yang ada

Kualitas Pelayanan (X4)

No Pernyataan SS S R TS STS
Kehandalan
1 Saya merasa pelayanan yang diberikan sesuai
dengan yang dijanjikan.
2 Saya merasa pengurusan validasi Pajak selesai
tepat waktu.
3 Petugas memberikan layanan yang sama untuk
setiap orang
Ketanggapan
4 Petugas selalu sigap dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi wajib pajak
5 Petugas tanggap atas keluhan yang disampaikan
48

oleh wajib pajak


6 Petugas cekatan dalam mengatasi masalah dalam
pelayanan pajak
Jaminan
7 Informasi yang diberikan petugas pelayanan
dapat dipercaya.
8 Pengetahuan dan rasa tanggung jawab petugas
akan tugas-tugas bidang yang ditangani
9 Keamanan data-data wajib pajak
Empati
10 Petugas memberikan perhatian yang tulus/ikhlas
kepada wajib pajak
11 Petugas selalu memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh wajib pajak.
12 Petugas memberikan kepuasan dan keyakinan
dalam informasi pajak
Bukti Fisik
13 Saya menilai bahwa gedung kantor tempat
pelayanan Pajak cukup layak
14 Penampilan petugas selalu rapi dan bersih
15 Teknologi/Peralatan yang digunakan sangat
mendukung pelayanan Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (Y)

No Pernyataan SS S R TS STS
Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan
diri
1 Saya mendaftarkan diri untuk mendapatkan
nomor pokok wajib pajak (NPWP)
2 Saya mendaftarkan diri menjalankan kewajiban
sebagai wajib pajak karena ada paksaan dari
pihak fiskus
Kepatuhan Menyetor Kembali Surat
Pemberitahuan
3 Saya tidak pernah menyetor kembali surat
pemberitahuan pajak
4 Saya selalu menyetor surat pemberitahuan pajak
kepada petugas
49

Kepatuhan dalam penghitungan dan


pembayaran pajak terutang
5 Saya paham akan perhitungan denda yang
dibayarkan apabila telat pembayaran pajak bumi
dan bangunan
6 Karena saya tidak mau membayar denda, maka
saya akan selalu tepat waktu dalam pembayaran
paja
Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan
7 Sanksi denda pajak bumi dan bangunan memacu
saya untuk membayar tepat waktu
8 Saya selalu membayar pajak yang tertunggak

Anda mungkin juga menyukai