Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENDIDIK 3 POLA:


MINDSET, TASTE PATTERN, AND BODY PATTERN PADA
ANAK USIA SD/MI (Studi Kasus di MIM Mutiara)

Oleh:

IRSYAD SHALEH

NIM 21160273

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan


gelar Magister Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2022
ABSTRAK

Irsyad Shaleh, Metode Pendidikan Agama Islam Dalam Mendidik 3 Pola:


Mindset, Taste Pattern, And Body Pattern Pada Anak Usia SD/MI (Studi
Kasus di MIM Mutiara). Program Studi Agama Islam Fakultas Agama
islam, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2022.

Penelitian ini bertujuan untuk Menghasilkan Metode Pendidikan Agama


Islam dalam Mendidik Mindset, Taste Pattern, Body Pattern pada anak Usia
SD/MI. Peneliti membatasi masalah Metode Pendidikan Agama Islam dalam
Mendidik Mindset, Taste Pattern, Body Pattern pada anak Usia SD/MI di MI
Muhammadiyah 1 Simo kelas VI B.

Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.


Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dan
teknik analisis data melalui tahapan: reduksi data, penyajian data, dan penerikan
kesimpulan (verification). Serta Teknik keabsahan data menggunakan teknik
peningkatan ketekunan, triangulasi, dan member check.
Temuan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Metode yang tepat
untuk mendidik pola pikir anak adalah diskusi. 2. Metode yang tepat untuk
mendidik pola rasa peserta didik adalah praktek langsung di lingkungan sosial. 3.
Metode yang tepat untuk mendidik pola raga peserta didik adalah dengan rutin
setiap hari melakukan kegiatan jasmani, baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan rumah.

Kata kunci: Metode, Pola Pikir, Pola Rasa, Pola Raga

II
ABSTRACT

Irsyad Shaleh, Islamic Religious Education method in educating 3 poles:


Mindset, Taste Pattern, And Body Pattern at elementary school age(case study
at MI Muhammadiyah 1 Simo). Islamic study program, faculty of islamic
religious, postgraduate program, university of Muhammadiyah Ponorogo,
2022.

This study aims is tu produce a method of islamic religious education in


educating the mindset, taste pattern, body pattern. researchers limit the problem of
islamic religious education methods in educating mindset, taste pattern, body
pattern in elementary school age children. At MI Muhammadiyah 1 Simo.

The method of this research uses descriptive qualitative research methods.


Data collection Thchniques through interviews, observation, and documentation.
Thand the data analysistechnique went throught the stages: data reduction, data
presentation, and conclusion drawing (verification).and the data validity
techniqueuses techniques to increase persistence, triangulation, and member
check.

The findings of this study are as follows: 1. The right method for
educating children student’s mindset is discussion. 2. The right method for
educating students’ taste patterns is direct practice in the social environment. 3.
The right method for educating students’ body patterns is routinely doing body
every day, both in the school environment and at home.

Keywords: method, mindset, taste pattern, body pattern

III
LEMBAR PERSETUJUAN

METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENDIDIK 3 POLA:


MINDSET, TASTE PATTERN, AND BODY PATTERN
PADA ANAK USIA SD/MI

IRSYAD SHALEH
NIM 21160273
Proposal Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
Untuk mendapatkan gelar Mgister Pendidikan Agama Islam

Menyetujui untuk diajukan pada ujian seminar proposal Tesis

TIM PEMBIMBING

NAMA Tanda Tangan Tanggal

Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I


............................... ..............................
Pembimbing 1

Dr. Wahyudi Setiawan, M.Pd.I


............................... ..............................
Pembimbing 2
Ponorogo, 28 September 2022
Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Ketua Program Studi,

Anip Dwi Saputro, M.Pd.


NIK. 1984072720160313

IV
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga proposal tesis ini dengan judul Metode
Pendidikan Agama Islam Dalam Mendidik 3 Pola: Mindset, Taste Pattern, And
Body Pattern Pada Anak Usia SD/MI (Studi Kasus di MIM Mutiara) dapat selesai
dengan baik. Serta Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Shalawat dan
salam-Nya kepada utusan terbaik yaitu Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.

Penyelesaian proposal tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I dan Dr.
Wahyudi Setiawan, M.Pd.I selaku tim pembimbing dalam dalam penyusunan tesis
ini, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan koreksi dengan penuh
kesabaran dan ketelitian, serta kemudahan sehingga proposal tesis ini dapat
selesai. Selain itu, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak, Ibu,
Istri, Anak dan Institusi tempat bekerja yang telah mendidik dan memberikan
restu sehingga penulis dapat melanjutkan studi hingga jenjang pendidikan S2.
Tidak lupa untuk Bapak Anip Dwi Saputro, M.Pd. selaku Ketua Program Studi
magister Pendidikan Agama Islam, temen-temen mahasiswa Pascasarjana atas
dorongan dan masukan, serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian proposal tesis ini. Semoga amal dan kebaikan Bapak/Ibu, Keluarga,
teman-teman semua mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Aamiin.

Ponorogo,

Irsyad Shaleh
NIM 21160273

PERNYATAAN KEASLIAN
V
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Irsyad Shaleh
Nomor Mahasiswa : 21160273
Program Studi : Pascasarjana PAI

Dengan ini menyatakan bahwa proposal tesis ini merupakan hasil karya saya
sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu
perguruan tinggi, dan sempanjang pengetahuan saya dalam proposal disertasi ini
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Ponorogo, 28 September 2022


Yang membuat pernyataan,

Irsyad Shaleh
NIM 21160273
DAFTAR ISI
VI
SAMPUL .................................................................................................... I
ABSTRAK .................................................................................................. II
ABSTRACT ................................................................................................ III
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... IV
KATA PENGANTAR................................................................................. V
PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................... VI
DAFTAR ISI ............................................................................................... VII

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Batasan Masalah .................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1. Manfaat Praktis................................................................................ 6
2. Manfaat Teoritis.............................................................................. 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 7


A. Kajian Teori ......................................................................................... 7
B. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................................... 14
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 16

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 18


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................................... 18
B. Kehadiran Peneliti................................................................................. 21
C. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................ 22
D. Subjek Penelitian.................................................................................. 23
E. Sumber Data.......................................................................................... 23
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data............................................ 24
G. Teknik Analisis Data............................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 30

VII I
BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada Era Abad ke-21 perkembangan dunia mencapai pada abad keterbukaan
atau abad globalisasi. Dimana kehidupan manusia pada abad ini mengalami
perubahan yang fundamental dan berbeda dengan tata kehidupan di abad-abad
sebelumnya. Begitu juga dengan dunia pendidikan, tidak luput dari
perkembangannya yang signifikan dan fundamental. Pendidikan sendiri
merupakan upaya untuk membentuk kepribadian seseorang secara sengaja
maupun tidak. Di setiap negara, Pendidikan memiliki tempat penting dalam
pembangunan.1
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 1 tentang
Sisdiknas disebutkan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
pengendalian diri, spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta kecakapan yang diperlukan untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat. Di
pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
untuk mengembangkan diri melalui pembelajaran yang tersedia di suatu lembaga
pendidikan tertentu.
Istilah Pedidikan dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata didik dengan
diberi awalan pe dan akhiran an. memiliki arti perbuatan. Semula berasal dari
bahasa Yunani paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan untuk anak.
Kemudian dalam bahasa Inggris yaitu education yang berarti bimbingan atau
pengembangan. Dan dalam bahasa Arab ada beberapa arti yaitu at-tarbiyah, at-
1
Rinita Rosalinda Dewi(2021), Strategi Pendidikan Nilai sebagai pembentuk kepribadian siswa di sekolah,
Jurnal Bidang Pendidikan dasar, vol. No. 1, hal.9
ta’lim, dan at-ta’dib. At-Ta’lim berarti pengajaran yang bersifat penyampaian
pengetahuan dan keterampilan. At-Tarbiyah berarti mendidik dan at-Ta’dib yang
berarti pendidikan akhlak/moral.
Tiga istilah Pendidikan ini berasal dari sumber ilmu yang telah Allah SWT
berikan kepada manusia yaitu Al-Qur’an. di dalamnya Allah menjelaskan salah
satu komponen pendidikan yaitu tujuan pendidikan. Dijelaskan di beberapa ayat
yang berbunyi:
ِ ُ‫َو َما َخلَ ْق ُت الْجِ َّن َوا َنس اَّل ِل َي ْع ُبد‬
‫ون‬
Dan Aku tidak menciptakan jin dan
‫ِإْل ِإ‬
manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat 51:56).

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan hidup adalah menyembah kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Begitu juga Pendidikan, memiliki tujuan untuk mengEsakan
Allah SWT. Dari seluruh aktifitasnya, pendidikan memiliki nilai penghambaan
serta pengEsaan kepada Allah SWT. Hal ini perlu perhatian lebih dari lembaga
serta instansi pendukung secara detail untuk mewujudkannya. Bukan hal mudah
dan tidak seluruh lembaga Pendidikan mampu. Namun, seperti inilah tugas
Pendidikan, mendidik peserta didik akan tujuan hidup yaitu penghambaan dan
pengEsaan Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh aktifitas, dari pembelajaran hingga
pulang ke rumah setiap langkahnya memiliki makna penyembahan kepada Allah
SWT. Sesuai pengertiannya, ibadah tidak hanya terbatas pada pelaksanaan
tuntunan ritual, karena makhluk Allah terkhusus manusia tidak hanya
menjalankan hidupnya terus menerus dengan hal tersebut, akan tetapi terdapat
aktifitas-aktifitas lain sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. 2

‫َجا ِع ٌل يِف اَأل ْر ِض َخ ِلي َف ًة قَالُو ْا َأجَت ْ َع ُل ِفهيَا َمن يُ ْف ِسدُ ِفهيَا َوي َْس ِف ُك‬ ‫و ْذ قَا َل َرب ُّ َك ِللْ َم َالِئ َك ِة يِّن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
َ ‫َون ُ َق ِّد ُس كَل َ قَا َل يِّن َأ ْعمَل ُ َما َال تَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ َ‫ّ ِادل َماء َوحَن ْ ُن ن ُ َس ّب ُِح حِب َ ْم ِدك‬
‫ِإ‬
Ingatlah ketika Rabb-Mu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:
“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
2
Hamzah Djunaidi, (2014), Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an, Jurnal lentera Pendidikan, Vol. 17, No. 1,
hal. 2
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkan dan mensucikan Engka?” Rabb
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
(QS. Al-Baqarah 2:30).

Tujuan Pendidikan selanjutnya, yang memiliki hubungan erat dengan tujuan


sebelumnya ialah khalifah, pemimpin di muka bumi ini. Setiap manusia memiliki
amanah untuk memakmurkan, melestarikan, dan menjaga bumi Allah SWT yang
tidak semua makhluk sanggup mengembannya. Hal tersebut telah diabadikan oleh
Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72 yang artinya
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir tidak akan melaksanakannya (berat). Lalu dipikullah amanat itu oleh
manusia”.
Ini artinya amanat untuk menjadi khalifah di muka bumi ini tidak ringan dan
mudah, akan tetapi berat dan perlu usaha yang lebih. Dikarenakan makhluk Allah
seperti langit, bumi, dan gunung saja tidak mampu untuk mengembannya. Oleh
karena itu manusia tidak bisa memegang amanat itu sendiri, setiap elemen
masyarakat harus berkolaborasi, bersineregi, dan bekerja sama dalam mengemban
amanah khalifah ini. Salah satunya masyarakat berkolaborasi dengan lembaga
Pendidikan untuk saling menopang amanah ini. Lembaga pendidikan juga
mengerti dan menerapkan prinsip Tujuan Pendidikan ini dengan tepat.
Tidak dapat dipungkiri dalam perkembangannya, dunia pendidikan
melewati banyak problem dalam mencapai tujuan. Setidaknya terdapat tiga hal
berikut, yaitu: masalah dalam pendidikan pola pikir, pola rasa, dan pola raga anak.
Di usia anak antara 7-12 tahun ini masa pertumbuhan begitu signifikan. Dari
aspek pola pikir anak, anak usia ini memiliki karakteristik berpikir yang khas.
Cara berfikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah dan orang dewasa. Cara
mereka mengamati dan menelaah lingkungan dan pengetahuan pun berbeda. Teori
perkembangan kognitif(pola pikir) mengatakan anak usia ini berada pada tahap
ketiga dalam tahapan perkembangan kognitif(pola pikir). Pada tahap ini, anak
dinilai telah mampu memikirkan sesuatu secara logis terhadap segala sesuatu yang
terjadi, namun belum mampu menalar hal-hal yang bersifat abstrak. Hanya saja di
beberapa tempat atau lingkungan, aspek perkembangan ini belum terlalu
berkembang dan dipedulikan. Padahal ini merupakan hal penting bagi anak.
Melihat dari sisi perkembangan yang lain, yaitu pada pola rasa atau emosi
anak. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan emosi dari sebelumnya pada
usia anak-anak yang masih memiliki emosi yang sederhana. Di titik ini, emosi
anak bertambah seperti emosi cemburu, iri hati, sedih, takut, kasih sayang, dan
beberapa yang lain. Sesuai faktornya, pola rasa anak terbentuk. Dalam Islam ada
beberapa faktor yang dapat mendidik pola rasa anak, yaitu faktor iman dan takwa.
Dengan anak mengenal serta memahami faktor ini pola rasanya berkembang
dengan baik bahkan luar biasa. Ini hal yang harus dikembangkan di masyarakat
tanpa terkecuali lembaga pendidikan. Namun faktanya, terdapat beberapa lembaga
yang belum mengembangkan hal ini pada diri anak.
Satu pola lagi yang perlu diperhatikan, yiatu pola raga anak. Anak yang
merupakan buah hati orang tua harus diperhatikan perkembangan kesehatan dan
raganya. Sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW seseorang harus
mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan. Dengan cara yang
baik serta diiringi do’a.
‫اَي بَيِن آ َد َم خ ُُذو ْا ِزينَتَمُك ْ ِعندَ لُك ِ ّ َم ْسجِ ٍد ولُك ُو ْا َوارْش َ بُو ْا َو َال تُرْس ِ فُو ْا ن َّ ُه َال حُي ِ ُّب الْ ُمرْس ِ ِف َني‬
‫ِإ‬
Hai anak Adam, pakailah pakainmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. (QS. Al-A’raf
7:31)
Di beberapa lembaga hal ini belum terlalu diperhatikan, dimana harus
dievaluasi dan diperbaiki. Karena ini merupakan hal penting bagi anak.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut
dengan judul “Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik 3 Pola:
Mindset, Taste Pattern, and Body Pattern pada anak usia SD/MI(studi kasus di
MIM 1 Simo).
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan-


permasalahan sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran di kelas, Peserta didik masih belum maksimal
dalam mengembangkan pola fikir anak.
2. Dalam pembangunan lingkungan sekolah, peserta didik masih belum
maksimal dalam mengembangkan pola rasanya.
3. Di lingkungan sekolah, peserta didik masih belum maksimal dalam
menjaga pola raganya.
4. Kurangnya respect peserta didik dalam pendidikan di sekolah.
5. Kurangnya perhatian peserta didik dalam menjaga pola raga dirinya
masing-masing.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya masalah-masalah dalam identifikasi masalah


maka perlu dilakukan pembatasan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Mindset pada anak
Usia SD/MI.
2. Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Taste Pattern pada
anak Usia SD/MI.
3. Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Body Pattern pada
anak Usia SD/MI.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh rumusan masalah dalam


penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Mindset
pada anak Usia SD/MI?
2. Bagaimana Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Taste
Pattern pada anak Usia SD/MI?
3. Bagaimana Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Body
Pattern pada anak Usia SD/MI?

E. Tujuan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:


1. Menghasilkan Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik
Mindset pada anak Usia SD/MI.
2. Menghasilkan Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Taste
Pattern pada anak Usia SD/MI.
3. Menghasilkan Metode Pendidikan Agama Islam dalam Mendidik Body
Pattern pada anak Usia SD/MI.
F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat Praktis, yaitu sebagai problem solving bagi dunia Pendidikan
dalam mendidik aspek penting peserta didik.
2. Manfaat Teoritis, yaitu sebagai referensi untuk karya ilmiah berikutnya
dan khazanah bagi literasi Islam.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Metode Pendidikan Agama Islam
Secara etimologis, metode diambil dari bahasa Yunan, Metha yang
artinya melalui atau lewat, serta hodos yang artinya cara, dan jalan.
Metode adalah suatu cara dan jalan yang harus dilalui untuk mencapai
sasaaran atau tujuan. Mengajar adalah aktivitas untuk menyampaikan
bahan ajar. Dengan begitu, Metode Pengajaran adalah cara yang harus
dipakai untuk menyajikan materi ajar sehingga target yang telah
ditetapkan terpenuhi.3
Dalam mengajarkan Ilmu, pendidik harus mempersiapkan dirinya
dengan baik meliputi hal-hal berikut:4
a. Menetapkan materi
b. Menetapkan arah pembelajaran
c. Menetapkan langkah dan cara penyajian
d. Menyediakan sarana prasaran serta bahan ajar pendukung diperlukan
Serta pendidik haru mengindahkan beberapa faktor sebelum memilih
metode yang ingin dipakai pada kegiatan belajar di kelas. Faktor-faktor
tersebut yaitu:
a. Kesiapan peserta didik
b. Tingkat dan corak lembaga pendidikan
c. Fasilitas dan situasi

3
Agus Nur Qowim(2020), Metode Pendidikan Islam Prespektif Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan Islam, vol 3,
No. 1, hal. 37
4
Agus Nur Qowim(2020), Metode Pendidikan Islam Prespektif Al-Qur’an, hal. 38
Al-Qur’an tidak memberikan eksplanasi tentang metode pendidikan
secara jelas. Namun, kalimat At-Tarbiyah yang diterjemahkan sebagai
metode tersurat dalam beberapa ayat Al-Qur’an. kata tersebut bersanding
dengan kata lain yang menjadai sifat dari metode seperti tariqin
mustaqin yang diartikan sebagai jalan/metode yang lurus, sebagaimana
firman Allah SWT:
‫قَالُوا اَي قَ ْو َمنَا اَّن مَس ِ ْعنَا ِك َتااًب ُأن ِز َل ِمن ب َ ْع ِد ُموىَس ُم َص ِّدقًا ِل ّ َما بَنْي َ يَدَ يْ ِه هَي ْ ِدي ىَل الْ َح ّ ِق‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َو ىَل َط ِر ٍيق ُّم ْس َت ِقمي‬
‫ِإ‬
“Mereka berkata: Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah
mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang
membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran
dan kepada jalan yang lurus”. (Al-Ahqaaf 46:30).

2. Pola Pikir (Mindset) anak usia SD/MI


Pakar Pendidikan berpendapat bahwasannya tujuan pendidikan harus
mencakup tiga prinsip dasar yaitu Kognitif(pola pikir), Afektif(pola
rasa), dan Psikomotorik(pola raga). Pada ranah pola pikir, ini berkaitan
dengan intelektual dan nalar/berpikir. Di dalamnya terdapat pengetahuan
pemahaman, penguraian, penerapan, penilaian, dan pemaduan. Peserta
didik mulai mampu menguraikan suatu persoalan yang ditemuinya dan
dinilai/dipertimbangkan.
Selainitu, Kognitif(pola pikir) merupakan suatu pokok bahasan yang
berhubungan dengan tujuan akhir berupa pengetahuan yang didapat
melalui percobaan, penemuan, penelitian, dan pengamatan. Pengetahuan
yang diperolah sesuai dengan fakta(faktual), dan telah
dilakukan(empiris). Kognitif berhubungan erat dengan memori, pikuran,
nalar, intelektual, logika, kemampuan berhitung, numerik, akademik,
eksakta, dan sains.
Di Indonesia sistem Pendidikannya telah menempatkan aspek
kognitif sebagai hal penting bagi peserta didik. hal ini terlihat dari
kurikulum sekolah yang masih menempatkan aspek kognitif sebagai
sesuatu yang harus dikuasai. Orang tua akan melakukan berbagai cara
untuk anaknya agar berkembang, khususnya aspek kognitif. Hal ini
berdasar aspek-aspek anak yang memang harus dikembangkan dan tidak
boleh dibiarkan. Anak harus memiliki kemampuan yang kuat dalam hal
logika dan verbal.

Kemampuan anak dalam berfikir harus terus dikembangkan.


Terdapat banyak kemampuan dalam berfikir, beberapa diantaranya;
a. Kemampuan berfikir Kreatif
Kemampuan berfikir kreatif adalah pondasi untuk memunculkan
inovasi baru yang menghasilkan gagasan dan solusi yang out of the
box. Berpikir kreatif juga memiliki arti menghubungkan antara hal-
hal yang telah diketahui untuk mejadi hal yang lebih sempurna.
Pengertian lain menjelaskan sebuah proses yang mengembangkan
ide-ide yang tidak biasa dan menghasilkan pemikiran baru dalam
ruang lingkup yang luas. Berpikir kreatif memberikan peserta didik
kemampuan dalam berperilaku lebih kreatif dan inovatif. Berpikir
kreatif meruapakan sebuah kemampuan untuk mengembangkan ide
dan gagasan yang berkualitas, dan tidak biasa. Berpikir kreatif adalah
daya dalam mengembangkan wawasan dengan cakupan yang luas.5
Ketika sesorang menggunakan daya berpikir kreatif nantinya
akan menghasilkan suatu hal yang orisinil dan kreatif. Ada 4 hal
dasar dalam berfikir kreatif untuk dijadikan indikator; (1) Rinci,
menghasilkan ide-ide yang rinci dan detail, (2) Orisinil,
menghasilkan ide-ide yang sebelumnya tiada, (3)Luwes,
menghasilkan ide-ide yang variatif, (4) lancar, menghasilkan ide
yang banyak. Dapat dilihat juga seseorang yang telah mampu

5
Yeyen Febrianti, dkk. Analisis kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan
pada mata pelajaran ekonomi di SMA negeri 6 Palembang, Jurnal Profit, vol 3, no. 1, hal. 121-122
berpikir kreatif dari kebaiasaan berpikir, pembawaan atau
kepribadian, sikap, dan kecakapan dalam memecahkan masalah. 6
Pada hakikatnya pembelajaran di dalam kelas dapat menjadi
tempat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta
didik, hanya saja tidak semua kelas bisa tergantung pada Guru serta
Peserta didik dalam melaksanakan KBM. Beberapa hal berikut,
merupakan faktor pendorong dalam berpikir kreatif;
1) Kebebasan dalam melihat lingkungan: mampu melihat masalah
dari segala arah.
2) Kepekaan dalam melihat lingkungan: peserta didik sadar bahwa
berada di tempat yang nyata.
3) Ketekunan untuk berlatih: wawasan yang luas.
4) Lingkungan kondusif, otoriter, dan tidak kaku
5) Optimis dan berani mengambil risiko: suka tugas yang
menantang.
6) Komitmen kuat untuk maju dan berhasil: hasrat ingin tahu yang
besar.
Dalam meningkatkan berpikir keratif tidak luput dari peran guru,
berikut hal-hal yang perlu guru lakukan dalam meningkatkan
kemampuan tersebut:
1) Tunjukkan kepada peserta didik, bahwa gagasan mererka
bernilai.
2) Hargai pertanyaan pertanyan yang kelihatannya aneh.
3) Hargai gagasan peserta didik yang imaginatif dan kreatif.
4) Masukkan faktor hubungan sebaba akibat di dalam penilaian.
5) Berikanlah kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
sesuatau tanpa dinilai.
Di samping menerima dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan standar yang ada, bertindak dan berpikir secara bebas dan luas

6
Yeyen Febrianti, dkk. Analisis kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan
pada mata pelajaran ekonomi di SMA negeri 6 Palembang, hal. 124
merupakan hal penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif.

b. Kemampuan berpikir Kritis


Berpikir kritis merupakan wujud dari keterempilan berpikir
tingkat tinggi selain berpikir inovatif dan kreatif. Berpikir kritis
menuntut sesorang untuk menilai dan menganalisis pemikiran dengan
sebuah pandangan baru guna memperbaiki pandangan tersebut.
Selain itu, berpikir kritis juga merupakan sebuah proses terarah dan
jelas yang dipergunakan untuk kegiatan mental seperti memecahkan
masalah, membujuk, menganalisa asumsi, mengambil keputusan, dan
melakukan penelitian. Lebih lanjut lagi, berpikir kritis merupakan
kemampuan seseorang untuk berpendapat dengan cara yang
terorgansisir.
Selain itu juga, berpikir kritis memiliki arti pemikiran yang
produktif dan reflektif, serta melibatkan bukti. Berpikir pada tahap
lebih tinggi dari biaasanya dan bukan hanya mengingat tapi mampu
memecahkan masalah. Ranah berpikirnya pada cakupan dan
cenderung kognitif atau mencakup kegaitan otak. Ada enam kategori
pokok pada ranah berpikir krisis: (1) Pemahaman(comprehension),
(2) Pengetahuan(knowledge),(3)Analisis(Analysis),
(4)Penerapan(applivation), (5)Sintesis(synthesis),(6)
Evaluasi(evaluation).7

c. Kemampuan berpikir inovatif


Berpikir inovatif merupakan sebuah proses untuk menemukan
dan mengimplementasikan sesuatu yang masih beru ke dalam kondisi
atau situasi yang belum dipikirkan dan belum ada sebelumnya.
Dengan kata lain, berpikir inovatif adalah bagaimana kita dalam
berpikir dan melakukan suatu hal yang baru dan dapat menambah
7
Zaskaria, Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD/MI, Jurnal Dirasah vol. 0, no. 2, hal. 108
nilai-nilai manfaat, baik secara ekonomi maupun sosial. Walaupun
dalam menerapkan ide inovatif hampir tidak terbatas oleh waktu dan
ruang, namun hendaknya ide-ide tersebut teteap berdasarkan pada
kebutuhan yang ada. Sebaik apapun ide innovatif harus berdasarkan
suatu hal yang diperlukan agar idenya tidak mengambang saja.

3. Pola Rasa (Taste Pattern) anak usia SD/MI


Setiap manusia memiliki rasa, dari kecil pun sudah dianugerahi rasa
pada dirinya. Namun bedannya pada masa kecil, seseorang masih
memiliki rasa yang sederhana. Berbeda dengan anak yang lebih besar,
rasa pada dirinya lebih komplek dan luas. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi terhadap rasa atau emosi pada anak. Anak yang
dalam hidupnya lebih banyak mengalami rasa sedang akan memiliki rasa
lebih positif daripada anak yang dalam hidupnya banyak mengalami rasa
yang tidak menyenangkan.8
Anak yang berada pada kondisi perasaan/emosi yang selalu senang
memiliki penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik daripada anak
yang berada pada kondisi perasannya yang tidak senang, marah atau
ketakutan. Usia salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan dan
kestabilan perasaan/emosi seseorang. Perasaan marah seseorang sangat
kuat pada usia 2 - 4 tahun, sesudah itu perasaan ini berubah menjadi
biasa bahkan berubah menjadi merenung dan merajuk. Kecerdasan juga
berpengaruh pada rasa keingin tahuannya. Anak yang cerdas, memiliki
rasa keingin tahuan yang lebih kuat daripada yang kurang cerdas. Anak
yang cerdas lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan lebih
banyak bertanya tentang yang tidak dia ketahui dan itu cukup
menjadikan dia sangat penasaran dibanding dengan yang anak yang
kecerdasannya masih rendah.
Selain itu, janis kelamin juga berpengaruh pada perasaan atau emosi
seseorang, contohnya amarah yang begitu meledak-ledak lebih banyak

8
Siti Partini(1996), Memahami emosi pada Anaka, Jurnal Dinamika Pendidikan No. 1 Tahun II, hal. 83
diperlihatkan oleh laki-laki ketimbang perempuan, sebaliknya anak
perempuan lebih cenderung pada perasaan cemburu, takut, maupun kasih
sayang. Faktor lain juga, yaitu lingkungan. Dimana keluarga begitu
berperan besar dalam membentuk perasaan seorang anak. Sehingga
menjadi orang tua harus bijak dalam mendidik perasaan anak-anaknya.
Ketika rasa ingin tahu seorang anak akan suatu hal dicegah dan
ditolak, maka akan terjadi penyusutan semangat untuk ingin tahu lebih
banyak lagi. Demikian juga bagi anak yang tidak memiliki kesempatan
untuk merasakan sukacita, dan kebahagaiaan, maka akan kehilangan
keinginan dirinya untuk menyatakan perasaan yang tengah dia alami.
Dan ini justru sangat menghambat perkembangan anak.
Akibat yang cukup merugikan dan sangat serius bagi anak adalah
apabila anak tidak dan kurang mendapatkan rasa kasih sayang, maka
mengakibatkan anak memiliki rasa acuh tak acuh(emotionally
unresponsive) terhadap lingkungannya. Anak merasakan dirinya tidak
diakui. Cenderung menjadi seorang anak yang kurang menanggapi orang
lain, menampakkan perasaan dirinya yang kurang bahagia, pendiam, dan
kurang perhatian. Keadaan ini dapat dialami sejak anak masih berusia 1
tahun hingga dewasa. Perwujudan dari perasaan yang tidak
menyenangkan ini berupa panik, kecemasan, tertekan, dan sebagainya.
Mengingat hal-hal tersebut, orang tua maupun orang dewasa sangat
perlu memahami kebutuhan yang berhubungan dengan perasaan anak
serta memenuhi kebutuhan perasaan tersebut supaya perkembangan anak
tidak mengalami hambatan. Betapa pentingnya jaminan rasa persetujuan,
aman, senyuman, anggukan, dan pujian bagi perkembangan anak.

4. Pola Raga (Body Pattern) anak usia SD/MI


Pola raga atau aktivitas jasmani yang dilakukan secara teratur
memiliki kontribusi yang begitu besar dalam mencegah munculnya
penyakit degeneratif kronis, meningkatkan keseimbagan kepribadian,
dan keterampilan sosial seseorang. Daapat memproteksi obesitas dan
membantu mengendalikan berat badan, mempercepat perkembangan
kesehatan tulang, otot, dan sendi, meningkatkan daya tahan dan kekuatan
tubuh.
Di dunia Pendidikan pun Pola ini begitu diperhatikan dengan
diberikan alokasi waktu untuk digunakan. Pola Raga ini terdapat pada
mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Dikarenakan begitu pentingnya pola raga ini bagi peserta didik. pola raga
ini yang sering diabaikan beberapa peserta didik, jarang melakukan
olahraga, terlalu sering jajan di pinggiran tanpa memperhatikan
kesehatannya. Pendidikan jasmani ini adalah dasar bagi seseorang untuk
mengenal dunia dan dirinya sendiri secara alamiah berkembang searah
dengan perkembangan zaman. Pendidikan Pola Raga merupakan media
untuk mendorong perkembangan emampuan fisik, motorik, pengetahuan
dan penalaran, penghayatan(sikap, mental, spiritual, emosional, sosial),
B. Kajian Penelitian yang Relevan
1) Ibrahim, Asriadi. 2016. Metode Pendidikan Islam dalam Membentuk
Pola Pikir dan Sikap Anak didik. Skripsi, Jurusan PAI Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penelitian ini membahas tentang metode pendidik Islam dalam
membentuk pola pikir dan sikap anak didik. untuk memudahkan dalam
membahas judul tersebut, maka penulis merumuskan kepada dua masalah
pokok: 1) bagaimana metode pendidikan Islam, 2) bagaimana metode
pendidikan Islam dalam membentuk pola pikir dan sikap ank didik kaum
muslimin sehingga memiiliki kepribadian islami.
Hasil penelitian diperoleh bahwa metode pendidikan Islam sangat
efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka
sehingga aplikasi metode ini memungkinkan uluhan ribu kaum muslimin
dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk ilahi dan konsep-
konsep Islam. Selain itu, metode pendidikan Islam dalam penerpanannya
banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang sumbernya berada
di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Generasi Islam dinilai berkualitas apabila
terbentuk pola pikir dan pola jiwa berlandaskan pada aqidah Islam yang kuat
sehingga mampu mengintegrasikan keimanan dan kompetensi pada diri anak
didik.
2) Ayu Fitria Sari. 2021. Strategi guru dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani olahraga dan kesehatan era Pandemi Covid-19 siswa kelas IV di
MIN 01 kota Bengkulu tahun ajaran 2020/2021. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi guru
dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di era
pandemi Covid-19 siswa kelas IV di MIN 01 kota bengkulu tahun ajaaran
2020/2021. Hasil dari penelitian ini adlah dapat diketahui bahwa terhadap 9
informan, yaitu kepala sekolah, 2 guru PJOK, 6 orang tua siswa dan 6 siswa
kelas IV. Dengan pembelelajaran di era covid-19 sekolah menggunakan
sistem daring atau belajar di rumah.
Strategi yang digunakan dari kedua guru PJOK di era pandemi covid-19
yang mana pembelajaran dilakukan secara daring, maka guru PJOK
melakukan pemanfaatan teknologi seperti whatsapp, penggunaan media
pembelajaran seperti video, sebagai bahan penjelesan dan membuat siswa
lebih mengerti, tentunya masih melibatkan orang tua untuk mengawasi anak-
anaknya dalam belajar, dan mempraktekkan materi pembelajaran seperti
siswa membuat video saat siswa mempraktekkannya. Sedangkan untuk
siswanya bisa memahami pembelajaran dengan strategi guru yang digunakan
oleh guru, walaupun masih ada sedikit siswa yang belum bisa memahaminya.

C. Kerangka Berpikir

Education is to build e childern be herself and know Allah SWT.


Pendidikan adalah pembentukan diri peserta didik untuk menjadi dirinya
sendiri dan mengenal Allah SWT. dalam perjalannya, Pendidikan
memerlukan banyak komponen untuk menyelesaikan amanahnya yang
banyak juga. Terkhusus tiga hal ini, Mindset, Taste Pattern, Body Pattern.
memerlukan metode-metode yang tepat untuk mendidiknya. Tiga hal ini
merupakan aspek dasar pada anak. Aspek yang sangat berperan untuk
perkembangan jati diri anak, sehingga diperlukan effort yang besar demi
kebaikan anak di masa depan.

Mindset,
Taste SISWA
Metode PAI
Pattern, SD/MI
Body
Pattern

Gambar 1.Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mendeskripsikan metode

Pendidikan Agama Islam dalam mendidik 3 Pola: Mindset, Tasste Pattern,

Body Pattern pada anak Usia SD/MI(studi kasus di MIM 1 Simo). Dengan

sasaran informan adalah Peserta didik, Pendidik, Tenaga Pendidik dan

Kepala Sekolah. Maka pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, hal ini sesuai dengan pendapat

dari Lexy J. Moleong yang menjelaskan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami


fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiyah.9

Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mengetahui fenomena-

fenomena yang terjadi di lapangan. Penelitian ini memiliki maksud untuk

mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa, fenomena, sikap, aktifitas

9
Lexi J. Moleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 6
sosial, kepercayaan, pemikiran orang baik secara individu maupun kelompok,

dan persepsi.10 Bogdan Taylor mengartikan penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis

ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami.11

Dimana metode penelitian kualitatif ini digunakan sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif, data berupa kata-kata, gambar

dan bukan angka-angka. Dimana penelitian ini berasal dari data yang diambil

dari hasil observasi parcipant, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan

gabungan ketiganya atau triangulasi.12

Penelitian kualitatif berkaitan erat dengan pola dan tingkah laku

manusia (behavior) dan apa saja yang ada di balik tingkah laku tersebut yang

biasanya sulit untuk diukur dengan angka-angka. Karena apa yang kelihatan

bergejala tidak selalu sama dengan apa yang ada di dalam fikiran dan

keinginan sebenarnya. Penelitian kualitatif merupakan penelitain yang

berpangkal dari pola fikir induktif, yang didasarkan atas pengamatan objektif

parsipatif terhadap suatu gejal (fenomena) sosial.13

Dampak dan gejala sosial yang dimaksud meliputi keadaan masa lalu,

sekarang, dan bahkan yang akan datang. Berkaitan degnan objek-objek ilmu

sosial, ekonomi, budaya, hukum, sejarah, humaniora, dan ilmu-ilmu sosial

lainnya. Pengamatan tersebut diarahkan pada individu atau kelompok sosial

10
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 94
11
Nuruz Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal.
92
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: ALFABET, 2013), hal.
293
13
Nursapia Harahap, Penelitan Kualitatif, (Sumatra Utara: Wal Ashari Publishing, 2020), hal. 19
tertentu dengan berpedoman pada tujuan atau fokus permasalahan tertentu.

Atas dasar itu penelitian kualitatif mencoba untuk mengerti, mendalami dan

menerobos masuk di dalamnya terhadap suatu gejala-gejala yang sangat

dalam kemudian menginterprestasikan dan menyimpulkan sesuai dengan

konteksnya. Sehingga dicapai suatu simpulan yang obyektif dan alamiah

sesuai dengan gejala-gejala pada konteks tersebut yang sifatnya

subyektivitas.

Berdasarkan tujuan dan hasil yang akan dicapai serta teknik analisisnya.

Penelitian kualitatif dapat digolongkan menjadi dua yaitu deksriptif analitic

(tick description) dan deskriptif eksplanatif. Deskriptif rinci (tick description)

merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan memahami dan memaknai

subyek serta memberikan semua gejala yang tampak dan memaknai apa yang

ada di balik gejala (neumena). Dengan kata lain, menggambarkan secara rinci

apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, mengapa, dan sejenisnya tentang

subyek yang diteliti. Deskpritif eksplanatif merupakan penelitian kualitatif

tidak saja bertujuan memahami dan memaknai apa yang ada di balik gejala,

tetapi juga membangun teori baru. (grounded theory) yang berupa

menemukan temuan baru dengan teknik coding dan komparatif atau

kategorisasi yang dikembangkan dengan penelusuran pertanyaan hipotik

dengan kata lain, di samping menggambarkan secara rinci apa, siapa, dimana,

kapan, bagaimana, mengapa, dan sejenisnya terhadap subyek yang diteliti.

Selanjutnya, berupaya menggambarkan hal-hal baru yang ditemukan di


lapangan penelitian.14 Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian kualitatif deskpriptif analitic.

B. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupkan instrumen dalam

penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti juga harus divalidasi seberapa

jauh kesiapan melakukan penelitian di lapangan untuk mencari data

penelitian. Kehadiran peneliti dalam setiap kegiatan, sebagai pelaksana,

perencana, pengumpul, dan penganalisa data sangatlah diperlukan.

Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpul

data utama. Dalam hal ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Moleong,

bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Karena ia

sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis,

penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya.15

Berdasar pada pemaparan di atas, maka pada dasarnya kehadiran

peneliti di samping sebagai instrumen juga menjadi faktor penting dalam

seluruh kegiatan penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti menempuh langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Sebelum memasuki lapangan, telebih dahulu peneliti meminta surat izin

penelitian dari kampus Fakultas Agama Islam yang ditujukan kepada

Kepala Sekolah MIM 1 Simo.


14
Nursapia Harahap, Penelitan Kualitatif, hal. 21
15
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 12
2. Peneliti bertemu dengan Kepala Sekolah MIM 1 Simo untuk

menyerahkan surat izin penelitian dan menyampaikan maksud dan

tujuan penelitian.

3. Pimpinan Kepala Sekolah MIM 1 Simo memberitahukan kepada

Tenaga Pendidik dan Pendidik Sekolah MIM 1 Simo tentang adanya

penelitian yang dilakukan peneliti, untuk membantu memberikan

informasi selengkap-lengkapnya apa yang dibutuhkan oleh peneliti.

4. Mengadakan observasi untuk memahami latar penelitian yang

sebenarnya.

5. Membuat jadwal kegiatan berdasar kesepakatan peneliti dengan subyek

penelitian.

Pada penelitian ini, kehadiran peneliti sangatlah diperlukan sebagai

instrumen utama yang bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan,

pengumpul data, penganalisis data, dan sebagai pelapor hasil penelitian.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu Penelitian pendahuluan yaitu Bulan Agustus – September 2022,

dimulai dari awal bulan. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan

penelitian yang bertempatkan di MI Muhammadiyah 1 Simo yang terletak di

Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 2, Simo, Jenangan, Ponorogo, Jawa Timur,

63492. Peneliti tertarik melakukan penelitian di MI Muhammadiyah 1 Simo,

dikarenkaan alasan berikut:


Pertama, Pendidikan Pola Pikir peserta di MI Muhammadiyah 1 Simo

yang berkembang menyesuaikan zaman menjadi daya tarik bagi peneliti

untuk meneliti lebih dalam. Dimana pola pikir yang penting bagi peserta

didik menjadi perhatian lembaga untuk terus dikembangkan.

Kedua, Masalah-masalah terkait pola pikir, pola rasa, dan pola raga pada

peserta didik di MI Muhammadiyah 1 Simo yang komplek dan komprehensif

begitu menarik perhatian peneliti untuk mendalami.

D. Subjek Penelitian
Kali ini Peneliti ingin mengungkapkan tentang Metode yang digunakan

Pendidikan Agama Islam dalam mendidik 3 Pola Penting bagi anak, yaitu:

Mindset, Taste Pattern, and Body Pattern(studi kasus di MIM 1 Simo).

Subjek penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini

sebanyak sattiga subjek yang merupakan Peserta didik dengan tingkat pola

pikir yang belum maksimal, peserta didik dengan tingkat pola rasa yang

belum maksimal, dan peserta didik dengan tingkat pola raga yang belum

maksimal. Peneliti berencana untuk mengambil subjek dari MI

Muhammadiyah 1 Simo.

E. Sumber Data
Data merupakan hal yang begitu penting untuk memaparkan suatu

permasalahan dan juga diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian

atau untuk mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Data merupakan hasil

pencatatan penelitian baik berupa fakta ataupun angka. Nantinya fakta dan

angka tersebut dijadikan bahan untuk meyusun informasi, sedangkan


informasi yaitu hasil daripada pengolahan data untuk suatu keperluan.

Sedangkan sumber data merupakan subyek darimana data itu diperoleh.

Data yang dikumpulkan merupakan data yang sesuai dengan fokus

penelitian yaitu data tentang Metode Pendidikan Agama Islam dalam

mendidik 3 Pola: Mindset, Taste Pattern, Body Pattern pada anak usia

SD/MI(studi kasus di MIM 1 Simo). Terdapat dua sumber data dalam

penelitian, sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan

sumber data yang memberikan langsung data kepada peneliti melalui

wawancaran dan observasi. Sedangkan, sumber data sekunder merupakan

sumber data yang memberikan data yang tidak langsung, contoh melalui

orang lain atau lewat dokumen.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang valid pada suatu penelitian, maka teknik

dalam pengumpulan data sangatlah membantu dan menentukan kualitas

daripada penelitian dengan kecermatan penyusunan dan pemilihan.

1. Teknik Interview (wawancara)

Teknik Interview adalah teknik yang digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk enemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam.

Teknik wawancara peneliti gunakan untuk mencari jawaban tentang

Metode Pendidikan Agama Islam dalam mendidik 3 Pola: Mindset, Taste

Pattern, Body Pattern pada anak usia SD/MI. Peneliti mewawancarai


Kepala MI Muhammadiyah 1 Simo, Tendik, Siswa, dan Pendidik untuk

memperoleh data tersebut.

Interview yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya

langsung kepada responden. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh

informasi dari Kepala Madrasah, Tendik, Siswa, dan Pendidik.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstuktur, artinya wawancara dengan perencanaan, dimana peneliti

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk digunakan dalam pengumpulan data. Wawancara

terstuktur ini digunakan untuk mewancarai narasumber misalnya Kepala

Madrasah, Tendik, Peserta didik, dan Pendidik. Namun peneliti juga

menggunakan wawancara tidak terstuktur, yaitu wawancara yang bebas,

dimana peneliti tidak menggunakan wawancara yang tersusun rapi.

Wawancara tidak terstuktur ini dilakukan agar responden tidak merasa

canggung dalam menyampaikan informasi. Misal wawancara dengan

Peserta didik, menggunakan pedoman wawancara cukup garis besarnya

saja.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi yaitu satu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik

pengumpulan data degan observasi digunakan apabila, penelitian berkaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila


responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi merupakan

pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian pada suatu objek

dengan menggunakan panca indera, yaitu: peraba, penglihatan, penciuman,

pendengaran, dan pengecapan.16 Dalam teknik ini peneliti menggunakan

teknik observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut dalam proses

kegiatan melainkan hanya mengamati, mempelajari, memahami, mencari

jawaban, dan mencari bukti terhadap aktifitas pembelajaran.

Teknik observasi peneliti gunakan untuk mencari jawaban tentang

Metode Pendidikan Agama Islam dalam mendidik 3 Pola: Mindset, Taste

Pattern, Body Pattern pada anak usia SD/MI. Peneliti lakukan dengan cara

mengamati secara langsung proses pembelajaran Mindset, Taste Pattern,

and Body Pattern di MI Muhammadiyah 1 Simo. Peneliti juga

menggunakan cara ini untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum

MI Muhammadiyah 1 Simo, seperti aktifitas Peserta didik, dan jenis-jenis

Metode Pembelajaran yang digunakan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang

tertulis. Suharmsimi Arikunto menjelaskan bahwasannya teknik

dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data tentang

hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan buku, harian, surat kabar,

majalah, prasasti, netulen rapat, dokumen, agenda, dan lain sebagainya.

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan

16
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktifk, hal. 147
menggunakan penyelidikan terhadap buku, dokumen, majalah, peraturan-

peraturan dan sebagainya.

Teknik ini digunakan untuk mendukung pelaksaan penelitian, yaitu

berupa tulisan, daftar nama Peserta didik dan Tendik/Pendidik, file, serta

foto-foto yang diambil ketika penelitian yang relevan untuk mendukung

penelitian ini. Buku yang berkaitan dengan profil MI Muhammadiyah 1

Simo, buku Pelajaran, kalender akademik, buku absen, dan buku ajar.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. 17 Data yang

didapat kemudian dianalisis secara bertahap. Setelah melaksanakan

pengumpulan data langkah dari strategi penelitian ini adalah penggunaan

analisis data yang tepat dan relevan dengan pokok permasalahan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan semenjak

sebelum memasuki lapangan, selama disana dan setelah selesai dari lapangan.

Dalam hal inilah, Nasution menyampaikan bahwa analisis dimulai sejak

perumusan kemudian penjelasan masalah, sebelum terjyn dan selama masa

berlangsung terus menerus hingga penulisan hasil penelitian. Namun, pada

penelitian kualitatif, proses analisis data lebih terfokuskan pada proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.18

17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009). hal. 71.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&d, hal. 89
Model analisa data disini dapat dilakukan dengan melalui tahapan,

antara lain :

1. Reduksi Data

Data yang didapat dari lapangan jumlahnya cukuplah banyak

yang masih bersifat menyuluruh dan rumit, untuk itu diperlukan

pencatatatn secara teliti dan rinci. Untuk itu juga peneliti segera

melakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan

proses penggalian data pada tahap pemilihan, atau merangkum, memilih

data – data pokok, dan fokus dengan hal-hal penting kemudiann dicari

tema dan polanya. Agar memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data

selanjutnya karena reduksi ini memberikan gambaran yang lebih jelas.

Data dianalisa untuk memperoleh gambaran tentang Metode Pendidikan

Agama Islam dalam Mendidik 3 pola: Mindset, Taste Pattern, Body

Pattern di MIM 1 Simo.

Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian,

bahkan sebelum data terkumpul semua sudah mengantisipasi akan

adanya reduksi data sudah tampak ketika memutuskan kerangka

konseptual, wilayah penelitian, permasalahan, dan penentuan teknik

pengumpulan data. Selama pengumpulan data sudah berlangsung maka

sudah terjadi tahapan reduksi, selanjutnya membuat ringkasan,

pengkodean dan penelusuran tema. Proses ini terus berlanjut hingga


setelah pengumpulan data, bahkan pada akhir pembuatan laporan hingga

tersusun lengkap.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sebuah kumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpunan data

pengambilan keputusan yang terus berkembang menjadi sebuah

penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan secara singkat, bagan dan

sejenis karena akan lebih mdah difahami. Penyajian data (data display)

dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

Penyajian data ini memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasar apa yang telah difahami

tersebut.

3. Penarikan kesimpulan (Verification)

pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan dari data yang

telah didikung oleh bukti-bukti yang valid. Penarikan verifikasi

merupakan sebuah tinjauan ulang pada catatan-catatan, dimana berguna

untuk bertukar fikiran antar teman sejawat. Selain itu kesimpulan yang

telah dikemukakan masih bersifat awal karena berubah atau tidaknya

tergantung pada bukti yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini,

penarikan kesimpulan merupakan rangkaian data puncak, dan


kesimpulan membutuhkan verifikasi selama penelitian. Oleh karenanya,

ada baiknya kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi

kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari tema, pola, model,

hubungan, dan persamaan untuk ditarik sebuah kesimpulan.

Daftar Pustaka

Rosalinda Dewi, Rinita (2021), Strategi Pendidikan Nilai sebagai pembentuk


kepribadian siswa di sekolah, Jurnal Bidang Pendidikan dasar, vol. No. 1.

Djunaidi, Hamzah, (2014), Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an, Jurnal lentera


Pendidikan, Vol. 17, No. 1.

Qowim, Agus Nur (2020), Metode Pendidikan Islam Prespektif Al-Qur’an, Jurnal
Pendidikan Islam, vol 3, No. 1.

Yeyen Febrianti, dkk. Analisis kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan
memanfaatkan lingkungan pada mata pelajaran ekonomi di SMA negeri
6 Palembang, Jurnal Profit, vol 3, no. 1, hal. 121-122

Zaskaria, Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada


pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI, Jurnal Dirasah vol. 0, no. 2,
hal. 108

Partini, Siti (1996), Memahami emosi pada Anaka, Jurnal Dinamika Pendidikan
No. 1 Tahun II.
Moleong, Lexi J., Metodolgi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006).

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2007).

Zuhriah, Nuruz, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi


Aksara, 2006).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:


ALFABET, 2013).

Nursapia Harahap, Penelitan Kualitatif, (Sumatra Utara: Wal Ashari Publishing,


2020).

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.

Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktifk.

Bungin, Burhan, Penelitian kualitatif komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan


ilmu sosial lainnya (jakarta: kencana, 2009).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan


R&d.

Anda mungkin juga menyukai