Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERKEMBANGAN DESAIN SEPEDA

Disusun Oleh

 Farel Budi Anggoro 11


 Feby Caesar Previano 12
 Fiima Majida 13
 Ibnu Ahmad A. A. A. 14
 Jasmine Sabrina R. S. 15

Seni Budaya 2022

SMA NEGERI 5 SURABAYA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Televisi
B. Sejarah Televisi

BAB II PEMBAHASAN

A. Model Desain Sepeda “Célériféré”


B. Model Desain Sepeda “Draisienne”
C. Model Desain Sepeda “Vélocipédé”
D. Model Desain Sepeda “Pennyfarthing”
E. Model Desain Sepeda “Safety Bicycle”

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah tersebut adalah sebagai berikut.
 Menyelesaikan tugas kelompok pada mata pelajaran Seni Budaya yang
diberikan oleh Pak Kushardiman.
 Mengetahui perkembangan model desain sepeda dari tahun ke tahun.
 Mengetahui fungsi perkembangan model desain sepeda.

B. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari penyusunan makalah tersebut adalah sebagai berikut.
 Mengkaji kembali perkembangan model desain sepeda.
 Memberi saran pada model desain sepeda.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Desain Sepeda “Célériféré”


Monsieur Chevalier Comte Mede de Sivrac, seorang berkebangsaan
Perancis, telah membangun alat transportasi sederhana tanpa kuda sebagai
penariknya. Rancang bangun sepeda yang diduga paling awal di dunia
tersebut diperkenalkan di Palace-Royal, Perancis.
Bentuk célériféré terbilang
sangat sederhana dan cenderung
kaku, terbuat dari rangka kayu yang
dipasang pada dua roda kayu dalam
satu baris. Bagian depan umumnya
diukir rupa-rupa bentuk hewan
semisal burung, ular, buaya, singa hingga kuda. Namun, kendaraan primitif
ini tidak memiliki batang kemudi sehingga tidak bisa dibelokan atau
diarahkan ke kiri atau kanan. Pendek kata, célériféré hanya mampu bergerak
lurus ke depan.
Selain tak punya kemudi, célériféré juga tak dilengkapi rem sebagai
komponen utama dan penting dalam alat tranportasi sepeda modern. Oleh
sebab ketiadaan kemudi dan rem inilah, sebagian orang menganggap
célériféré lebih cocok dibilang mainan anak-anak ketimbang moda
transportasi.
Cara menggerakkannya adalah didorong oleh si penunggang atau
pengendara yang “mengangkangi” célériféré seraya kaki menendang ke
belakang menyapu permukaan tanah atau jalan, seperti orang berjalan. Sama
halnya dengan saat menggerakkan, untuk menghentikan lajunya pun hanya
mengandalkan kedua kaki penunggangnya menginjak tanah atau jalan.
Kendati demikian, pada masa itu hasil karya de Sivrac menjadi sangat
revolusioner. Kendaraan ini tak lagi menggunakan hewan sebagai “mesin”
atau penggerak yang umum berkembang saat itu. Alhasil, penemuannya
menjadi suatu hal baru pada alat transportasi tunggal.

B. Model Desain Sepeda “Draisienne”


Pada 12 Juni 1827, seorang berkebangsaan Jerman bernama Karl Drais
von Sauerbronn mendemonstrasikan alat transportasi hasil penemuannya,
draisienne. Saat itu, pria kelahiran Karlsruhe, Baden, 29 April 1785
memperlihatkan buah karyanya kepada khalayak di sepanjang jalan termulus
sekaligus terbaik di Mannheim, Jerman.
Drais melakukan uji coba
pertamanya. Ia menempuh
perjalanan dengan menunggang
kendaraan barunya itu melalui
jalan strategis ke Schwetzinger di
sepanjang rute pos. Tak lebih
dari satu jam, ia kembali setelah menyelesaikan kayuhan perjalanan pergi
pulang sekira 8-9 mil dengan kecepatan 5-6 mil per jam. Uji coba kedua
dilakukan dari Gernsbach ke Baden melewati bukit dengan ketinggian 800
kaki yang terkenal curam dengan kecepatan rata-rata 4 mil per jam dan
mampu mengurangi separuh waktu perjalanan biasanya.
Namun, laufmaschine karya Drais rupanya menuai pro dan kontra dari
masyarakat. Kehadiran mesin berjalan atau vélocipédé dengan dua roda
sejajar berbingkai kayu tersebut disambut hangat meskipun sebagian
menilainya biasa saja. Hal ini tak lepas dari anggapan bahwa draisienne
terinspirasi dari célériféré yang dikembangkan pada tahun 1790 di Prancis.
Perbedaan yang signifikan, meski cara melajukannya sama persis dengan
célériféré, mesin Drais dilengkapi kemudi yang bisa dikendalikan
penunggangnya. Oleh sebab kemudi yang mampu diarahkan inilah
masyarakat tak lagi menilainya sebagai mainan anak-anak. Begitu juga tali
yang terhubung dengan roda belakang yang berfungsi memperlambat laju.
Akan tetapi, tali ini tak begitu mumpuni sebagai komponen rem sehingga alas
kaki pengendara masih berperan dalam menghentikan gerak roda.
Untuk melajukan mesin, penunggang mesti mengangkangi draisienne
dan duduk di atasnya, lalu bergerak seperti berjalan atau berlari dengan kaki
menyapu permukaan tanah. Tak heran, banyak sindiran yang mengemuka,
salah satunya: “Tuan Drais pantas mendapatkan rasa terima kasih dari tukang
sepatu karena ia telah menemukan cara yang optimal untuk memakai sepatu.”
Pada masanya, dalam waktu singkat draisienne menjadi sangat populer
dan menarik perhatian masyarakat khususnya di Eropa. Namun, lambat laun
keberadaannya pun memudar. Salah satu penyebabnya adalah alat
transportasi tanpa kuda ini masih dianggap “kasar” yakni kemampuan kemudi
yang minim dan belum mempunyai sistem pengereman yang mumpuni.
Meski demikian, draisienne
masih banyak digunakan di
berbagai negara di Eropa saat
ini. Terlebih, ada ajang tahunan
internasional bertajuk
International Veteran Cycle
Association (IVCA) Rally yang
banyak menghadirkan para
pengguna sepeda veteran dari berbagai dunia. Terlepas dari kelemahan yang
ada, draisienne dinilai sebagai tonggak penting inovasi menuju sepeda masa
kini. Dalam anatomi kendaraan khususnya sepeda, kemudi merupakan bagian
vital sehingga alat transportasi tersebut bisa diarahkan dan dikendalikan.

C. Model Desain Sepeda “Vélocipédé”


Ketika era draisienne, sebagian sudah menyebutnya vélocipédé
khususnya di Prancis, mulai memudar lantaran kelemahan rancang
bangunnya, beragam eksperimen dilakukan sejumlah orang. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan performa dan cara kerja mesin vélocipédé.
Berbagai percobaan tersebut setidaknya dilakukan dalam kurun 1820-
1865. Tak hanya mengembangkan atau menyempurnakan konsep dua roda
sejajar karya Comte Mede de Sivrac atau Karl Drais von Sauerbronn, mesin
dengan tiga hingga empat roda pun ramai diperbincangkan dan
didemonstrasikan di sejumlah tempat dan keramaian.
Akan tetapi, konsep dua roda sejajar lebih banyak diuji coba dan
dikembangkan mengikuti rancang bangun nenek moyangnya. Komponen
penting yang melengkapi Si Kaki Cepat vélocipédé adalah hadirnya engkol
yang menjadi cikal bakal pedal.
Pada tahun 1838, seorang Skotlandia bernama Kirkpatrick Macmillan
membuat suatu percobaan. Bermula ketika dia melihat hobby horse yang
ditunggangi seseorang di
sepanjang jalan. Suatu hari pria
kelahiran Dumfriesshire tahun
1812 itu membuat untuk
dirinya sendiri. Setelah selesai,
ia menyadari perbaikan apa
yang mesti dilakukan agar vélocipédé bikinannya itu bisa digerakkan tanpa
kaki menyentuh tanah. Ini merupakan komponen paling menonjol yang
menjadi pembeda dengan draisienne yang tanpa pedal.
Dengan bekal kemampuan dan pengetahuannya sebagai pandai besi,
Macmillan mencoba menerapkan engkol (cranks) untuk mendorong roda
belakang. Mesin berangka kayu dengan ukiran kepala kuda itu mampu
diselesaikannya pada tahun 1839.
Inilah cikal bakal sepeda yang menggunakan pedal. Pedal yang
diterapkan pada vélocipédé Macmillan bukan pedal yang dapat berputar 360
derajat seperti yang lazim kita jumpai sekarang. Pedal Macmillan yang
berfungsi sekaligus sebagai pijakan digerakkan dengan cara didorong oleh
gerakan kaki pengendara secara resiprokal-horizontal. Gerakan ini
ditransmisikan ke roda belakang dengan tongkat atau batang penghubung.
Memang, Macmillan masih merasakan kayuhan yang relatif berat sehingga
membutuhkan fisik yang memadai untuk menunggangnya.
Perusahaan Michaux yang bermitra dengan Olivier Brothers menjadi
perusahaan pertama yang memproduksi vélocipédé secara massal antara
tahun 1857 hingga 1871. Rancang bangun vélocipédé yang dikembangkan
Michaux sudah dilengkapi engkol dan pedal yang dipasang pada as roda
depan. Gerak roda dengan sistem pedal semacam itu sampai sekarang pun
masih banyak digunakan pada beberapa model sepeda. Sebut saja penny-
farthing dan sepeda roda tiga anak-anak.
Mekanisme gerak engkol dan
pedal vélocipédé Michaux dapat
berputar 360 derajat dan laju
sepeda menjadi lebih stabil.
Diterapkannya pedal tersebut
menjadikan vélocipédé Michaux
dengan garpu lurus dan dilengkapi
rem sendok (spoon brake) sebagai
cikal bakal sepeda modern. Hal lain yang menjadi pembeda adalah adanya
unsur rangka besi yang dibaut pada keseluruhan rancang bangun kerangkanya
sehingga nampak lebih elegan dan memungkinkan produksi massal.
Pada tahun 1865, masih di era Michaux, Lallemant memperkuat roda
vélocipédé dengan menambahkan pelat besi di sekelilingnya. Apa yang ia
usahakan mendapat julukan boneshakers (pengocok tulang). Hal ini merujuk
pada ketidaknyamanan roda kayu yang dilapisi pelat besi. Selain konstruksi
sepeda yang memang kaku karena belum diterapkan teknologi suspensi
semisal per, ban karet dan sebagainya, menjadi tambah kaku dengan
tambahan pelat tersebut. Goyangan dan goncangan saat dikayuh membuat
pengendaranya merasa sakit pinggang. Lallemant juga memperkenalkan
ukuran lingkaran roda depan lebih besar ketimbang roda belakang. Jika
diperhatikan, jarak antarroda tak lebih dari sejengkal.

D. Model Desain Sepeda “Pennyfarthing”


Kemunculan pennyfarthing dalam
perkembangan sepeda boleh dibilang
unik. Dua roda sepeda yang mulanya
cenderung sama besar, di era ini
lingkaran roda depan justru didesain
jauh lebih besar ketimbang roda belakang. Tak sampai di situ, keunikan yang
kentara juga terlihat pada rancang bangun bingkai pennyfarthing yang
melengkung. Segelintir orang malah ada yang menyebutnya sepeda untuk
sirkus.
Pennyfarthing atau high wheel merupakan istilah yang menggambarkan
jenis sepeda dengan lingkaran roda depan berukuran besar dan roda belakang
yang jauh lebih kecil. Penganalogian merujuk pada dua koin Inggris yakni
uang sen penny dan farthing. Di Belanda, sepeda ini dikenal dengan nama
hoge bi.
Pennyfarthing adalah sepeda tua klasik yang melegenda. Di awal
kemunculannya demikian populer dan namanya familiar di tengah
masyarakat terutama di Benua Biru. Pennyfarthing hadir setelah era
boneshaker yang rancang bangunnya dinilai masih perlu penyempurnaan.
James Starley, pelopor pembuatan sepeda di Coventry, Inggris. Pria yang
kemudian dikenal sebagai Bapak Industri Sepeda ini menciptakan prototipe
sepeda pertamanya yang diberi nama Ariel. Sepeda legendaris tersebut
diluncurkan tahun 1870-an sekaligus menandai lahirnya era pennyfarthing.
Dengan roda besar, memungkinkan jarak tempuh menjadi lebih cepat. Pada
pertengahan abad ke-19, proses pengerjaan logam telah mengalami
peningkatan dalam industri dan manufaktur di Eropa. Hal ini memberi
pengaruh positif terhadap material kerangka sepeda yang mulai dibangun
seluruhnya dari bahan logam. Rancang bangun pennyfarthing yang berbahan
logam itu perlahan mengubur popularitas model kereta angin sebelumnya
yang didominasi bahan kayu.
Ukuran roda depan pennyfarthing rata-rata berdiameter 52 inci (1,3 m)
hingga ada yang mencapai 64 inci (1,6 m). Sedangkan lingkaran roda
belakang umumnya setengah
dari diameter roda depan atau
lebih kecil lagi. Karena rancang
bangunnya tidak menggunakan
rantai penggerak, maka laju
sepeda digerakkan pedal yang melekat pada roda depan seperti halnya
boneshaker.
Popularitas pennyfarthing memang melaju cepat dan dalam waktu yang
relatif singkat banyak menarik minat masyarakat. Popularitasnya juga
bertepatan dengan kelahiran tren bersepeda sebagai olahraga, bukan hanya
sekadar transportasi dan rekreasi. Namun, nama besarnya itu perlahan
meredup oleh karena aspek yang melekat pada karakteristik sepeda beroda
depan besar tersebut.
Risiko kecelakaan masih meningkat pada masa itu sehingga trennya
cenderung berumur pendek. Sisi keselamatan menjadi masalah utama
memudarnya pennyfarthing. Roda yang besar nyatanya menjadi dilema bagi
orang-orang yang berperawakan mungil dan kaum hawa. Tak pelak, banyak
yang mengeluhkan akan hal itu. Posisi mengendara mungkin terlihat
menakutkan, kaki berada di ketinggian dan tidak bisa menyentuh tanah sama
sekali.

E. Model Desain Sepeda “Safety Bicycle”


eorang insinyur berkebangsaan Inggris bernama Harry John Lawson
merancang desain baru sepeda pada 1876. Rancang bangun yang
diupayakannya jauh berbeda dengan penny-farthing. Desain sepeda buah
cipta pria yang dikenal dengan panggilan Henry tersebut memungkinkan kaki
pengendaranya berada dalam jangkauan tanah. Satu kelebihannya,
pengendara lebih mudah menghentikan laju sepeda. Namun, rancangan Henry
dinilai masih belum maksimal.
Seorang industrialis asal
Inggris John Kemp Starley
meneruskan keberhasilan Henry
dari sisi bingkai sepeda yang
kemudian dikenal sebagai model
diamond. Hingga sekarang,
pakem model bingkai ini masih
terus diproduksi oleh berbagai produsen sepeda di dunia. JK Starley yang
turut mengembangkan penny-farthing bersama pamannya yakni James
Starley, membuat rasio perhitungan gear dan wheel.
Alhasil, sepeda keselamatan JK Starley yang dikenal dengan nama Rover
lebih diterima masyarakat. Bingkai sepeda lebih stabil, pengendara lebih
nyaman karena bisa menjangkau tanah saat menunggangnya, dikayuh lebih
ringan, mekanisme rem lebih mumpuni dan risiko kecelakaan menurun
drastis. Kehadirannya juga menjadi motivasi kaum wanita untuk kembali
bersepeda karena dinilai lebih nyaman dan aman.
Bisnis sepeda JK Starley dimulai pada tahun 1877 bersama William
Sutton, penggemar sepeda lokal dengan
memproduksi sepeda roda tiga. Hadirnya
Rover pada 1885 membuat perusahaan
Starley Sutton & Co berkembang pesat.
Pada 1889 perusahaan ini berubah menjadi
JK Starley & Co Ltd dan pada akhir 1890
berubah lagi menjadi Rover Cycles
Company Ltd. Rover Starley seringkali
digambarkan oleh para sejarawan sebagai
sepeda modern pertama.
Sebuah majalah sepeda lokal Inggris menyebut Rover telah “mengatur
pola ke seluruh dunia”. Ungkapan ini digunakan Starley dalam iklannya
selama bertahun-tahun. Nyatanya, safety bicycle karya Starley adalah sebuah
kesuksesan besar, diekspor ke berbagai dunia dan disambut produksi massal.
BAB III

KESIMPULAN

Perkembangan model desain sepeda berawal dari abad ke-17. Secara umum,
evolusi sepeda dibagi menjadi 5 tahap, yaitu Célériféré, Draisienne, Vélocipédé,
Pennyfarthing, hingga Safety Bicycle.

Bentuk célériféré pada tahun 1790 terbilang sangat sederhana dan


cenderung kaku, terbuat dari rangka kayu yang dipasang pada dua roda kayu
dalam satu baris. Kendaraan primitif ini tidak memiliki batang kemudi sehingga
tidak bisa dibelokan atau diarahkan ke kiri atau kanan.

Fase kedua disebut draisienne pada tahun 1817an. Sepeda yang terinspirasi
dari célériféré dengan perbedaan yang signifikan yaitu dilengkapi dengan kemudi
yang bisa dikendalikan oleh pengemudinya. Namun, draisienne masih belum
terdapat pedal.

Fase ketiga diberi nama vélocipédé pada tahun 1869. Tujuan eevolusi dari
sepeda ini adalah sepeda yang dapat digerakkan tanpa kaki menyentuh tanah. Ini
merupakan komponen paling menonjol sehingga menjadi pembeda dengan
draisienne yang tanpa pedal.

Fase keempat diberi nama pennyfarthing yang unik dan melegenda. Sepeda
legendaris tersebut diluncurkan tahun 1870-an sekaligus menandai lahirnya era
pennyfarthing. Dengan roda besar, memungkinkan jarak tempuh menjadi lebih
cepat.

Fase kelima bernama safety bicycle pada tahun 1877. Sepeda keselamatan
(safety bicycle) lahir menjawab semua keinginan masyarakat. Penemuan model
sepeda modern ini demikian cepat mempengaruhi desain sepeda secara global dan
disambut produksi besar-besaran alias poduksi massal.
Penemuan Safety Bicycle ini kemudian diproduksi massal dengan berbagai
desain, seperti sepeda lipat (Folding), Recumbent, Cruiser Bike, BMX, sepeda
gunung, dan Fixie Bike (Fixed gear). Hingga saat ini, penemuan sepeda yang
diawali pada abad ke-17 masih efektif digunakan manusia dalam bidang
transportasi. Sampai saat ini, sepeda ramai digunakan di pedesaan maupun
perkotaan untuk membantu manusia berpindah tempat.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Irwan. 2019. ““Evolusi” Sepeda dari Masa ke Masa”.


https://portalsepeda.com/evolusi-sepeda-dari-masa-ke-masa/. Diakses pada 30
Oktober 2022 pukul 10.00.

Anda mungkin juga menyukai