Anda di halaman 1dari 2

Biografi Singkat Letnan Kolonel Alex Kaliwarang

Sabitha Jauharah Wibowo / XII-MIPA 3 (32)

Alex Kawilarang adalah salah seorang perwira militer yang


termasuk Angkatan '45 dan mantan anggota Koninklijke
Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan
Hindia Belanda. Ia berasal dari Suku Minahasa. Ia juga
merupakan perintis Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Ia lahir dari keluarga berlatar belakang militer pada 23
Februari 1920 di Jakarta. Ayahnya, A.H.H. Kawilarang, adalah
seorang mayor KNIL asal Tondano, sementara itu ibunya,
Nelly Betsy Mogot, berasal dari Remboken. Ia adalah sepupu
dari Pahlawan Nasional, Daan Mogot.
Awal kisah Alex di militer di mulai pada 1940. Pemuda asal
Jakarta itu mengikuti sekolah militer Koninklijk Militaire
Academie (KMA) Bandung.
Alex lulus dari KMA pada 1942, dan Belanda menempatkannya di Koninklijke Nederlands
Indische Leger (KNIL), Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Tidak semua lulusan pendidikan
militer Belanda bisa masuk KNIL, hanya lulusan terbaik yang bisa masuk keanggotaan
tentara Ratu Wilhelmina ini.
Pada 1948-1949, Kawilarang menjabat sebagai Komandan Brigade I Divisi Siliwangi di
Yogyakarta, dan pada 28 November 1948 ia juga menjabat sebagai Komandan Sub
Teritorium VII/Tapanuli, Sumatera Timur bagian selatan, lalu pada 1 Januari 1949 pada masa
PDRI ia dipercaya sebagai Wakil Gubernur Militer PDRI untuk wilayah Tapanuli dan
Sumatera Timur bagian selatan.
Pada 28 Desember 1949 ia menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah Aceh dan Sumatera
Utara merangkap Wakil Koordinator Keamanan dengan pangkat kolonel. Pada 21 Februari
1950, ia mendapatkan kepercayaan tambahan sebagai Panglima Tentara dan Territorium
I/Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan.
Pada 1951-1956, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Komando Tentara dan Territorium
VII/Indonesia Timur (TTIT) di Makassar dan pada November tahun yang sama menjadi
Panglima TT III/Siliwangi yang di kemudian hari diubah namanya menjadi Kodam
III/Siliwangi. Sebelumnya pada 15 April 1950 ia telah diangkat sebagai Panglima Operasi
Pasukan Ekspedisi.
Dalam kedudukannya ini, Kawilarang memimpin Pasukan Ekspedisi dalam Operasi
Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Makassar, pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS) di Maluku, dan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Pada April 1951, ia merintis pembentukan komando pasukan khusus TNI dengan nama
Kesatuan Komando Territorium III (Kesko TT-III) Siliwang di Batujajar, Jawa Barat.
Kesatuan ini merupakan cikal bakal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sekarang.
Pada 10 November 1951 hingga 14 Agustus 1956, Kawilarang diangkat menjadi Panglima
Komando Tentara dan Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Bandung.

Pada 17 Oktober 1952, Kawilarang bersama-sama dengan sejumlah tokoh militer lainnya (a.l.
A.H. Nasution, T.B. Simatupang, dll), terlibat dalam apa yang dikenal sebagai Peristiwa 17
Oktober, yang menentang campur tangan pemerintah dalam urusan militer.
Pada 1956, ketika mantan-mantan PETA menguasai pucuk pimpinan Angkatan Darat, Alex
ditempatkan sebagai atase militer Indonesia di Washington. Sebagai atase, pangkatnya
otomatis naik menjadi brigjen, tapi ia dijauhkan dari pasukannya.
Kemungkinan, karena alasan inilah Alex belakangan memutuskan untuk bergabung dengan
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi, berjuang bersama dengan orang-orang
Sulawesi Utara dan Selatan. Namun, gerakan politik militer ini berhenti di tengah jalan.
Konflik internal menyebabkan gerakan ini mudah dipatahkan oleh TNI.
Karena keterlibatan dalam Permesta, jabatan Alex diturunkan lagi menjadi letnan kolonel.
Alex memutuskan untuk menekuni bisnis dan sejak itu nama Alex tenggelam dalam sejarah
militer Indonesia. Alex Kawilarang meninggal pada tahun 2000, setahun setelah mendapat
gelar kehormatan dari Kopassus.

Anda mungkin juga menyukai