Anda di halaman 1dari 35

MODUL III

MODUL III
TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA
TATA LETAK BANDAR UDARA

III.1. Pengertian Rencana Tata Letak bandara Udara


A. Pengertian Dasar
Rencana Tata Letak (“Site Plant”) Bandar Udara adalah penjabaran lanjut
dan terinci Rencana Induk bandar Udara (“Airport Master Plant).

Rencana Tata Letak Bandar Udara berisikan rencana peruntukan lahan


bandar udara, rencana tata massa, dalam hal ini adalah komponen-
komponen bandar udara yang berupa bangunan dan membutuhkan lahan
untuk pembangunannya, serta rencana pentahapan pembangunan bandar
udara.

Rencana peruntukan lahan dan tata massa disusun berdasarkan


persyaratan tertentus untuk menjamin keselamatan operasional
penerbangan di bandar udara dan untuk menjamin efiseinsi hubungan
antar komponen yang mempunyai saling ketergantungan yang erat.

B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Tata Letak


Penyusunan Rencana Tata letak Bandar Udara dimaksudkan untuk
menyediakan suatu pedoman bagi pembangunan bandar udara, sehingga
tertib pemanfaatan lahan bandar udara serta tertib peletakan bangunan,
yang diharapkan dapat menunjang keamanan dan kelancaran operasional
penerbangan di bandar udara tersebut.

Tujuan penyusunan Rencana Tata Letak Bandar Udara adalah :


1. Menjabarkan Rencana Induk Bandara Udara secara lebih terinci serta
lebih bersifat teknis dan operasional, sehingga dapat digunakan untuk :
a. Menentukan batas lahan penguasaan bandara udara secara tepat
untuk keperluan pemagaran.
b. Menetukan letak komponen-komponen bandar udara.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 1


MODUL III

c. Memberikan acuan bagi rancangan dasar komponen-komponen


bandar udara dalam hal luas dasar dan ketinggian bangunan.
d. Menentukan strategi pembangunan bandar udara
e. Menghitung biaya pembangunan bandar udara.
2. Menyediakan acuan bagi pembangunan atau pengembangan bandar
udara.

C. Kedudukan Rencana Tata Letak Dalam Proses Perencanaan


Bandar Udara.

Rencana Tata Letak Bandar Udara berada di bawah Rencana Induk Bandar
Udara. Rencana ini merupakan bagian awal dalam proses penyusunan
Rancangan Dasar (Basic Design), yaitu dalam hal penyusunan rencana
peruntukan lahan dan penerapan bidang lahan yang boleh dibangun
(penetapan Koefisien Dasar Bangunan atau KDB)

Untuk membuat tata massa, rencana ini memerlukan masukan dari


rancangan dasar setiap komponen bandar udara yang berupa bangunan.

Kedudukan Rencana Tata Letak bandar Udara dalam proses perencanaan


bandar udara dapat dilihat dalam Gambar 3.1

D. Ruang Lingkup Rencana Tata Letak Bandar Udara

Rencana Tata Letak Bandar Udara mencakup :

1. Rencana peruntukan lahan bandar udara bagi komponen-komponen


bandar udara sebagai berikut :
a. Fasilitas Sisi Udara
- runway
- taxiway
- passenger terminal apron
- apron service road

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 2


MODUL III

- freight terminal apron


- airside roads
- sisten drainase dan fasilitasnya
- pagar batas Bandar udara

b. Fasilitas Sisi Darat, Fasilitas Operasi, dan Fasilitas Penunjang


- terminal penumpang
- terminal cargo
- pelataran parkir kendaraan :
• pelataran parkir terminal penumpang
• pelataran parkir terminal VVIP
• pelataran parkir angkutan barang
• taxi poll dan taxi stand
- bangunan administrasi bandar udara
- bangunan operasi dan menara kontrol
- sentra medika (pusat kesehatan)
- stasiun bahan bakar kendaraan wilayah sisi darat
- stasiun tenaga listrik
- fasilitas penyediaan air bersih dan sanitasi
- dapur katering penerbangan
- fasilitas perawatan pesawat terbang
- stasiun PK-PPK
- fasilitas pengisian bahan bakar pesawat
- statsiun meterologi
- garasi dan bengkel peralatan ground handling

2. Rencana Tata Bangunan atau Tata Massa yang mencakup :


a. Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
b. Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
c. Arah Peletakan Bangunan

3. Jaringan jalan dan pola pergerakan lalu lintas kendaraan, serta sarana
kelengkapan jalan

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 3


MODUL III

4. Rencana utilitas yang mencakup :


a. Jaringan drainase
b. Jaringan saluran air limbah
c. Penyediaan air minum
d. Penyediaan listrik
e. Penyediaan telepon dan sarana komunikasi lainnya
f. Cara penanganan pembuangan sampah.

5. Rencana jalur hijau dan pertamanan


6. Rencana pentahapan pemabngunan bandar udara

Dalam menyusun Rencana Tata Letak untuk bandar udara yang sudah ada
(sudah terbangun), baik untuk keperluan penataan ataupun pengembangan,
perlu dilakukan sedikit modifikasi terhadap langkah-langkah perencanaan.
Modifikasi ini tergantung pada kondisi bandar udara yang bersangkutan.

Jika perencanaan disusun untuk keperluan penataan, artinya tidak dilakukan


pengembangan bandar udara, kondisi bandar udara saat ini merupakan dasar
bagi perencanaan. Maksudnya, perencanaan tidak perlu didasarkan pada
proyeksi-proyeksi untuk masa yang akan datang, misalnya proyeksi jumlah
penumpang, proyeksi jumlah angkutan barang, ataupun perkiraan jumlah
pesawat yang akan mendarat untuk tahun tertentu di masa yang akan
datang.

Jika perencanaan dilakukan dalam rangka pengembangan bandar udara


sampai dengan tahun tertentu di masa yang akan datang, maka perencanaan
selain harus didasarkan pada keadaan bandar udara saat ini juga harus
didasarkan pada berbagai proyeksi lalu lintas di tahun rencana tersebut.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 4


MODUL III

RENCANA INDUK
BANDAR UDARA

RENCANA TATA RANCANGAN


BANGUNAN TERINCI FASILITAS
BANDAR UDARA BANDAR UDARA

RENCANA TATA
PERUNTUKAN
LAHAN BANDAR
UDARA
BASIC
DESIGN

RENCANA DASAR
(BASIC DESIGN)
FASILITAS BANDAR
UDARA

PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN

Gambar 3.1
KEDUDUKAN RENCANA TATA LETAK DALAM
PROSES PERENCANAAN BANDAR UDARA

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 5


MODUL III

III. 2. FASILITAS SISI UDARA ( Air Side Facilities )

A. Jenis Fasilitas Sisis Udara


Fasilitas sisi udara meliputi :
1. Landasan (runway)
2. Taxiway
3. Apron
4. Jalan-jalan pelayanan apron
5. Jalan-jalan sisi udara
6. Sistem drainase dan fasilitasnya

Dari keenam fasilitas tersebut di atas, runway (landasan), taxiway,


dan apron merupakan fasilitas utama. Fasilitas-fasilitas tersebutlah yang
akan menentukan komposisi pemanfaatan ruang bandar udara. Fasilitas-
fasilitas tersebut ditentukan terlebih dahulu letaknya, baru ditentukan
letak fasilitas-fasilitas bandar udara lainnya dengan mengacu pada ketiga
fasilitas utama sisi udara tersebut. Ketiga fasilitas ini adalah fasilitas
bandar udara yang menggunakan lahan paling luas.

Jalan-jalan pelayanan apron, jalan-jalan sisi udara, sistem drainase dan


fasilitasnya merupakan fasilitas pelengkap atau penunjang. Keberadaan
fasilitas tersebut maupun letaknya sangat tergantung kepada fasilitas
utama tersebut di atas.

B. Hubungan Fungsional Antar Fasilitas Sisi Udara

Hubungan Fungsional antar fasilitas sisi udara digambarkan dalam


gambar 3.2.

Landasan dan taxiway mempunyai hubungan fungsional yang erat. Hal ini
jelas karena pesawat yang akan menuju apron setelah mendarat ataupun
akan meninggalkan apron untuk mengudara akans elalu melewati taxiway.
Apron tidak mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan landasan

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 6


MODUL III

karena kedunya tidak berhubungan secara langsung, tetapi selalu


berhubungan melalui taxiway.

Jalan-jalan pelayanan apron digunakan oleh kendaraan yang melayani


pesawat udara yang parkir, baik untuk pengangkutan penumpang dan
barang, maupun untuk pengangkutan personil bandar udara dan awak
pesawat. Jalan ini tentunya mempunyai hubungan fungsional yang erat
dengan apron, tetapi tidak mempunyai hubungan fungsional yang erat
dengan landasan dan taxiway. Jalan-jalan pelayanan apron mempunyai
hubungan fungsional erat dengan terminal penumpang dan barang.

Jalan-jalan pelayanan apron digunakan oleh kendaraan yang melayani


pesawat udara yang parkir, baik untuk pengangkutan penumpang dan
barang, maupun untuk pengangkutan personil bandar udara dan awak
pesawat. Jalan iti tentunya mempunyai hubungan fungsional yang erat
dengan landasan dan taxiway. Jalan-jalan pelayanan apron mempunyai
hubungan fungsional erat dengan terminal penumpang dan barang.

Jalan-jalan di wilayah sisi udara adalah jalan yang digunakan untuk


berbagai keperluan pelayanan apron. Jalan ini menghubungkan beberapa
fasilitas sisi darat dengan landasan, taxiway, dan apron. Sebagai contoh
adalah jalan yang menghubungkan bangunan Pk-PKK dengan landasan,
taxiway, dan apron.

Yang dimaksud dengan sistem drainase dan fasilitasnya adalah jaringan


drainase yang dapat dilengkapi dengan pompa, gorong-gorong, dan
sebagainaya, yang berfungsi menjaga agar landasan, taxiway, apron, dan
jalan-jalan yang ada di wilayah sisi udara selalu dalam keadaan tidak
tergenanga air. Fasilitas ini sangat diperlukan untuk menjamin kemanan
serta kelancaran pengoperasian bandar udara. Oleh karena itu fasilitas ini
mempunyai hubungan fungsional erat dengan fasilitas-fasilitas sisi udara
lainnya.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 7


MODUL III

Jenis Fasilitas

1. Runway

2. Taxiway

3. Apron

4. Apron Service Road

5. Airside Service Road

6. Drainase System & Facilities

Keterangan :

Hubungan Fungsional Erat

Hubungan Fungsional Lemah

Gambar 3.2.
HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR FASILITAS SISI DARAT,
FASILITAS OPERASI DAN FASILITAS PENUNJANG

C. Persyaratan Peletakan Fasilitas Sisi Udara

Fasilitas sisi udara merupakan fasilitas bandar udara yang menggunakan


lahan paling luas dan merupakan penentu bentuk fisik bandar udara. Oleh
karena itu, fasilitas ini diprioritaskan penempatannya terlebih dahulu.
Fasilitas-fasilitas sisi darat akan disesuikan penempatannya dengan
fasilitas sisi udara, terutama runway, taxiway, dan apron.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 8


MODUL III

1. Persyaratan peletakan Runway


Runway diletakkan di bidang lahan yang datar mungkin untuk
memperkecil biaya perataan lahan (grading). Peletakan harus
sedemikian rupa sehingga kebutuhan lahan untuk runway terpenuhi
dan masih tersedia lahan yang cukup luas bagi pembangunan fasilitas-
faslitas bandar udara lainnya

Selain pertimbangan kondisi kemiringan lahan, peletakan runway


juga harus memeprtimbangkan Obstruction Clearance Requirements.
Untuk jelasnya, hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan,
termasuk peletakan runway dapat dilihat pada petunjuk Teknis
Rencana Induk, Aerodrome Planning Manual Part 1, serta Annex 14.

Arah runway ditentukan oleh kondisi angin permukaan, yaitu arah dan
kecepatan angin. Arah runway biasanya sudah ditentukan dalam
Rencana Induk, demikian juga dengan konfigurasi dan dimensinya.
Peletakan runway dalam rencana tata letak tinggal mengikuti
ketentuan yang diberikan dalam Rencana Induknya.

2. Persyaratan peletakan Taxiway

Taxiway berhubungan langsung dengan runway. Taxiway disediakan


untuk meningkatkan efisiensi operasi bandar udara dengan
memungkinkan runway berfungsi sesuai dengan kapasitas maksimum.

Taxiway pada setiap unjung runway dan sebuah “stub taxiway di


dekat apron merupakan fasilitas minimum yang harus disediakan
bandar udara. Taxiway paralel hanya dibutuhkan jika bandar udara
sudah memenuhi kriteria tertentu.

Hal yang perlu diperhatikan dalam tata letak taxiway adalah ;


a. Taxiway ditempatkan secara efisien sehingga waktu taxi menjadi
singkat.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 9


MODUL III

b. Tata letak taxiway sedapat mungkin dengan konfigurasi yang


sederhana, sehingga pengaturan dapat dilakukan dengan mudah
dan tidak membingungkan pilot
c. Sedapat mungkin dihindari “crossing” antara runway dengan
taxiway.
d. Peletakan taxiway berorientasi pada pemanfaatan oprimal, artinya
jika dikemudian hari dilakukan pengembangan bandara udara,
taxiway tadi tetap masih dapat digunakan.

3. Persyaratan Peletakan Apron

Secara umum terdapat empat jenis konfigurasi apron, yaitu


konfigurasi frontal, konfigurasi jari, konfigurasi satelit, dan konfigurasi
terbuka (lihat petunjuk teknis rencana Induk). Pembedaan jenis
konfigurasi apron ini didasarkan pada pengaturan penambatan
pesawat dan hubungan antara terminal dengan pesawat tersebut.

Ada lima tipe apron, yaitu :


a. Apron Cargo
b. Apron Terminal
c. Apron Parkir
d. Apron Hangar dan Apron Service
e. Isolated Apron

Persyaratan dalam peletakan apron ini adalah sebagai berikut :


a. Letak apron dengan runway tidak terlalu jauh.
b. Tersedia clearway yang cukup pada apron agar pesawat dapat
bergerak bebas.
c. Ditempatkan pada lahan yang cukup luas sesuai dengan
kebutuhan, serta masih tersedia lahan yang cukup luas untuk
mengantisipasi perkembangan lalu lintas udara di masa yang akan
datang.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 10


MODUL III

d. Untuk apron cargo, tersedia lahan yang cukup luas untuk bongkar
muat cargo, dan ditempatkan dekat dengan terminal cargo, untuk
efisiensi pengangkutan cargo.
e. Memungkinkan penyediaan jalan penghubung antara apron
dengan fasilitas lainnya.

III. 3. FASILITAS SISI DARAT ( Land Side Facilities )

Fasilitas sisi darat yang dimaksud di sini sudah tercakup di dalamnya fasilitas
operasi dan fasilitas penunjang Bandar udara.

A. Jenis Fasilitas
Fasilitas sisi darat, fasilitas operasi, dan fasilitas penunjang bandar udara
meliputi :
1. Terminal penumpang
Fungsi utama terminal penumpang adalah :
a. Tempat pertukaran moda perangkutan, dari angkutan darat ke
angkutan udara, dan sebaliknya.
b. Tempat pemrosesan keperluan perjalanan udara, seperti
pengurusan tiket, pendaftaran penumpang dan
mempertemukannya kembali.
c. Tempat penumpang menunggu dalam proses pertukaran antara
moda angkutan darat dengan udara dan sebaliknya.

Fasilitas terminal penumpang VVIP pada umumnya dipisahkan dari


penumpang umum, dapat berada dalam bangunan yang sama atau
dalam bangunan tersendiri.

2. Terminal Cargo
Terminal cargo adalah tempat pertukaran moda angkutan cargo dari
angkutan darat ke angkutan udara dan sebaliknya. Cargo yang
masuk ke bandar udara belum tentu langsung dikirimkan, sehingga

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 11


MODUL III

terminal cargo perlu dilengkapi dengan gudang. Pada terminal ini


juga dilakukan pemeriksaan terhadap cargo yang akan dikirimkan.

3. Sistem transportasi darat dan parkir kendaraan

Sistem transportasi darat berfungsi melayani pergerakan


penumpang, pengunjung, dan cargo yang menuju atau berasal dari
bandar udara, serta pelayanan pergerakan di dalam bandar udara.
Sistem transportasi darat di bandar udara terdiri atas jaringan jalan
dan pelataran parkir kendaraan angkutan darat.

4. Bangunan administrasi bandar udara.


Bangunan administrasi terdiri atas kantor dan akomodasi untuk
pengolola bandar udara, operator penerbangan, instansi pemerintah,
kantor polisi, dan kantor / sentral telepon.

Fungsi bangunan administrasi adalah untuk tempat dilakukannya


segala urusan administrasi yang berhubungan dengan operasi
bandar udara. Bangunan-bangunan ini biasanya diletakan dalam satu
kelompok, yaitu di dalam daerah administrasi.

5. Bangunan Operasi dan Menara Kontrol


Bangunan operasi merupakan tempat perusahaan penerbangan
memberikan “briefing” kepada awak pesawat terbangnya sebelum
berangkat. Pada tempat ini awak pesawat ini membuat rencana
penerbangan dan menyampaikannya kepada petugas Air Traffic
Control.

Menara Kontrol merupakan tempat petugas Air Traffic control


melaksanakan tugas pemanduan dan pemantauan operasi
penerbangan.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 12


MODUL III

6. Sentral Medika (Pusat Kesehatan)


Fasilitas kesehatan disediakan untuk merawat penumpang maupun
karyawan yang memerlukan pertolongan pertama (PPPK), untuk
pemeriksaan kesehatan awak pesawat, dan untuk menengani
keadaan darurat.

7. Stasion Bahan Bakar Kendaraan


Stasion bahan bakar kendaraan untuk wilayah sisi darat merupakan
salah satu sumber pendapatan bandar udara, yang meleyani
kebutuhan bahan bakar bagi kendaraan–kendaraan pengantar
penumpang dan cargo. Fasilitas ini disediakan pihak bandar udara
jika tidak tersedia fasilitas ini di dekat bandar udara.

8. Stasion Tenaga Listrik


Stasion tenaga listrik berfungsi menyediakan tenaga listrik cadangan
bagi bandar udara.

9. Fasilitas Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi


Fasilitas penyediaan air bersih dapat berupa penampungan air bersih
yang dipasok oleh PDAM atau instalasi penjernihan air jika tidak
terdapat pasokan air bersih dari PDAM. Fasilitas ini juga termasuk
jaringan distribusi air bersih ke berbagai bangunan di bandara udara.
Fasilitas sanitasi berupa septic tank dan jaringan pembuangan air
limbah.

10. Dapur Katering Penerbangan


Fasilitas ini dibutuhkan untuk mempersiapkan dan menyimpan
makanan, minuman, dan kebutuhan cabin lainnya dalam jumlah
yang cukup besar.

11. Fasiltas Perawatan Pesawat Terbang


Fasilitas ini berupa bengkel perawatan pesawat. Bengkel perawatan
yang besar diperlukan apabila bandar udara tersebut merupakan

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 13


MODUL III

“home base”. Pada bengkel tersebut dapat dilakukan perawatan


besar (major maintenance).
Untuk bandar udara yang hanya berfungsi sebagai tempat
persinggahan pesawat, bengkel yang tersedia cukup untuk
pelayanan perawatan sederhana, yaitu untuk “line maintenance”
pada saat pesawat menunggu sebelum berangkat lagi.

12. Stasion Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan


Pemadam Kebakaran.

Fasilitas ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan


pertolongan kecelakaan pesawat dan pemadam kebakaran di bandar
udara.

13. Fasilitas General Aviation


General Aviation didefinisikan sebagai semua penerbangan sipil yang
tidak termasuk klasifikasi angkutan udara komersial. Fasilitas ini
disediakan pada bandar udara yang padat lalu lintas angkutan
udaranya dan volume lalu lintas “general aviation” cukup besar.

14. Fasilitas Pengisian Bahan Bakar Pesawat.


Fasilitas ini meliputi depot penyimpanan bahan bakar serta
kendaraan tangki pengangkutnya. Pengiriman bahan bakar dilakukan
dari pabrik penyulingan bahan bakar atau dari depot bahan bakar
utama Pertamina.
Pengangkutannya ke bandar udara dapat menggunakan pipa, kapal,
kereta api, atau mobil tangki.

15. Stasion Meterologi


Fasilitas ini disediakan untuk tempat melakukan pengamatan
terhadap keadaan cuaca di wilayah tertentu dimana bandar udara
tersebut berlokasi. Fasilitas ini terdiri atas Kantor Meterologi dan
Stasion Meterologi Penerbangan.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 14


MODUL III

16. Garasi dan Bengkel Untuk Peralatan Ground Handling


Fasilitas ini merupakan tempat penyimpanan dan perawatan
peralatan ground handling.

17. Kantin Pegawai


Kantin ini disediakan sebagai tempat makan khusus untuk para
pegawai bandar udara atau awak pesawat.

B. Hubungan Fungsional Antar Fasilitas Sisi Darat, Fasilitas


Operasi, dan Fasilitas Penunjang Bandar Udara.

Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan fungsional yang


erat antara beberapa jenis fasilitas penunjang dengan fasilitas sisi
udara, antara lain :
1. Antara terminal dengan apron
2. Antara bangunan operasi dan menara kontrol dengan runway,
taxiway, dan apron.
3. Stasion PK-PKK dengan fasilitas-fasilitas sisi udara, terutama
runway.
4. Faslitas perawatan dengan apron
5. Faslitas garasi dan bengkel peralatan ground handling dengan
apron.

III. 4. PROSES PENYUSUNAN RENCANA TATA LETAK BANDAR UDARA

Penyusunan Rencana Tata Letak Bandar Udara merupakan suatu proses


yang terdiri atas serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap.
Pada umumnya proses penyusunan Rencana Tata Letak Bandar Udara terdiri
atas :
A. Tahap persiapan
B. Tahap pengumpulan data dan informasi
C. Tahap analisis
D. Tahap perumusan rencana

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 15


MODUL III

Ad.A. Tahap Persiapan


Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam proses perencanaan.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi :
a. Kajian terhadap maksud dan tujuan serta sasaran
perencanaan tata letak yang dikemukakan dalam ToR.
b. Merusmuskan metode analisis yang akan digunakan.
c. Menghimpun kriteria serta standard-standard perencanaan
tata letak yang akan digunakan.
d. Menyusun rencana kerja terinci yang meliputi :
- merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan
- menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan
- menyusun rencana kerja untuk setiap personil yang
dilibatkan dalam pekerjaan
- menyusun jadwal penugasan personil
Rencana pelaksanaan pekerjaan ini biasanya merupakan
penyempurnaan dari rencana yang telah dikemukakan
sebelumnya dalam Usulan Teknis (Technical Proposal)

2. Mempelajari Rencana Induk bandar udara yang bersangkutan,


mengungat rencana tata letak yang akan disusun merupakan
penjabaran lanjut dan terinci dari Rencana Induk Bandar Udara.

Rencana Tata Letak Bandar Udara merupakan rencana yang


bersifat fisik. Oleh karena itu, bagian dalam Rencana Induk yang
berkaitan erat dengan Rencana Tata Letak adalah Layout Plan
dimana didalamnya dikemukakan rencana tata guna lahan atau
zoning.

3. Menyusun daftar data yang diperlukan (data check list) serta


menyusun bentuk formulir isian untuk keperluan pengumpulan
data

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 16


MODUL III

4. Membuat peta dasar untuk keperluan survei atau pengumpulan


data di lapangan. Untuk keperluan ini dapat digunakan peta-pata
yang dihasilkan dalam penyusunan Rencana Induk Bandar Udara.

Hasil kegiatan persiapan ini biasanya disajikan dalam bentuk laporan,


yaitu Inception Repot. Isi laporan ini sebaiknya dibahas bersama
dengan pihak pemilik proyek agar rencana kerja serta sasaran yang
dirumuskan benar-benar sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

Ad.B. Tahap Pengumpulan Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penyusunan rencana tata
letak, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari instasi serta data dari hasil-hasil studi yang
pernah dibuat sebelumnya termasuk data dari Rencana Induk Bandar
Udara. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian
langsung di lapangan ataupun dari hasli wawancara dengan pihak-
pihak terkait.

Data yang perlu dikumpulkan untuk penyusunan Rencana Tata Letak


adalah sebagai berikut :
1. Data topografi
Rencana tata letak di buat pada peta dengan skala 1 : 5.000 atau
1 : 1.000. pada umumnya Rencana Iduk di buat diatas petak
skala 1 : 10.000, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk
pebuatan Rencana Tata Letak.
Jika peta topografi dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 1.000 sudah
ada pada instansi tertentu, peta tersebut dapat langsung
digunakan. Jika peta tersebut tidak dapat diperoleh, maka perlu
dilakukan pekerjaan pengukuran topografi. Interval kontur untuk
peta tersebut minimal 1 meter.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 17


MODUL III

2. Data Hidrografi
Data hidrografi yang dibutuhkan untuk keperluan perencana tata
letak adalah data mengenai alur pembuangan alamiah maupun
buatan, untuk keperluan pembuatan rencana jaringan drainase.
Selain itu juga dibutuhkan data mengenai sumber air, untuk
keperluan penyediaan air bersih dan sistem penyediaannya.
Data ini dapat berupa data sekunder. Jika tidak tersedia data
sekunder baru dilakukan survei lapangan.

3. Jenis dan jumlah kendaraan yang digunakan oleh personil


bandar udara serta volume kendaraan yang masuk ke dalam
bandar udara termasuk jenis kendaraan yang digunakan.
Data ini akan digunakan untuk merencanakan dimensi jalan
serta pelataran parkir.

4. Jumlah personil bandar udara serta proporsinya menurut jabatan


dan jenis penugasannya. Data ini akan digunakan untuk merinci
hasil perhitungan jumlah personil bandar udara yang telah
dihitung dalam Rencana Induk, untuk keprluan menghitung luas
lahan bagi terminal maupun bangunan lain dalam bandar udara.

5. Jenis vegetasi yang khas utuk daerah setempat, sebagai masukan


untuk penyusunan rencana lansekap.

6. Data mengenai peraturan bangunan setempat atau ketentuan


pembangunan fisik yang terdapat dalam rencana kota yang
bersangkutan, seperti ketentuan mengenai Koefesien Dasar
Bangunan, ketinggian lantai maksimum, atau Koefisien Lantai
Bangunan.

Data tersebut diatas adalah tambahan informasi yang dibutuhkan


untuk penyusunan Rencana Tata Letak. Infoemasi lain yang

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 18


MODUL III

dibutuhkan akan diambil dari Rencana Induk Bandar Udara, terutama


yang menyangkut :

1. Hasil perhitungan volume pergerakan penumpang, barang, dan


pesawat.
2. Hasil prakiraan jumlah pengunjung bandar udara yang bukan
penumpang.
3. Hasil prakiraan jumlah personil bandar udara
4. Jenis fasilitas yang direncanakan serta hasil perhitungan
kebutuhan ruang bagi fasilitas-fasilitas tersebut.
5. Rencana layout bandar udara :
a. Rencana tata ruang bandar udara atau zoning
b. Rencana jalan penghubung bandar udara (acccess road)

Ad.C. Tahap Analisis

Tahap analisis dilakukan untuk memeproleh masukan bagi


perencanaan. Dalam tahap ini segala data yang telah dihimpun akan
dioleh menurut metode analisis tertentu.
Analisis yang dilakukan meliputi :
1. Perhitungan kebutuhan lahan fasilitas-fasilitas bandar udara.
2. Perhitungan kebutuhan utilitas.
3. Anaslisis hubungan fungsional antar fasilitas bandar udara.
4. Analisis tapak bandar udara

Uraian mengenai analisis tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.


1. Perhitungan Kebutuhan Lahan
Perhitungan kebutuhan ruang dilakukan untuk mengetahui
besaran lahan yang dibutuhkan untuk fasilitas-fasilitas bandar
udara. Penghitungan kebutuhan luas lahan fasilitas-fasilitas
tersebut bagi perencanaan tata letak, memerlukan rancangan
dasar bangunan. Dari rancangan dasar tersebut dapat diketahui
luas dasar bangunan. Kebutuhan lahan dapat diketahui dengan

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 19


MODUL III

terlebih dahulu menetapkan Koefisien Dasar Bagunan yang akan


digunakan.

Tidak seluruh fasilitas bandar udara perlu dihitung kebutuhan


lahannya. Fasilitas yang dihitung kebutuhan lahannya adalah :
a. Landasan
b. Taxiway
c. Apron
d. Terminal
e. Pelataran parkir bagi kendaraan penumpang, kendaraan
angkutan barang dan kendaraan milik pegawai bandar udara
f. Bangunan Operasi dan Menara Kontrol
g. Bangunan PK – PKK
h. Bangunan pembangkit tenaga listrik dan sub stasionnya
i. Bengkel perawatan bangunan sipil dan bangunan lainnya
j. Bengkel peralatan dan kenadaraan bermotor
k. Statsion pengamat cuaca atau stasion meterologi
l. Bangunan Administrasi dan Pos Keamanan
m. Kantin Pegawai

Fasilitas bandar udara yang berupa jaringan, yaitu jaringan jalan


dan jaringan utilitas, tidak perlu dihitung kebutuhan lainya.
Jaringan ini dapat langsung direncanakan dimensinya
berdasarkan kapasitas yang direncanakan, kemudian langsung
digambarkan pada peta rencana sesuai dengan prinsi-prinsip
perencanannya setelah ditentukan letak setiap bangunan di
bandar udara yang direncanakan.

Ruang terbuka hijau tidak dihitung luasnya, melainnya mengisi


lahan-lahan kosong yang ada. Ruang terbuka hijau di luar
wilayah sisi udara dapat dimanfaatkan untuk taman, sedangkan
yang berada di wilayah sisi udara dibiarkan kosong dengan
tumbuhan rumput.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 20


MODUL III

Kebutuhan ruang untuk fasilitas bandar udara biasanya sudah


dihitung dalam Rencana Induk bandar Udara, terutama untuk
landasan, taxiway, apron, terminal, dan pelataran parkir. Faslitas
lain biasanya belum cukup terinci, sehingga tidak dapat langsung
dipakai untuk perencanaan tata letak.

Cara menghitung kebutuhan ruang dan lahan adalah sebagai


berikut :

♦ Kebutuhan lahan untuk landasan/runway


Kebutuhan lahan dihitung dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Gunakan dimensi elemen-elemen runway dan primary
surface yang telah ditentukan dalam Rencana Induk
b. Buat rancang dasar runway
c. Ukur luas bidang yang digunakan untuk runway tersebut.
d. Ukuran yang diperoleh adalah luas lahan yang diburuhkan
runway.

♦ Kebutuhan ruang dan lahan untuk taxiway


Kebutuhan lahan untuk taxiway dapat diketahui dengan
menggunakan cara yang sama dengan runway.

♦ Kebutuhan ruang dan lahan bagi apron


Seperti juga halnya dengan runway dan taxiway, dimensi apron
biasanya telah ditentukan dalam Rencana Induk
Dalam hal rencana dimenasi apron yang ditentukan dalam
Renxcana Induk dianggap kurang terinci, misalnya dalam
Rencana Induk luas apron ditentukan secara total, sedangkan
dalam Rencana Tata Letak akan dilakukan pembagian apron
menjadi apron untuk penumpang, apron untuk barang, dan
apron untuk VVIP, maka perlu dilakukan perincian lanjut.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 21


MODUL III

Kebutuhan lahan untuk apron dihitung dengan langkah-langkah


sebagai berikut :
a. Tentukan jenis apron yang direncanakan
b. Tentukan jumlah pesawat yang akan parkir secara
bersamaan pada waktu puncak beserta jenisnya, dirinci
menurut jenis apron yang telah direncanakan tersebut di
atas.
c. Gunakan standar dimensi apron dan buat disain dasarnya.
d. Ukur bidang apron tersebut. Kua itu adalah luas kebutuhan
lahan apron

♦ Kebutuhan ruang dan lahan bagi terminal


Kebutuhan ruang bagi terminal tidak selalu sama dengan
kebutuhan lahannya. Hal ini disebabkan suatu terminal dapats
aja mempunyai lebih dari satu lantai, yang berarti luas dasar
bangunannya akan menjadi lebih kecil dan lahan yang
dibutuhkan dapat lebih kecil.

Kebutuhan ruang bagi terminal pada umumnya sudah dihitung


dalam Rencana Induk. Dalam hal perhitungan dalam Rencana
Induk masih dianggap kurang terinci untuk keperluan
perencanaan tata letak, perincian dapat dilakuian dengan
langakh-langkah sebagai berikut :
a. Gunakan hasil perhitungan prakiraan jumlah penumpang
pada waktu puncak, jumlah pengunjung bandar udara yang
bukan penumpang, serta jumlah personil bandar udara yang
bekerja di terminal yang terdapat dalam Rencana Induk.
b. Kalikan jumlah tersebut dengan standard kebutuhan ruang
untuk penumpang, barang, dan personil bandar udara
menurut jenis penugasannya.
Hasil perkalian ini adalah luas kebutuhan ruang bandar
udara. Dalam hal ini kebutuhan ruang tersebut sama dengan
luas lantai terminal yang dibutuhkan.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 22


MODUL III

c. Tentukan rancangan dasar terminal yang menyangkut luas


dasar bangunan serta jumlah lantai bangunan. Dari sini
dapat diketahui luas lahan yang dibutuhkan untuk bangunan
terminal.
d. Luas kebutuhan lahan keseluruhan dapat diketahui dengan
menentukan terlebih dahulu Koefesien Dasar Bangunan dan
menambahkan luas lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan keamanan penerbangan.
Sebagai contoh penggunaan Koefisien Dasar Bangunan
adalah sebagai berikut :
Jika luas lantai terminal sudah ditentukan 1.000 M2 dan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 40%, maka luas lahan
yang harus disediakan untuk terminal adalah 100/40 x
1.000 M2 = 2.500 M2,

♦ Kebutuhan Lahan bagi Pelataran Parkir


Luas lahan yang dibutuhkan untuk pelataran parkir biasanya
juga telah dihitung dalam Rencana Induk. Untuk penyusunan
Rencana Tata Letak, luas ini biasanya perlu dirinci lagi sesuai
dengan pembagian ruang parkir sebagai berikut :
a. ruang parkir terminal penumpang
b. ruang parkir terminal VVIP
c. ruang parkir terminal barang
d. taxi pool dan taxi stand

langkah-langkah untuk menghitung kebutuhan lahan bagi


pelataran parkir ini adalah sebagai berikut :

a. Gunakan angka prakiraan jumlah penumpang (penumpang


biasa dan penumpang VVIP), jumlah barang, dan jumlah
personalia bandar udara.
b. Memproyeksikan jumlah kendaraan yang membutuhkan
ruang parkir barang dengan :

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 23


MODUL III

- Menentukan korelasi antara kendaraan dengan


penumpang atau barang, dan kendaraan dengan personil
bandar udara.
- Menghitung distribusi (per jam) kendaraan yang masuk
dan keluar bandara udara untuk mengetahui waktu parkir
rata-rata.
Untuk keperluan ini dibutuhkan data lalu lintas angkutan darat di
bandar udara, data yang diperoleh dari survei lapangan.

c. Menentukan sistem pakir kendaraan. Ada bermacam-macam


sistem parkir yang dapat dipilih, yaitu parkir tegak lurus (900)
atau parkir menyudut (60 0 atau 300).
Pemilihan sistem parkir tergantung pada ketersediaan lahan
dan bentuk lahan yang diperuntukan bagi tempat parkir
tersebut.

d. Menghitung kebutuhan ruang parkir. Sebagai pegangan


dapat digunakan angka-angka dibawah ini :
- untuk sistem parkir 900 setiap acre dapat menampung
158 kendaraan.
- untuk sistem parkir 300 setiap acre dapat menampung
130 kendaraan.

♦ Kebutuhan lahan untuk fasilitas operasi dan penunjang bandar


udara.
Langkah-langkah untuk menghitung kebutuhan lahan adalah
sebagai berikut :

a. Buat terlbih dahulu rancang dasar bangunan fasilitas-fasilitas


tersebut. Dari sini dapat diketahui luas dasar bangunan.
b. Tentukan KDB untuk setiap bangunan.
c. Hitung luas lahan yang dibutuhkan.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 24


MODUL III

Dalam menentukan KDB perlu dipertimbangkan adanya


bangunan-bangunan yang membutuhkan lahan terbuka yang
cukup luas di sekelilingnya, misalnya untuk Stasion Pengamat
Cuaca yang membutuhkan taman meteorologi untuk
menempatkan alat ukur curah hujan.

2. Analisis Bagi Penyediaan Utilitas

Yang dimaksud dengan utilitas untuk suatu perencanaan tata


letak bandar udara meliputi :
♦ Jaringan drainase
♦ Jaringan pembuangan air limbah
♦ Jaringan air minum
♦ Jaringan telepon
♦ Jaringan listrik
♦ Penanganan pembuangan sampah

Perhitungan kebutuhan utilitas serta penentuan dimensi


dilakukan pada pembuatan basic design (rancang dasar) jaringan
utilitas. Hasilnya baru digunakan dalam perencanaan tata letak.
Dalam hal basic design tidak tersedia, dapat dilakukan analisis
sederhana, karena pada dasarnya rencana tata letak tidak
ditekankan pada perencanaan detail fasilitas bandar udara, tetapi
lebih pada penataana penggunaan lahan bandar udara.

3. Analisis Hubungan Fungsional

Hubungan fungsional tersebut merupakan salah satu


pertimbangan untuk menentukan letak fasilitas-fasilitas bandar
udara.

Idelanya, faslitas-fasiltas yang mempunyai hubungan fungsional


erat ditempatkan berdekatan. Akan tetapi, karena adanya
batasan-batasan tertentu (misalnya karena bantuk bidang lahan)

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 25


MODUL III

dapat saja fasilitas-fasilitas yang mempunyai hubungan


fungsional erat tidak dapat diletakkan berdekatan. Dalam hal
perencanaan tata letak bandar udara dihadapkan pada kondisi
demikian, diperlukan analisisi khusus mengnai hubungan
fungsional tersebut. Dengan analisis ini diharapkan dapat
diketahui beberapa hal, yaitu :
1. Fasilitas-fasilitas yang mempunyai hubungan fungsional erat
dan harus diletakkan berdekatan, misalnya bangunan PK-PKK
dengan runway.
2. Fasiliats-falisitas yang mempunyai hubungan fungsional erat
akan tetapi letaknya dapat berjauhan karena hubungan
antara fasilitas tersebut dapat dilaukan dengan bantuan
sarana tertentu. Sebagai contoh adalah apron dengan
terminal penumpang, karena penumpang dapat
menggunakan bus untuk menuju pesawat, dan sebalinya.

Masukan penting dalam analisis ini adalah :


1. Pengenalan terhadap fungsi setiap fasilitas bandar udara.
2. Pengenalan terhadap sistem operasi bandar udara

4. Analisis Tapak Bandar Udara

Analisis tapak (site analiysis) adalah analisis yang dilakukan


terhadap kondisi fisik tapak bandar udara.
Analisis ini meliputi :
♦ Analisis topografi
a. Analisisini menggunakan data topografi tapak bandar
udara yang telah dipetakan dengan skala 1 : 5.000 atau
1 : 1.000. interval kontur sebaiknya 1 atau 0,5 mater.
b. Berdasarkan data topografi ini akan dilihat kemiringan
lahan pada tapak bandar udara. Lahan untuk bandar
udara idealnya sedatar mungkin. Sudut kemiringan lahan

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 26


MODUL III

antara 0% - 3% adalah sudut kemiringan yang baik untuk


pembangunan bandar udara.
c. Lahan dengan kemiringan yang cukup besar sebaiknya
tidak digunakan untuk pembangunan fasilitas bandar
udara, dan dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau
atau taman-taman.
d. Dalam hal tidak tersedia lahan yang cukup datar untuk
pembangunan fasilitas bandar udara, dapat dilakukan “cut
and fill”, yaitu pemotongan lereng dan penimbunan untuk
mencegah kemiringan yang memenuhi persyaratan
pembangunan. Volume pekerjaan “cut and fill” ini
sebaiknya sekecil mungkin untuk mengurangi biaya
pembangunan bandar udara.

♦ Analisis keadaan hidrologi


Analisis ini digunakan untuk mengetahui :
a. Daerah-daerah di tapak bandar udara yang sebaiknya
tidak usah digunakan untuk pembangunan fasilitas
bandar udara karena adanya genangan air yang cukup
luas, sehingga upaya pengalirannya membutuhkan dana
yang besar.
b. Badan-badan air di dalam tapak bandara udara maupun
diluarnya yang dapat digunakan untuk alur pembuangan
atau drainase
♦ Analisis penggunaan lahan
Analisis ini digunakan untuk menganalisis penggunaan lahan
di dalam tapak bandar udara maupun di daerah sekitarnya.
Untuk pembangunan bandar udara baru, analisis ini juga
digunakan untuk mengetahui luas lahan yang harus
dibebaskan dan untuk menghitung besarnya biaya
pembebasan lahan, misalnya kerena di dalam tapak bandar
udara tersebut masih terdapat lahan pertanian atau
perumahan penduduk.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 27


MODUL III

Ad.D. Tahap Penyusunan Rencana

Penyusunan rencana tata letak mencakup serangkaian kegiatan,


yaitu :
1. Perumusan pertimbangan dasar perencanaan
2. Penyusunan rencana struktur tata ruang bandar udara
3. Penyusunan alternatif rencana tata letak bandar udara
4. Pemilihan alternatif rencana
5. Penyusunan rencana tata letak secara lengkap

Ad.1. Perumusan Pertimbangan Dasar Rencana


Pertimbangan dasar rencana adalah pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan sebagai dasar perencanaan
yang meliputi :

a. Maksud dan tujuan perencanaan


Maksud dan tujuan perencanaan biasanya tercantum dalam
Kerangka Acuan Proyek. Pada umumnya maksud dan tujuan ini
masih bersifat umum, sehingga perlu dijabarkan secara lebih
terinci.

b. Materi Rencana Induk yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam


Rencana Tata Letak Bandar Udara.

c. Hasil-hasil analisis yang berupa hasil perhitungan kebutuhan


lahan, analisis hubungan fungsional antar fasilitas bandar udara,
dan analisis tapak bandar udara.

Ad.2. Penyusunan Rencana Struktur Tata Ruang Bandar Udara


Struktur bandar udara terbentuk dari zone-zone peruntukan
lahan serta jaringan jalan yang menghubungkan zone-zone
tersebut. Pada umumnya di dalam suatu bandar udara
terdapat zone-zone sebagai berikut :
♦ Wilayah sisi udara, temasuk zone approach pesawat

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 28


MODUL III

♦ Zone terminal (atau terminal area)


♦ Zone fasilitas operasi dan penunjang bandar udara

Pembagian tapak bandar udara atas zone-zone tersebut tidak


mengikat, artinya dapat saja tapak bandar udara dibagi
menjadi zone-zone dengan jenis yang belebihan dengan yang
tersebut di atas, atau dibuat terinci, tergantung dari berbagai
pertimbangan perencanaan.

Jaringan jalan penghubung zone-zone tersebut masih berupa


jaringan jalan utama.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan zone-zone


tersebut adalah hubungan fungsional antara fasilitas-fasilitas
bandar udara.

Dalam hal struktur tata ruang bandar udara sudah ditentukan


dalam Rencana Induk, tidak perlu dibuat struktur tata ruang
yang baru melainkan cukup menggunakan yang tertera dalam
Rencana Induk.

Ad.3. Penyusunan Alternati Rencana Tata Letak Bandar Udara


Rencana tata letak bandar udara yang disusun berdasarkan
berbagai pertimbangan dasar rencana serta rencana struktur
tata ruang bandar udara tidak selalu mempunyai satu bentuk.
Berbagai alternatif rencana dapat dibuat untuk rencana
peruntukan lahan dan tata massa bandar udara.

Dari sekian banyak kemungkinan bentuk peruntukan lahan


dan tata massa bandar udara, dipilih dua atau tiga rencana
yang paling layak untuk dikaji lebih lanjut kelayakannya.
Rencana-rencana inilah yang disebut alternatif rencana.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 29


MODUL III

Ad.4. Pemilihan Alternatif Rencana


Setiap alternatif rencana kemudian dinilai dengan kriteria-
kriteria tertentu untuk memutuskan alternatif rencana terpilih.
Penilaian ini mencakup :
♦ Penilaian ekonomi
Dalam penilaian ini perkiraan biaya untuk pembangunan
setiap alternatif rencana diperbandingkan dan diberi
peringkat berdasarkan kebutuhan biaya pengejaan lahan
(volume pekerjaan cut andf fill) dapat digunakan sebagai
kriteria penilaian, dengan asusmsi biaya rencana tersebut.
♦ Efisiensi pergerakan dalam bandar udara
Dalam penilaian ini dilihat cara peletakan fasilitas-faslitas
bandar udara dan membandingkannya dengan hasil
analisis hubungan fungsional antar fasilitas. Alternatif
rencana yang menunjukkan paling banyak kedekatan letak
fasliitas-faslitas yang mempunyai hubungan fungsional erat
merupakan alternatif rencana terbaik.
♦ Penilaian arsitik
Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rencana
tata massa bandar udara. Kerapihan peletakan bangunan,
keserasian dengan lingkungan sekitar, dan tata hijau
bandar udara merupakan beberapa hal yang dapat
digunakan untuk penilaian.
♦ Keamanan perasi bandar udara
Penilaian ini dilakukan untuk membandingkan alternatif
rencana yang paling menunjang keselamatan penerbangan
di bandar udara yang bersangkutan.

Ad.5. Penyusunan Rencana Tata Letak

Alternatif rencana terpilih merupakan rencana tata letak yang


akan dikembangkan lagi sehingga tersusun suatu rencana tata
letak yang lengkap.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 30


MODUL III

Rencana tata letak bandar udara lengkap terdiri atas :


a. Rencana peruntukan lahan bandar udara
Rencana peruntukan lahan bandar udara dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan bidang lahan yang dapat dibangun dengan
menggunakan hasil analisis tapak bandar udara.
2. Petakan rencana struktur tata ruang abndar udara
pada peta skala 1 : 5.000 atau 1 : 1.000 yang lengkap
dengan garis konturnya.
3. Gambarkan rencana runway, taxiway, dan apron,s
esuai dengan rancang bangun yang sudah dibuat
sebelumnya, dan tetapkan batas-batas wilayah sisi
udara.
4. Gambarkan rencana peruntukan dengan masukan
sebagai berikut :
♦ Hasil perhitungan kebutuhan lahan setiap jenis
fasilitas bandar udara.
♦ Hubungan fungsional antar fasilitas-fasilitas bandar
udara
♦ Rancang dasar fasilitas bandar udara, untuk
menentukan bentuk lahan peruntukan fasilitas-
faslitas tersebut di atas.
♦ Persyaratan peletakan fasilitas bandar udara.
Rencana peruntukan lahan ini merupakan pengisian
rencana struktur tata ruang bandar udara. Dengan
demikian penentuan peruntukan lahan fasilitas-fasilitas
bandar udara tersebut harus tetap mengikuti zoning yang
telah ditetapkan, serta disesuaikan dengan rencana
penempatan runway, taxiway, serta apron.

b. Rencana tata massa atau peletakan bangunan


Rencana ini dibuat setelah rencana peruntukan lahan
bandar udara selesai dibuat. Dalam rencana ini, bentuk-
bentuk massa atau bangunan fasilitas bandar udara yang
telah ditentukan dalam pembuatan rancang dasar (basic

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 31


MODUL III

design) bangunan, ditentukan letaknya dalam bidang


lahan peruntukannya.
Dalam menetukan peletakan bangunan ini perlu
dipertimbangkan :
♦ Arah penyinaran matahari.
♦ Keserasian bentuk antar bangunan
♦ Jarak antar bangunan
♦ Penyediaan ruang terbuka disekitar bangunan.
Untuk mendapat kepastian mengenai keserasian bentuk
antar bangunan, rencana ini perlu dilengkapi dengan
gambar elevasi dari berbagai sudut pandang.

c. Rencana jaringan transportasi darat dan sirkulasi lalu


lintas.
Rencana jaringan transportasi darat meliputi :
1. Rencana jaringan jalan
Jaringan jalan yang direncanakan meliputi :
♦ Jalan penghubung bandar udara (airport acces road)
♦ Jalan-jalan di wilayah sisi udara
♦ Jalan-jalan di wilayah sisi darat

2. Rencana penyediaan pelataran parkir


Pelataran parkir yang disediakan meliputi :
♦ Pelataran parkir bagi kendaraan penumpang,
pengantar dan pengunjung lainnya.
♦ Pelataran parkir untuk terminal VVIP
♦ Pelataran parkir khusus untuk taxi atau bus.
♦ Pelataran parkir untuk kendaraan cargo.
♦ Taxi stand, yaitu lajur jalan dimuka terminal yang
biasa digunakan oleh antrian taxi yang menunggu
penunmpanh untuk waktu yang singkat.

3. Rencana sirkulasi pergerakan kendaraan di Bandar


udara, rencana ini meliputi :
♦ Penentuan pintu masuk dan keluar Bandar udara
♦ Arah pergerakan kendaraan, termasuk jalan satu
arah atau dua arah.
♦ Penentuan jalan-jalan yang terbuka atau tertutup
untuk umum.
♦ Peletakan rambu-ra,bu pengaturan arus lalu lintas
penting.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 32


MODUL III

d. Rencana jaringan utilitas


Rencana jaringan utilitas yang dibuat meliputi :
1. Rencana jaringan air minum
2. Rencana jaringan drainase
3. Rencana jaringan pembuangan air limbah
4. Rencana penanganan pembuangan sampah
5. Rencana jaringan listrik
6. Rencana jaringan telepon.

e. Rencana ruang terbuka hijau atau lansekap


Rencana ruang terbuka hijau meliputi :
1. Penentuan ruang terbuka hijau bukan taman, artinya
ruang terbuka hijau yang hanya berupa lapangan
rumput yang tidak dimanfaatkan untuk taman.
2. Penetuan ruang terbuka hijau untuk taman.

f. Rencana pentahapan pembangunan bandar udara.


Pembangunan Bandar udara sampai mencapai bentuk
akhir yanmg direncanakan dalam Rencana Induk (Ultimate
Plane) membutuhkan dana pembangunan yang sangat
esar. Bandar udara juga biasanya direncanakan untuk
jangka panjang, antara 20 sampai 25 tahuin.
Mengingat dana pembangunan yang terbatas, dapat
dilakukan pentahapan pembangunan Bandar udara yang
bersangkutan. Untuk keperluan ini biasanya proyeksi lalu
lintas Bandar udara dihitung untuk jangka waktu 5
tahunan. Tahapan pembangunan biasa dibuat untuk
jangka waktu 5 tahun.
Dalam menentukan tahapan pembangunan hal-hal yang
perlu dipertimbangkan adalah :
1. Proyeksi lalu lintas di Bandar udara untuk menentukan
jenis fasilitas-fasilitas serta dimensinya pada setiap
tahap pembangunan.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 33


MODUL III

2. Perkiraan dana yang dibutuhkan dan yang tersedia


untuk pembangunan Bandar udara seluruhnya dan
utnuk setiap tahap pembangunan.
3. Menentukan jenis fasilitas yang mutlak dibangun sejak
awal dan fasilitas yang dapat ditunda
pembangunannya sampai tahap pembangunan
tertentu.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 34


MODUL III

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashford N, Stanton H.P.M, Moore C. A.,1997, Airport Operations (Second


Edition), McGraw-Hill, Inc., New York.

2. Basuki H.,1985, Merancang, Merencana Lapangan Ter-bang, Alumni,


Bandung.

3. Direktorat Teknik Bandar Udara, 1998, Standarisasi Persyaratan Teknis


Fasilitas Bandar Udara, Departemen Perhubungan, Jakarta.

4. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2002, Keputusan Menteri


perhubungan, Departemen Perhubungan, Jakarta.

5. Horonjeff R. & McKelvey F.X., 1983, Perencanaan dan Perancangan Bandar


Udara, Erlangga, Jakarta.

6. ICAO, 1983, Aerodrome Design Manual, Pavement.

7. ICAO, 1984, Aerodrome Design Manual, Part I, Runway.

8. ICAO, 1990, Aerodrome Annex 14, Vol I, Aerodrome Design & Operations.

9. Nurtanio J, 1998, Bahan Kuliah Lapangan Terbang, Universitas Tadulako,


Palu.

10. Zainuddin A, 1986, Selintas Pelabuhan Udara, Ananda, Yokyakarta.

Teknis Penyusunan Rencana Tata Letak Bandara II- 35

Anda mungkin juga menyukai