Anda di halaman 1dari 3

TO KILL A MOCKINGBIRD BY HARPER LEE

Judul : To Kill a Mockingbird

Penulis : Harper Lee

Penerjemah : Femmy Syahrani

Penerbit : Penerbit Qanita

Tahun terbit : September 2015 (edisi digital)

Genre : sejarah fiksi, novel, kisah hukum, bildungsroman, gotik selatan

Tebal buku : 398 halaman

Pertama kali diterbitkan oleh : J.B. Lippincott.Co (1960)

ISBN : 978-602-1637-87-6

Karakter utama : Atticus Finch, Jean Louise ‘Scout’ Finch, Jem Finch , Boo Radley, Robert
Ewell, Dill Harris, Mayella Ewell, Tom Robinson, Alexandra Hancock, Maudie Atkinson,
Calpurnia.

Tema : Sifat moral manusia dan ketidakadilan ras

Latar : Maycomb, Alabama, awal tahun 1930

Sinopsis To Kill a Mockingbird oleh Harper Lee

"Kalian boleh menembak burung blue jay kalau bisa, tapi ingat, kalian berdosa apabila
membunuh burung mockingbird."

Hidup Scout dan Jem berubah saat ayah mereka menjadi pembela seorang kulit hitam.
Ketika Atticus membela seorang yang dianggap sampah masyarakat, kecaman pun datang
dari seluruh penjuru. Novel ini menunjukkan betapa prasangka sering kali membutakan
manusia. Dan keadilan hanya dapat dilahirkan dari rasa cinta yang tak membedakan latar
belakang.
To Kill a Mockingbird, tonggak sastra dunia yang tak lekang oleh zaman. Memenangi Pulitzer
Prize, terjual lebih dari 40 juta kopi di seluruh dunia, diterjemahkan dalam berbagai bahasa,
dan diadaptasi ke dalam film pemenang Academy Award, To Kill a Mockingbird dianggap
sebagai buku paling berpengaruh dan paling laris pada abad ke-20.

Review buku

To Kill a Mockingbird yang menceritakan kehidupan sehari-hari Scout dan Jem, merupakan
kisah klasik dengan penulisannya yang indah dan disampaikan dalam narasi yang memiliki
daya tarik tersendiri. Menurut saya buku karya Harper Lee ini memang pantas menerima
penghargaan Pulitzer, dengan mengusung tema yang cukup berat, yaitu mengenai
diskriminasi ras, Lee berhasil menjabarkan permasalahan tersebut dengan tegas dan jujur
melalui sudut pandang anak berusia 6 tahun. Melalui perspektif Scout dan Jem, kita dapat
mengetahui gambaran rasialisme pada masa itu. Pemikiran yang dewasa diselingi dengan
kepolosan, rasa ingin tahu dan keras kepala, menjadikan tokoh Scout dan Jem sangat dicintai
pembacanya. Apalagi interaksi antara Jem, Scout dan Dill, teman mereka saat musim panas,
yang berusaha untuk mencari tahu wajah dari Boo Radley, tetangga misterius mereka,
memberikan kesan manis, penuh humor dan rapi. Ditambah lagi dengan konflik yang muncul
ketika Atticus, ayah mereka, membela seorang negro. Dari situ Scout menyadari bahwa
penerimaan bisa sulit didapat dibawah aturan sosial yang kaku, yang pada saat itu telah
mengatur Maycomb dan dunia luar.
“There's a lot of ugly things in this world, son. I wish I could keep 'em all away from you.
That's never possible.” Cara Atticus dalam membimbing kedua anaknya agar dapat melewati
masa-masa yang sulit begitu tenang, bijak dan cerdas tanpa menutupi setiap kemungkinan
buruk yang akan terjadi. Atticus juga sangat terbuka kepada Scout dan Jem, Atticus adalah
orang yang sama dirumah maupun ditempat umum. Atticus Finch, seorang pengacara di
sebuah kota kecil dan juga seorang duda, bisa dibilang adalah ayah terbaik di dalam karya-
karya fiksi yang ada. Atticus membesarkan putranya Jem yang berusia 10 tahun dan putrinya,
Scout (enam tahun), dengan sikap yang tenang dan mudah didekati. Salah satu kalimat yang
selalu dikatakan Atticus dalam mengatasi kepanikan anaknya “it’s not time to worry yet...”
menjadi pesan yang sangat membekas bukan hanya bagi Scout dan jem tetapi juga para
pembacanya. Dan masih banyak lagi pesan yang dapat diambil dari sosok Atticus untuk
mengatasi berbagai bentuk emosi.
Buku ini memang banyak yang mewajibkan untuk dibaca, terutama sekolah menengah di
Amerika, tetapi terdapat beberapa istilah kata yang mungkin asing bagi pembacanya, dilihat
karena buku ini diterbitkan pada tahun 1960 an. Contohnya saja istilah negro dan nigger, yang
memilik arti sama dengan makna yang berbeda. Juga terdapat banyak kalimat yang perlu
dipikirkan dengan keras untuk dipahami artinya sehingga tidak cukup hanya membacanya
satu kali saja. Dan konflik yang tidak terlalu menonjol dan lama mungkin akan membuat
beberapa pembaca bosan.
Selebihnya, menurut saya buku ini sangat wajib dibaca dan tidak memiliki kekurangan.

“They're certainly entitled to think that, and they're entitled to full respect for their
opinions... but before I can live with other folks I've got to live with myself. The one thing that
doesn't abide by majority rule is a person's conscience.”

Anda mungkin juga menyukai