Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK

Nurvidiah Ningsih 221141009, Sayidatu Faizah Imamah Hadi 221141015, Friska Diah
Enystia 221141037.

Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Jl. Pandawa, Dusun IV, Pucangan,
Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57168. Universitas Islam Negeri
Raden Mas Said Surakarta.

Abstrak

A. Pendahuluan

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan yang paling utama bagi seorang anak.
Menjaga dan merawat anak adalah tugas dari orang tua, serta harus memberikan pola asuh
yang baik terhadap anaknya. Hal ini, adalah kewajiban bagi orang tua dari usia dini hingga
sudah beranjak dewasa dan remaja. Faktor utama pembentukan karakter, kepribadian, dan
tingkah laku anak terletak pada pola asuh orang tua. Hal ini didukung oleh pendapat Gunarsa
Singgih (2007) dalam bukunya Psikologi Remaja, yaitu bahwa pola asuh orang tua adalah
sikap dan cara orang tua dalam mempersiapkan anggota keluarga yang lebih muda termasuk
anak supaya dapat mengambil keputusan dan bertindak sendiri sehingga mengalami
perubahan dari keadaan bergantung kepada orang tua menjadi berdiri sendiri dan
bertanggung jawab sendiri. Pola asuh yang baik adalah pola pengasuhan yang memberikan
rasa nyaman, aman, tetapi juga mendidik. Pola pengasuhan yang demikian akan membuat
anak merasa terlindungi dan tahu batasan-batasannya.

Mayoritas orang tua dari zaman dulu hingga sekarang menggunakan pola asuh yang
otoriter. Dan pola asuh orang tua yang tidak otoriter sangatlah minoritas. Orang tua
cenderung memaksakan kehendaknya sendiri dan membatasi anaknya. Mau tidak mau, suka
tidak suka, anak harus menuruti kemauan orang tua. Bukan hanya otoriter saja, tetapi ada
juga pola asuh yang permisif , terlalu dibebaskan kepada lingkungan luar dan bebas dalam
melakukan hal apapun tanpa mempertanyakan. Pola asuh yang semacam ini masih banyak
ditemui di daerah peneliti, yaitu Trenggalek, Pati, dan Indramayu. Tidak hanya di kota-kota
tersebut, hampir di setiap daerah pasti akan ditemui pola asuh yang seperti ini. Terlebih lagi
dalam kalangan keluarga pesantren, pejabat-pejabat tinggi, dan keturunan darah biru.

Dalam memberikan pengasuhan terhadap anak, idealnya orang tua harus mampu
mendidik tanpa menghakimi dan memberikan kenyamanan secara bersamaan. Selain itu,
orang tua juga memiliki kewajiban dalam mengawasi, membimbing, dan melindungi anaknya
sampai tumbuh dan berkembang dengan baik dan optimal. Tujuannya agar anak tahu mana
hal yang benar dan salah, tetapi juga dapat terbuka kepada orang tuanya sendiri. Namun pada
kenyataannya, masih banyak orang tua yang mendidik anaknya menggunakan pola asuh yang
otoriter. Mereka sering kali memaksakan kehendaknya terhadap anak tanpa memberikan anak
kesempatan untuk memilih pilihannya sendiri. Pola asuh yang seperti ini akan memberikan
tekanan terhadap mental seorang anak. Anak akan merasa dirinya hanya dijadikan boneka
oleh orang tuanya yang harus menuruti segala kemauan orang tua.
B. Pembahasan
C. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai