Anda di halaman 1dari 3

OBSESI FUTURISTA

Karya Ahmadun Yosi Herfanda

manusia masa depan berdiri tegak di layar


komputerku. di tangan kanannya jaringan internet
di tangan kirinya hutan lebat menghijau
rambutnya mengkilat tanpa shampo
giginya kristal-kristal cahaya, mata kanannya
radar, kirinya antena parabola, otaknya einstein
hatinya sunan kalijaga. ia simpan kitab kuning
dalam disket, filsafat di saku baju
sejarah ia lipat dalam sepatu

manusia masa depan mencipta badai dengan


tuts piano, mencipta gelombang dalam lagu sangsai

mencipta hutan di kota-kota beton dan baja, ombak


laut ia tampung dalam katub jantungku. manusia masa depan
tak takut kehilangan kursi dalam syairmu

manusia masa depan membangun sejarahnya sendiri


yang merdeka dari rencanamu hari ini

1989
MIMPI
Karya: Abdul Hadi

Aneh, tiap mimpi membuka kelopak mimpi yang lain,


berlapis-lapis mimpi,
tiada dinding dan tirai akhir,
hingga kau semakin jauh dan semakin dalam
tersembunyi dalam ratusan tirai rahasia
membiarkan aku asing pada wujud
hampa dan wajah sendiri.

Kudatangi kemudian pintu-pintu awan, nadi-nadi


cahaya dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian
-- di jalan-jalannya,
di gedung-gedungnya kucari sosok bayangku
yang hilang dalam kegaduhan.
Tetap, yang fana mengulangi kesombongan dan keangkuhannya
dan berkemas pergi entah ke mana gelisah,
asing memasuki rumah sendiri menjejakkan kaki,
bergumul benda-benda ganjil yang tak pernah dikenal,
menulis sajak, menemukan mimpi yang lain lagi berlapis-lapis mimpi,

tiada dinding akhir sebelum menjumpai-Mu.


Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
Duli Tuanku?
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.

1966

Anda mungkin juga menyukai