BOTANI FARMASI
Disusun Oleh :
apt. Dewi Kartika, S.Farm.,M.K.M
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul.............................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................iii
BAB I BUAH DAN BIJI.........................................................
1.1. Anatomi Buah dan Biji.....................................................2
1.1.1. Anatomi Buah...................................................2
1.1.2. Anatomi Biji......................................................7
1.2. Morfologi Buah dan Biji................................................32
1.2.1. Morfologi Buah...............................................32
1.2.2. Morfologi Biji.................................................35
1.3. Tugas/Diskusi.................................................................37
1.4. Rangkuman....................................................................38
1.5. Latihan Soal...................................................................40
BAB II AKAR....................................................................
2.1 Anatomi Akar...................................................................
2.1.1 Struktur Akar pada Pertumbuhan Primer...........
2.1.2 Struktur Akar Monokotil...................................
2.1.3 Struktur Akar Dikotil pada Pert. Sekunder.....
2.1.4 Struktur Peralihan Akar ke batang...................
2.1.5 Percabangan Akar............................................
2.2 Morfologi Akar..............................................................
2.2.1 Sistem Perakaran pada Tumbuhan...................
2.2.2 Akar dengan Fungsi Khusus............................
2.3 Tugas/Diskusi.................................................................
2.4 Rangkuman....................................................................
2.5 Latihan Soal...................................................................
BAB III BUNGA................................................................
3.1 Anatomi Bunga................................................................
3.1.1 Daun Mahkota dan Daun Kelopak.....................
3.1.2 Benang Sari........................................................
3.1.3 Pistillum.............................................................
3.2 Morfologi Daun..............................................................
3.2.1 Struktur Morfologi Bunga...............................
3.2.2 Letak Bunga pada Tumbuhan..........................
3.2.3 Struktur Benang Sari........................................
3.2.4 Struktur Putik...................................................
3.2.5 Perbungaan.......................................................
3.3 Tugas/Diskusi.................................................................
3.4 Rangkuman....................................................................
3.5 Latihan Soal...................................................................
BAB IV DAUN....................................................................
4.1 Anatomi Daun..................................................................
4.1.1 Jaringan Epidermis............................................
4.1.2 Jaringan Mesofil Daun.....................................
4.1.3 Tulang Daun (Jaringan Pengangkut)...............
4.2 Morfologi Daun..............................................................
4.2.1 Bagian-Bagian Daun........................................
4.2.2 Daun Tunggal dan Daun Majemuk..................
4.3 Tugas/Diskusi.................................................................
4.4 Rangkuman....................................................................
4.5 Latihan Soal...................................................................
ANATOMI DAN MORFOLOGI BUAH DAN BIJI
Perkembangan buah
Secara normal perkembangan buah terjadi setelah
pembuahan. Bakal buah meluas ke arah plasenta dan ovarium.
Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya 2 proses,
yaitu pembelahan sel (yang diawali oleh membesarnya sel,
sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya.
Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada
pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis, kemudian
berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini kemudian secara
berangsur diganti dengan pembentangan sel, dan diikuti oleh
pertumbuhan memanjang.
Periode tingkat perkembangan buah berbeda-beda dan
diikuti pula oleh pertumbuhan komponen buah seperti
perikarpium, kulit biji, endosperm dan embrio. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan buah adalah faktor dalam dan
faktor luar. Salah satu faktor dalam adalah perkembangan biji.
Struktur buah
Apabila bakal buah berkembang menjadi buah, dinding
ovarium menjadi perikarpium. Dinding ovarium terdiri dari
sel-sel parenkim, jaringan pembuluh dari lapisan epidermis
dalam dan luar. Selama pemasakan, perikarpium bertambah
jumlah selnya. Jaringan dasar secara relatif tetap homogen dan
parenkim terdiferensiasi menjadi parenkim dan jaringan
sklerenkim. Perikarpium mungkin terdiferensiasi menjadi 3
bagian yang secara morfologi berbeda yaitu eksokarpium
(lapisan terluar), mesokarpium (bagian tengah), dan
endokarpium (lapisan terdalam). Kadang-kadang eksokarpium
dan endokarpium merupakan epiderinis luar dan epiderinis
dalam dinding ovarium. Dinding ovarium menyelubungi
ovarium dimana biji dihasilkan. Struktur jaringan pembuluh
bervariasi untuk setiap jenis buah dan terdapat pada
perikarpium. Struktur perikarpium menunjukkan variasi yang
luas untuk setiap jenis atau tipe buah. Ada 2 macam tipe
perikarpium, yaitu parenkimatik, pada buah berdaging dan
sklerenkimatik pada buah kering.
Pada buah polongan, pada waktu buah masak karpel
memisah sepanjang sutur atau kampula yang mengelilingi
buah, meninggalkan biji yang melekat pada rusuk dan
membentuk suatu kerangka di sekitar sekat.
Buah pisang (Musa acuminata) mempunyai tipe
ovarium inferior, dengan 3 karpel. Ovarium ini kemudian
sebagai buah yang mempunyai biji, atau buah tanpa biji
(partenokarpi). Buah yang berbiji/partenokarpi mempunyai
struktur sama pada awal perkembangan. Akhirnya ovulum
pada buah partenokarpi mengalami degenerasi, dan lokulus
ditutupi oleh daging buah yang berasal dari perikarp dan sekat.
Daging buah kaya akan amilum. Pada varietas yang
berbiji, biji yang masak hampir memenuhi lokulus, dan daging
buah sangat tipis. Ikatan pembuluh bersama dengan lateks,
terselubung dalam jaringan parenkini dinding buah.
Berbeda dengan buah pisang, buah tomat (Lycopersicon
esculentum), mempunyai jumlah karpel yang banyak, janingan
berdaging terdiri atas perikarpium, sekat dan plasenta. Jaringan
plasenta meluas, memasuki ruang-ruang antara ovulum.
Plasenta menutup lokulus, dan terselubung oleh ovulum.
Jaringan antara ovulum berisi gelatin pada waktu buah masak.
Perubahan warna kulit buah selama pemasakan disebabkan
adanya transformasi kloroplas menjadi kromoplas.
1.1.2. Anatomi Biji
Setelah pembuahan bakal biji akan berkembang menjadi
biji. Integumen berkembang menjadi kulit biji atau testa, sel
telur yang dibuahi (zigot) berkembang menjadi embrio, dan sel
endosperm primer akan membelah secara mitosis
menghasilkan endosperm. Bentuk, ukuran, warna, struktur dan
permukaan biji sangat bervariasi.
Struktur biji
Kulit biji
Merupakan bagian terluar biji. Pada Angiospermae
bakal biji mempunyai satu atau dua integumen. Pada
umumnya semua bagian yang menyusun integumen berperan
dalam pembentukan kulit biji. Sering pada biji tertentu
jaringan integumen mengalami kerusakan karena adanya
perkembangan jaringan lain pada biji, sehingga kulit biji
berasal dari bagian yang tersisa di dalam integumen.
Gossypium sp. mempunyai ovulum yang biteginik, dan
ke dua integumen berperan dalam pembentukan kulit biji.
Perubahan-perubahan histologis tampak jelas 6 hari setelah
pembuahan. Struktur anatomi kulit biji sangat bervariasi untuk
setiap jenis tumbuhan.
Sel-sel parenkim pada integumen mengalami
diferensiasi menjadi aerenkim sel-sel cadangan makanan, sel-
sel tanin, sel kristal, sel gabus, sel sklerenkim, dan lain- lain.
Mengenai susunan kulit biji pada umumnya adalah:
1. di sebelah luar terdapat epidermis, atau sering
tanpa epidermis;
2. di sebelah dalam lapisan epidermis adalah jaringan
yang sel-selnya berdinding tebal, mempunyai
ukuràn yang panjang, tersusun seperti jaringan tiang
pada daun, disebut jaringan palisaden atau dikenal
sebagai makrosklereida;
3. di sebelah dalam lapisan ini mungkin masih
dijumpai adanya jaringan yang sel- selnya
berdinding tebal disebut jaringan osteoskiereida;
4. selanjutnya di jumpai sel-sel parenkim, sel-sel
kristal atau sel-sel yang mengandungpigmen.
Pada permukaan kulit biji, pengamatan dengan
menggunakan mikroskop elektron skaning menunjukkan
adanya ornamentasi pada kulit biji yang bermacam-
macam bentuknya.
Tergantung pada ada atau tidaknya endosperm pada
biji, maka dibedakan 2 tipe yaitu:
1. Endospermus (albuminus)
Pada biji dijumpai adanya endosperm.
Misalnya pada : Zea mays, Ricinus communis, dll.
2. Nonendospermus(eks-albuminus)
Pada biji tidak dijumpai adanya endosperm.
Misalnya pada : Areca catechu, Piper nigrum,
Glycine max, Cucurbita, dll.
Pada biji yang masak sering masih dijumpai adanya
arilus atau karunkula arilus (salut biji) dijumpai pada
Punica granatum dan Nephelium, sedang karunkula pada
biji Ricinuscommunis.
Mikropil
Mikropil dapat dibentuk oleh integumen luar dan atau
integumen dalam. Mikropil yang dibentuk oleh integumen
dalam seperti pada Centrospermales dan Plumbagmales, oleh
integumen luar dan dalam, seperti pada suku Pontederiaceae.
Jarang sekali Mikropil dibentuk oleh integumen luar misalnya
pada suku Podostemaceae. Rhamnaceae, dan Euphorbiaceae.
Lubang mikropil yang dibentuk oleh integumen luar disebut
eksostoma, sedang yang dibentuk oleh integumen dalam
disebut endostoma.
Obturator
Obturator adalah jaringan yang merupakan poliferasi
sel-sel funikulus atau plasenta. Yang berasal dari funikulus
misalnya pada famili Acanthaceae, Anacardiaceae, Labiatae
dan Magnoliaceae. Jaringan ini berfungsi untuk membantu
pembuahan yaitu memandu buluh pollen menuju mikropil.
Sel-selnya mengalami degenerasi setelah terjadinya
pembuahan. Pada Tetragonia tetragonioides obturator
mempunyai struktur seperti trikomata (rambut-rambut) berasal
dan epidermis kedua sisi funikulus yang letaknya berhadapan
dengan mikropil. Obturator yang berasal dari sel-sel plasenta
misalnya pada suku Euphorbiaceae dan Cuscutaceae.
Nuselus
Nuselus merupakan dinding megasporangium. Setiap
ovulum hanya mempunyai satu nuselus. Yang mempunyai dua
nuselus antara lain adalah Aegle marmelos dan Hydrocleis
nymphoides. Pada awal terbentuknya calon ovulum, nuselus
terbentuk lebih dulu, terdiri atas sel-sel yang homogen
diselubungi oleh epidermis. Di bawah lapisan epidermis
nuselus terdapat sekelompok sel-sel arkesporium.
Pada Sympetalae, sel-sel arkesponum berfungsi
langsung sebagai sel induk megaspora (sel sporogen),
sehingga sel sporogen adalah sel hipodermal (hipo = bawah;
dermal = epidermis). Berdasarkan asal sel-sel sporogen (sel
induk megaspora) maka nuselus dibedakan menjadi dua tipe
yaitu:
1. tenumuselat
Sel sporogen (sel induk megaspora) adalah sel
hipodermal, sehingga sel sporogen berbatasan
langsung dengan epidermis nuselus.
2. krasmuselat
Antara sel-sel sporogen dengan epidermis nuselus
dipisahkan oleh lapisan sel parietal primer.
Gambar 5. Perkembangan ovulum tipe tenuinuselat dan tipe
krassinuselat. Keterangan: I. Megasporogenesis
pada ovulum Elytraria acaulis tipe tenumuselat;
II. Megasporogenesis pada ovulum Myriophyllum
intermedium tipe krassinuselat. Sel induk
megaspora membelah meiosis menghasilkan
tetrad linier (Gambar I dan II: C-D); im. sel induk
megaspora (sel sporogen); sp. sel parietal; en.
epidermis nuselus.
Endosperm
Pada umumnya endosperm merupakan hasil
pembelahan sel endosperm primer secara mitosis berkali-kali,
dan berfungsi memberi makan embrio yang sedang
berkembang. Tidak semua golongan tumbuhan mempunyai
endosperm. Tumbuhan yang tidak mempunyai endosperm
adalah suku Orchidaceae, Podostemaceae dan Trapaceae.
Derajat ploidi (jumlah kromosom) endosperm bervariasi
tergantung pada jumlah inti megaspora yang berfungsi pada
pembentukan gametofit betina. Endosperm pada kebanyakan
tumbuhan mempunyai derajat ploidi 3 (tripolid). Ploidi pada
endosperm haustonum pada Thesium alpinum lebih dari 384 n.
Yang mempunyai ploidi sangat tinggi adalah endosperm Arum
maculatum, yaitu 24576 n. Terjadinya poliploidisasi pada
endosperm disebabkan karena penistiwa endomitosis dan fusi
inti di dalam sel- sel endosperm (Kapoor, dalam Bhojwarn dan
Bhatnagar, 1978).
Sel-sel endosperm biasanya berbentuk isodiametris, di
dalamnya terdapat butir-butir amilum, lemak, protein, atau
butir-butir aleuron. Pada serealia, beberapa lapisan endosperm
yang terluar menjadi terspesialisasi baik secara morfologi
maupun fisiologi, dan menyusun suatu jaringan aleuron. Pada
gandum jaringan aleuron terdiri atas 3-4 lapis sel. Pada waktu
biji masak, lapisan aleuron masih tetap hidup, dan bagian sel
yang mengandung amilum (endosperm) dikelilingi oleh
lapisan aleuron. Sel- sel aleuron mempunyai dinding tebal, inti
besar dan sitoplasma tidak bervakuola.
Pada dikotil aleuron tidak merupakan lapisan, tetapi
merupakan butir-butir yang terdapat di dalam sel endosperm.
Misalnya pada Ricinus communis, Viccia faba dan lain-lain.
Apabila di dalam biji tidak dijumpai adanya endosperm,
fungsi nutritif bagi embrio yang sedang berkembang diambil
alih oleh jaringan yang ada di dalam ovulum. Pada suku
tertentu, antara lain Amaranthaceae, Cannaceae, Piperaceae
dan Cappatidaceae, jaringan nuselus dapat berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan. Jaringan nuselus ini disebut
perisperm. Pada Piper nigrum jaringan nuselus di bawah
kantong embrio membelah, dan aktivitas pembelahannya terus
bertambah. Sel-sel tersebut adalah perisperm. Perisperm dan
epidermis nuselus banyak mengandung amilum, sedang
endospermnya sendiri yang terdapat di sekitar embrio sangat
mereduksi bila dibanding perisperm. Jumlah amilum terus
bertambah mulai dan khalaza sampai ke bagian mikrofil,
sehingga 90% bagian dan biji Piper nigrum ini ditempati oleh
perisperm. Pada biji Myristica fragans (pala), endosperm dan
perisperm berkembang sama kuat.
Pada Cyanastrum, endosperm dan sebagian besar
nuselus tidak kelihatan selama perkembangan biji. Tetapi sel-
sel nuselus yang ada di bagian khalaza, tepat di atas janingan
vaskular aktif mengadakan pembelahan membentuk jaringan
yang disebut khalasosperm. Sel-sel jaringan ini penuh dengan
lemak dan amilum, berfungsi sebagai pengganti endosperm.
Berdasarkan perkembangannya, endosperm dibedakan
menjadi 3 tipe yaitu:
1. nuklear
Pada tipe ini pembelahan inti endosperm primer
(secara mitosis) yang pertama serta pembelahan
selanjutnya tidak diikuti oleh pembentukan
dinding sekat, sehingga terjadi inti bebas.
2. seluler
Embrio
Telur yang telah dibuahi disebut zigot, dan ini
merupakan sel tunggal yang bersifat diploid. Polaritas embno
pada Angiospermae adalah endoskopik, yaltu berlawanan
dengan mikrofil. Pembelahan zigot yang pertama kali pada
kebanyakan Angiospermae dengan dinding melintang,
sehingga menghasilkan proembrio 2 sel. Dan proembrio 2 sel
ini; sel a (ca), sel bagian atas disebut terminal (sel apikal)
merupakan sel yang jauh dan mikrofil; sel b (cb), sel bagian
bawah disebut sel basal, adalah sel yang letaknya dekat dengan
mikrofil. Selain dengan dinding melintang, pembelahan zigot
dengan dinding tegak lurus pada suku Loranthaceae atau
miring (Triticum sp.). Pembelahan dengan dinding miring
jarang. Variasi pola perkembangan embrio pada awal
embriogeni
merupakan hal umum pada tumbuhan monokotil maupun
dikotil. Dan stadium 2 sel sampai stadium diferensiasi biasanya
disebut proembrio.
Suspensor
Merupakan bagian embrio yang letaknya berdekatan
dengan ujung radikula. Perkecambahan suspensor mencapai
maksimum pada saat embrio mencapai stadium bulat
(globular). Pada biji yang masak sisa-sisa suspensor
menunjukkan variasi dalam bentuk, ukuran serta sel yang
menyusunnya. Variasi ini biasanya berhubungan dengan fungsi
nutritif bagi embrio. Pada tumbuhan yang tidak mempunyai
endospenn, suspensor bersifat haustorium. Dikatakan pula
selain membantu memberi makan, suspensor merupakan akar
embrionik yang bersifat sementara.
Struktur embrio
Setelah pembuahan zigot membelah berkali-kali
menjadi embrio. Embrio ini mempunyai potensi untuk
membentuk tanaman yang sempurna. Embrio mempunyai
poros embrional. Poros (sumbu) embrional pada dikotil
menyebabkan terjadinya dua kutub, yaitu kutub yang ada di
bagian atas yaitu epikotil dan yang ada dibagian bawah
hipokotil. Epikotil akhirnya menjadi pucuk embnônik
(plumula), dan hipokotil akan menghasilkan batang sedang
pada bagian bawah hipokotil akan menghasilkan calon akar.
Pada umumnya embrio dikotil dan monokotil
mempunyai persamaan perkembangan sampai stadium 8 sel,
yaitu stadium bulat. Embrio pada monokotil bentuknya
silindris karena mempunyai satu kotiledon, sedang pada dikotil
mungkin biobus (2 lobi) karena mempunyai dua kotiledon.
Kotiledon pada dikotil muncul sebagai dua tonjolan
meristematik pada ujung apikal embrio. Tonjolan ini
disebabkan adanya perluasan ujung apikal embrio ke arah
lateral. Karena adanya dua kotiledon ini maka embrio terbelah
secara bilateral simetris. Bagian apeks yang terdapat pada
lekukkan di antara dua kotiledon menyusun suatu meristem
apikal (shoot).
Diferensiasi kutub atas sudah ditentukan mulai dari
awal, jauh sebelum embrio mencapai ukuran yang maksimum.
Meristem yang ada di kutub atas adalah protoderm,
prokambium dan meristem dasar. Sedang diferensiasi kutub
bawah meliputi organisasi meristem ujung akar dan tudung
akar (root). Meristem ujung akar ini mirip sekali dengan titik
tumbuh ujung batang, dalam hubungannya dengan
pembentukan jaringan- jaringan primier.
Embrio pada monokotil berbeda dengan dikotil, karena
selain jumlah kotiledon, juga berbeda dalam struktur.
Kotiledon pada monokotil dinamakan skutelum. Pada
potongan membujur embrio dapat dilihat adanya sumbu
embrional. Sumbu embrional bagian bawah dan skutelum
adalah radikula (calon akar) yang menghasilkan meristem
ujung akan dan tudung akar. Radikula dan tuding akar
diselubungi oleh selaput pelindung yang disebut koleonza.
Epikotil menyusun tunas apeks dengan primordium daun.
Epikotil bersama primordium daun diselubungi oleh koleoptil.
Disisi lateral koleoriza membentuk tonjolan kecil ke arah luar,
dan tonjolan ini disebut epiblas.
Pada beberapa tumbuhan yang endospermnya tidak
berkembang, embrio berfungsi sebagai penyinipan makanan
cadangan sehingga embrio menjadi tebal. Misalnya pada
tumbuhan Leguminosae. Sedang pada biji yang endsopermnya
berkembang embrio sangat tipis.
e. endosperm; en. Endotelium; ep. epiblas; k. kotiledon; kh.
koleoriza; ko. Koleoptil; la. Lapisan aleuron; m. meristem
apikal; n. nuselus ; p. prokambium; r. radikula; s. skutelum; t.
tunas pucuk.
Poliembrioni
Poliembrioni adalah terdapatnya lebih dari satu embrio
dalam satu biji. Orang yang melaporkan pertama kali,
terjadinya poliembrioni adalah Antom van Leeuwenhoek pada
tahun 1719, pada biji jeruk.
Poliembrioni pada Angiospermae kemungkinan terjadi
karena:
1. pembelahan embrio yang sudah ada (Cleavage pro-
embryo).
2. embrio berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga
selain sel telur yang dibuahi.
3. terbentuknya kandung lembaga yang banyak, dalam
satu ovulum.
4. aktivitas sel-sel sporofilik (sel-sel sama) pada
ovulum.
“Cleavage polyembryony” pada Angiospermae
dijumpai pada anggrek, seperti Eulophia epidendraea.
Poliembrioni juga dapat berasal dari sel-sel dalam kandung
lembaga selain sel telur yang dibuahi, misalnya dari sel
antipoda.
Klasifikasi poliembrioni ada 2, yaitu spontan dan
induksi. Ernst (1901; 1910) membedakan poliembrioni
spontan menjadi:
1. Poliembrioni sejati
32
(Michelia champaka)
Buah sejati majemuk, misalnya buah Ficus (Ficus sp).
2. Buah Semu
Buah semu tunggal, misalnya buah jambu monyet
(Anacardium occidentale)
Buah semu ganda, misalnya buah arbei (Fragraria ananasa)
Buah semu majemuk, misalnya buah nangka (Arthrocarpus
heterophila)
Lembaga (Embrio)
Pada tumbuhan berbiji lembaga memperlihatkan tiga
bagian utama tubuh tumbuhan, yaitu :
(1) Akar lembaga atau calon akar (radicula) bagian ini
tumbuh hipokotil (hypocotyhe), di ujungnya akan
tumbuh akar primer (radix primarius), yang pada
tumbuhan Dicotyledoneae membentuk sistem akar
37
1.3.Tugas/Diskusi
Buatlah makalah tentang contoh perbedaan buah sejati dan
buah semu. Gunakan setidaknya 2 artikel dari buku teks, jurnal
ilmiah terakreditasi atau jurnal ilmiah internasional 2
untuk menyusun makalah anda.
1.4.Rangkuman
Berdasarkan derajat kekerasan perikarpium, buah
dibedakan ke dalam dua tipe, yaitu buah kering dan buah
berdaging. Pada buah yang berdaging, perikarpium, yang
berasal dari dinding ovarium terdiferensiasi menjadi
epikarpium, mesokarpium dan endokarpium. Menurut
perkembangan bakal buah, buah dibagi menjadi buah
tunggal, buah majemuk, dan buah ganda. Secara normal
perkembangan buah dan biji terjadi setelah pembuahan.
Integumen berkembang menjadi kulit biji atau testa, sel
telur yang dibuahi (zigot) berkembang menjadi embrio, dan
sel endosperm primer akan membelah secara mitosis
menghasilkan endosperm.
Tudung akar
Tudung akar terdapat pada ujung akar, berfungsi
melindungi meristem akar dari keruakan dan membantu penetrasi
akar ke dalam tanah. Sel-sel tudung akar sering berisi amilum.
Sel-sel ini tidak mempunyai susunan yang khusus atau tersusun
dalam deret random. Sel tersebut adalah kolumela. Tudung akar
mengatur geotropi akar.
6
Korteks
Pada kebanyakan akar korteks terdiri atas sel-sel
8
parenkimatis. Selama perkembangannya, ukuran sel-sel korteks
yang mengalami diferensiasi bertambah, sebelum terjadi
vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada beberapa akar beberapa
tumbuhan air, sel-sel korteks tersusun teratur. Banyak dijumpai
ruang-ruang udara, dan parenkim ini disebut aerenkim. Sel-sel
korteks sering mengandung tepung, kadang-kadang kristal.
Dibawah epidermis sering terdapat selapis/dua lapis sel
berdinding tebal disebut hipodermis atau eksodermis.
Endodermis
5. Percabangan Akar
Pada Angiospermae, primordia cabang akar terbentuk dari
sel-sel perisikel (perikambium). Sel-sel tersebut mengadakan
pembelahan periklinal dan antiklinal. Selain perisikel, sel-sel
parenkim pada stele yang berdekatan dengan perisikel juga
membelah, sehingga hasil pertumbuhannya dapat menembus
korteks akar induk.
Pada beberapa tumbuhan, endodermis akar induk ikut pula
mengambil bagian dalam pembentukan cabang akar. Bila
primordia cabang akar telah mencapai permukaan akar induk,
jaringan yang berasal dari endodermis akan mati dan terkelupas.
Pada beberapa jenis tumbuhan yang termasuk anggota suku
Papiliuonaceae, Cucurbitaceae dan lain sebagainya, lapisan sel-sel
korteks juga turut berperan dalam pembentukan cabang akar.
19
Gambar 18. Akar serabut yang besar dan tidak banyak cabang
BAB III
BUNGA
Epidermis (eksotesium)
Merupakan lapisan terluar, terdiri dari satu lapis sel.
Epidermis menjadi memipih dan membentuk tonjolan (papila)
44
pada kepala sari yang masak, dan berfungsi sebagai pelindung
epidermis. Disebut eksotesium apabila sel-selnya mengalami
penebalan berserabut.
Endotesium
Endotesium merupakan lapisan yang terletak di sebelah
dalam epidermis. Pada kepala sari yang masak endotesium
mengadakan penebalan ke arah radial, tangensial sebelah
dalam atau antiklinal. Penebalan sel tersebut tidak teratur dan
menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur berserabut
menyebabkan endotesium mempunyai fungsi untuk membantu
membukanya antera. Dengan adanya struktur yang berserabut
pada dindingnya maka endotesium sering disebut lamina
fibrosa. Endotesium biasanya hanya satu lapis sel, tetapi
beberapa kepustakaan menyebutkan ada yang terdiri atas
beberapa lapis sel. Pada tumbuhan air biasanya tidak dijumpai
adanya penebalan berserabut pada endotesium. Pada tumbuhan
kleistogam (bunga tidak pemah membuka) serta beberapa jenis
termasuk Hydrochanitaceae, endotesium gagal mengadakan
perkembangan, sehingga mikrospora (butir serbuk sari) keluar
melalui lubang di bagian apikal kepala sari.
Lapisan tengah
Lapisan tengah merupakan lapisan yang terletak
disebelah dalam endotesium, terdiri dan 2-3 lapis sel atau
lebth, tergantung jenis tumbuhannya. Dengan berkembangnya
45
antera sel-selnya menjadi tertekan dan memipih, karena
terdesak oleh endotesium, sehingga sering pula disebut lapisan
tertekan. Keadaan ini terjadi pada waktu sel induk spora
(sporosit) mengalami pembelahan meiosis. Pada tumbuhan
tertentu tidak dijumpai adanya lapisan tertekan.
Tapetum
Tapetum merupakan dinding terdalam dari antera dan
berkembang mencapai maksimum pada saat terbentuknya
serbuk sari tetrad. Lapisan tapetum berfungsi memberikan
seluruh isi selnya selama perkembangan mikrospora. Tapetum
umumnya merupakan derivat lapisan parietal primer. Namun
pada suatu spesies, misalnya pada Alectra thomsoni, sel-sel
tapetum mempunyai 2 tipe berdasarkan atas sel penyusunnya,
yaitu:
1. Sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dan
sel-sel konektivum;
2. Sel tapetum lebih kecil dibanding tipe pertama,
merupakan derivat dan lapisan parietal primer.
Menurut Maheswari Devi (1963), tapetum pada
Calotropis gigantea terdiri dari beberapa lapis sel. Menurut
Bhojwarn dan Bhatnagar (1999), ada 2 tipe tapetum, yaitu:
a. Tapetum ameboid (plasmodial)
Pada tipe ini tapetum mengeluarkan seluruh masa
protoplasnya ke dalam lokulus (ruang sari) dan
dinding selnya mengalami lisis. Kemudian protoplas
46
tapetum ini menggabungkan diri dengan protoplas
yang ada di da!am lokulus, se!anjutnya protoplas
tersebut bergerak menyelubungi sel induk spora.
Tapetum tipe ini biasanya dijumpai pada tumbuhan
Monocotyledoneae dan Dycotyledoneae tingkat
rendah.
b. Tapetum sekresi (glandular)
Tapetum menge!uarkan isi selnya secara berkala,
sedikit demi sedikit. Dinding selnya tidak
mengalami lisis, dan sisa selnya masih dapat dilihat
selama perkembangan mikrospora. Tipe ini
dijumpai pada tumbuhan Angiospermae yang telah
maju tingkatannya.
Mikrosporogenesis
Setiap jaringan sporogen kadang-kadang langsung
berfungsi sebagai sel induk mikrospora, atau mungkin
mengalami beberapa kali pembelahan mitosis, sehingga
jumlah selnya bertambah banyak sebelum mengalami meiosis.
Sel induk mikrospora (disebut pula sporosit) mengalami
pembelahan meiosis, menghasilkan mikrospora yang bersifat
haploid.
Sitokinesis
Pembentukan dinding setelah pembelahan meiosis sel
induk mikrospora dapat terjadi secara susesif atau secara
simultan.
47
Secara susesif
Setelah pembelahan meiosis, terbentuk dinding yang
memisahkan dua inti, sehingga terbentuk stadium 2 sel (diad).
Pembentukan dinding secara sentrifugal (dari bagian tengah ke
tepi). Pada stadium meiosis II, dinding pemisah dibentuk
dengan cara yang sama, sehingga terbentuk serbuk sari tetrad
yang bertipe isobilateral. Misalnya pada Zea mays.
Secara simultan
Pada pembelahan meiosis I tidak diikuti pembentukan
dinding, sehingga terdapat stadium 2 inti (binuldeat).
Selanjutnya 2 inti tersebut mengadakan pembelahan, terbentuk
serbuk sari tetrad yang bertipe tetrahidris. Contoh: Dryinis
winteri
Tetrad Mikrospora
Pada umumnya susunan mukrospora pada tetrad adalah
tetrahidris atau isobilateral. Tetapi pada jenis yang lain
49
susunan tetrad mikrospora adalah: dekusata, linier, bentuk
huruf T.
Dinding pollen
Dinding pollen berlapis-lapis. Dinding terluar disebut
eksin dan dinding dalam disebut intin. Eksin terdiri atas
ekteksin dan endeksin. Ekteksin tersusun oleh tektum di
bagian luar; bagian dalam adalah lapisan kaki (foot layer)
berbatasan dengan endeksin; dan bakulum yaitu lapisan yang
terdapat antara tektum dan lapisan kaki.
Eksin tersusun atas sporopolenin, merupakan derivat
dan karotenoid yang mengalami polimerisasi oksidatif.
Sporopoleum sangat resisten terhadap faktor fisik dan
52
dekomposisi biologik. Lapisan intin terdiri atas pektosellulose.
Struktur selulose terdiri atas inikrofiblir yang tersusun paralel
terhadap permukaan dinding.
3. Pistillum
Megasporangium dan Megasporogenesis
Tumbuhan Angiospermae pada umumnya mempunyai
megasporofil (daun buah) yang berkembang ke dalam suatu
pistilum. Pistilum (putik) biasanya mengalami diferensiasi
menjadi 3 bagian yaitu:
1. bagian basal yang menggelembung disebut ovarium
53
(bakal buah).
2. bagian yang memanjang disebut stilus (tangkai putik)
3. bagian ujung stilus disebut stigma (kepala putik)
Di dalam ovarium terdapat dua atau lebth dan dua
ovulum (bakal biji). Ovulum berkembang (berasal) dan
plasenta. Suatu ovulum terdiri atas:
1. megasporangium (kandung lembaga embiyo sac)
suatu badan sentral,
2. merupakan hasil perkembangan lebih lanjut dan
megaspora yang berfiingsi.
3. nuselus, yakni jaringan yang menyelubungi badan
sentral. Nuselus diselubungi oleh sath atau dim
integumen.
4. integumen, suatu jaringan yang menyelubungi
nuselus.
5. funikulus, tangkai yang mendukung bakal biji,
dimana bakal biji itu melekat pada plasenta.
Ukuran nuselus, jumlah integumen dan bentuk ovulum
sangat pentmg untuk membedakan ciri khas suatu ovulum
pada kelompok tumbuhan berbunga. Ovulum digolongkan ke
dalam 5 tipe, tergantung aksis ovulum tersebut, apakah tegak
atau melengkung terhadap mikropil dan funikulus.
54
Megasporogenesis
Pada ontogeni ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu,
merupakan masa sel yang diselubungi oleh epidermis, berasal
dari proliferasi sel-sel plasenta. Suatu sel hipodermal pada
nuselus mempunyai ukuran yang besar, sitoplasma padat dan
ini besar berfungsi sebagai sel arkesporium. Sel ini membelah
secara perildinal atau langsung berfungsi sebagai sel induk
megaspora. Bila membelah secara periklinal, sel arkesporial
tersebut ke arah dalam menghasilkan sel sporogen primer dan
ke arah luar menghasilkan sel parietal primer. Sel sporogen
berfungsi langsung sebagai sel induk megaspora.
Sel induk megaspora (megasporosit) membelah secara
meiosis membentuk 4 megaspora yang haploid dan umumnya
bertipe linier, tetapi ada yang berbentuk huruf T, antara lain
pada Orchic maculata dan Driniys winteri. Sedang pada
beberapa suku Crassulaceae, Hydrochaitaceae dan Musaceae
dilaporkan mempunyai tipe berturut turut isobilateral,
tetrahidris dan bentuk T. Dari 4 inti megaspora hasil meiosis
yang tersusun linier tersebut hanya satu inti megaspora yang
berfungsi yaitu yang letaknya paling bawah dari tetrad, tiga
lainnya mengalami degenerasi.
56
Perkembangan gametofit betina (Megagametogenesis)
Polinasi
Polinasi adalah jatuhnya butir pollen pada kepala putik.
Pada Gymnospermae karena tidak mempunyai putik, butir
pollen langsung jatuh pada nuselus. Perpindahari pollen pada
Angiospermae ada 2 cara yaitu:
1. Pollen yang jatuh pada kepala putik berasal dari satu bunga
yang sama. Ini disebut penyerbukan sendiri (autogaini self
pollination).
2. Pollen berasal dari bunga lain, ini disebut penyerbukan
silang (cross pollination). Pada tipe ini dibedakan menjadi
2, yaitu: pollen berasal dari bunga yang berbeda, tetapi
tanaman yang sama. Penyerbukan semacam ini disebut
geitonogaini; dan pollen berasal dari bunga 2 tanaman
yang berbeda. Tipe demikian disebut xenogami.
Setelah berada pada kepala putik, pollen akan
berkecambah. Lama waktu yang dibutuhkan oleh pollen untuk
berkecambah sangat bervariasi untuk setiap jenis tumbuhan.
Langkah pertama dari perkecambahan adalah
bertambahnya ukuran pollen, karena mengabsorpsi cairan yang
ada pada permukaan kepala putik (stigma), dan desakan intin
melalui lubang perkecambahari. Suatu buluh kecil tumbuh
memanjang, menembus jaringan stigma dan stilus (tangkai
putik). Pada umumnya buluh pollen bertipe monosifonus.
61
(Sam buluh), tetapi ada yang mempunyai buluh banyak,
seperti pada Malvaceae, Cucurbitaceae dan Campanulaceae.
Keadaan ini disebut polisifonus. Pada Althaea rosea
mempunyai 10 buluh pollen, sedang pada Malva neglecta 14
buluh. Stigma merupakan bagian yang berperanan penting
dalam perkecambahan pollen.
Setelah buluh muncul dari butir pollen, buluh tersebut
mencari jalan pada permukaan papila stigma, misalnya pada
Gossypium atau melalui lapisan dinding stigma yang sel-
selnya terdiri atas pektoselulosa misalnya pada Lilium, ke
dalam jaringan stilus. Dinding buluh pollen terdiri atas 3
lapisan yaitu terluar terdiri atas pektin, lapisan tengah dan
pektoselulosa, dengan struktur fibriler yang kaya akan β-1,4
linked glucan. Sitoplasma pada buluh kaya akan mitokondria
dan badan golgi, retikulum endosplasma halus dan kasar,
vesikel, amiloplas dan badan lipid. Vesikel kaya akan
polisakarida atau RNA.
Berdasarkan keadaan morfologi ada 3 tipe stilus:
1. tertutup ; banyak dijumpai terutama pada tumbuhan
dikotil.
2. terbuka ; dijumpai adanya saluran stilus yang lebar
(tidak ada jaringan transmisi), epidermis berfungsi
nutritif. Sel-sel saluran stilus diselubungi oleh zona
sekretoris.
3. setengah tertutup; saluran stilus tidak lebar
dikelilingi oleh jaringan transinisi yang rudimenter
62
terdiri atas 2-3 lapisan sel kelenjar (sekresi).
Pembuahan
Setelah berkecambah, buluh menembus jaringan stilus
(pada tipe tertutup) atau membuat jalan pada permukaan
63
epidermis yang membatasi saluran stilus (pada tipe terbuka)
yang kemudian masuk ke dalam janingan stilus. Akhirnya
buluh sampai di dalam ovarium, dan segera menuju ovulum.
Masuknya buluh pollen ke dalam ovulum kemungkinansecara:
1. poligami, ini merupakan cara yang umum, yaitu
buluh melalui mikrofil.
4. Struktur Putik
Berdasarkan letak ovarium terhadap dasar bunga, dapat
dibedakan menjadi : ovarium menumpang (superum), ovarium
tenggelam (inferum), dan ovarium setengah tenggelam
(hemi/semi inferum). Berdasarkan letak ovarium terhadap
perhiasan bunga, dapat dibedakan menjadi ovarium epiginus,
ovarium periginus, dan ovarium hipoginus.
Perbungaan cymosa
Perbungaan simpodial, bunga mekar dari tengah ke tepi,
atau dari atas kebawah (sentrifugal),. Perbungaan ini dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pleiokasium atau anak payung bercabang banyak
b. Dikasium atau anak payung menggarpu bercabang dua
c. Monokasium atau anak payung menggarpu bercabang
satu
i. Bunga sekrup (bostrys)
82
Perbungaan lain
a. Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster)
b. Lembing (anthela)
c. Tukal ( glomerulus)
d. Cyathium, ditemukan pada Euphorbiaceae.
2.7 Tugas/Diskusi
Buatlah deskripsi anatomi dan morfologi bunga dari
tumbuhan monokotil dan dikotil, kemudian buatlah kesimpulan.
2.8 Rangkuman
Bunga merupakan organ tumbuhan yang penting dalam
reproduksi. Hal ini berkaitan dengan fungsi bagian fertil dari
bunga dan proses polinasi. Dari proses tersebut nantinya dapat
dihasilkan biji dan buah. Selain berupa bunga tunggal, juga
terdapat berbagai macam jenis bunga majemuk yang menjadi 84
karakteristik bagi tumbuhan tertentu.
DAUN
a. Stomata
Stomata merupakan celah pada epidermis yang berwarna
hijau. Alat tambahan ini terutama terdapat pada helaian daun
permukaan bawah. Pada tumbuhan air, misalnya. Nymphaea,
stomata hanya dijumpai pada permukaan adaksial. Stomata dibatasi
oleh dua sel penutup yg bentuknya berlainan dg sel epidermis
sekitar, yakni bentuk ginjal dan bentuk halter. Bentuk ginjal
terdapat pada dicotyledoneae, sedang bentuk halter terdapat pada
familia Poaceae
Bagian-bagian dari stomata adalah sebagai berikut :
Stoma atau apertura (celah)
Sel penutup yang terdiri atas 2 sel (sepasang) yang
mengandung kloroplas
Sel tetangga yang jumlahnya 2 atau lebih
88
c. Sel Kipas
Sel kipas merupakan derivat epidermis yang terdapat pada
daun Gramineae dan Monokotil lain. Selnya lebih besar daripada
93
sel epidermis biasa, dinding tipis dan vakuola besar. Pada
penampang melintang tampak seperti kipas dengan sel terbesar di
bagian tengah. Sel ini berisi banyak air dan tidak berisi kloroplas.
Dinding selnya terdiri dari selulosa dan pektin. Sedangkan dinding
luar terdiri dari kutin dan ditutupi kutikula. Fungsi sel kipas adalah
untuk menyimpan air. Pada saat terjadi penguapan, sel kipas akan
mengempis dan menyebabkan daun menggulung untuk mengurangi
penguapan.
d. Seri garis(lineans)
Bentuk-bentuk turunannya antara lain:
(1) bentuk garis (linear); helaian daun dengan ukuran
yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan
kaku,
(2) bentuk pita (ligulate),
(3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan
ukuran relatif panjang, dengan penampang helaian
clip dan tebal,
(4) bentuk paku atau dabus (subulate) helaian dengan
ukuran pendek seperti sisik keras, dengan
penampang helaian silindris, ujung runcing, dan
10
berkayu, 6
(5) bentuk jarum (acerose); helaian daun berukuran
sangat panjang, penampang silindris, ujung
runcing.
Di samping bentuk helaian daun juga penting untuk
dicermati untuk membuat deskripsi tumbuhan, diantaranya:
a. Ujung helaian daun (apex)
Jenis helaian daun dapat dibedakan sebagai berikut:
(1) Meruncing (acuminate)
(2) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut runcing,
tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip,
(3) tumpul (obtuse); bentuk ujung ini bersudut tumpul,
kurang dari 900,
4.3 Tugas/Diskusi
Buatlah makalah tentang identifikasi struktur anatomi dan
morfologi daun suatu tanaman. Gunakan setidaknya 2 artikel dari
buku teks, jurnal ilmiah terakreditasi atau jurnal ilmiah
internasional untuk menyusun makalah anda.
11
4.4 Rangkuman 9