Anda di halaman 1dari 6

1

STUDI APLIKASI RISK-BASED INSPECTION (RBI) PADA


PROCESS PIPING PL-117-A 0,75”, 2”, 3”, DAN 4” DENGAN
METODE API 581 BASE RESOURCE DOCUMENT DI INDUSTRI
MINYAK DAN GAS
Eric Prasetyo, Diwandaru Safutra, dan Sulistijono
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: ssulistijono@mat-eng.its.ac.id

Abstrak— Risk-Based Inspection (RBI) atau inspeksi minyak dan gas, process piping menjadi salah satu komponen
berbasis risiko merupakan metode yang digunakan untuk yang memerlukan perhatian khusus,karena menjadi jalur
membuat jadwal inspeksi berdasarkan tingkat risiko yang distribusi minyak dan gas yang berasal dari sumur yang
dimiliki oleh suatu komponen pada suatu sistem. Objek kemudian dialirkan dari satu proses ke proses selanjutnya
pada penelitian ini ialah process piping PL-117-A 0,75”, 2”, (misalnya dari bak penampungan menuju kompresor) untuk
3”, dan 4”. Process piping PL-117-A 0,75”, 2”, 3”, dan 4” dapat menghasilkan produk minyak dan gas yang dikonsumsi
merupakan oil outlet dari sebuah production separator, saat ini. Process piping beroperasi pada tekanan dan
yang memiliki tekanan dan temperatur yang tidak sama temperatur yang cukup tinggi, sehingga tentunya memiliki
dengan lingkungan di luar pipa. Oleh karena itu, tentunya ancaman bahaya yang tinggi, yang dapat mengakibatkan
process piping tersebut memiliki risiko untuk terjadi kecelakaan dan memiliki dampak yang serius. Seperti pada
kegagalan. Agar dapat meminimalisir terjadinya kasus pipa gas yang meledak di Taiwan Selatan, ledakan
kegagalan, maka harus dilakukan inspeksi yang sesuai tersebut disebabkan oleh kebocoran gas sehingga
dengan risiko pada process piping tersebut. Dengan menyebabkan terjadinya kebakaran hebat. Sehingga dapat
menggunakan dasaran API 581 Base Resource Document, disimpulkan bahwa process piping memiliki ancaman bahaya
selanjutnya akan ditentukan tingkat risiko , metode, dan yang tinggi, maka dari itu harus ada langkah preventif untuk
penjadwalan inspeksi dari process piping PL-117-A 0,75”, menghindari kecelakaan. Sekitar tahun 1993 muncul suatu
2”, 3”, dan 4”. Analisis yang dilakukan menggunakan metode yang dapat memperkirakan risiko dan menjadwalkan
metode semi-kuantitatif pada appendix B API 581 Base inspeksi untuk dapat mengurangi risiko dan dampak dari
Resource Document. Sehingga hasil yang diperoleh ialah ancaman bahaya dari komponen-komponen yang memiliki
pipa dengan diameter 0,75”, 2”, dan 3” memiliki tingkat ancaman bahaya. Metode tersebut sekarang dikenal dengan
risiko yang rendah, serta tidak perlu dilakukan inspeksi inspeksi berbasis risiko (Risk-Based Inspection/RBI). RBI
selanjutnya, tetapi dilakukan reparasi. Sementara untuk sendiri merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
pipa dengan diamter 4” memiliki tingkat risiko sedang, rencana atau program inspeksi berdasarkan risiko kegagalan
dan harus segera dilakukan reparasi karena ketebalan serta akibat / konsekuensi kegagalan suatu komponen.
aktual pipa lebih rendah dari ketebalan pipa yang Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan metode RBI
diperbolehkan. ialah mengurangi risiko kegagalan, mengetahui besarnya
risiko dari suatu komponen yang memiliki ancaman bahaya,
Kata Kunci: RBI, Process Piping, API 581 Base Resource menentukan metode inspeksi yang sesuai berdasarkan
Document, Analisis Semi-Kuantitatif mekanisme kerusakan yang terjadi, menjadwalkan inspeksi
untuk meningkatkan umur pakai dari suatu komponen dan
I. PENDAHULUAN memberikan mitigasi apabila suatu saat terjadi kegagalan.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka metode RBI harus
alam industri, sistem perpipaan digunakan untuk digunakan pada process piping yang memiliki ancaman

D mengalirkan fluida dari suatu proses ke proses


lainnya. Pipa yang digunakan dapat berbahan dasar
dari kayu, plastik, kaca, baja, alumunium, besi, dan
sebagainya. Adapun komponen-komponen yang terdapat pada
bahaya yang tinggi. Pada penelitian ini akan dijelaskan
mengenai aplikasi metode RBI pada process piping dengan
menggunakan API 581 Base Resource Document sebagai
dasaran.
sistem perpiaan ialah sambungan, katup, serta perangkat lain.
Begitupun pada industri minyak dan gas, sistem perpipaan II. URAIAN PENELITIAN
menjadi salah satu bagian yang amat penting. Sistem perpiaan
yang mengalirkan fluida (dapat berupa minyak, air, atau gas) 2.1 Prosedur Penelitian
dari suatu proses ke proses selanjutnya atau yang dapat disebut Prosedur dalam penelitian adalah langkah-langkah yang
dengan process piping. Sementara sistem perpipaan yang dikerjakan oleh peneliti dari awal hingga akhir. Sehingga
digunakan untuk mengalirkan fluida dari suatu lokasi ke lokasi penelitian tersebut dapat berjalan secara sistematis dan efektif.
lain yang dapat disebut dengan pipeline. Pada proses produksi
2

2.1.1 Studi Literatur Terdapat empat tingkat resiko pada metode semi-
Pada tahap ini peneliti melakukan studi literatur dengan kuantitatif [1], yaitu :
tujuan untuk mengetahui dasar-dasar teori sebagai acuan a. Low
pada topik penelitian kali ini. Sumber literatur dapat b. Medium
berasal dari tugas akhir sebelumnya, jurnal nasional c. Medium high
maupun internasional, handbook, dan sebagainya. d. High

2.1.2 Pengumpulan Data dan Informasi 2.1.7 Resiko Diterima


Penelitian kali ini dilakukan pada process piping PL-117- Dengan mengetahui tingkat resiko, kemudian disesuaikan
A 0,75”, 2”, 3”, dan 4”,sehingga harus dilakukan dengan dasaran yang ada, apabila diterima maka dapat
pengumpulan data dan informasi terkait objek penelitian. dilanjutkan ke tahap berikutnya. Sementara bila tidak
Sehingga nantinya dapat melakukan analisis dengan tepat diterima maka harus kembali mengumpulkan data dan
dan menghasilkan hasil yang baik. Berikut ialah data-data informasi terkait objek penelitian.
yang diperlukan :
1. Data Pipa 2.1.8 Metode & Penjadwalan Inspeksi
2. Data Inspeksi Setelah mengetahui tingkat resiko dari objek penelitian,
3. Data Lingkungan maka selanjutnya dapat ditentukan metode inspeksi
berdasarkan tingkat resiko yang ada. Setelah menentukan
2.1.3 Evaluasi Existing Inspection metode inspeksi yang sesuai berdasarkan jenis kerusakan
Beradasarkan data dan informasi objek penelitian yang yang terjadi pada peralatan yang diinspeksi, maka
telah dikumpulkan, maka selanjutnya dilakukan evaluasi selanjutkan akan ditentukan penjadwalan inspeksi
terhadap data dan informasi mengenai inspeksi yang telah berdasarkan sisa umur pakai peralatan.
dilakukan sebelumnya. Pada API 581 Base Resource
Document terdapat lima kategori tingkat efektifitas 2.1.9 Kesimpulan
inspeksi, yaitu : Peneliti menyimpulkan seluruh rangkaian penelitian yang
1. Highly Effective telah dilakukan, sehingga dapat memberikan informasi dan
2. Usually Effective manfaat bagi pembaca.
3. Fairly Effective
4. Poorly Effective III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
5. Ineffective
3.1 Data Umum
2.1.4 Identifikasi Damage Mechanism Data yang digunakan ialah data inspeksi dari salah satu
Tahapan selanjutnya ialah mengidentifikasi mekanisme perusahaan yang beroperasi di bidang produksi gas dan
kerusakan yang terjadi pada objek penelitian kali ini yang minyak bumi, yaitu PT.X. Data yang diperoleh ialah hasil
akan berguna untuk menentukan damage factor yang akan inspeksi dari tahun 2011 hingga 2014. Akan tetapi data yang
digunakan pada tahap analisis. Mengacu pada metode yang digunakan ialah hasil inspeksi 2013 dan 2014. Komponen
digunakan yaitu metode semi-kuantitatif, maka terdapat yang akan dianalisis ialah rangkaian pipa dengan line number
tiga jenis mekanisme korosi yang menyebabkan kerusakan EJ-PL-117-A yang menyalurkan minyak (oil outlet) dari
[1]
, yaitu: production separator “V-003” menuju line number EJ-PL-
a. Thinning. 119-A yang berada pada suatu platform yang dimiliki oleh
b. High Temperature Hydrogen Attack (HTHA). PT.X. Dari data inspeksi yang diperoleh maka
c. Stress Corrosion Cracking (SCC). dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan ukuran
diameter pipa (NPS), yaitu 0,75”, 2”, 3”, dan 4”.
2.1.5 Penentuan Damage Factor Pipa dengan line number EJ-PL-117-A mengalirkan minyak
Setelah mengetahui kerusakan apa saja yang mungkin dari proses pemisahan di production separator, dengan
terjadi pada objek penelitian selanjutnya adalah temperatur operasi 130°F dan tekanan operasi 110 psi. Data
menentukan damage factor yang akan digunakan pada inspeksi yang digunakan ialah hasil inspeksi pada tahun 2013
proses perhitungan di tahap selanjutnya. dan 2014, data yang diperoleh ialah nilai ketebalan yang
merupakan actual thickness dari pipa yang diteliti. Dari data
2.1.6 Perhitungan PoF dan CoF yang diperoleh maka dapat dihitung besarnya corrosion rate
Dengan mengetahui damage factor maka dapat dihitung (laju korosi) secara short term pada Tabel 1 sebagai berikut:
probability of failure (PoF) dari objek penelitian.
Kemudian menghitung consequence of failure (CoF).
Sehingga pada akhirnya akan didapatkan nilai PoF dan
CoF yang akan menghasilkan tingkat resiko.

2.1.7 Tingkat Resiko


Dari matriks resiko maka dapat diketahui tingkat resiko
apabila terjadi kegagalan pada objek penelitian saat ini
,yaitu process piping PL-117-A 0,75”, 2”, 3”, dan 4”.
3

Tabel 1. pipa. Dikarenakan fluida yang mengalir berupa liquid,


Data Inspeksi Pipa
maka yang akan dihitung ialah hanya laju kebocoran
Nominal Actual Thickness
No.
Tag
Pipe Size
Part CR liquid. Berikut adalah persamaan (1) yang digunakan
No. No. 2013 2014 (ST) dalam perhitungan laju kebocoran liquid :
(inch)
1 0,75 P20 3,82 3,22 0,6 𝑔𝑐
𝑄𝐿 = 𝐶𝑑 ∙ 𝐴√2𝜌 − 𝜌 (1)
EJ-PL-117-A

144
2 2 W25 3,60 3,44 0,16
dimana:
3 3 W37 4,24 3,93 0,31 𝑄𝐿 : liquid discharge rate (lbs/sec),
4 4 W5 4,55 3,44 1,11 𝐶𝑑 : discharge coefficient,
A : hole-cross sectional area (sq in),
3.2. Analisis Risk-Based Inspection (RBI) Semi Kuantitatif 𝜌 : density,
Analisis RBI secara semi kuantitatif mengacu pada 𝑔𝑐 : conversion factor from lbf to lbm (32.2 lbm–ft / lbf -
Appendix B – Workbook for Semi-Quantitative Risk-Based sec2).
Inspection Analysis yang terdapat pada API 581 Base
Resource Document. Pada workbook tersebut terdapat lima Selanjutnya dilakukan perhitungan durasi kebocoran
bagian yaitu bagian A perhitungan laju kebocoran, bagian B dengan cara membagi besarnya kemampuan penyimpanan
analisis kegagalan, bagian C1 analisis konsekuensi kebakaran, pipa dengan laju kebocoran pada setiap lubang kebocoran,
bagian C2 analisis konsekuensi keracunan, dan bagian D sehingga akan didapatkan durasi kebocoran. Setelah
perhitungan risiko. Setelah mengisi workbook tersebut maka mengetahui nilai durasi kebocoran keempat pipa di setiap
akan didapatkan nilai dari likelihood/probability of failure besaran lubang kebocoran, langkah selanjutnya ialah
(PoF) dan consequence of failure ( CoF) sehingga akhirnya menentukan tipe kebocoran dari keempat pipa. Mengacu
dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-masing diameter pada API 581 Base Resource Document maka ada 2 tipe
pipa. kebocoran yaitu instantaneous dan continuous. Apabila
jumlah massa fluida yang keluar lebih besar dari 10.000
3.2.1. Bagian A : Perhitungan Laju Kebocoran lbs selama 3 menit, maka termasuk tipe kebocoran
Pada bagian A ini, akan dihitung laju kebocoran apabila instantaneous, jika tidak maka termasuk tipe continuous.
terjadi kebocoran pada pipa. Data awal yang diperlukan Setelah dilakukan perhitungan, maka tipe kebocoran
ialah jenis fluida yang mengalir pada pipa. Didapatkan keempat pipa pada setiap ukuran lubang kebocoran adalah
bahwa jenis fluida yang mengalir sesuai dengan Tabel 7-1 sebagai berikut :
API 581 Base Resource Document adalah C17 - C25, Tabel 2.
dengan properties menurut Tabel 7-2 API 581 Base Tipe Kebocoran
Resource Document ialah sebagai berikut :
1. Molecular Weight : 280 Ukuran Lubang Kebocoran Tipe Kebocoran
2. Density : 48.383 lb/ft3 ¼ in. Continuous
3. Normal Boiling Point : 651˚F 1 in. Continuous
4. Cp : -22.4 4 in. Instantaneous
5. Ambient State : Liquid Rupture Instantaneous
6. Auto Ignition Temp. : 396˚F
Langkah terakhir pada bagian A ini ialah menetukan fasa
Selanjutnya, akan ditentukan nilai kategori penyimpanan, fluida setelah terjadi kebocoran. Fasa fluida yang ada pada
yang berasal dari deskripsi kualitatif dari 4 pipa. keempat pipa akan tetap berfasa fluida setelah terjadi
Berdasarkan Tabel B-2 dari appendix B API 581 Base kebocoran.
Resource Document, maka nilai kategori dari 4 pipa yang
dianalisis termasuk ke dalam kategori “C” , yaitu apabila 3.2.2 Bagian B : Analisis Kegagalan
terjadi kebocoran maka selain pipa yang di evaluasi , 1 Pada tahap ini akan dihitung Technical Modul Sub
sampai 10 peralatan yang lain juga akan mengalami Factor (TMSF) yang menjadi acuan untuk melakukan
kebocoran. Sehingga berdasarkan kategori tersebut, analisis kegagalan pada pipa. Hal pertama yang harus
mengacu pada Tabel B-1 dari appendix B API 581 Base dilakukan ialah mengidentifikasi mekanisme kerusakan
Resource Document, maka kemampuan penyimpanan dari yang terjadi pada pipa, pada appendix B bagian B API 581
keempat pipa yang dianalisis ialah sebesar 50.000 lbs. Base Resource Document terdapat 3 pilihan mekanisme
Sementara untuk peringkat sistem deteksi dan isolasi kerusakan, yaitu serangan korosi yang menyebabkan
keempat pipa berdasarkan Tabel 7-6 API 581 Base penipisan ketebalan pipa/thinning, korosi retak
Resource Document, klasifikasi sistem deteksi yang tegang/Stress Corrosion Cracking (SCC), dan korosi
diperoleh ialah “B”, yakni berarti terdapat detektor untuk akibat serangan hidrogen pada temperatur tinggi/High
mengetahui jika terjadi kebocoran pada pipa. Sementara Temperature Hydrogen Attack (HTHA). Pada penelitian
untuk klasifikasi isolasi ialah “C”, yang artinya sistem kali ini, yang menjadi batasan mekanisme kerusakan ialah
isolasi masih dilakukan secara manual apabila terjadi serangan korosi yang menyebabkan penipisan ketebalan
kebocoran. Berdasarkan Tabel 7-7 API 581 Base Resource pipa/thinning, sementara untuk SCC dan HTHA dianggap
Document didapatkan durasi kebocoran untuk keempat tidak terjadi pada penelitian kali ini.
4

Sesudah nilai a.r/t diketahu pada tabel 5 serta jumlah


Tabel 3. inspeksi dan tingkat efektifitas inspeksi dari pipa,
Identifikasi Mekanisme Kerusakan Pada Pipa selanjutnya akan diperoleh nilai thinning TMSF keempat
Nominal Pipe Size pipa. Berdasarkan workbook bagian B appendix B API 581
No. Tag No. Damage Factor Base Resource Document, untuk mendapatkan nilai
(inch)
peluang kegagalan maka nilai TMSF harus dikalikan
1 0,75 Thinning dengan overdesign factor yang mengacu pada Tabel G-8
EJ-PL-117-A

2 2 Thinning appendix G API 581 Base Resource Document dan nilai


3 3 Thinning high reliability data pada Tabel 8-3 Section 8 API 581
Base Resource Document. Akhirnya akan diperoleh nilai
4 4 Thinning
TMSF corrected dari setiap pipa. Selanjutnya ditambahkan
TMSF corrected dengan TMSF SCC dan HTHA yang
Berdasarkan mekanisme kerusakan yang terjadi pada masing-masing bernilai 1 karena dianggap tidak terjadi,
pipa, yaitu thinning, maka selanjutnya diperlukan data sehingga didapatkan nilai akhir TMSF adjust. Kemudian
umum untuk menganalisis mekanisme kerusakan jenis nilai TMSF adjust digunakan pada Tabel B-5 appendix B
thinning. Data-data tersebut merupakan beberapa data API 581 Base Resource Document,yang pada akhirnya
yang diperlukan untuk menganalisis kegagalan pipa akan didapatkan nilai peluang kegagalan :
berdasakan Tabel G-1 appendix G API 581 Base Resource
Document, sehingga data yang diperoleh adalah sebagai Tabel 6.
Nilai Peluang Kegagalan Pipa
berikut :
Nominal Pipe TMSF
Tabel 4. No. Tag No. PoF
Size (inch) adjust
Data Umum Untuk Analisis Thining
Nominal 1 0,75 18 3
Tag Corrosion Inspection
No. Pipe Size

EJ-PL-117-A
No. Type Effectiveness 2 2 2,8 2
(inch)
3 3 2,8 2
1 0,75 General Fairly Effective
4 4 138 4
EJ-PL-117-A

2 2 General Fairly Effective


3 3 General Fairly Effective
3.2.3 Bagian C : Analisis konsekuensi kebakaran dan
4 4 General Fairly Effective keracunan

Selain data pada Tabel 4 di atas, juga diperlukan data laju 3.2.3.1 Bagian C1 : Analisis konsekuensi kebakaran
korosi yang terjadi pada pipa. Data laju korosi didapatkan Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan luas
dari data hasil inspeksi (Tabel 1) ketebalan pipa pada tahun area yang mungkin terkena kebakaran, akan tetapi
2013 dan 2014, sehingga akan didapatkan nilai laju korosi sebelum menghitung luas area terlebih dahulu
jangka pendek. diperbaharui nilai laju kebocoran setiap pipa pada
Setelah mengetahui nilai laju korosi keempat pipa Tabel 4.5 dengan mengacu pada Tabel 7-16 Section 7
selanjutnya akan dihitung nilai TMSF dari Tabel G-7 API 581 Base Resource Document, berdasarkan sistem
appendix G API 581 Base Resource Document, akan tetapi mitigasi dengan melihat kembali sistem deteksi dengan
sebelumnya terlebih dahulu perlu diketahui nilai a.r/t dari kategori “B” dan sistem isolasi dengan kategori “C”,
keempat. Nilai a.r/t diperoleh melalu persamaan 2 di maka nilai laju kebocoran mengalami reduksi sebesar
bawah ini : 10%. Sehingga nilai laju kebocoran terbaru dari
𝑖𝑛𝑐ℎ keempat pipa pada setiap lubang kebocoran. Dengan
𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒(𝑖𝑛𝑐ℎ) 𝑥 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒( )
𝑦𝑒𝑎𝑟
𝑎. 𝑟/𝑡 = 𝑡ℎ𝑖𝑐𝑘𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑖𝑛𝑐ℎ)
(2) data nilai laju kebocoran terbaru , maka kemudian
Dengan melakukan perhitungan menggunakan persamaan dapat ditentukan besar luas area yang terkena dampak
di atas terhadap data laju korosi keempat pipa, maka apabila terjadi kebocoran pada pipa. Karena temperatur
didapatkan nilai a.r/t masing-masing pipa ialah : operasi lebih rendah dari temperatur auto ignition
ditambah 80°F, maka perhitungan luas area mengacu
Tabel 5. pada Tabel 7-8 (continuous release) dan 7-9
Nilai a.r/t Pipa (instantaneous release) Section 7 API 581 Base
No. Tag No.
Nominal Pipe
a.r/t
Resource Document. Akibat adanya sistem mitigasi
Size (inch) “fire monitors only”, mengacu pada Tabel 7-16 Section
1 0,75 0,75 7 API Base Resource Document 581, maka luas area
yang terkena dampak karena kerusakan pipa dan luas
EJ-PL-117-A

2 2 1
area potensial kerusakan mengalami reduksi 5% dari
3 3 1 besar awal. Sehingga didapatkan :
4 4 1
3.2.3.2 Bagian C2 : Analisis konsekuensi keracunan
5

Pada bagian ini perhitungan area konsekuensi yang Berikut disertakan matriks risiko dan penempatan
mungkin terkena dampak keracunan jika terjadi tingkat risiko pipa pada matriks tersebut :
kebocoran untuk keempat pipa diasumsikan bernilai
“0”. Hal ini disebabkan kandungan HF dan H2S pada
fasa liquid sangatlah rendah.
3.2.4 Bagian D : Perhitungan Risiko 4”
Bagian terakhir dari appendix B API 581 Base
Resource Document ialah menghitung tingkat risiko 0,75”
dari setiap pipa. Awal perhitungan dimulai dengan 2” &
menentukan nilai “generic failure frequency” setiap 3”
pipa pada masing-masing lubang kebocoran
berdasarkan Tabel 8-1 Section 8 API RBI Base
Resource Document, kemudian dijumlahkan untuk
setiap ukuran pipa. Setelah itu dihitung fraksi
kontribusi setiap ukuran lubang kebocoran dengan Gambar 1. Matriks Risiko
membagi jumlah frekuensi kegagalan dengan nilai
“generic failure frequency”. Dengan mendapatkan Setelah nilai risiko diimplementasikan pada matriks
nilai fraksi kontribusi pada setiap ukuran lubang risiko, maka didapatkan tingkat risiko dari keempat pipa.
kebocoran, langkah selanjutnya adalah mengalikan Pipa dengan diameter 0,75”, 2”, dan 3” memiliki tingkat
nilai fraksi kontribusi dengan besar luas area potensial risiko rendah/low risk. Sementara untuk pipa dengan
yang terkena dampak apabila terjadi kebocoran. diameter 4” menempati tingkat risiko sedang/medium.
Kemudian setelah mendapatkan nilai luasan yang baru,
dilakukan penjumlahan besar luas area konsekuensi 3.3 Inspeksi
kebakaran setiap pipa. Setelah diketahui tingkat risiko dari semua pipa, maka
Dikarenakan besar luas area yang terkena dampak langkah selanjutnya adalah menentukan metode dan
keracunan bernilai “0”, maka dari itu nilai konsekuensi penjadwalan inspeksi yang akan dilakukan. Tujuan dari
area kebakaran menjadi data tunggal untuk dikonversi inspeksi sendiri ialah utnuk meminimalisir terjadinya
menjadi kategori konsekuensi yang mengacu pada kebocoran pada pipa berdasarkan analia tingkat risiko yang
Tabel B-3 appendix B API 581 Base Resource telah dilakukan sebelumnya, dengan cara mendeteksi jenis
Document. Sehingga akhirnya didapatkan kategori kerusakan yang terjadi, dan melakukan inspeksi yang tepat
konsekuensi untuk setiap ukuran pipa, sebagai berikut : untuk mendeteksi kerusakan.
Tabel 7.
Kategori Konsekuensi 3.3.1 Metode Inspeksi
Nominal Metode inspeksi merupakan suatu cara atau metode yang
Tag TMSF Kategori digunakan untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi pada
No. Pipe Size
No. adjust Konsekuensi
(inch) perlatan yang diinspeksi. Dalam menentukan metode
inspeksi yang sesuai, maka didasarkan pada jenis
EJ-PL-117-A

1 0,75 18 B
2 2 2,8 B kerusakan yang terjadi pada pipa. Pada penelitian ini jenis
3 3 2,8 B kerusakan yang terjdai pada pipa hanyalah jenis kerusakan
4 4 138 B thinning. Mengacu pada Tabel 9-7 API Base Resource
Document 581, maka metode inspeksi yang sesuai ialah
Dengan mendapatkan nilai peluang kegagalan pada pemeriksaan secara visual, ultrasonic straight beam, eddy
tabel 16 dan kategori konsekuensi pada Tabel 7, maka current, flux leakage, radiography, dan pengukuran
didapatkan nilai risiko yang kemudian dapat diubah dimensi. Berdasarkan API 581, dapat digunakan lebih dari
menjadi tingkat risiko dari setiap ukuran pipa satu metode inspeksi dalam melakukan inspeksi. Pada
berdasrkan Gambar B-2 appendix B API 581 Base inspeksi sebelumnya, metode yang digunakan ialah
Resource Document. Berikut tingkat risiko dari pemeriksaan secara visual, ultrasonic straight beam, dan
keempat pipa : radiography. Ketiga metode inpeksi yang dilakukan sudah
memenuhi kriteria, maka dari itu metode inspeksi yang
Tabel 8. sebelumnya sudah dilakukan dapat dilakukan kembali pada
Tingkat Risiko proses inspeksi selanjutnya.
Tag Nominal Pipe
No. Nilai Risiko Tingkat Risiko 3.3.2 Jadwal Inspeksi
No. Size (inch)
Jadwal inspeksi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
EJ-PL-117-A

1 0,75 3B Low melakukan inspeksi selanjutnya. Untuk menentukan


2 2 2B Low interval penjadwalan inspeksi masing-masing pipa, apabila
3 3 2B Low digunakan acuan API 570 Piping Inspection Code, dimana
4 4 4B Medium interval inspeksi didapatkan berdasarkan class yang
dimiliki oleh keempat pipa, dimana semua pipa termasuk
6

ke dalam class 3. Pipa yang termasuk dalam kategori class Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
3 ialah pipa-pipa yang memiliki konsekuensi kebakaran kesimpulan sebagai berikut:
akan tetapi tidak akan menguap secara signifikan apabila 1. Tingkat resiko pipa dengan diameter 0,75”, 2”, dan
terjadi kebocoran, serta tidak berada pada area dengan 3” berada pada tingkat rendah/low risk. Sementara
akt4itas tinggi. Berdasarkan Tabel 6-1 pada API 570 pipa dengan diameter 4” berada pada tingkat
Piping Inspection Code, maka didapatkan jadwal inspeksi sedang/medium risk.
untuk pengukuran ketebalan dan external visual ialah 2. Dari tingkat resiko yang telah didapatkan, maka
maksimal 10 tahun [2]. Sementara berdasarkan API 581, metode inspeksi yang sesuai ialah pemeriksaan
penjadwalan inspeksi didasarkan pada sisa umur pakai secara visual, ultrasonic straight beam, dan
pipa. Untuk mencari sisa umur pakai pipa , maka radiography.
digunakan persamaan dibawah ini [2]: 3. Untuk penjadwalan inspeksi, tidak diperlukan adanya
𝒕 −𝒕 inspeksi selanjutnya. Seluruh pipa sebaiknya
𝑹𝑳 = 𝒂𝒄𝒕 𝒎𝒊𝒏 (3)
𝒓
direparasi. Untuk pipa dengan diameter 4” harus
dimana :
segera dilakukan reparasi dikarenakan nilai ketebalan
RL = Remaining Life/sisa umur pakai (years),
aktual pipa lebih kecil dari nilai ketebalan pipa yang
tact = tebal aktual pipa (mm),
dibutuhkan. Sementara untuk ketiga pipa lainnya
treq = tebal pipa sebelum dikenai corrosion allowance
waktu maksimal untuk melakukan reparasi ialah
(mm),
setengah dari sisa umur pakai pipa.
CR = corrosion rate/laju korosi (mm/year).
DAFTAR PUSTAKA
Dari persamaan diatas maka akan didapatkan hasil seperti
pada Tabel 9, sebagai berikut: [1] _______,. 2000. American Petroleum Institute (API) 581 Risk
Based Inspection Base Resource Document. Washington, D.C:
Tabel 9. API Publishing Services.
Sisa Umur Pakai Pipa [2] _______,. 2002. American Society of Mechanical Engineers
(ASME) B31.3 Process Piping. U.S.A.
Nominal [3] _______,. 2003. American Petroleum Institute (API) 570 Piping
Tag Sisa umur
No. Pipe Size treq tact Inspection Code. Washington, D.C: API Publishing Services.
No. pakai (tahun)
(inch) [4] _______,. 2003. ASM Handbook Volume 13 A Corrosion:
Fundamentals, Testing, and Protection. USA : ASTM
1 0,75 4,056183 0,79 3,22 International.
[5] _______,. 2008. American Petroleum Institute (API) 581 Risk
EJ-PL-117-A

2 2 8,395161 2,1 3,44


Based Inspection Recommended Practice. Washington, D.C: API
3 3 2,531738 3,15 3,93 Publishing Services.
[6] Denny A. Jones , Principle and prevention of corrosion . New
4 4 -0,67887 4,19 3,44 York
[7] Fontana, Mars G., 1987. Corrosion Engineering 3 rd Edition. New
York : McGraw-Hill Book Company.
Setelah mengetahui sisa umur pakai pipa maka dapat [8] Frankel, Michael. 2002. Facility Piping Systems Handbook. New
diketahui interval inspeksi yang akan dilakukan mengacu York : McGraw-Hill Book Company.
pada API 581 Base Resource Document. Sehingga [9] Heidersbach, Robert. 2011. Metallurgy and Corrosion Control in
Oil and Gas Production. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
didapatkan interval inspeksi untuk masing-masing pipa
[10] Karismawati, Intan. 2013. Penilaian Risiko Dan Perencanaan
ialah : Program Inspeksi Pada Pressure Vessel Dengan Menggunakan
Metode Risk Based Inspection (RBI). Surabaya : ITS.
Tabel 10. [11] Nayyar, Mohinder L.. 2000. Piping Handbook. New York :
Interval Inspeksi McGraw-Hill Book Company.
[12] Pierre, Roberge R. 2007. Corrosion Inspection and Monitoring.
Nominal Pipe
No. Tag No. Interval Inspeksi USA : John Wiley & Sons, Inc.
Size (inch)
[13] Santos, J. L. 2008. Quantitative Risk Analysis “Theory and
1 0,75 0 tahun Model”. Portugal.
EJ-PL-117-A

2 2 0 tahun [14] Tinambunan, James. 2013. Analisis Resiko Pressure Vessel


Dengan Risk Based Inspection API 581 dan Studi Eksperimental
3 3 0 tahun Karakteristik Korosi Bahan Shell Pressure Vessel Pada Media
4 4 0 tahun Gas H2S di HESS (Indonesia Pangkah) Ltd.
[15] Sulistijono. 1999. Diktat Kuliah Korosi. Surabaya: ITS.

Berdasarkan Tabel 10, diperoleh hasil bahwa semua pipa


harus direparasi dan tidak perlu dilakukan inspeksi. Untuk
pipa dengan diameter 4” harus segera dilakukan reparasi
dikarenakan nilai ketebalan aktual pipa lebih kecil dari
nilai ketebalan pipa yang dibutuhkan. Sementara untuk
ketiga pipa lainnya waktu maksimal untuk melakukan
reparasi ialah setengah dari sisa umur pakai pipa.

IV. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai