Anda di halaman 1dari 8

KENDALI MUTU IMUNOSEROLOGI

Bila dikaitkan mutu dengan pemeriksaan laboratorium maka kita berharap jaminan
mutu adalah hasil pemeriksaan yang baik dan hasil memenuhi syarat.

Proses laboratorium :

1. Pre-Analitik

2. Analitik

3. Post-Analitik

Dimana quality control yang digunakan untuk memverifikasi pemeriksaan sesuai dan
berproses dengan benar terdapat pada tahap analitik. Dan selanjutnya jaminan kualitas hasil
akhir yang dilaporkan adalah hasil yang benar sehingga pengujian harus dilakukan dengan
benar. Dengan sampel yang benar, hasil dan interpretasi hasil yang benar serta dikirimkan dan
disampaikan pada orang yang tepat juga waktu yang tepat.

Pada slide ke 4 dapat dilihat bahwa proses pra-analitik memegang peranan yang besar,
lebih dari 60% kegiatan ada di pra-analitik. Pra-Analitik sendiri terbagi 2 yaitu pra-analitik
outside laboratory dan pra-analitik phase laboratory. Untuk fase analitik sekitar 25%,
sedangkan post-analitik sekitar 17%.

SAMPLE COLLECTION
STEP PROCESS MATERIALS

patient preparation information on sampling urine container


procedure

preparation of sampling defining & entering request, request form, information


labeling tube system, barcode

sampling identifications of patient, needles, tubes, disinfectant


tourniquet, selection,
cleaning

transport collecting & transporting sample container, penumatic


sample tube, cooling system

Tahap pra-analitik
1. persiapan pasien, sesuai dengan ketentuan secara umum :
a. pasien diminta puasa minimum 12 jam dan maksimal 14 jam misal untuk
pemeriksaan C-peptide
b. hindari merokok
c. pengambilan darah paling baik dilakukan pukul 7.00 - 9.00
2. Pengambilan spesimen, perlu diperhatikan supaya pada proses analitik dapat
dikerjakan dengan baik dan mendapat hasil yang sesuai dengan keadaan pasien, yaitu
:
a. volume spesimen diambil sesuai kebutuhan pemeriksaan yang bersangkutan.
disarankan jumlah yang diambil 3x lebih banyak dari jumlah sampel yang
dibutuhkan. mungkin dapat dilakukan pemeriksaan duplo, ataupun khawatir
terjadi kesalahan dalam pemeriksaan
b. ada beberapa cara pengambilan spesimen yang khusus dilakukan sesuai
persyaratan spesimen yang bersangkutan
c. pengambilan spesimen untuk pemeriksaan Kortisol dilakukan pagi hari
(sebelum pukul 10.00) atau sore hari (sekitar pukul 16.00) sebab kadar analit
tersebut paling tinggi di waktu tersebut
3. Sampel serologi umumnya adalah serum / plasma yang bebas dari partikel, dilakukan
sentrifugasi untuk menghilangkan eritrosit, benang fibrin sudah menggumpal
sempurna, dan tidak ada gelembung udara. hal - hal tersebut dapat menimbulkan hasil
yang tidak sesuai / error. Berikut adalah proses pembuatan serum :
a. Darah didiamkan sampai membeku pada suhu kamar minimal 30 menit
b. darah disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm
c. sampel yang tidak segera dikerjakan dalam waktu 24 jam, harus disimpan
sesuai dengan stabilitas sampel
Persiapan spesimen :
a. sampel yang akan diuji harus terlebih dahulu dipindahkan ke tabung primer
b. memperhitungkan jumlah sampel yang memerlukan pengujian ulang / uji
konfirmasi
c. dan memperhatikan sampel yang disimpan beku dan dicairkan kembali (beku
cair hanya boleh 1x tidak diperkenankan beku cair berulang)
d. perhatikan juga sampel dengan kadar lipid tinggi yang berada di lapisan atas
sampel,
e. sampel tersebut harus disentrifugasi pada RCF 10.000 g / RPM 3000 selama
10 menit
f. penyimpanan sampel (serum / plasma) :
- Tabung primer : ≤14 hari pada suhu 2 - 8℃
- Tabung sekunder : ≥14 hari pada suhu < -10℃ (beku)
g. sampel hemolisis umumnya tidak dapat digunakan
h. serum keruh (lipemik) harus dijernihkan terlebih dahulu karena akan
mempengaruhi pembacaan kadar analit tertentu. penjernihan dapat dilakukan
dengan sentrifugasi serum pada kecepatan 10.000 rpm selama 10-15 menit,
dan bagian supernatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan kembali

4. Persiapan Reagen
- Reagen yang akan digunakan di cek tanggal kadaluarsa dan diambil sejumlah
kebutuhan lalu dibiarkan sampai mencapai suhu kamar.
- Reagen kering dilarutkan dengan pelarut dan volume yang tepat.
- Reagen dihomogenkan dengan membolak-balik botol secara hati-hati
5. persiapan alat/instrumen (biasanya ELISA)
- Mempersiapkan semua alat sesuai kebutuhan.
- Menyalakan instrumen dengan memperhatikan tegangan yang sesuai. Persiapan
instrumen ini dilakukan 5-10 menit sebelum digunakan agar sumber sinar dan
temperatur stabil.

internal quality control: aglutinasi, ICT, dan ELISA

Tahap analitik
1. prosedur kerja
a. identifikasi sampel
b. kerjakan kalibrasi dan bahan kontrol
c. analisa hasil kontrol

Internal QC
dapat diperoleh dari pooled serum pasien
aglutinasi sudah disertakan PC dan NC

QC-Quality Control
definisi:
prosedur manajerial untuk menyesuaikan tahapan-tahapan dari proses pemeriksaan lab
(analitik) untuk memenuhi standar/spesifikasi tertentu yaitu presisi dan akurasi.

Kegunaan program QC
1. Meningkatkan keterandalan (dapat dipercaya) hasil pemeriksaan laboratorium (mutu
hasil)
2. Merupakan pengawasan (kontrol) yang efektif oleh penanggung jawab laboratorium
klinik.
3. Pembuktian kebenaran hasil pemeriksaan laboratorium klinik bersangkutan
4. Penghematan biaya pemeriksaan laboratorium oleh pasien ( menghindari pengulangan
pemeriksaan )

Tahap analitik
pada umumnya reaksi antara antigen dan antibodi sehingga akan terbentuk kompleks antigen
antibodi. metode yang biasa dilakukan: aglutinasi, ICT, dan ELISA.
2. metode
dasar pemeriksaan imunoserologi: keseimbangan reaksi antigen-antibodi sehingga
terbentuk komplek antigen-antibodi (Ag-Ab)

Reaksi Primer: bila masih dalam bentuk sel masing-masing


Reaksi sekunder; adanya kesesuaian homologi antara antigen dan antibodi maka akan
membentuk kompleks antigen-antibodi yang sering disebut juga reaksi dan akan tampak
aglutinasi.

Reaksi antigen-antibodi sekunder


1. Aglutinasi: reaksi antigen berbentuk partikel dengan antibodi.
2. Presipitasi: Antigen dalam bentuk soluble
3. Flokulasi (RPR): interaksi antara antigen terlarut dan antibodi.
4. komplemen fiksasi: komplemen fiksasi antara Ag Ab.

Reaksi Aglutinasi
Terjadi bila antigen dengan antibodi homolog dengan konsentrasi yang equivocal maka
equivalent zone. Terlihat sebagai formasi anyaman dan itu disebut juga sebagai reaksi
aglutinasi.

Prozone efek:
Reaksi yang terjadi bila antibodi jumlahnya berlebih. Pada keadaan ini antibodi yang berlebih
menyebabkan reaksi non aglutinasi. Namun sesungguhnya ini adalah false negatif maka
langkah yang dilakukan selanjutnya adalah mengencerkan dari spesimennya.

Postzone efek:
Reaksi yang terjadi bila jumlah antigen berlebih. Hasilnya non aglutinasi. Namun
sesungguhnya ini adalah false negatif maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah
mengencerkan dari spesimennya.

Reaksi aglutinasi:
Direct aglutinasi: yaitu antigen partikel bereaksi langsung dengan antibodi dalam serum.
Contoh; reaksi widal.
Indirect aglutinasi: yaitu antibodi yang dideteksi di dalam serum direaksikan dengan
antigen yang sudah dilapiskan dengan suatu partikel ataupun karir. Contoh; Anti HBs.
Reverse Passive: yaitu antigen yang dideteksi di dalam serum. Contoh; uji kehamilan CRP
ataupun RF maka latex aglutinasi.

Direct aglutinasi:
Reaksi antara partikel antigen dengan antibodi yang homolog sesuai dengan konsentrasi yang
seimbang antara antigen dan antibodi. Terlihat sebagai suatu latex formation yang kita lihat
sebagai bentuk gumpalan dan diinterpretasikan positif.
Reaksi aglutinasi indirect;
Bila antigen di lapis kan kepada suatu karir bisa berupa lateks atau pun bisa RBC ya kalau
lateks disebut lateks aglutinasi RBC menjadi hemaglutinasi yang kemudian direaksikan juga
dengan antibodi bila muncul latih formation gumpalan maka diinterpretasikan aglutinasi dan
disimpulkan positif.

Beberapa tanda atau marker


1. Marker digunakan enzim maka metode nya disebut dengan Elisa
2. Marker zat radioaktif disebut dengan ria radioimmunoassay
3. Marker gugusan fluorescent disebut dengan immunofluorescence assay
4. Marker suatu senyawa penghasil kimia luminescent maka disebut semi luminescent
immuno assay

Prinsip Enzim immunoassay indirect

Bila Elisa kita gunakan enzim sebagai marker maka pada well Microtiter yang dilapisi
antigen kemudian yang dicari adalah antibodi yang terdapat dalam serum pasien kemudian
bila antigen dan antibodi sesuai maka akan membentuk kompleks antigen antibodi
selanjutnya ditambahkan konjugat (antibodi yang berlabel enzim) yang pada umumnya bisa
digunakan HRP. Selanjutnya ditambahkan suatu substrat kromogen yang dimana enzim akan
menghidrolisis substrat pada waktu tertentu pada saat inkubasi dan selanjutnya ditambahkan
oleh stop solution untuk menghentikan reaksi dan yang kita lihat adalah pembentukan warna
atau zat yang berfluoresensi.
Contoh nya Elisa sandwich
Bila yang di deteksi antigen maka mikrotiternya dilapisi oleh antibodi kemudian di
tambahkan antigen yang ada dalam serum. Bila memang terdapat antigen dalam serum maka
akan membentuk sesuatu yang kompleks antigen antibodi dan selanjutnya ditambahkan
konjugat dan ditambahkan lagi substrat agar terbentuk warna. Perbedaan dengan Indirect
adalah bahan yang di deteksi.

Imunokromatografi assay.
Bentuknya dapat berupa dot,titik,line atau garis. Dimana dalam ict ini sebagai konjugatnya
sering disebut dengan colloidal gold, dengan BASIC materialnya adalah kertas mikroselulosa
ada yang fase padat adalah kertas dan fase geraknya adalah serum, dengan gara migrasi
kromatografi maka akan mengalir secara lateral dan akan dilihat hasil yang muncul setelah
beberapa waktu.
Berikut adalah gambaran kertas kromatografi
1. Sampel pad
2. Konjugat pad (isinya adalah colloidal gold)
3. Test area (berisi antibodi spesifik)
4. Control area (antibodi yang bersifat universal)

Ict dan aglutinasi hasilnya hanya bisa interpretasi secara kualitatif positif atau negatif
sehingga untuk memasukkan shewart control chart itu tidak dilakukan sehingga hasil yang
Elisa memungkin kan untuk dimasukkan.

Berikut adalah contoh untuk hasil pemeriksaan Elisa


Westgard rule dimana ada yang harus diperhatikan lebih lengkapnya digunakan untuk
hematologi dan kimia klinik, sedangkan untuk serologi pada umumnya hanya bisa diterapkan
pada metode Elisa.

Anda mungkin juga menyukai