Anda di halaman 1dari 190

Kimia Organik II Tahun Ajaran 2021/2022

ALKIL HALIDA
Dosen Pengampu: apt. Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm., M.Farm.

Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
1 Struktur

Outline 2 Tata Nama

3 Pembuatan Alkil Halida

4 Reaksi pada Alkil Halida


Organohalida
Halogen dapat terikat pada
Adalah senyawa yang memiliki
gugus alkil, vinillik, dan aromatik.
satu atau lebih atom halogen
Alkil Halida (RX)

H Cl F Br
Contoh:
C C F C C H Halida alilik CH2=CHCH2 X)
Cl Cl F Cl
Trikloroetilena Halotan
Pelarut Anestesi inhalasi Halida benzilik(ArCH2X).

F H Aril halida (ArX).


Cl C F H C Br
Cl H
Halida vinilik (CH2=CHX)
Diklorodifluorometana Bromoetana
Refrigeran Fumigan
ALKIL HALIDA

Alkil halida: senyawa organik yang mengandung atom halogen yang terikat pada
atom karbon jenuh (atom karbon yang terhibridisasi sp3).
.
Klasifikasi
Tergantung pada jumlah karbon yang terikat
pada atom karbon yang terikat dengan
halogen

Alkil Halida Primer (1o) Alkil Halida Sekunder (2o) Alkil Halida Tersier (3o).
Halogen terikat pada karbon primer Halogen terikat pada karbon tersier Halogen terikat pada karbon
sekunder
Tata Nama
Trivial “nama alkil + halida”
(Halida=fluorida, klorida, bromida, iodida)

IUPAC
Halo alkana
halogen = halo (fluoro, kloro, bromo, iodo)
Tata Nama menurut
IUPAC
ATURAN PENAMAAN
• Perpanjangan langsung dari aturan tata nama alkana.

• Halogen sebagai substituen pada rantai induk

1. Cari dan beri nama rantai induk (rantai utama).

Rantai induk adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung halogen.

2. Beri nama rantai induk. Penomoran dimulai dari ujung terdekat dengan substituen pertama.

5-Bromo-2,4-dimetilheptana 2-Bromo-4,5-dimetilheptana
- Bila atom halogen yang sama > 1: awalan di-, tri-, tetra-, dst.

1,2-Dikloro-3-metilbutana

-Bila terdapat halogen-halogen yang berbeda: diurutkan sesuai abjad.

1-Bromo-3-kloro-4-metilheksana
-Bila rantai utama dapat diberi nomor dari kedua ujungnya: penomoran
dimulai dari ujung terdekat dengan substituen dgn urutan abjad dahulu.

2-Bromo-5-metilheksana

(bukan 5-metil-2-bromoheksana)
Contoh:

Cl

Iodometana 2-Klororoana Bromosikloheksana 2-Klorobutana 2-Iodi-2-metilpropana


Metil iodida Isoropil klorida Sikloheksil bromida sec-butil iodida tert-butil iodida

CH3CH2CH2CH2-Br
1-Bromobutana 2-Kloropropana
n-Butil bromida Isopropil klorida
3-Bromo-2-metilpentana 4-Bromosikloheksena
Sifat Fisika Polar

Titik Didih (t.d) dan titil leleh

- Alkil halida memiliki titik didih (b.p / t.d) dan titik leleh (m.p / t.l) yang lebih tinggi dibanding
alkana dengan jumlah atom karbon yang sama.

- T.d alkil halida meningkat dengan kenaikan berat molekul (BM)


Sifat Fisika Polar

Kepolaran:

-Atom halogen bersifat elektronegatif relatif terhadap Karbon oleh karena itu alkil halida bersifat
polar.

Tidak larut air krn tdk dpt membentuk ikatan hidrogen.

Larut dlm pelarut organik tertentu.


PEMBUATAN ALKIL HALIDA

ROH
PX3
HX
SOCl2
NaI
RX
aseton

HX X2, Δ or hν

RH
Pembuatan Alkil Halida dari Alkana
Pembuatan Alkil Halida dari Alkena

• Reaksi Adisi Elektrofilik


• Adisi hidrogen halida (HX) pada alkena
Aturan Markovnikov:
atom H akan terikat pada C dengan substituen alkil lebih sedikit,
atom X akan terikat pada C ikatan rangkap yang mempunyai substituen alkil lebih banyak.

2-Metilpropena 2-Kloro-2-metilpropana

1-Metilsikloheksena 1-Bromo-1-metilsikloheksana
2-Metilpropena

2-Bromo-2-metilpropana
- pada alkena simetris: dihasilkan satu produk.

- pada alkena yang tidak simetris → 2 produk mungkin terjadi

2-Pentena 2-Bromopentana 3-Bromopentana


Pembuatan Alkil Halida dari Alkena

• Bromin dan Klorin bereaksi dengan sangat cepat denga alkena


membentukan 1,2-dihalida.
• Proses ini dinamakan halogenasi.

1,2-Dikloroetana
Etilena Etilena diklorida

• Fluorin terlalu reaktif sehingga susah dikontrol


• Iodin umumnya tidak bereaksi dengan alkena
Pembuatan • Alkohol yang direaksikan dengan HCl, HBr, atau
Alkil Halida HI dapat menghasilkan alkil halida

dari Alkohol • Reaksi ini berlangsung baik pada alkohol tersier


• Alkohol primer dan sekunder bereaksi lebih
lambat dan pada temperatur yang lebih tinggi

1-Metilsikloheksanol 1-Kloro-1-metilsikloheksana
• Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi menjadi alkil halida dengan tionil klorida
(SOCl2) dan fosfor tribromida (PBr3)

Benzoin

2-Bromobutana
REAKSI ALKIL HALIDA

• Pembentukan pereaksi Grignard


• Pembentukan alkil lithium
• Reaksi-reaksi Substitusi nukleofilik (SN2 dan SN1)
• Reaksi-reaksi Eliminasi (E2 dan E1)
1. Pembentukan Pereaksi Grignard (RMgX)

• Merupakan pereaksi organologam halida


• Disebut juga organomagnesium
• Ditemukan oleh Victor Grignard pada tahun 1912
• Diperoleh dengan mereaksikan alkil atau aril halida dengan magnesium
(“turnings”)
  -Elektronegativitas Mg < C
C -- Mg -C terpolarisasi negatif
-bersifat sebagai Nukleofil

Nukleofil (=suka nukleon/inti): suatu reagen yang kaya


elektron, membentuk ikatan dengan cara mendonasikan
sepasang elektronnya kepada reagen lain yang kekurangan
elektron.
2. Pembentukan Alkillitium
Dengan mereaksikan logam lithium (Li) dengan alkil halida
Beberapa contoh pereaksi
organologam yang tersedia secara
komersil
Reaksi antara nukleofil (basa lewis)
dengan alkil halida

• Ketika nukleofil/basa Lewis bereaksi dengan alkil halida maka dapat terjadi dua reaksi, yaitu substitusi dan eliminasi.
• Substitusi  Nukleofil (Nu:) menyerang karbon pada alkil halida
• Eliminasi  Nu: menyerang atom hidrogen tetangga (H-) pada alkil halida
3. Reaksi Subsitusi Nukleofilik

R-X + :Nu-  R-Nu + :X-


substrat nukleofil produk substitusi gugus pergi

Nukleofil yang baik  basa kuat


Gugus pergi yg baik  basa lemah
REAKSI SN2 (Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler).

• Bimolekuler, berarti 2 molekul (nukleofil dan alkil halida) keduanya terlibat


dalam suatu step (tahap) penentu laju reaksi.
- Mengikuti kinetike reaksi order kedua,

laju reaksi = k [RX] [Nu:- ]

Ciri reaksi:
- serangan nukleofil dari arah ‘belakang’
- reaksi berjalan satu step, tanpa intermediate
-Terjadi inversi konfigurasi (Inversi Walden)
CH3—Br + NaOH  CH3—OH + NaBr
Kec.reaksi = k [ CH3-Br ] [ OH- ]

Transistion state: tingkat transisi berenergi tinggi (tidak stabil dan


tidak dapat diisolasi), melalui terbentuknya secara parsial ikatan
C-Nu dan putusnya ikatan C-X.
• Nukleofil OH- menyerang karbon alkil halida 180o dari gugus
pergi halogen.

• Hal ini menyebabkan terbentuknya kondisi transisi di mana


ikatan COH sebagian terbentuk dan ikatan CBr sebagian
terputus

• Stereokimia pada karbon mengalami inversi seiring


terbentuknya ikatan COH, ion bromida lepas dengan
membawa sepasang ikatan yang sebelumnya digunakan dalam
membentuk ikatan CBr.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi SN2:
1. Faktor sterik substrat (alkil halida)
2. Nukleofil
3. Gugus pergi
4. Pelarut
Efek Sterik pada reaksi SN2
• Jika atom karbon pada alkil halida terlindungi/memiliki halangan
sterik maka reaksi SN2 akan berjalan lebih lamban

36
Reaktivitas Relatif pada Beberapa Substrat

37

• Reaksi SN2 terjadi pada karbon yang kurang terhalangi.


• Kecepatan relatif alkil halida pada SN2:
CH3-X > 1o > 2o > 3o
Nukleofil

• Semakin reaktif suatu nukleofil, biasanya reaksi semakin cepat

• Basa yang lebih kuat umumnya adalah nukleofil yang lebih baik

• Spesies yang bersifat netral ataupun bermuatan negatif dapat dapat bertindak

sebagai nukleofil selama memiliki sepasang elektron bebas (basa Lewis)

• Nulkelofi yang bermuatan negatif lebih reaktif dibanding nukleofil netral

38
Contoh Nukleofil

•Nukleofilitas unsur-unsur dalam satu golongan pada


periodik tabel meningkat dari atas ke bawah.
GUGUS PERGI

 Basa lemah adalah contoh gugus pergi yang baik


 Contoh basa lemah: Cl-, Br-, ion tosilat

40

Kecepatan relatif dari R—X


R-I > R-Br > R-Cl
“element effect”  Pemutusan Ikatan C—X pada tahap mekanisme berpengaruh
thd kec. Reaksi SN2.
SOLVEN
• Kecepatan reaksi SN2 dipengaruhi oleh solven/pelarut

• Pelarut protik yang mengandung gugus OH dan NH umumnya buruk untuk reaksi SN2
karena menyebabkan solvasi pada nukleofil

• Hidrogen dari pelarut protik dapat membentuk ikatan dengan nukleofil sehingga
menurunkan energi dan reaktivitasnya (menurunkan nukleofilisitas karena meningkatkan
stabilitas keadaan dasari/ground-state) (E ↓ → dan ∆G ↑)  kurang reaktif

• Contoh pelarut protik: air, metanol, etanol, dll.


Pelarut Polar Aprotik
• Pelarut polar aprotik (polar, tetapi tidak memiliki gugus OH dan NH) sangat
sesuai untuk reaksi SN2

• Pelarut polar aprotik dapat meningkatkan kecepatan reaksi SN2 dengan


meningkatkan energi keadaan dasar (ground-state energy) dari nukleofil.
• Contoh:
1. Asetonitril (CH3CN)
2. Dimetilfromamida (DMF) (CH3)2NCHO
3. Dimetil sulfoksida (DMSO) (CH3)2SO
42

4. Heksametilfosforamida (HMPA) (CH3)2N]3PO


Contoh: Kecepatan reaksi SN2 pada 1-bromobutana pada berbagai
pelarut

43
REAKSI SN1

• Unimolekuler, hanya satu molekul yang terlibat dalam step (tahap) penentu laju.
• Reaksi SN1 mengikuti kinetika reaksi orde pertama, laju reaksi = K [RX]
• Dalam reaksi SN1, ‘Leaving group’ secara spontan terdissosiasi menghasilkan
karbokation (ion karbonium), diikuti serangan yang cepat dari nukleofil (reaksi 2 step)
• Terjadi rasemisasi konfigurasi pada atom karbon
• Reaksi SN1 kebanyakan terjadi pada substrat tersier
• Intermediet(=zat antara = zantara) adalah suatu molekul stabil, dapat diisolasi yang
terbentuk pada proses reaksi.

Kec. reaksi = k [R-X ];


hanya konsentrasi R-X yg berpengaruh sbg
Rate Determination Step/tahap penentu
kecepatan reaksi!
Stereokimia SN1
CH3 CH3 CH3

H Br + NaOH  HO H + H OH
(kondisi SN1)
C6H13 C6H13 C6H13

(S)-2-bromooktana (R)-2-oktanol (S)-2-oktanol

Produk SN1 mengalami Rasemisasi. Intermediet Karbokation nya


adalah hibridisasi sp2 . Nukleofil dapat menyerang karbokation (karena
merupakan bidang datar) dari depan dan belakang.
Reaktivitas substrat alkil halida pada sN1

Reaktifitas alkil halida pd SN1 = 3o > 2o > 1o > CH3

Kestabilan Karbokation = 3o > 2o > 1o > CH3+


46
Contoh Reaksi SN1

47

(McMurry, 2015)
Anion (nukleofil) yang tersolvasi Solvasi karbokation oleh air

__ aprotik solven
---- protik solven

Efek solven pada reaksi SN1

Pada reaksi SN1, reaksi berjalan baik pada polar protik soven, karena
tingkat energi transition-state lebih diturunkan dibanding energi
ground-state dari nukleofil.
SN2 SN1
Stereokimia 100% inversi Walden Rasemisasi Parsial

Kinetika, order Rate = k[RX][Z-] Rate = k[RX]


Order dua Order satu
Penataan Ulang Tidak ada Mungkin ada

Rates CH3,1o,2o,3o CH3>1o>2o>3o 3o>2o>1o>CH3

Rates RCl,RBr,RI RI>RBr>RCl RI>RBr>RCl


49

Kebasaan /Nukleofil Harus kuat Tidak harus kuat

Solven Polar aprotik dapat Pelarut polar dapat meningkatkan


meningkatkan stabilitas karbokation.
kecepatan reaksi air dan metanol adalah bagus
untuk mensolvasi ion karbonium
Tahapan Reaksi 1 tahap 2 tahap
50
Eliminasi pada Alkil halida
 Terjadi ketika Nukleofil (Nu:) bereaksi pada atom H tetangga (hidrogen )
pada alkil halida
 Disebut juga dehidrohalogenasi
 Hasil reaksi merupakan campuran beberapa jenis alkena
 Terdapat 3 mekanisme eliminasi: E2, E1, dan E1cB

51

Alkil halida /
Haloalkana Basa Alkena
 Aturan Zaitsev:
• Eliminasi dalam basa memberikan hasil utama alkena yang
paling stabil; yaitu alkena dengan lebih banyak substituen alkil
pada karbon ikatan rangkap dua.

• Contoh:

Br
CH3CH2O-Na+
CH3CH2CHCH3 CH2CH=CHCH3 CH2CH2CH=CH2
CH3CH2OH
2-bromobutana but-2-ena but-1-ena
(81%) (19%)

Br CH3 CH3
CH3CH2O-Na+
CH3CH2CCH3 CH3CH=CCH3 CH3CH2C=CH2
CH3CH2OH
CH3
2-metilbut-2-ena 2-metilbut-1-ena
(70%) (30%)
Reaksi eliminasi bimolecular (E2)

 Terjadipada alkil halida tersier


 Nu: penyerang suatu basa kuat
 Pemutusan ikatan C-X dan C-H berlangsung serentak;
 Letak H dan X berseberangan (eliminasi anti)
 Reaksi berlangsung satu tahap tanpa pembentukan intermediet

Mekanisme reaksi :

B:
H
B+-H
C C C C
X-

X
Contoh

• Basa (B:) menyerang hidrogen tetangga yang


dekat dengan gugus pergi sehingga terjadi
pelepasan H
• Pada saat yang bersamaan mulai terbentuk
ikatan rangkap membentuk alkena dan ikatan
C dengan gugus pergi (X) mulai terlepas
54

• Alkena terbentuk, Ikatan CH putus, ikatan


CX putus
• Reaksi E2 mengikuti kinetika reaksi order 2
• Kecepatan reaksi = k . [R-X] . [Basa]
• Reaksi E2 umumnya terjadi pada geometri
periplanar (keempat atom yang bereaksi yaitu
hidrogen, 2 atom karbon dan gugus pergi berada
pada bidang yang sama)
• Terdapat 2 geometri periplanar yang dapat terjadi,
yaitu geometri syn periplanar dan geometri anti
periplanar (posisi H dan halogen berada pada posisi
berjauhan)
• Geometri anti periplanar lebih disukai karena
55

menyebabkan substituen pada posisi staggered.


56
E-1 (eliminasi unimolekular)
 Terjadi pada alkil halida tersier, bersama-sama dengan SN-1
 Terjadi pembentukan intermediet karbokation/karbonium
 Nu: penyerang suatu nukleofil/basa lemah
 Reaksi E1 mengikuti kinetika reaksi order 1

 Kecepatan reaksi = k .[R-X]

 Reaksi berlangsung dua tahap :


a. pembentukan ion karbonium
b. pelepasan proton oleh basa menghasilkan alkena
57

B:
Mekanisme
H reaksi H B+-H
C C
C C C C X-

X
karbonium
Contoh

• Terjadi disosiasi spontan dari alkil


klorida tersier membentuk
karbokation, proses ini berjalan
lambat

• Hilangnya
58
H+ tetangga berlangsung
cepat membentuk produk alkena.
• Pasangan elektron yang awalnya
digunakan dalam ikatan CH
digunakan untuk membentuk ikatan
 alkena
• E1 vs E2

59
60
2-Kloro-2-metilpropana 2-Metil-2-propanol 2-Metilpropena
(64%)) (36%)
Daftar pustaka

• Brown, W. H., & Poon, T. (2016). Introduction to organic chemistry. John Wiley &
Sons.
• Clayden, J., Greeves, N., & Warren, S. (2012). Organic Chemistry (2nd ed.). Oxford:
Oxford University Press
• McMurry, J. E. (2010). Fundamentals of organic chemistry. Cengage Learning.
• Smith,J. C. (2006). Organic Chemistry, 1st Ed. McGraw-Hill
62
KIMIA ORGANIK II:
SENYAWA AROMATIK

Dosen Pengampu:
apt. Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm.,
M.Farm.

Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram 1
2
SENYAWA AROMATIK: DULU DAN SEKARANG
Dulu  kata aromatik digunakan untuk senyawa yang beraroma seperti:

Benzena Benzaldehida Toluena


(ceri, persik, almon) (balsam Tolu) (batu bara)

3
LANJ’T
Sekarang

4
SEJARAH
1825 : Michael Faraday menemukan senyawa hidrokarbon yang memiliki jumlah
atom karbon dan hidrogennya sama hidrogen yang ia namakan “bikarburet
hidrogen (bicarburet of hydrogen)
1834: Benzena disintesis dengan memanaskan asam benzoat dengan kalsium
oksida oleh Eilhard Mitscherlich

1872: menemukan bahwa semua senyawa aromatik mengandung unit 6-karbon yang
dipertahankan pada berbagai transformasi kimia dan degradasi

(Solomon et al 2013)

5
CONTOH SENYAWA AROMATIK DARI BATU BARA

6
NAMA UMUM

7
TATA NAMA
1. Benzena monosubstitusi

Bromobenzena Nitrobenzena Propilbenzena


Benzena tersubstitusi Alkil disebut jug arena dan penamaannya tergantung besarnya
gugus alkil.
Jika substituen alkil lebih kecil dibanding cincin (  6 atom karbon), arena disebut
benzena tersubstitusi alkil (alkyl-substituted benzene).
Jika substiuen alkil lebih besar dari cincin (7/), disebut alkana tersubstitusi-fenil
(phenyl-substituted alkane)

8
fenil 2-Fenilheptana Benzil

9
2. Benzena di-substitusi

ortho-Diklorobenzena meta-Dimetilbenzena para-klorobenzaldehida


Substitusi 1,2 (meta-xilena) Substitusi 1,4
Substitusi 1,3

10
3. Benzena dengan > 2 substituen

4Bromo1,2-dimetilbenzena 2,5Dimetilfenol 2,4,6Trinitrotoluena

11
STRUKTUR DAN KESTABILAN BENZENA
• Meskipin benzena adalah senyawa tak jenuh, ia jauh lebih stabil dibanding alkena biasa
• Tidak mengalami reaksi seperti alkena biasa

• Sikloheksena bereaksi cepat dengan Br2 (reaksi adisi) menghasilkan


1,2dibromosikloheksana
• Benzena bereaksi sangat lambat dengan Br2 menghasilkan produk substitusi C6H5Br.
Konjugasi siklik pada cincin benzena dipertahankan

12
• Sikloheksena memiliki kalor hidrogenasi 118 KJ/mol
• 1,3sikloheksadiena memiliki kalor hidrogenasi 230KJ/mol (kurang lebih 2x
dari kalor hidrogenasi sikloheksena karena diena terkonjugasi lebih stabil
daripada diena terisolasi)
• Sehingga kita dapat meramalkan bahwa kalor hidrogenasi benzena 356 KJ/mol
(tiga kali 118 KJ/mol).
• Kenyataannya kalor hidrogenasi benzena hanya 206 KJ/mol, atau 150 KJ/mol
lebih rendah dari yang diramalkan
• Berarti pada saat mulai reaksi benzena memiliki energi 150 KJ/mol lebih rendah.
Dengan kata lain, benzena lebih stabil 150 KJ/mol dibanding yang diharapkan.

13
Bukti lain:
• Seluruh ikatan karbonkarbon memiliki panjang yang sama, yaitu 139 pm , di
tengah-tengah antara ikatan tunggal (54pm) dan ikatan rangkap (134 pm)
• Peta potensial elektrostatik menunjukkan bahwa keenam atom karbon memiliki
kerapatan elektron yang sama
• Jadi, benzena adalah molekul datar (planar) berbentuk heksagon
• Semua sudut CCC besarnya 120o
• Semua atom karbon berhibrdisasi sp2, semua atom karbon memiliki orbital p
tegaklurus bidang cincin

14
• Karena keenam atom karbon dan semua orbital p pada benzena ekuivalen,
maka tidak mungkin terdapat tiga ikatan  dengan orbital p yang hanya tumpang
tindih dengan salah satu orbita p tetangganya.
• Tetapi masing-masing orbital tumpang tinding dengah dua orbital p tetangganya
sehingga keenam elektron  terdelokalisasi sempurna ke seluruh cincin.
• Karena reseonansi inilah benzena lebih stabil dan kurang reaktif jika
dibandingkan dengan alkena biasa
• Tidak ada salah satu struktur yang mewakili struktur sebenarnya karena struktur
sebenarnya ada di antara kedua bentuk resonansi, namun sulit digambarkan

15
KEAROMATIKAN DAN ATURAN HÜCKEL 4N + 2
• Menurut aturan ini, suatu molekul disebut aromatik bila:
• Molekul harus siklik
• Terkonjugasi (berbentuk planar/datar), terdapat orbital p
• Mengandung 4n+2 elektron , dengan n bilangan bulat (n= 0, 1, 2, 3, .....).
Dengan kata lain hanya molekul dengan 2, 6, 10, 14, 18, .... elektron  bersifat
aromatik. Molekul dengan 4, 8, 12, 16, ... Tidak dapat bersifat aromatik
meskipun molekul itu bisa siklik, planar, dan tampak berkonjugasi.

• Molekul planar, berkonjugasi dan memiliki 4n elektron  dikatakan antiaromatik


karena delokalisasi elektronnya menghasilkan ketidakstabilan

16
CONTOH:
Siklobutadiena memiliki 4 elektron  dan bersifat antiaromatik. Elektron-elektron 
terlokalisasi pada masing-masing ikatan rangkap, bukan terdelokalisasi pada
cincin sebagaimana pada peta potensial elektrostatifk.

Pada suhu 78oC, siklobutadiena sangat reaktif dan mengalami dimerisasi melalui
reaksi Diels-Alder. Salah satu molekul bertindak sebagai diena dan yang lain
sebagai dienofil

17
18
• Siklooktatraena memiliki 8 eletron  dan tidak aromatik.
• Elektron  terlokalisasi pada empat ikatan rangkap dan tidak terdelokalisasi pada
cincin
• Molekul ini tidak planar tetapi berbentuk seperti bak mandi

19
ION AROMATIK
Aturan 4n+2 juga berlaku untuk ion

Siklopentadiena tidak aromatik tidak aromatik karena tidak berkonjugasi penuh.


Karbon –CH2- berhibridisasi sp3 sehingga mencegah konjugasi siklik penuh.
Jika dilepaskan satu hidrogen dari gugus CH2 maka hibridisasi berubah menjadi sp2.
hasilnya kelima karbon memiliki orbital p dan berkonjugasi sempurna

20
Ada 3 cara melepas hidrogen
• Hidrogen lepas dari ikatan C-H bersama kedua eletron ikatan (H:-), meninggalkan
siklopentadienil kation
• Hidrogen dilepas bersama satu elektron (H.) meninggalkan siklopentadienil
radikal
• Hidrogen dilepas tanpa membawa elektron (H+), meninggalkan siklopentadienil
anion

• Berdasarkan aturan Hückel hanya struktur dengan enam elektron 


(siklopentadienil anion) yang bersifat aromatik

21
22
TUGAS

23
SENYAWA AROMATIK POLISIKLIK
Aturan Hückel hanya dapat diterapkan pada senyawa monosiklik, tetapi konsep
kearomatikan dapat diperluas pada senyawa aromatik polisiklik.

Semua hidrokarbon polisiklik aromatik dapat digambarkan dengan sejumlah


bentuk resonansi yang berbeda.
Contoh: Naftalena memiliki tiga bentuk resonansi

24
25
ALKOHOL & FENOL
Definisi
➢ Alkohol : senyawa mengandung gugus hidroksil ( -OH )
yang terikat pada atom C-jenuh (C-sp3)
➢ Fenol : senyawa mengandung gugus hidroksil ( -OH )
yang terikat pada cincin aromatis
➢ Enol : senyawa mengandung gugus hidroksil ( -OH )
yang terikat pada karbon vinilik

OH OH
OH
C C C

alkohol fenol enol


1
Klasifikasi Alkohol

• Alkohol dibedakan menjadi:


1. Alkohol primer (1o)
2. Alkohol sekunder (2o)
3. Alkohol tersier (3o)
• tergantung jenis atom C pengikat gugus –OH

2
Tata nama
• Nama IUPAC: penamaan alkohol diambil dari nama alkana yang
sesuai dengan akhiran –a diganti -ol

1. Tentukan rantai karbon terpanjang yang mengandung –OH; akhiran –a


pada nama induk alkana diganti -ol

2. Beri nomor rantai alkana mulai dari ujung terdekat dengan –OH. Posisi
gugus –OH dinyatakan dengan angka sesuai letaknya

3. Tulis nama lengkap dengan nama substituen sesuai urutan abjad

3
2-Butanol 4-Metil-2-pentanol 2-Metil-3-pentanol
atau atau atau
Butan-2-ol 4-Metilpentan-2-ol 2-Metilpentan-3-ol

cis-1,4-Sikloheksanadiol 3-Fenil-2-butanol
atau atau
cis-Sikloheksan-1,4-diol 3-Fenilbutan-2-ol

4
Nama Trivial ( nama umum )
Beberapa senyawa alkohol sederhana atau alkohol yang
sering ditemui mempunyai nama umum yang diterima
oleh IUPAC.

CH2OH H3C
H2C CHCH2OH H3C C OH
H3C
Benzil alkohol Alil alkohol
(Fenilmetanol) (2-Propen-1-ol) tert-Butil alkohol
(2-Metil-2-propanol)

HOCHhCH2OH HOCHhCHCH2OH
OH
Etilen glikol Gliserol
(1,2-Etanadiol) (1,2,3-Propanatriol)

5
Penamaan Fenol

Fenol : nama senyawa khusus (hidroksi benzena)


nama golongan senyawa (hidroksi aromatis)
OH OH OH
CO2CH3

CH3
Fenol m-Metilfenol Metil salisilat
(asam karbolat) (m-Kresol)

OH OH

O2N NO2 OH

OH NO2
2-Naftol
Hidrokuinon 2,4,6-trinitrofenol
(asam pikrat) 6
Sifat fisis golongan Alkohol dan Fenol
1. Bersifat polar
2. Dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul
Definisi Ikatan hidrogen :
gaya tarik menarik lemah antara atom H dari gugus OH
(parsial positif) dengan pasangan elektron bebas atom
O (parsial negatif) antar molekul

7
Akibat adanya ikatan-H antar molekul :

1. titik didih ROH > RX > R-H


Dalam keadaan cair, antar molekul alkohol maupun fenol
membentuk ikatan hidrogen. Untuk berubah menjadi fase
uap, tarik menarik antar molekul harus diputuskan lebih
dahulu. Oleh karena itu titik didih akan meningkat.

senyawa MR titik didih (0C)

1-propanol 60 97
butana 58 -0,5
kloroetana 65 12,5

OH CH3

fenol, t.d. = 187,70C toluena, t.d. = 110,60C 8


2. alkohol dengan MR rendah dapat larut air

Etanol membentuk ikatan-H dengan molekul air, sehingga


EtOH dapat campur dengan air.
H H
H
O H CH2CH3
O
O
H O
H CH2CH3
O H

CH2CH3

Kemampuan membentuk ikatan-H dengan molekul air


berkurang dengan bertambahnya efek halangan ruang;
misalnya 1-oktanol tidak dapat campur dengan air.

9
Kebasaan dan Keasaman
dari Alkohol dan Fenol

• Alkohol dan fenol dapat bersifat asam lemah maupun


basa lemah.
• Sifat basa : Sebagai basa lemah, alkohol dan fenol akan
terprotonasi oleh asam kuat secara reversible menjadi
oksonium (ROH2+),

• Ion oksonium makin stabil, keasaman meningkat 10


• Sifat asam :
• alkohol dan fenol akan terdisosiasi dalam
larutan air dengan cara mendonorkan proton
pada molekul air, membentuk H3O+ dan ion
alkoksida (RO-) atau ion fenoksida ( ArO- )

11
Konstanta asam beberapa senyawa alkohol dan fenol

12
Keasaman golongan alkohol dipengaruhi :

1. Solvasi ion alkoksida


Ion alkoksida makin stabil bila ion tersebut
makin mudah tersolvasi oleh air. Berarti ion
alkoksida makin mudah terbentuk, sehingga
senyawa alkohol makin asam.

13
Keasaman golongan alkohol dipengaruhi :

2. Efek induksi
Adanya penarik elektron (misalnya substituen
halogen) akan menstabilkan ion alkoksida
dengan cara menyebarkan muatan, berarti
alkohol makin bersifat asam.

14
• Karena alkohol merupakan asam lemah sehingga
tidak bereaksi dengan basa lemah seperti amina atau
ion bikarbonat
• Alkohol dapat bereaksi dengan:
❑ NaOH (natrium hidroksida),
❑ NaH (natrium hidrida),
❑ NaNH2 (natrium amida)
❑ Pereaksi Grignard (RMgX)

15
16
Fenol bersifat lebih asam kira-kira 103 kali dibandingkan
alkohol. Hal ini disebabkan ion fenoksida terstabilkan oleh
resonansi sedangkan ion alkoksida tak dapat beresonansi.
O O O
O O

resonansi ion fenoksida

Fenol akan membentuk Na-fenoksida bila bereaksi dengan


NaOH. Prinsip ini dipakai untuk memisahkan fenol dari
campurannya. Mula-mula campuran diekstraksi dengan
larutan NaOH, kemudian hasil ekstraksi diasamkan.

OH NaOH O- Na+ H2O

Fenol Na fenoksida
17
Pengaruh efek induksi
Gugus penarik elektron akan menstabilkan ion fenoksida,
yang mengakibatkan keasaman fenol meningkat.
Sebaliknya gugus pendorong elektron akan menurunkan
keasaman golongan fenol.
Misalnya 2,4,6-trinitrofenol (= asam pikrat) mempunyai
keasaman lebih tinggi dibandingkan golongan asam
karboksilat.
O O

GTE GDE

GTE = gugus penarik elektron GDE = gugus pendonor elektron


menstabilkan ion fenoksida, mendestabilkan ion fenoksida,
meningkatkan keasaman fenol menurunkan keasaman fenol
18
• Pengaruh gugus penarik elektron pada keasaman
fenol
• Gugus nitro yang merupakan penarik elektron pada
posisi ortho dan para dari fenol akan meningkatkan
keasaman

19
Preparasi Alkohol

20
Cara Pembuatan Alkohol
1. Khusus etanol untuk minuman beralkohol
Dibuat secara fermentasi dari senyawa golongan
karbohidrat (gula atau pati) dengan enzim tertentu
enzim
C6H12O6 C2H5OH
glukosa etanol

2. Substitusi nukleofilik alkil halida


Alkil halida bila dipanaskan dengan larutan NaOH
akan membentuk alkohol (melalui jalur mekanisme
SN-2)
SN-2
CH3CH2CH2Br NaOH CH3CH2CH2OH HBr
21
3. Hidrasi alkena
Hidrasi langsung alkena dengan larutan asam adalah reaksi yang jelek.
Ada dua metode tak langsung yang sering dipilih dengan hasil memuaskan
a. hidroborasi - oksidasi (anti-Markovnikov; adisi-syn)
b. oksimerkurasi – reduksi (orientasi Markovnikov)

22
4. Hidroksilasi alkena
Alkena diubah menjadi senyawa 1,2-diol dengan dua metode :
– dengan OsO4 dilanjutkan reduksi oleh NaHSO3 (adisi-syn)
– diubah menjadi epoksida, kemudian dihidrolisis asam (adisi-anti)

23
5. Reduksi gugus karbonil
• Alkohol primer adalah hasil reduksi aldehida, asam
karboksilat, ester.
• Alkohol sekunder dari reduksi keton.
• Alkohol tersier tidak dapat dibuat secara reduksi.

24
• Jenis reduktor :
– NaBH4 untuk mereduksi gugus karbonil (aldehid atau keton)
menjadi alkohol.
Berupa kristal putih, stabil di atmosfer; biasanya dipakai dalam
air atau etanol.

– LiAlH4 reduktor yang lebih reaktif dibandingkan NaBH4. Dipakai


untuk mereduksi karbonil, karboksilat, ester menjadi alkohol.
Berupa serbuk abu-abu yang larut dalam eter atau THF.
– Dengan air sangat reaktif; terurai disertai ledakan bila dipanas-
kan 1200C.

25
26
27
• Reduksi karbonil menjadi alkohol melibatkan adisi
nukleofilik ion hidrida (H:-) pada karbon dari gugus
karbonil.
• Tahap awal terjadi pembentukan ion alkoksida yang
selanjutnya terprotonasi oleh adisi H3O+

28
Pembuatan Alkohol dari Senyawa Karbonil Menggunakan
Pereaksi Grignard

• Pereaksi Grignard (RMgX) dibuat dengan mereaksikan


organohalide dengan magnesium.
• Pereaksi Grignard dapat bereaksi dengan senyawa yang
mengandung gugus karbonil menghasilkan alkohol
• Perannya sama seperti ion hidrida yang bertindak
sebagai agen pereduksi
• Reaksi Grignard melibatkan nukleofil Karbanion
• Pembuatan pereaksi Grignard ( RMgX ) :

29
• formaldehid akan diubah menjadi 1o ROH
• aldehid lain akan diubah menjadi 2o ROH
• keton akan diubah menjadi 3o ROH
• ester akan diubah menjadi 3o ROH
30
Contoh :

31
• Ester bereaksi dengan pereaksi Grignard menghasilkan
alkohol tersier

• Asam karboksilat dengan pereaksi Grignard tidak


menghasilkan produk adisi karena hidrogen pada
karboksilat yang bersifat asam bereaksi dengan pereaksi
Grignard yang bersifat basa menghasilkan garam
magnesium dari asam karboksilat

32
Tinjau-ulang reaksi kimia dan
cara pembuatan alkohol

O
R R O
C C C
R OH R R C
O R R'
Asam Alkena
C karboksilat Keton O
R OR'
C
Ester R H
Aldehid
RX
Alkil halida ROR'
ROH Eter
Senyawa Alkohol

33
Reaksi-reaksi golongan Alkohol
1. Dehidrasi alkohol menjadi alkena
• Apabila dipanaskan dengan asam kuat, suatu alkohol dengan 
hidrogen dapat mengalami dehidrasi (kehilangan air) menghasilkan
suatu alkena.

• Reaksi ini adalah kebalikan dari hidrasi alkena

• Asam yang dapat digunakan:

❑ asam sulfat (H2SO4)

❑ asam fosfat (H3PO4)

• :

34
Alkohol tersier dalam larutan asam akan mengalami dehidrasi,
alkena yang terbentuk mengikuti aturan Zaitsev.

Alkohol primer maupun sekunder sangat sulit terdehidrasi dalam


asam.
Urutan kereaktifan alkohol terhadap dehidrasi dengan katalis asam :

OH OH OH

R C R > R C H > R C H

R R H

kereaktifan 35
• Dehidrasi yang dikatalis oleh asam umumnya mengikuti
aturan Zaitsev dan hasil yang diperoleh adalah alkena yang
lebih stabil.
• Dehidrasi 2-metil-2-butanol menghasilkan 2-metil-2-butena
sebagai produk mayor dibanding 2-metil-1-butena

36
• Alkohol sekunder dan tersier dapat mengalami dehidrasi
melalui reaksi E1 dan melibatkan terbentuknya intermediet
karbokation

37
• Alkohol sekunder an tersier dapat mengalami dehidrasi
menggunakan fosfor oksiklorida (POCl3) dalam suasana
basa, mengikuti reaksi E2
• Basa yang digunakan adalah piridin, yang juga dapat
berfungsi sebagai solven
• Reaksi ini berlangsung pada suhu 0 oC

38
2. Konversi alkohol menjadi alkil halida
• Alkohol tersier dengan penambahan HBr atau HCl pada suhu 00C
segera berubah menjadi alkil halida; melalui mekanisme SN-1.

39
• Alkohol primer dan sekunder lebih tahan terhadap asam, tetapi
dapat diubah menjadi alkil halida dengan mereaksikannya dengan
SOCl2 atau PBr3.
• Reaksi akan berlangsung menurut SN-2 dimana pada C-kiral akan
terjadi inversi Walden

40
3. Konversi alkohol menjadi tosilat

• Alkohol bereaksi dengan p-toluenasulfonil


klorida (tosil klorida, p-TosCl) dalam larutan
piridin menghasilkan alkil tosilat.

• Pemakaian tosilat terutama untuk reaksi stereokimia,


dimana diperlukan retensi konfigurasi.

41
42
4. Oksidasi alkohol
1o ROH teroksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat.
2o ROH teroksidasi menjadi keton.
3o ROH tidak dapat teroksidasi.

43
Jenis-jenis oksidator :
❖ Larutan KMnO4 / NaOH
❖ HNO3 pekat, panas
❖ Asam kromat (H2CrO4) : dibuat langsung dari CrO3 dalam larutan H2SO4
(= pereaksi Jones) atau Na2Cr2O7/H2SO4
❖ Kompleks CrO3-piridin atau PCC ( pyridinium chlorochromate ). Pereaksi
ini tidak larut air, tetapi larut dalam CH2Cl2 sehingga mencegah oksidasi
aldehid menjadi asam karboksilat

CrO3 2 : N CrO3Cl-
N
H piridinium klorokromat
kompleks CrO3-piridin ( PCC )

44
alkohol primer :
• Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi aldehida atau
asam karboksilat, tergantung dari reagen yang dipilih dan
kondisi reaksi

O
CH3(CH2)5CH2OH CrO3 2 N atau PCC CH3(CH2)5CH
heptanol heptanal (72-84%)

45
• Oksidasi alkohol primer menggunakan pereaksi Dess-
Martin Periodinan dalam pelarut diklorometana (CH2Cl2)
akan menghasilkan aldehida

46
• Oksidasi alkohol primer menggunakan kromium trioksida
(CrO3) dalam suasana asam encer, akan menghasilkan
asam karboksilat

1-Dekanol Asam dekanoat (93%)

47
alkohol sekunder :
• Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton
OH O
H2CrO4
CH3(CH2)5CHCH3 CH3(CH2)5CCH3
H+
2-oktanol 2-oktanon (96%)

CH3 CH3
H2CrO4
H+
OH O
CH(CH3)2 CH(CH3)2
menthol menthone (84%)
(dlm Ol.mentha pip.)

48
alkohol tersier :
Tidak dapat teroksidasi dalam larutan
alkalis; tetapi dalam larutan asam akan
terdehidrasi menjadi alkena.

49
6. Esterifikasi alkohol
Alkohol dengan asam karboksilat maupun turunan asam karboksilat
akan membentuk ester. Pembentukan ester disebut reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi antara alkohol dan asam karboksilat bersifat
reversible.
O H+ , panas O
CH3CH2OH H2O
C C CH2CH3
H3C OH H3C O
etanol
asam asetat etil asetat

Supaya reaksi berjalan searah, maka alkohol direaksikan dengan


turunan asam karboksilat, misalnya halida asam.
O O
CH3CH2OH HCl
C C
H3C Cl H3C OCH2CH3

asetil klorida etanol etil asetat

50
• Sintesis ester dari asam karboksilat dapat dilakukan
dengan satu tahap dengan mereaksikan langsung dengan
alkohol dan asam kuat sebagai katalis.
• Atau dapat juga dengan mengubah asam karboksilat
menjadi klorida asam dengan mereaksikan dengan SOCl2,
lalu direaksikan dengan alkohol

51
6. Reaksi Iodoform
Alkohol yang mengandung gugus metil karbinol
[ –CH(OH)(CH3) ] dengan pereaksi NaOH + I2 akan
membentuk CHI3 yang berupa kristal kuning mengkilat.
CH3
[O] CH3
C OH C
O
H
metil karbinol metil karbonil
Contoh :
I2 / NaOH
CH3CH2OH CHI3 HCOONa
I2 / NaOH
(CH3)2CHOH CHI3 CH3COONa

I2 / NaOH
CH3CH2CH2OH CH3CI2CH2OH
52
Fenol
Pembuatan dan manfaat Fenol
Beberapa senyawa fenol yang bermanfaat :
OCH2COOH OH OH
OH
Cl Cl CH2 Cl
Cl Cl

Cl Cl ClCl
Cl Cl Cl Cl
pentaklorofenol as. 2,4-diklorofenoksiasetat Hexachlorophene
(pengawet kayu) (= 2,4 D ; herbisida ) (antiseptik)

OH OH
OH
C(CH3)3
(H3C)3C C(CH3)3

C(CH3)3
OCH3 OCH3
CH3

BHT
BHA
pengawet makanan 53
Cara Pembuatan :
1. Proses Dow
Cara lama pembuatan fenol skala industri : peleburan klorobenzena dan
NaOH pada suhu dan tekanan tinggi.
Cl OH

1. NaOH, H2O, 3400C, 2500 psi

2. H3O+
NaCl

klorobenzena fenol

2. Oksidasi cumene
Isopropilbenzena ( = cumene ) dengan O2 pada suhu tinggi membentuk
peroksida, yang selanjutnya berubah menjadi fenol dan aseton.
H OOH
H3C C CH3 H3C C CH3 OH

O
O2 , panas H3O+
H3C C CH3

cumene hidroperoksida fenol aseton


cumene
54
Fusi asam benzenesulfonat dan NaOH
Dalam laboratorium, fenol sederhana dibuat dengan cara ini.
SO3H OH

SO3 1. NaOH, 3000C

H2SO4 2. H3O+

CH3 CH3 CH3


toluena asam p-toluenasulfonat p-metilfenol (72%)

Latihan Soal :

55
Reaksi-reaksi golongan Fenol
1. Substitusi elektrofilik
Pada reaksi substitusi elektrofilik terhadap inti aromatis, gugus –OH
adalah aktivator kuat, juga sebagai gugus pengarah orto-para.
OH OH
Br Br
Br2, H2O

Br
OH OH OH
Br2, CS2 BrH

Br
OH OH
O2N NO2
HNO3, H2SO4

NO2

OH
OH OH
NO2
HNO3 dil.

56
NO2
2. Esterifikasi

Dengan turunan asam karboksilat (anhidrida asam, halida


asam ) fenol akan membentuk ester.
O
O O C O
C HO H3C O
H3C CH2 CH3
HO CH3

57
Reaksi Reimer-Tiemann
• Fenol dengan CHCl3 dalam alkali, diikuti dengan
pengasaman; akan membentuk suatu aldehid yaitu
salisilaldehid.

Reaksi Kolbe
• Na-fenoksida dengan CO2 menghasilkan Na-salisilat;
yang dengan pengasaman berubah menjdi asam
salisilat

58
Oksidasi fenol
• Fenol mudah teroksidasi menjadi benzokuinon. Sebagai
oksidator dipakai Na2Cr2O7; tetapi sekarang lebih disukai
pemakaian garam Fremy [K-nitrosodisulfonat,
(KSO3)2NO]
• Benzokuinon adalah senyawa yang mudah mengalami
reaksi redoks. Bila tereduksi oleh NaBH4 atau SnCl2
akan terbentuk hidrokuinon.

OH O OH

(KSO3)2NO SnCl2 , H2O

H2O grm Fremy

O OH
fenol benzokuinon hidrokuinon

59
KIMIA
ORGANIK II -
ETER

Dosen Pengampu:

a p t . R i z q a F. D e c c a t i , M . F a r m .

Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
2022
1
Outline
 Struktur
 Tata nama
 Sifat fisika
 Pembuatan eter
 Reaksi eter
 Contoh-contoh eter penting (Epoksida, eter mahkota)

2
Struktur
 Struktur ROR’ atau ROAr’ atau ArOAr’
 Gugus fungsi dari eter disebut gugus alkoksi (OR) atau gugus fenoksi (OAr)

Dietil eter
Etoksietana Metil fenil eter Oksidibenzena Tetrahidrofuran 1,4-Dioksan
Anisol (THF)

3
Senyawa penting yang mengandung
gugus eter
O

O H

N
HO

Tetrahidrokanabinol Kodein
(THC)

4
Tata Nama
Menurut IUPAC:
 Gugus OR diberi nama alkoksi
 Gugus alkoksi:

 Contoh:

4-ter-Butoksi-1-sikloheksena
P-Dimetoksibenzena

5
 Eter siklik mempunyai nama tersendiri yang dapat berfungsi sebagai nama induk

Oksasiklopropana Oksasiklobutana Oksasiklopentana 1,4-Disikloheksana


Oksiran Tetrahidrofuran 1,4-DIoksan
Epoksida THF
Etilen oksida

6
Nama Trivial

 Eter sederhana biasanya disebut dengan nama trivial


 Pada nama ini, nama alkil atau aril diikuti dengan kata “eter”

Isopropil metil eter Etil fenil eter Metil fenil eter


Anisol

7
Sifat-sifat Fisik dari Eter
 Eter mengandung atom oksigen dengan hibridisasi sp3
 Eter memiliki sudut ikatan tetrahedral

 Atom oksigen yang elektronegatif menyebabkan eter memiliki moment dipol sehingga titik
didih eter sedikit lebih tinggi dibanding alkana
 Eter tidak mempunyai atom H yang terikat pada oksigen sehingga dalam bentuk murninya,
eter tidak mempunyai ikatan hidrogen  titik didih eter lebih mendekati suatu alkana
daripada alkohol
8
9
 Meskipun demikian, eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa lain yang
mengandung gugus OH (e.g: air, fenol, alkohol) atau senyawa lain yang mengandung gugus
NH (amina)
 Oleh karena eter membentuk ikatan hidrogen dengan air  kelarutan eter dalam air kurang
lebih sama dengan alkohol

 Eter siklik lebih mudah larut dalam air daripada eter rantai terbuka karena gugus CH2 yang
hidrofob dijauhkan dari oksigen sehingga mengurangi terbentuknya gangguan ikatan
hidrogen sterik

10
11
12
 Eter relatif stabil dan tidak reaktif, tetapi beberapa eter dapat bereaksi lambat dengan
oksigen di udara membentuk peroksida, senyawa yang mengandung ikatan OO
 Peroksida yang terbentuk dari eter dengan BM << (seperti diisopropil eter dan
tetrahidrofuran) bersifat sangat eksplosif dan berbahaya
 Eter sangat berguna sebagai pelarut di laboratorium, tetapi harus digunakan dengan hati-hati
dan tidak boleh disimpan dalam jangka waktu yang terlalu lama

13
14
Pembuatan Eter
 Di industri, dietil eter dan eter simetris sederhana lainnya dibuat dari alkohol menggunakan
katalis asam sulfat
 Reaksi ini mengikuti SN2
 Metode ini terbatas pada alkohol primer karena alkohol sekunder dan tersier mengalami
dehidrasi melalui mekanisme E1 menghasilkan alkena.

15
16
Sintesis Eter Williamson
 Ion alkoksida direaksikan dengan alkil halida primer atau tosilat
 Ion alkoksida disiapkan dengan mereaksikan alkohol dengan basa kuat, seperti natrium
hidrida (NaH)
 Reaksi ini mengikuti mekanisme reaksi SN2

17
18
Alkoksimerkurasi-Demerkurasi
Reaksi antara alkena dengan alkohol dengan adanya garam merkuri (merkuri asetat atau
trifluoroasetat) membentuk produk antara/intermediet yang akan bereaksi dengan natrium
borohidrida membentu eter

Pada reaksi ini alkohol berperan sebagai solven dan reaktan

19
Contoh:

20
Reaksi Eter

21
Substitusi
 Eter bersifat tidak reaktif dengan banyak reagen kimia. Oleh karena itulah eter banyak
digunakan sebagai pelarut pereaksi
 Halogen, asam encer, basa, dan nukleofil umumnya tidak bereaksi dengan eter.
 Namun, eter dapat mengalami reaksi substitusi apabila dipanaskan dengan asam kuat
seperti HI atau HBr.
 Reaksi ini disebut juga sebagai asam celah
 Mekanisme reaksi dari asam celah eter sama dengan substitusi dari alkohol dengan HI atau
HBr melalui SN1 atau SN2
 Eter dengan alkil primer atau sekunder bereaksi melalui mekanisme SN2, dimana I_ dan Br_
menyerang eter yang terprotonasi dari sisi yang kurang terhalangi

22
23
24
 Eter dengan gugus alkil tersier, benzilik, atau alilik mengalami reaksi melalui mekanisme SN1
atau E1
 Hal ini dikarenakan substrat dapat membentuk karbokation intermediet yang stabil
 Reaksi ini umumnya berlangsung cepat
 Contoh: ter-butil eter mengalami reaksi E1 dengan asam trifuluoroasetat pada suhu 0oC.
 Reaksi ini umumnya digunakan di lab pada sintesis peptida

25
Epoksida (1,2-Epoksietana)
 Epoksida disebut juga oksirana
 Etilen dioksida merupakan epoksida paling sederhana, produk antara dari pembuatan etilen
glikol
 Eter dengan tiga cincin sehingga lebih reaktif daripada eter siklik atau eter terbuka lainnya
 Sudut ikatannya 60o, sedangkan biasanya ikatan yang lebih stabil adalah 109,5o khas dari
atom hibrida sp3

26
Sintesis Epoksida
 Metode yang paling umum digunakan adalah reaksi dari alkena dengan asam peroksi organik
 Proses ini disebut epoksidasi
 Asam peroksi yang umum digunakan adalah asam meta-Kloroperoksibenzoat (mCPBA)

27
1-Oktena

28
29
 Epoksida dapat juga disintesis dari halohydrin dalam suasana basa
 Ketika halohydrin berada dalam suasana basa, HX tereliminasi dan Epoksida terbentuk
melalui sintesis intramolekuler Williamson

Sikloheksena Trans-2-Klorosikloheksanol 1,2-Epoksisikloheksana

30
Reaksi Epoksida
 Epoksida dapat mengalami reaksi substitusi lebih mudah dalam larutan asam atau basa
 Reaksi terjadi dengan terbukanya cincin dan hasil yang terbentuk akan lebih stabil daripada
Epoksida semula

31
Reaksi Pembukaan Cincin Epoksida
dengan Katalis Asam

32
 Pada reaksi dengan suasana asam encer di suhu ruang terjadi hidrolisis epoksida menghasilkan
1,2-diol yang disebut juga vicinal glycols
 Reaksi ini mengikuti mekanisme SN2, dimana terjadi penyerangan dari belakang oleh nukleofil
pada Epoksida terprotonasi, menghasilkan produk trans

1,2- Epoksisikloheksana Trans-1,2Siklohekanadiol


(86%)

33
Epoksidasi siklopentena dengan asam peroksikarboksilat membentuk 1,2-epoksisiklopentana

Siklopentena 1,2-epoksisiklopentana

Hidrolisis 1,2-siklopentana menghasilkan produk trans-1,2-siklopentanadiol.


Air bertindak sebagai nukleofl menyerang epoksida terprotonasi dari arah sebaliknya dari gugus
Epoksida.
Karbon yang diserang mengalami inversi pada konfigurasinya

Trans-1,2-epoksisiklopentana

34
Cincin Epoksida juga dapat terbuka melalui reaksi dengan HX (X= F, Br, Cl, atau I)
Jika digunakan asam anhidrat maka terbentuk produk trans halohydrin

35
 Regioselektivitas dari pembukaan cincin dengan katalis asam tergantung pada struktur
Epoksida
 Umumnya terbentuk produk campuran
 Ketika atom karbon Epoksida merupakan karbon primer atau sekunder, serangan nukleofil
utamanya terjadi pada sisi yang kurang tersubstitusi dan melalui mekanisme SN2
 Jika atom karbon Epoksida merupakan karbon tersier, maka substitusi utamanya terjadi pada
sisi yang lebih tersubstitusi, melalui mekanisme SN1

36
37
38
 Epoksida bereaksi dengan amina membentuk alkohol

39
Pembukaan cincin Epoksida dalam Katalis
Basa

 Reaksi ini mengikuti mekanisme SN2

40
 Berbagai nukleofil dapat digunakan, seperti amina (RNH2 atau R2NH) dan pereaksi Grignard
(RMgX)

41
Eter Mahkota
 Eter mahkota ditemukan pada awal 1960-an oleh Charles Pedersen
 Tata nama: x-crown-y
 x: total atom pada cincin
 y: jumlah atom oksigen

42
 Eter mahkota dapat mengangkut senyawa-senyawa ionik ke dalam fasa organik
 Oleh karena itu disebut katalis transfer fasa (phase transfer catalysts)
 Hubungan antara eter mahkota dengan ion yang diikat disebut host-guest relationship

 Garam seperti KF, KCN, dan potasium asetat dapat ditransfer ke dalam pelarut aprotik
menggunakan 18-crown-6

43
44

Anda mungkin juga menyukai