ALKIL HALIDA
Dosen Pengampu: apt. Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm., M.Farm.
H Cl F Br
Contoh:
C C F C C H Halida alilik CH2=CHCH2 X)
Cl Cl F Cl
Trikloroetilena Halotan
Pelarut Anestesi inhalasi Halida benzilik(ArCH2X).
Alkil halida: senyawa organik yang mengandung atom halogen yang terikat pada
atom karbon jenuh (atom karbon yang terhibridisasi sp3).
.
Klasifikasi
Tergantung pada jumlah karbon yang terikat
pada atom karbon yang terikat dengan
halogen
Alkil Halida Primer (1o) Alkil Halida Sekunder (2o) Alkil Halida Tersier (3o).
Halogen terikat pada karbon primer Halogen terikat pada karbon tersier Halogen terikat pada karbon
sekunder
Tata Nama
Trivial “nama alkil + halida”
(Halida=fluorida, klorida, bromida, iodida)
IUPAC
Halo alkana
halogen = halo (fluoro, kloro, bromo, iodo)
Tata Nama menurut
IUPAC
ATURAN PENAMAAN
• Perpanjangan langsung dari aturan tata nama alkana.
2. Beri nama rantai induk. Penomoran dimulai dari ujung terdekat dengan substituen pertama.
5-Bromo-2,4-dimetilheptana 2-Bromo-4,5-dimetilheptana
- Bila atom halogen yang sama > 1: awalan di-, tri-, tetra-, dst.
1,2-Dikloro-3-metilbutana
1-Bromo-3-kloro-4-metilheksana
-Bila rantai utama dapat diberi nomor dari kedua ujungnya: penomoran
dimulai dari ujung terdekat dengan substituen dgn urutan abjad dahulu.
2-Bromo-5-metilheksana
(bukan 5-metil-2-bromoheksana)
Contoh:
Cl
CH3CH2CH2CH2-Br
1-Bromobutana 2-Kloropropana
n-Butil bromida Isopropil klorida
3-Bromo-2-metilpentana 4-Bromosikloheksena
Sifat Fisika Polar
- Alkil halida memiliki titik didih (b.p / t.d) dan titik leleh (m.p / t.l) yang lebih tinggi dibanding
alkana dengan jumlah atom karbon yang sama.
Kepolaran:
-Atom halogen bersifat elektronegatif relatif terhadap Karbon oleh karena itu alkil halida bersifat
polar.
ROH
PX3
HX
SOCl2
NaI
RX
aseton
HX X2, Δ or hν
RH
Pembuatan Alkil Halida dari Alkana
Pembuatan Alkil Halida dari Alkena
2-Metilpropena 2-Kloro-2-metilpropana
1-Metilsikloheksena 1-Bromo-1-metilsikloheksana
2-Metilpropena
2-Bromo-2-metilpropana
- pada alkena simetris: dihasilkan satu produk.
1,2-Dikloroetana
Etilena Etilena diklorida
1-Metilsikloheksanol 1-Kloro-1-metilsikloheksana
• Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi menjadi alkil halida dengan tionil klorida
(SOCl2) dan fosfor tribromida (PBr3)
Benzoin
2-Bromobutana
REAKSI ALKIL HALIDA
• Ketika nukleofil/basa Lewis bereaksi dengan alkil halida maka dapat terjadi dua reaksi, yaitu substitusi dan eliminasi.
• Substitusi Nukleofil (Nu:) menyerang karbon pada alkil halida
• Eliminasi Nu: menyerang atom hidrogen tetangga (H-) pada alkil halida
3. Reaksi Subsitusi Nukleofilik
Ciri reaksi:
- serangan nukleofil dari arah ‘belakang’
- reaksi berjalan satu step, tanpa intermediate
-Terjadi inversi konfigurasi (Inversi Walden)
CH3—Br + NaOH CH3—OH + NaBr
Kec.reaksi = k [ CH3-Br ] [ OH- ]
36
Reaktivitas Relatif pada Beberapa Substrat
37
• Basa yang lebih kuat umumnya adalah nukleofil yang lebih baik
• Spesies yang bersifat netral ataupun bermuatan negatif dapat dapat bertindak
38
Contoh Nukleofil
40
• Pelarut protik yang mengandung gugus OH dan NH umumnya buruk untuk reaksi SN2
karena menyebabkan solvasi pada nukleofil
• Hidrogen dari pelarut protik dapat membentuk ikatan dengan nukleofil sehingga
menurunkan energi dan reaktivitasnya (menurunkan nukleofilisitas karena meningkatkan
stabilitas keadaan dasari/ground-state) (E ↓ → dan ∆G ↑) kurang reaktif
43
REAKSI SN1
• Unimolekuler, hanya satu molekul yang terlibat dalam step (tahap) penentu laju.
• Reaksi SN1 mengikuti kinetika reaksi orde pertama, laju reaksi = K [RX]
• Dalam reaksi SN1, ‘Leaving group’ secara spontan terdissosiasi menghasilkan
karbokation (ion karbonium), diikuti serangan yang cepat dari nukleofil (reaksi 2 step)
• Terjadi rasemisasi konfigurasi pada atom karbon
• Reaksi SN1 kebanyakan terjadi pada substrat tersier
• Intermediet(=zat antara = zantara) adalah suatu molekul stabil, dapat diisolasi yang
terbentuk pada proses reaksi.
H Br + NaOH HO H + H OH
(kondisi SN1)
C6H13 C6H13 C6H13
47
(McMurry, 2015)
Anion (nukleofil) yang tersolvasi Solvasi karbokation oleh air
__ aprotik solven
---- protik solven
Pada reaksi SN1, reaksi berjalan baik pada polar protik soven, karena
tingkat energi transition-state lebih diturunkan dibanding energi
ground-state dari nukleofil.
SN2 SN1
Stereokimia 100% inversi Walden Rasemisasi Parsial
51
Alkil halida /
Haloalkana Basa Alkena
Aturan Zaitsev:
• Eliminasi dalam basa memberikan hasil utama alkena yang
paling stabil; yaitu alkena dengan lebih banyak substituen alkil
pada karbon ikatan rangkap dua.
• Contoh:
Br
CH3CH2O-Na+
CH3CH2CHCH3 CH2CH=CHCH3 CH2CH2CH=CH2
CH3CH2OH
2-bromobutana but-2-ena but-1-ena
(81%) (19%)
Br CH3 CH3
CH3CH2O-Na+
CH3CH2CCH3 CH3CH=CCH3 CH3CH2C=CH2
CH3CH2OH
CH3
2-metilbut-2-ena 2-metilbut-1-ena
(70%) (30%)
Reaksi eliminasi bimolecular (E2)
Mekanisme reaksi :
B:
H
B+-H
C C C C
X-
X
Contoh
B:
Mekanisme
H reaksi H B+-H
C C
C C C C X-
X
karbonium
Contoh
• Hilangnya
58
H+ tetangga berlangsung
cepat membentuk produk alkena.
• Pasangan elektron yang awalnya
digunakan dalam ikatan CH
digunakan untuk membentuk ikatan
alkena
• E1 vs E2
59
60
2-Kloro-2-metilpropana 2-Metil-2-propanol 2-Metilpropena
(64%)) (36%)
Daftar pustaka
• Brown, W. H., & Poon, T. (2016). Introduction to organic chemistry. John Wiley &
Sons.
• Clayden, J., Greeves, N., & Warren, S. (2012). Organic Chemistry (2nd ed.). Oxford:
Oxford University Press
• McMurry, J. E. (2010). Fundamentals of organic chemistry. Cengage Learning.
• Smith,J. C. (2006). Organic Chemistry, 1st Ed. McGraw-Hill
62
KIMIA ORGANIK II:
SENYAWA AROMATIK
Dosen Pengampu:
apt. Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm.,
M.Farm.
3
LANJ’T
Sekarang
4
SEJARAH
1825 : Michael Faraday menemukan senyawa hidrokarbon yang memiliki jumlah
atom karbon dan hidrogennya sama hidrogen yang ia namakan “bikarburet
hidrogen (bicarburet of hydrogen)
1834: Benzena disintesis dengan memanaskan asam benzoat dengan kalsium
oksida oleh Eilhard Mitscherlich
1872: menemukan bahwa semua senyawa aromatik mengandung unit 6-karbon yang
dipertahankan pada berbagai transformasi kimia dan degradasi
(Solomon et al 2013)
5
CONTOH SENYAWA AROMATIK DARI BATU BARA
6
NAMA UMUM
7
TATA NAMA
1. Benzena monosubstitusi
8
fenil 2-Fenilheptana Benzil
9
2. Benzena di-substitusi
10
3. Benzena dengan > 2 substituen
11
STRUKTUR DAN KESTABILAN BENZENA
• Meskipin benzena adalah senyawa tak jenuh, ia jauh lebih stabil dibanding alkena biasa
• Tidak mengalami reaksi seperti alkena biasa
12
• Sikloheksena memiliki kalor hidrogenasi 118 KJ/mol
• 1,3sikloheksadiena memiliki kalor hidrogenasi 230KJ/mol (kurang lebih 2x
dari kalor hidrogenasi sikloheksena karena diena terkonjugasi lebih stabil
daripada diena terisolasi)
• Sehingga kita dapat meramalkan bahwa kalor hidrogenasi benzena 356 KJ/mol
(tiga kali 118 KJ/mol).
• Kenyataannya kalor hidrogenasi benzena hanya 206 KJ/mol, atau 150 KJ/mol
lebih rendah dari yang diramalkan
• Berarti pada saat mulai reaksi benzena memiliki energi 150 KJ/mol lebih rendah.
Dengan kata lain, benzena lebih stabil 150 KJ/mol dibanding yang diharapkan.
13
Bukti lain:
• Seluruh ikatan karbonkarbon memiliki panjang yang sama, yaitu 139 pm , di
tengah-tengah antara ikatan tunggal (54pm) dan ikatan rangkap (134 pm)
• Peta potensial elektrostatik menunjukkan bahwa keenam atom karbon memiliki
kerapatan elektron yang sama
• Jadi, benzena adalah molekul datar (planar) berbentuk heksagon
• Semua sudut CCC besarnya 120o
• Semua atom karbon berhibrdisasi sp2, semua atom karbon memiliki orbital p
tegaklurus bidang cincin
14
• Karena keenam atom karbon dan semua orbital p pada benzena ekuivalen,
maka tidak mungkin terdapat tiga ikatan dengan orbital p yang hanya tumpang
tindih dengan salah satu orbita p tetangganya.
• Tetapi masing-masing orbital tumpang tinding dengah dua orbital p tetangganya
sehingga keenam elektron terdelokalisasi sempurna ke seluruh cincin.
• Karena reseonansi inilah benzena lebih stabil dan kurang reaktif jika
dibandingkan dengan alkena biasa
• Tidak ada salah satu struktur yang mewakili struktur sebenarnya karena struktur
sebenarnya ada di antara kedua bentuk resonansi, namun sulit digambarkan
15
KEAROMATIKAN DAN ATURAN HÜCKEL 4N + 2
• Menurut aturan ini, suatu molekul disebut aromatik bila:
• Molekul harus siklik
• Terkonjugasi (berbentuk planar/datar), terdapat orbital p
• Mengandung 4n+2 elektron , dengan n bilangan bulat (n= 0, 1, 2, 3, .....).
Dengan kata lain hanya molekul dengan 2, 6, 10, 14, 18, .... elektron bersifat
aromatik. Molekul dengan 4, 8, 12, 16, ... Tidak dapat bersifat aromatik
meskipun molekul itu bisa siklik, planar, dan tampak berkonjugasi.
16
CONTOH:
Siklobutadiena memiliki 4 elektron dan bersifat antiaromatik. Elektron-elektron
terlokalisasi pada masing-masing ikatan rangkap, bukan terdelokalisasi pada
cincin sebagaimana pada peta potensial elektrostatifk.
Pada suhu 78oC, siklobutadiena sangat reaktif dan mengalami dimerisasi melalui
reaksi Diels-Alder. Salah satu molekul bertindak sebagai diena dan yang lain
sebagai dienofil
17
18
• Siklooktatraena memiliki 8 eletron dan tidak aromatik.
• Elektron terlokalisasi pada empat ikatan rangkap dan tidak terdelokalisasi pada
cincin
• Molekul ini tidak planar tetapi berbentuk seperti bak mandi
19
ION AROMATIK
Aturan 4n+2 juga berlaku untuk ion
20
Ada 3 cara melepas hidrogen
• Hidrogen lepas dari ikatan C-H bersama kedua eletron ikatan (H:-), meninggalkan
siklopentadienil kation
• Hidrogen dilepas bersama satu elektron (H.) meninggalkan siklopentadienil
radikal
• Hidrogen dilepas tanpa membawa elektron (H+), meninggalkan siklopentadienil
anion
21
22
TUGAS
23
SENYAWA AROMATIK POLISIKLIK
Aturan Hückel hanya dapat diterapkan pada senyawa monosiklik, tetapi konsep
kearomatikan dapat diperluas pada senyawa aromatik polisiklik.
24
25
ALKOHOL & FENOL
Definisi
➢ Alkohol : senyawa mengandung gugus hidroksil ( -OH )
yang terikat pada atom C-jenuh (C-sp3)
➢ Fenol : senyawa mengandung gugus hidroksil ( -OH )
yang terikat pada cincin aromatis
➢ Enol : senyawa mengandung gugus hidroksil ( -OH )
yang terikat pada karbon vinilik
OH OH
OH
C C C
2
Tata nama
• Nama IUPAC: penamaan alkohol diambil dari nama alkana yang
sesuai dengan akhiran –a diganti -ol
2. Beri nomor rantai alkana mulai dari ujung terdekat dengan –OH. Posisi
gugus –OH dinyatakan dengan angka sesuai letaknya
3
2-Butanol 4-Metil-2-pentanol 2-Metil-3-pentanol
atau atau atau
Butan-2-ol 4-Metilpentan-2-ol 2-Metilpentan-3-ol
cis-1,4-Sikloheksanadiol 3-Fenil-2-butanol
atau atau
cis-Sikloheksan-1,4-diol 3-Fenilbutan-2-ol
4
Nama Trivial ( nama umum )
Beberapa senyawa alkohol sederhana atau alkohol yang
sering ditemui mempunyai nama umum yang diterima
oleh IUPAC.
CH2OH H3C
H2C CHCH2OH H3C C OH
H3C
Benzil alkohol Alil alkohol
(Fenilmetanol) (2-Propen-1-ol) tert-Butil alkohol
(2-Metil-2-propanol)
HOCHhCH2OH HOCHhCHCH2OH
OH
Etilen glikol Gliserol
(1,2-Etanadiol) (1,2,3-Propanatriol)
5
Penamaan Fenol
CH3
Fenol m-Metilfenol Metil salisilat
(asam karbolat) (m-Kresol)
OH OH
O2N NO2 OH
OH NO2
2-Naftol
Hidrokuinon 2,4,6-trinitrofenol
(asam pikrat) 6
Sifat fisis golongan Alkohol dan Fenol
1. Bersifat polar
2. Dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul
Definisi Ikatan hidrogen :
gaya tarik menarik lemah antara atom H dari gugus OH
(parsial positif) dengan pasangan elektron bebas atom
O (parsial negatif) antar molekul
7
Akibat adanya ikatan-H antar molekul :
1-propanol 60 97
butana 58 -0,5
kloroetana 65 12,5
OH CH3
CH2CH3
9
Kebasaan dan Keasaman
dari Alkohol dan Fenol
11
Konstanta asam beberapa senyawa alkohol dan fenol
12
Keasaman golongan alkohol dipengaruhi :
13
Keasaman golongan alkohol dipengaruhi :
2. Efek induksi
Adanya penarik elektron (misalnya substituen
halogen) akan menstabilkan ion alkoksida
dengan cara menyebarkan muatan, berarti
alkohol makin bersifat asam.
14
• Karena alkohol merupakan asam lemah sehingga
tidak bereaksi dengan basa lemah seperti amina atau
ion bikarbonat
• Alkohol dapat bereaksi dengan:
❑ NaOH (natrium hidroksida),
❑ NaH (natrium hidrida),
❑ NaNH2 (natrium amida)
❑ Pereaksi Grignard (RMgX)
15
16
Fenol bersifat lebih asam kira-kira 103 kali dibandingkan
alkohol. Hal ini disebabkan ion fenoksida terstabilkan oleh
resonansi sedangkan ion alkoksida tak dapat beresonansi.
O O O
O O
Fenol Na fenoksida
17
Pengaruh efek induksi
Gugus penarik elektron akan menstabilkan ion fenoksida,
yang mengakibatkan keasaman fenol meningkat.
Sebaliknya gugus pendorong elektron akan menurunkan
keasaman golongan fenol.
Misalnya 2,4,6-trinitrofenol (= asam pikrat) mempunyai
keasaman lebih tinggi dibandingkan golongan asam
karboksilat.
O O
GTE GDE
19
Preparasi Alkohol
20
Cara Pembuatan Alkohol
1. Khusus etanol untuk minuman beralkohol
Dibuat secara fermentasi dari senyawa golongan
karbohidrat (gula atau pati) dengan enzim tertentu
enzim
C6H12O6 C2H5OH
glukosa etanol
22
4. Hidroksilasi alkena
Alkena diubah menjadi senyawa 1,2-diol dengan dua metode :
– dengan OsO4 dilanjutkan reduksi oleh NaHSO3 (adisi-syn)
– diubah menjadi epoksida, kemudian dihidrolisis asam (adisi-anti)
23
5. Reduksi gugus karbonil
• Alkohol primer adalah hasil reduksi aldehida, asam
karboksilat, ester.
• Alkohol sekunder dari reduksi keton.
• Alkohol tersier tidak dapat dibuat secara reduksi.
24
• Jenis reduktor :
– NaBH4 untuk mereduksi gugus karbonil (aldehid atau keton)
menjadi alkohol.
Berupa kristal putih, stabil di atmosfer; biasanya dipakai dalam
air atau etanol.
25
26
27
• Reduksi karbonil menjadi alkohol melibatkan adisi
nukleofilik ion hidrida (H:-) pada karbon dari gugus
karbonil.
• Tahap awal terjadi pembentukan ion alkoksida yang
selanjutnya terprotonasi oleh adisi H3O+
28
Pembuatan Alkohol dari Senyawa Karbonil Menggunakan
Pereaksi Grignard
29
• formaldehid akan diubah menjadi 1o ROH
• aldehid lain akan diubah menjadi 2o ROH
• keton akan diubah menjadi 3o ROH
• ester akan diubah menjadi 3o ROH
30
Contoh :
31
• Ester bereaksi dengan pereaksi Grignard menghasilkan
alkohol tersier
32
Tinjau-ulang reaksi kimia dan
cara pembuatan alkohol
O
R R O
C C C
R OH R R C
O R R'
Asam Alkena
C karboksilat Keton O
R OR'
C
Ester R H
Aldehid
RX
Alkil halida ROR'
ROH Eter
Senyawa Alkohol
33
Reaksi-reaksi golongan Alkohol
1. Dehidrasi alkohol menjadi alkena
• Apabila dipanaskan dengan asam kuat, suatu alkohol dengan
hidrogen dapat mengalami dehidrasi (kehilangan air) menghasilkan
suatu alkena.
• :
34
Alkohol tersier dalam larutan asam akan mengalami dehidrasi,
alkena yang terbentuk mengikuti aturan Zaitsev.
OH OH OH
R C R > R C H > R C H
R R H
kereaktifan 35
• Dehidrasi yang dikatalis oleh asam umumnya mengikuti
aturan Zaitsev dan hasil yang diperoleh adalah alkena yang
lebih stabil.
• Dehidrasi 2-metil-2-butanol menghasilkan 2-metil-2-butena
sebagai produk mayor dibanding 2-metil-1-butena
36
• Alkohol sekunder dan tersier dapat mengalami dehidrasi
melalui reaksi E1 dan melibatkan terbentuknya intermediet
karbokation
37
• Alkohol sekunder an tersier dapat mengalami dehidrasi
menggunakan fosfor oksiklorida (POCl3) dalam suasana
basa, mengikuti reaksi E2
• Basa yang digunakan adalah piridin, yang juga dapat
berfungsi sebagai solven
• Reaksi ini berlangsung pada suhu 0 oC
38
2. Konversi alkohol menjadi alkil halida
• Alkohol tersier dengan penambahan HBr atau HCl pada suhu 00C
segera berubah menjadi alkil halida; melalui mekanisme SN-1.
39
• Alkohol primer dan sekunder lebih tahan terhadap asam, tetapi
dapat diubah menjadi alkil halida dengan mereaksikannya dengan
SOCl2 atau PBr3.
• Reaksi akan berlangsung menurut SN-2 dimana pada C-kiral akan
terjadi inversi Walden
40
3. Konversi alkohol menjadi tosilat
41
42
4. Oksidasi alkohol
1o ROH teroksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat.
2o ROH teroksidasi menjadi keton.
3o ROH tidak dapat teroksidasi.
43
Jenis-jenis oksidator :
❖ Larutan KMnO4 / NaOH
❖ HNO3 pekat, panas
❖ Asam kromat (H2CrO4) : dibuat langsung dari CrO3 dalam larutan H2SO4
(= pereaksi Jones) atau Na2Cr2O7/H2SO4
❖ Kompleks CrO3-piridin atau PCC ( pyridinium chlorochromate ). Pereaksi
ini tidak larut air, tetapi larut dalam CH2Cl2 sehingga mencegah oksidasi
aldehid menjadi asam karboksilat
CrO3 2 : N CrO3Cl-
N
H piridinium klorokromat
kompleks CrO3-piridin ( PCC )
44
alkohol primer :
• Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi aldehida atau
asam karboksilat, tergantung dari reagen yang dipilih dan
kondisi reaksi
O
CH3(CH2)5CH2OH CrO3 2 N atau PCC CH3(CH2)5CH
heptanol heptanal (72-84%)
45
• Oksidasi alkohol primer menggunakan pereaksi Dess-
Martin Periodinan dalam pelarut diklorometana (CH2Cl2)
akan menghasilkan aldehida
46
• Oksidasi alkohol primer menggunakan kromium trioksida
(CrO3) dalam suasana asam encer, akan menghasilkan
asam karboksilat
47
alkohol sekunder :
• Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton
OH O
H2CrO4
CH3(CH2)5CHCH3 CH3(CH2)5CCH3
H+
2-oktanol 2-oktanon (96%)
CH3 CH3
H2CrO4
H+
OH O
CH(CH3)2 CH(CH3)2
menthol menthone (84%)
(dlm Ol.mentha pip.)
48
alkohol tersier :
Tidak dapat teroksidasi dalam larutan
alkalis; tetapi dalam larutan asam akan
terdehidrasi menjadi alkena.
49
6. Esterifikasi alkohol
Alkohol dengan asam karboksilat maupun turunan asam karboksilat
akan membentuk ester. Pembentukan ester disebut reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi antara alkohol dan asam karboksilat bersifat
reversible.
O H+ , panas O
CH3CH2OH H2O
C C CH2CH3
H3C OH H3C O
etanol
asam asetat etil asetat
50
• Sintesis ester dari asam karboksilat dapat dilakukan
dengan satu tahap dengan mereaksikan langsung dengan
alkohol dan asam kuat sebagai katalis.
• Atau dapat juga dengan mengubah asam karboksilat
menjadi klorida asam dengan mereaksikan dengan SOCl2,
lalu direaksikan dengan alkohol
51
6. Reaksi Iodoform
Alkohol yang mengandung gugus metil karbinol
[ –CH(OH)(CH3) ] dengan pereaksi NaOH + I2 akan
membentuk CHI3 yang berupa kristal kuning mengkilat.
CH3
[O] CH3
C OH C
O
H
metil karbinol metil karbonil
Contoh :
I2 / NaOH
CH3CH2OH CHI3 HCOONa
I2 / NaOH
(CH3)2CHOH CHI3 CH3COONa
I2 / NaOH
CH3CH2CH2OH CH3CI2CH2OH
52
Fenol
Pembuatan dan manfaat Fenol
Beberapa senyawa fenol yang bermanfaat :
OCH2COOH OH OH
OH
Cl Cl CH2 Cl
Cl Cl
Cl Cl ClCl
Cl Cl Cl Cl
pentaklorofenol as. 2,4-diklorofenoksiasetat Hexachlorophene
(pengawet kayu) (= 2,4 D ; herbisida ) (antiseptik)
OH OH
OH
C(CH3)3
(H3C)3C C(CH3)3
C(CH3)3
OCH3 OCH3
CH3
BHT
BHA
pengawet makanan 53
Cara Pembuatan :
1. Proses Dow
Cara lama pembuatan fenol skala industri : peleburan klorobenzena dan
NaOH pada suhu dan tekanan tinggi.
Cl OH
2. H3O+
NaCl
klorobenzena fenol
2. Oksidasi cumene
Isopropilbenzena ( = cumene ) dengan O2 pada suhu tinggi membentuk
peroksida, yang selanjutnya berubah menjadi fenol dan aseton.
H OOH
H3C C CH3 H3C C CH3 OH
O
O2 , panas H3O+
H3C C CH3
H2SO4 2. H3O+
Latihan Soal :
55
Reaksi-reaksi golongan Fenol
1. Substitusi elektrofilik
Pada reaksi substitusi elektrofilik terhadap inti aromatis, gugus –OH
adalah aktivator kuat, juga sebagai gugus pengarah orto-para.
OH OH
Br Br
Br2, H2O
Br
OH OH OH
Br2, CS2 BrH
Br
OH OH
O2N NO2
HNO3, H2SO4
NO2
OH
OH OH
NO2
HNO3 dil.
56
NO2
2. Esterifikasi
57
Reaksi Reimer-Tiemann
• Fenol dengan CHCl3 dalam alkali, diikuti dengan
pengasaman; akan membentuk suatu aldehid yaitu
salisilaldehid.
Reaksi Kolbe
• Na-fenoksida dengan CO2 menghasilkan Na-salisilat;
yang dengan pengasaman berubah menjdi asam
salisilat
58
Oksidasi fenol
• Fenol mudah teroksidasi menjadi benzokuinon. Sebagai
oksidator dipakai Na2Cr2O7; tetapi sekarang lebih disukai
pemakaian garam Fremy [K-nitrosodisulfonat,
(KSO3)2NO]
• Benzokuinon adalah senyawa yang mudah mengalami
reaksi redoks. Bila tereduksi oleh NaBH4 atau SnCl2
akan terbentuk hidrokuinon.
OH O OH
O OH
fenol benzokuinon hidrokuinon
59
KIMIA
ORGANIK II -
ETER
Dosen Pengampu:
a p t . R i z q a F. D e c c a t i , M . F a r m .
2
Struktur
Struktur ROR’ atau ROAr’ atau ArOAr’
Gugus fungsi dari eter disebut gugus alkoksi (OR) atau gugus fenoksi (OAr)
Dietil eter
Etoksietana Metil fenil eter Oksidibenzena Tetrahidrofuran 1,4-Dioksan
Anisol (THF)
3
Senyawa penting yang mengandung
gugus eter
O
O H
N
HO
Tetrahidrokanabinol Kodein
(THC)
4
Tata Nama
Menurut IUPAC:
Gugus OR diberi nama alkoksi
Gugus alkoksi:
Contoh:
4-ter-Butoksi-1-sikloheksena
P-Dimetoksibenzena
5
Eter siklik mempunyai nama tersendiri yang dapat berfungsi sebagai nama induk
6
Nama Trivial
7
Sifat-sifat Fisik dari Eter
Eter mengandung atom oksigen dengan hibridisasi sp3
Eter memiliki sudut ikatan tetrahedral
Atom oksigen yang elektronegatif menyebabkan eter memiliki moment dipol sehingga titik
didih eter sedikit lebih tinggi dibanding alkana
Eter tidak mempunyai atom H yang terikat pada oksigen sehingga dalam bentuk murninya,
eter tidak mempunyai ikatan hidrogen titik didih eter lebih mendekati suatu alkana
daripada alkohol
8
9
Meskipun demikian, eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa lain yang
mengandung gugus OH (e.g: air, fenol, alkohol) atau senyawa lain yang mengandung gugus
NH (amina)
Oleh karena eter membentuk ikatan hidrogen dengan air kelarutan eter dalam air kurang
lebih sama dengan alkohol
Eter siklik lebih mudah larut dalam air daripada eter rantai terbuka karena gugus CH2 yang
hidrofob dijauhkan dari oksigen sehingga mengurangi terbentuknya gangguan ikatan
hidrogen sterik
10
11
12
Eter relatif stabil dan tidak reaktif, tetapi beberapa eter dapat bereaksi lambat dengan
oksigen di udara membentuk peroksida, senyawa yang mengandung ikatan OO
Peroksida yang terbentuk dari eter dengan BM << (seperti diisopropil eter dan
tetrahidrofuran) bersifat sangat eksplosif dan berbahaya
Eter sangat berguna sebagai pelarut di laboratorium, tetapi harus digunakan dengan hati-hati
dan tidak boleh disimpan dalam jangka waktu yang terlalu lama
13
14
Pembuatan Eter
Di industri, dietil eter dan eter simetris sederhana lainnya dibuat dari alkohol menggunakan
katalis asam sulfat
Reaksi ini mengikuti SN2
Metode ini terbatas pada alkohol primer karena alkohol sekunder dan tersier mengalami
dehidrasi melalui mekanisme E1 menghasilkan alkena.
15
16
Sintesis Eter Williamson
Ion alkoksida direaksikan dengan alkil halida primer atau tosilat
Ion alkoksida disiapkan dengan mereaksikan alkohol dengan basa kuat, seperti natrium
hidrida (NaH)
Reaksi ini mengikuti mekanisme reaksi SN2
17
18
Alkoksimerkurasi-Demerkurasi
Reaksi antara alkena dengan alkohol dengan adanya garam merkuri (merkuri asetat atau
trifluoroasetat) membentuk produk antara/intermediet yang akan bereaksi dengan natrium
borohidrida membentu eter
19
Contoh:
20
Reaksi Eter
21
Substitusi
Eter bersifat tidak reaktif dengan banyak reagen kimia. Oleh karena itulah eter banyak
digunakan sebagai pelarut pereaksi
Halogen, asam encer, basa, dan nukleofil umumnya tidak bereaksi dengan eter.
Namun, eter dapat mengalami reaksi substitusi apabila dipanaskan dengan asam kuat
seperti HI atau HBr.
Reaksi ini disebut juga sebagai asam celah
Mekanisme reaksi dari asam celah eter sama dengan substitusi dari alkohol dengan HI atau
HBr melalui SN1 atau SN2
Eter dengan alkil primer atau sekunder bereaksi melalui mekanisme SN2, dimana I_ dan Br_
menyerang eter yang terprotonasi dari sisi yang kurang terhalangi
22
23
24
Eter dengan gugus alkil tersier, benzilik, atau alilik mengalami reaksi melalui mekanisme SN1
atau E1
Hal ini dikarenakan substrat dapat membentuk karbokation intermediet yang stabil
Reaksi ini umumnya berlangsung cepat
Contoh: ter-butil eter mengalami reaksi E1 dengan asam trifuluoroasetat pada suhu 0oC.
Reaksi ini umumnya digunakan di lab pada sintesis peptida
25
Epoksida (1,2-Epoksietana)
Epoksida disebut juga oksirana
Etilen dioksida merupakan epoksida paling sederhana, produk antara dari pembuatan etilen
glikol
Eter dengan tiga cincin sehingga lebih reaktif daripada eter siklik atau eter terbuka lainnya
Sudut ikatannya 60o, sedangkan biasanya ikatan yang lebih stabil adalah 109,5o khas dari
atom hibrida sp3
26
Sintesis Epoksida
Metode yang paling umum digunakan adalah reaksi dari alkena dengan asam peroksi organik
Proses ini disebut epoksidasi
Asam peroksi yang umum digunakan adalah asam meta-Kloroperoksibenzoat (mCPBA)
27
1-Oktena
28
29
Epoksida dapat juga disintesis dari halohydrin dalam suasana basa
Ketika halohydrin berada dalam suasana basa, HX tereliminasi dan Epoksida terbentuk
melalui sintesis intramolekuler Williamson
30
Reaksi Epoksida
Epoksida dapat mengalami reaksi substitusi lebih mudah dalam larutan asam atau basa
Reaksi terjadi dengan terbukanya cincin dan hasil yang terbentuk akan lebih stabil daripada
Epoksida semula
31
Reaksi Pembukaan Cincin Epoksida
dengan Katalis Asam
32
Pada reaksi dengan suasana asam encer di suhu ruang terjadi hidrolisis epoksida menghasilkan
1,2-diol yang disebut juga vicinal glycols
Reaksi ini mengikuti mekanisme SN2, dimana terjadi penyerangan dari belakang oleh nukleofil
pada Epoksida terprotonasi, menghasilkan produk trans
33
Epoksidasi siklopentena dengan asam peroksikarboksilat membentuk 1,2-epoksisiklopentana
Siklopentena 1,2-epoksisiklopentana
Trans-1,2-epoksisiklopentana
34
Cincin Epoksida juga dapat terbuka melalui reaksi dengan HX (X= F, Br, Cl, atau I)
Jika digunakan asam anhidrat maka terbentuk produk trans halohydrin
35
Regioselektivitas dari pembukaan cincin dengan katalis asam tergantung pada struktur
Epoksida
Umumnya terbentuk produk campuran
Ketika atom karbon Epoksida merupakan karbon primer atau sekunder, serangan nukleofil
utamanya terjadi pada sisi yang kurang tersubstitusi dan melalui mekanisme SN2
Jika atom karbon Epoksida merupakan karbon tersier, maka substitusi utamanya terjadi pada
sisi yang lebih tersubstitusi, melalui mekanisme SN1
36
37
38
Epoksida bereaksi dengan amina membentuk alkohol
39
Pembukaan cincin Epoksida dalam Katalis
Basa
40
Berbagai nukleofil dapat digunakan, seperti amina (RNH2 atau R2NH) dan pereaksi Grignard
(RMgX)
41
Eter Mahkota
Eter mahkota ditemukan pada awal 1960-an oleh Charles Pedersen
Tata nama: x-crown-y
x: total atom pada cincin
y: jumlah atom oksigen
42
Eter mahkota dapat mengangkut senyawa-senyawa ionik ke dalam fasa organik
Oleh karena itu disebut katalis transfer fasa (phase transfer catalysts)
Hubungan antara eter mahkota dengan ion yang diikat disebut host-guest relationship
Garam seperti KF, KCN, dan potasium asetat dapat ditransfer ke dalam pelarut aprotik
menggunakan 18-crown-6
43
44