Anda di halaman 1dari 40

Kimia Organik

Bab 4 Add your idea here

ALKIL HALIDA; Add your idea here

REAKSI
Add your idea here
SUBSTITUSI DAN
Add your idea here

ELIMINASI
KELOMPOK 4
Kimia Organik

Anggota Add your idea here

Vinka Maharani
(4311422062)
Add your idea here

Zhola Varyan Muhammad


Add your idea here (4311422066)
Add your idea here

Ibnu Rifqi Al Rasyidi


KELOMPOK 4
Senyawa 3. Halida vinilik
SUB – BAB
Karbokation (halogen pada ikatan rangkap)

1. Alkil5.1
halida (RX)

2. Aril halida (ArX)


(halogen pada cincin aromatik)
Sifat Fisis Alkana
SUB – BAB 5.2Terhalogensasikan Kenaikan bobot molekul dan
bertambahnya polarizabilitas karena
atom halogen disubstitusikan ke dalam
molekul hidrokarbon, menyebabkan
Juga karena massa sebuah atom halogen, kenaikan titik didih suatu deret
rapatan alkil halida cair seringkali lebih tinggi senyawa
daripada rapatan senyawa organik yang
sepadan.

Rapatan pada
Nama IUPAC Nama trivial Rumus Td, °C
20°C g/mL
klorometana metil klorida CH₃Cl ₋ 24 Gas
Tabel 5.1
diklorometana metilena klorida CH₂Cl₂ 40 1,34
Sifat fisika beberapa
triklorometana kloroform CHCl₃ 61 1,49
alkana

terhalogenasikan tetraklorometana karbon tetraklorida CCl₄ 77 1,60

bomometana metil bromida CH₃Br 5 Gas

iodometana metil iodida CH₃I 43 2,28


Tata Nama dan
SUB – BAB 5.3 Klasifikasi Alkil Halida

IUPAC → awalan halo-

Lazimnya, nama gugus-fungsional


trivial

Nama gugus alkil, diikuti nama halida


Tipe Alkil Alhida
CH₃F CH₃Br
fluorometana bromometana
Metil hidrogen metana CH₃Cl CH₃I
klorometana iodometana
Halida digantikan halogen

CH₃ ─ CH₂Br (CH₃)₃C ─ CH₂Cl


Alkil satu gugus alkil bromoetana 1-kloro-2,2-dimetilpropana
Halida terikat pada karbon (etil bromida) (neopentil klorida)
Primer ujung

(1°)(RCH₂X)
H₂C ─ CH₂
Tipe Alkil Alhida H₂C CH ─ Cl
CH₂
CH₃ klorosiklopentana
Alkil dua gugus alkil (siklopentil klorida)
CH₃CH₂CH ─ Br
Halida terikat pada karbon
ujung 2-bromobutana atau ─ Cl
Sekunder (sec-butil bromida)

(2°)(RCH₂X)
CH₃
Alkil tiga gugus alkil CH₃ ─ C ─ Br
Halida terikat pada karbon CH₃
Tersier ujung 2-kloro-2-metilpropana Br
(t-butil bromida) C
CH₃
1-bromo 1-metilsiklopentana
(3°)(RCH₂X)
Reaksi Substitusi
SUB – BAB dan Eliminasi

Dalam reaksi substitusi, halida disebut gugus pergi


A. 5.4
Reaksi Substitusi
(leaving grup), gugus yang dapat digeser dengan suatu
atom karbon.
RF RCl RBr RI

naiknya reaktivitas
Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu

reaksi substitusi disebut nukleofil (Nu-) → basa Lewis

Lawan nukleofil adalah elektrofil, spesi yang tertarik ke suatu pusat negatif (E+) →
asam Lewis
B. Reaksi Eliminasi

Bila suatu alkil halida diolah dengan basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi
eliminasi.

Unsur H dan X
keluar dari dalam
alkil halida; oleh
karena itu reaksi ini
juga disebut reaksi
dehidrohalogenasi.
C. Reaksi-reaksi Bersaingan

Sebuah ion hidroksida atau aloksida (RO-) dapat bereaksi sebagai suatu nukleofil dalam suatu
reaksi eliminasi.

₋ Metil halida & alkil halida primer → produk substitusi


₋ Alkil halida tersier → produk eliminasi (kondisi setara)
₋ Alkil halida sekunder → produk substitusi & eliminasi (kondisi eksperimen)

Karena dapat terjadi lebih dari satu reaksi antara sebuah alkil halida dan sebuah nukleofil atau
basa, maka reaksi substitusi dan eliminasi dikatakan sebagai reaksi bersaingan.
1
D. Nukleofilisitas lawan Kebasaan 2

― Nukleofilisitas ―
― Kebasaan ― Kemampuan pereaksi untuk menyebabkan
Kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah (terjadinya) suatu reaksi substitusi
proton dalam suatu reaksi asam-basa.

Suatu daftar nukleofilisitas relatif tidak pararel


secara sepihak dengan daftar basa kuat; namun
suatu basa lebih kuat biasanya juga nukleofil yang
lebih baik.
1 Reaksi SN 2
SUB – BAB 5.5 2

B. Stereokimia Reaksi SN2


Reaksi SN2 adalah reaksi substitusi nukleofilik. Pada reaksi
substitusi Sub.bab 5.4 antara ion hidroksida dengan
bromoetana yang menghasilkan etanol dan ion bromida
merupakan suatu reaksi SN2

Dua peristiwa terjadi sekaligus, yaitu (1) suatu ikatan baru


A. MEKANISME REAKSI mulai terbentuk, dan (2) ikatan C-X mulai patah. Proses ini
disebut proses setahap atau proses serempak (concerted). Jika

Pemerian terperinci mengenai bagaimana energi potensial kedua spesi yang bertabrakan cukup tinggi,

reaksi itu berlangsung disebut mekanisme tercapai suatu titik dimana, dilihat dari segi energi,

reaksi. Agar dapat bereaksi suatu pembentukan ikatan baru dan pematahan ikatan C-X lama

molekul-molekul pertama-tama harus dimudahkan

saling bertabrakan. Selain itu, molekul-


molekul yang bertabrakan itu harus
mengandung energi potensial yang besar
agar terjadi pematahan ikatan
C. Energi dalam suatu reaksi SN2 2
1

Telah disebut bahwa molekul yang bertabrakan membutuhkan D. Laju REAKSI SN2
energi untuk bisa bereaksi.

Laju reaksi merupakan seberapa cepat suatu reaksi dapat


berlangsung, yakni berapa cepat pereaksi itu habis dan produk
dapat terbentuk. Variabel yang mempengaruhi cepat lambatnya
laju reaksi substitusi nukleofil, yaitu konsentrasi pereaksi
dan struktur pereaksi.

Pada reaksi SN2 seperti yang sudah diketahui, yaitu


berlangsung secara serempak sehingga dalam reaksi SN2 ini
konsentrasi nukleofil dengan alkil halida berpengaruh pada
laju reaksinya.
Pada diagram diatas merupakan energi suatu reaksi SN 2. Energi Laju SN2 = k [RX][Nu
potensial yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan transisi
membentuk suatu barrier energi, barrier energi merupakan titik
energi maksimum. Agar alkilk halid dan nukleofil yang
bertabrakan dapat mencapai keadaaan transisi diperlukan
sejumlah energi yang disebut energi pengaktifan Eakt
(activation energy). Pada keadaan molekul transisi molekul-
molekul mempunyai pilihan yang sama, yaitu kembali menjadi
pereaksi atau terus menjadi produk. Selisih antara energi
potensial rata-rata pereaksi dan produk, ialah perubahan
entalpi H
E. Efek Eakt Pada Laju dan produk

Sebuah reaksi dengan energi aktivasi yang rendah akan berjalan


lebih cepat dibandingkan dengan yang memiliki energi aktivasi
yang lebih tinggi

Sebuah reaksi dengan energi aktivasi yang tinggi akan berjalan


lebih lambat
F. Pengaruh Struktur Pada Laju

Pada tabel sudah terlihat jelas bahwa struktur


dari pada alkil halida sangat berpengaruh
dengan laju reaksi substitusinya

Berdasarkan tabel bahwa Me > 1˚> 2˚>3˚

Lalu apa yang menjadi alasan dari pada urutan


laju relatif substitusinya ? Akan terjawab pada
pembahasan poin G, yaitu rintangan sterik dalam
reaksi SN2
G. rintangan sterik dalam reaksi SN2

Yang menyebabkan struktur metil halida memiliki


3˚RX 2˚RX 1˚RX CH3X laju paling cepat ialaah rintangan steriknya.
Rintangan sterik merupakan jejalan ruang dalam
struktur-struktur
Naiknya laju reaksi SN2
SUB – BAB 5.6
Reaksi SN 1
Rintangan sterik → t-butil bromida dan
alkil halida tidak bereaksi secara SN 2

Reaksi solvolisis (solvent dan –lysis,


penguraian oleh pelarut)

Alkil halida mengalami substitusi → SN 1


(substitusi, nukleofilik, unimolekular)
A. Mekanisme SN 1

Reaksi SN 1 suatu alkil halida tersier adalah reaksi bertahap


(stepwise reaction) → antaraksi antara molekul pelarut,
molekul RX, dan ion-ion yag terbentuk

― Tahap 1 ―
pematahan alkil halida menjadi sepasang ion
― Tahap 2 ―
penggabungan karbokation dengan nukleofil (H2O)

― Tahap 3 ―
lepasnya H+ dari dalam alkohol berproton dalam suatu reaksi asam - basa
Tahap 1 (ionisasi) secara khas mempunyai
Eakt tinggi, yang mana harus tersedia cukup
energi agar alkil halida tersier mematahkan
ikatan sigma C ̶ X dan menghasilkan

karbokation serta ion halida

Tahap 2 berupa reaksi antara karbokation


dengan nukleofil. Keduanya bereaksi
dengan Eakt rendah, jadi suatu reaksi yang
cepat
B. Stereokimia suatu reaksi SN 1

Karbokation (ion karbonium) adalah sebuah atom karbon yang hanya mengikat tiga gugus.

― Tahap 1 ―
pengionan menjadi suatu karbokation dan suatu ion halida
― Tahap 2 ―
H2O menyerang karbokation untuk membentuk dua alkohol berprpoton.
C. Laju suatu reaksi SN 1

Laju reaksi khas SN 1 bergantung pada konsentrasi alkil halida,


bukan konsentrasi nukleofil
laju SN 1 = k [RX]
Reaksi SN 1 bersifat order pertama dalam laju, karena berbanding lurus dengan hanya
konsentrasi satu pereaksi (RX). Reaksi ini adalah reaksi unimolekular karena hanya satu partikel
(RX) yang terlibat dalam keadaan transisi tahap penentu-laju.
D. Reaktivitas relatif dalam reaksi SN 1

Laju reaksi SN 1 dari berbagai alkil halida bergantung pada energi pengaktifan relatif yang
mengakibatkan terbentuknya karbokation yang berlainan
1
E. Stabilitas karbokation 2

― Tipe Karbokation ―
 Kation metil : ionisasi metil halida
Rapatan elektron dari ikatan-ikatan sigma
 Kation primer : alkil halida primer
digeser ke arah karbon positif (anak panah
 Kation sekunder: alkil halida sekunder
digunakan sebagai pengganti ikatan garis).
 Kation tersier: alkil halida tersier

+
CH3 CH3C+H2 (CH3)2C+H (CH3)3C+
metil primer sekunder tersier

Hal apapun yang dapat menyebarkan muatan Geseran rapatan elektron ini menciptakan
positif, maka dapat meningkatkan stabilitas muatan positif parsial (sebagian) pada atom-
atom karbon yang bermuatan positif. atom yang berdekatan.
3

Makin banyak gugus alkil terikat pada atom karbon bermuatan positif, berarti makin
banyak atom yang dapat membantu membagi muatan positif dan membantu menstabilkan
karbokation.
+
CH3 CH3C+H2 (CH3)2C+H (CH3)3C+
metil primer sekunder tersier

naiknya stabilitas karbokation;

naiknya laju SN 1 dari RX


3

Faktor lain yang mungkin meningkatkan kestabilan karbonkation tersier ialah bantuan
sterik (steric assistance). Tolak-menolak antara gugus-gugus dalam suatu alkil halida
menambah energi pada molekul netral.

Teori lain tentang kestabilan relatif karbokation: hiperkonjugasi (hyperconjugation),


tumpang-tindih parsial antara suatu orbital sp3 ─ s (suatu ikatan C ─ H) dengan orbital p
kosong dari karbon bermuatan positif.
F. Penataan ulang karbokation
Alkil bromida sekunder berikut ini dapat
mengalami reaksi pelarutan dengan
metanol.
F. Penataan ulang karbokation
Alkil bromida sekunder berikut ini dapat
mengalami reaksi pelarutan dengan
metanol.
Penataan ulang karbokation sekunder menjadi
karbokation tersier yang lebih stabil Adanya karbokation sekunder dan primer
dalam larutan menghasilkan produk
“normal” dan produk penataan-ulang
(suatu produk di mana kerangka atau
posisi gugus fungsional berbeda dari awal.

Menggesernya sebuah atom atau gugus dari suatu


karbon ke karbon lain di dekatnya. Geseran-1,2, sebuah
gugus metil disebut geseran metil atau geseran metida
Jika sebuah gugus alkil atau atom hidrogen (bersama dgn elektron ikatannya) pada
suatu atom karbon didampingi karbon yang dapat bergeser dan dengan demikian
menghasilkan suatu karbokation yang lebih stabil, maka terjadi penataan-ulang.

Sejauh mana penataan-ulang, dipengaruhi faktor kestabilan relatif


karbokation serta kondisi reaksi.
Ringkasan mekanisme SN 1 dan SN 2

 Metil halida, alkil halida primer dan sekunder terutama bereaksi dengan
jalur SN 2
 Laju reaksi SN 2 meningkat dengan bertambahnya nukleofilisitas spesies
penyerang (-OH, -OR, -CN)
 Alkil halida tersier terlalu terintangi untuk menjalani reaksi dengan jalur
SN 2, namun dapat menjalani reaksi dengan suatu jalur SN 1
 Metil halida dan alkil halida primer sama sekali tidak mengalami reaksi SN
1; alkil halida sekunder bereaksi lambat dengan jalur ini
2
1
SUB – BAB 5.7 Reaksi Substitusi
Terdapat dua macam halide yang berbeda dari alkil halide
B. Reaksi SN2
dalam sifat pada reaksi SN1 dan SN2, yakni halida alilik
dan halida benzilik.
Halida Alilik dan Benzilik

A. Reaksi sn1
SUB – BAB 5.8
Reaki E1

Karbokation yang memberikan sebuah proton kepada suatu basa


dalam suatu reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1, menjadi
sebuah alkena.
― Tahap 1 ―
ionisasi alkil halida, tahap
lambat, tahap penentu laju, dari
reaksi keseluruhan.

― Tahap 2 ―
basa merebut sebuah proton
dari sebuah atom karbon yang
berdampingan dengan karbon
positif
1
SUB – BAB 5.9Reaksi E2 2

Secara khas, reaksi E2 dilaksanakan dengan


Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil
memanaskan alkil halida dengan K+-OH atau
halida tersier bereaksi paling cepat dan alkil
Na+-OCH2CH3.
halida primer paling lambat.

primer sekunder tersier


naiknya laju E2

(1) Basa membentuk ikatan dengan hidrogen


(bila diolah dengan suatu basa, alkil halida
(2) Elektron-elektron C ─ H membentuk ikatan pi
(3) Brom bersama sepasang elektronnya primer biasanya begitu mudah bereaksi

meninggalkan ikatan sigma C ─ Br substitusi, sehingga hanya sedikit alkena


terbentuk)
Perbedaan laju eliminasi antara A. Efek Isotop Kinetik
alkil halida berdeuterium dan tak
berdeuterium ialah senyawa yang
mengandung isotop yang berbeda
→ isotop kinetik
Telah dipostulatkan bahwa pemutusan ikatan C ─ H adalah
bagian integral (dari) tahap penentuan (satu-satunya tahap)
dari suatu reaksi E2.

Eakt lebih tinggi dan laju


eliminasi akan lebih rendah.

bertambahnya
CH2 = CH2 CH3CH = CH2 CH3CH = CHCH3 (CH3)2C = C(CH3)2 kestabilan
B. Campuran Alkena

Atom Karbon yang mengikat gugus fungsional utama dalam


sebuah molekul disebut karbon alfa (), dan karbon berikutnya
ialah karbon beta ()

Reaksi antara alkil halida dengan basa. Basa akan hanya


menyerang ke karbon beta ()
C. Alkena Mana yang Terbentuk ?

Aturan Saytseff, yaitu alkena yang mengandung gugus alkil yang


terbanyak pada ikatan karbon ikatan rangkapnya terdapat dalam
jumlah yang besar dalam produk eliminasi alkena tersebut
disebut dengan alkena yang tersubstitusi lebih tinggi
D. Stereokimia Suatu Reaksi E2

Pada stereokimia reaksi E2, basa yang menyerang dan gugus yang
pergi harus diproyeksikan sejauh mungkin sehingga reaksi
eliminasi E2 seringkali di proyeksikan sebagai anti eliminasi

Pada reaksi Eliminasi E2 dari beberapa halida


stereoisomeric. Senyawa 1-bromo-1,2-difenilpropana mempunyai
dua atom karbon kiral (karbon 1 dan karbon 2) dan empat
stereoisomer

Anda mungkin juga menyukai