Anda di halaman 1dari 2

UBAIDAH BIN HARITS

Dalam perjalanan dakwah islam, tidak terlepas dengan penolakan, penyiksaan serta peperangan
yang kaum kafir lakukan demi untuk membunuh Rasulullah beserta pengikutnya serta
memusnahkan islam di muka bumi ini. Perang Badar adalah perang pertama dalam sejarah islam
yang terjadi karena bentuk perlawanan kaum muslimin terhadap kaum kafir Quraisy yang terus
menerus menghantui kaum muslimin dengan berbagai kekejamannya. Perang Badar terjadi pada
17 Ramadhan 2 H. Peperangan ini dipimpin oleh Rasulullah SAW bersama dengan Ubaidah bin
Harits, Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, dan Zubair bin Awwam.

Ubaidah dari kelompok as Sabiqunal al Awalun

Ubaidah bin Harits merupakan saudara sepupu dari ayah Rasulullah SAW, Abdullah bin Abdul
Muthalib. Sehingga statusnya adalah sebagai paman Rasulullah.

Ketika Rasulullah SAW mendapatkan wahyunya yang pertama dan menyerukan kenabiannya,
Ubaidah segera datang menerima seruan itu sehingga ia merupakan salah satu dari as Sabiqunal
al Awalun.
Selama perjuangan Rasulullah SAW berdakwah, Ubaidah bin Harits selalu menemani
keponakannya itu. Dalam hal ini, ia bukan hanya menimbang dengan melihat dirinya adalah
kerabatnya ataupun pamannya, melainkan karena ia benar-benar mempercayai seruan Rasulullah
SAW dan mempercayai janji Allah.

Peran Ubaidah bin Harits dalam perang Badar

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa sebelum perang Badar memanas. Tiga orang dari kafir
Quraisy yang datang sebagai pemimpin pasukan Quraisy, menantang kaum muslimin duel satu
lawan satu.

Tiga orang tersebut adalah Utbah bin Rabiah, Syaibah bin rabiah, dan Walid bin Utbah. Bersama
dengan saudara dan putranya, Utbah menantang dengan penuh percaya diri. Karena diantara
ketiganya, mereka sangat mahir dalam menunggang kuda.

Tantangan duel Utbah diterima oleh kaum muslimin dan dengan sombongnya, mereka meminta
bertarung dengan seseorang yang terpandang dan terkenal dengan kemampuan dan
kemahirannya. Mereka menolak untuk berduel dengan mereka yang tidak berkemampuan.

Lalu, demi menjawab tantangan mereka. Rasulullah SAW memerintahkan Ubaidah bin Harits,
Hamzah bin Abdul Muthalib, dan Ali bin Abi Thalib untuk menghadapi mereka.

Pertarungan pun dimulai dengan majunya putra dari Utbah, Walid bin Utbah. Walid maju
melawan Ali bin Abi Thalib. Disusul dengan majunya Syaibah bin Rabiah yang langsung
dihadang oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Pertarungan mereka berlangsung dengan sengit,
namun dapat dimenangkan olek pihak muslimin dengan mudahnya.

Melihat putra dan saudaranya terbunuh di depan matanya, Utbah merasa marah. Ia lalu maju
kedepan untuk menuntut balas atas kematian keduanya. Kedatangannya disambut oleh Ubaidah
bin Harits. Akhirnya Ubaidah berhasil memukul pundak Utbah hingga patah, akan tetapi Utbah
pun berhasil memotong betis kaki Ubaidah, hingga keduanya tampak sekarat. Lantas Ali dan
Hamzah maju membunuh Utbah, dan mereka membawa Ubaidah ke tempat Rasulullah SAW
sedang berteduh. 

Rasulullah SAW yang melihat Ubaidah kemudian meletakkan kepala Ubaidah di paha beliau.
Setelahnya, Rasulullah SAW lalu mengusap wajahnya yang penuh debu. 
Disaat itu juga Ubaidah memandang Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, jika Abu
Thalib melihat keadaanku ini, ia pasti akan mengetahui bahwa aku lebih berhak atas kata-kata
yang pernah diucapkannya tersebut.Ubaidah memang masih paman Nabi SAW dan sepupu dari
Abu Thalib. Ketika kaum kafir Quraisy berniat untuk membunuh Nabi SAW, bahkan mereka
menawarkan seorang anak muda sebagai pengganti. Abu Thalib dengan tegas berkata, "(Kalian
berdusta jika mengatakan) bahwa kami akan menyerahkannya (yakni Muhammad, tanpa kami
melindunginya) sampai kami terkapar di sekelilingnya dan bahkan (untuk itu akan)
menelantarkan anak-anak dan istri-istri kami sendiri."

Setelah mendengar perkataan Ubaidah, Rasulullah SAW hanya tersenyum. Kemudian Ubaidah
bertanya, "Apakah aku syahid, ya Rasulullah?" "Ya," Kata beliau, "Dan aku akan menjadi saksi
untukmu!!"

Tak lama setelah itu, Ubaidah meninggal. Sehingga Rasulullah SAW menguburkannya di
Shafra', sebuah wadi antara Badar dan Madinah. Rasulullah SAW sendiri yang turun ke
kuburnya. Diketahui bahwa Rasulullah SAW tidak pernah turun ke kuburan siapapun
sebelumnya, kecuali pada pemakaman Ubaidah bin Harits ini. Subhanallah.

Anda mungkin juga menyukai