0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan5 halaman
Dokumen ini membahas tentang jatuhnya pemerintahan Presiden Soekarno akibat semakin melemahnya kepercayaan rakyat setelah peristiwa G30S dan penolakan pidato Nawaksara-nya oleh MPRS. Puncaknya, pada 20 Februari 1967 Soekarno secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto melalui Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan. Soekarno kemudian meninggal pada 21 Juni
Dokumen ini membahas tentang jatuhnya pemerintahan Presiden Soekarno akibat semakin melemahnya kepercayaan rakyat setelah peristiwa G30S dan penolakan pidato Nawaksara-nya oleh MPRS. Puncaknya, pada 20 Februari 1967 Soekarno secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto melalui Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan. Soekarno kemudian meninggal pada 21 Juni
Dokumen ini membahas tentang jatuhnya pemerintahan Presiden Soekarno akibat semakin melemahnya kepercayaan rakyat setelah peristiwa G30S dan penolakan pidato Nawaksara-nya oleh MPRS. Puncaknya, pada 20 Februari 1967 Soekarno secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto melalui Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan. Soekarno kemudian meninggal pada 21 Juni
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS YPPI REMBANG 2023 A. Pendahuluan Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965. Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak membuabarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi PanglimaAngkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan. Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul “Nawaksara” dan dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato “Pelengkap Nawaskara” pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama. Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de factomenjadi kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya. Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. B. Latar Belakang Masalah Sebuah rezim pemerintahan bagaimanapun kuat dan besar kekuasaannya tidak akan pernah berjaya terus-menerus tanpa ada batasnya. Suatu saat rezim tersebut kekuasaannya pasti akan melemah dan akhirnya mengalami keruntuhan. Tidak ada rezim yang mampu bertahan selamanya dan tidak ada pemimpin yang mampu menggenggam kekuasaannya secara langgeng dan abadi. Seorang pemimpin, bagaimanapun besar wibawanya dan piawai memimpin rakyatnya, suatu waktu ia harus rela mundur dan jatuh dari kekuasaannya. Dalam sejarah bangsa Indonesia, telah beberapa kali mengalami pergantian pemerintahan dan kepemimpinan. Sejak terbentuknya negara Indonesia pada 17 Agustus 1945 telah terjadi beberapa kali pergantian kepala negara. Dari mulai pemerintahan Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, hingga pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sekarang ini. Proses berakhirnya sebuah rezim pemerintahan tidak selalu berjalan dengan mulus. Pergantian kepemimpinan dari rezim yang lama ke rezim yang baru seringkali diwarnai dengan pergolakan politik, baik yang terjadi sebelumnya maupun sesudah peralihan itu terjadi. Gejolak politik yang mengiringi jatuhnya pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto merupakan peristiwa yang banyak menyita perhatian khalayak ramai, baik secara lokal maupun internasional. Hal ini dapat dipahami karena pada zaman pemerintahan kedua Presiden tersebut posisi Indonesia cukup disegani oleh dunia internasional. Bahkan banyak yang beranalisis bahwa kejatuhan dua Presiden tersebut tidak terlepas dari konspirasi dan campur tangan dunia internasional. Dengan adanya Dekrit Presiden pada 5 Juni 1959 yang secara resmi mengembalikan Undang-Undang 1945, maka masa Demokrasi Terpimpin pun dimulai. Soekarno, sebagai presiden, memperkuat posisinya terhadap parlemen, posisi-posisi penting diberikan kepada para pendukung loyalnya, sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sesuai dengan keinginan Soekarno dapat dilaksanakan tanpa gangguan. Selain Soekarno, masih ada dua kekuatan lain lagi, yaitu PKI yang mulai masuk dalam pemerintahan dan ABRI dengan konsep Dwifungsi-nya yang sejak tahun 1958 mengintensifkan keterlibatan militer dalam administrasi sipil, politik, dan ekonomi Indonesia. Soekarno berusaha menjaga keseimbangan dari kedua kekuatan itu dengan menempatkan dirinya di tengah untuk mengontrol semua pihak. Sementara itu, berpalingnya Soekarno dari negara-negara Barat dengan meninggalkan kebijaksanaan non-blok dan mengarahkan ke sebuah poros JakartaBeijing- Pyongyang-Hanoi, membuat Amerika Serikat menjadi semakin khawatir Indonesia akan menjadi satu lagi negara yang akan jatuh dalam teori domino. Kondisi tersebut semakin memanas setelah meletusnya peristiwa Gerakan 30 September 1965. Indonesia mengalami krisis ekonomi, sosial, dan politik yang cukup parah. Masyarakat umum diliputi kecemasan, unjuk rasa mahasiswa berlangsung di mana-mana, inflasi meningkat hingga mencapai 650%, dan hargaharga pun membumbung tinggi. Apalagi penyelesaian politik terhadap peristiwa tersebut belum terlihat ada tanda-tanda akan dilaksanakan oleh Presiden Soekarno sesuai dengan janjinya. Krisis politik pun semakin mendalam dan akibatnya mulai terjadi erosi kepercayaan rakyat kepada Presiden Soekarno dan pemerintahannya. Kekuasaan Presiden Soekarno merosot drastis sejak dikeluarkannya Supersemar. Pada masa kabinet Ampera yang disempurnakan yang dibentuk pada tanggal 11 Oktober 1966 ini posisi dan peran Presiden sama sekali tidak mempunyai arti. Puncaknya, pada Sidang Umum MPRS tahun 1966 pidato pertanggungjawaban Presiden soekarno yang dikenal dengan Nawaksara dianggap mengecewakan mendapat penolakan dari berbagai pihak. Hingga pada akhirnya pada hari Kamis 23 Pebruari 1967 disaksikan oleh Ketua Presidium Kabinet Ampera dan para menteri, Presiden Soekarno secara resmi menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada Jenderal Soeharto. C. Rumusan Masalah 1. Apa yang menyebabkan Pemerintahan Presiden Soekarno kurang mendapat kepercayaan dari rakyat ? 2. Dimana Presiden Soekarno membacakan Pidato "Nawaskara"? 3. Tanggal Berapa Presiden Soekarno resmi turun dari Jabatannya ? 4. Kapan Presiden Soekarno membentuk Kabinet Ampera ? 5. Bagaimana Kondisi Politik pada waktu munculnya PKI ? 6. Mengapa Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar ?