Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ridhatul Fitri

Nim : G1D122169
Kelas :1B
Mata Kuliah : Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan
Dosen Pengampu : Sri Astuti Siregar S.St., M.Kes

Analisis Kebudayaan Dari Segi Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

Etnik Ngalum Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua


Kehamilan pada perempuan suku Ngalum seringkali dianggap sebagai sesuatu yang biasa
saja. Beban hidup yang dipikul perempuan suku Ngalum sangatlah berat sehingga kadang ibu-ibu
tersebut lupa untuk memeriksakan kesehatan kehamilan mereka. Keseharian ibu hamil dan ibu-
ibu lainnya di Oksibil, yaitu sebelum matahari terbit mereka sudah harus bangun untuk
menyiapkan makanan seadanya untuk dimakan oleh anggota keluarga. Dan ketika anggota
keluarga bangun biasanya mereka langsung menuju ke tungku perapian karena mereka tahu
biasanya ibu mereka selalu membakar ubi jalar atau keladi untuk makan pagi mereka. Setelah
semuanya siap, sang ibu langsung mengambil noken dan menuju ke kebun yang biasanya
jaraknya agak jauh dari rumah. Ibu akan memetik hasil kebun yang ada, yang sudah siap dipanen,
kemudian dimasukkan ke dalam noken yang khusus dijahit untuk mengangkut hasil kebun.
Setelah tiba di rumah, si ibu mengeluarkan hasil kebunnya yang kemudian dibagi menjadi
beberapa ikat untuk dijual ke pasar. Sebelum matahari terbit para ibu hamil dan ibu-ibu yang lain
telah berada di pinggir jalan untuk menunggu angkutan bus mini yang akan mengantar mereka ke
pasar yang jaraknya lumayan jauh dari kampung Kutdol.
Setelah selesai berjualan biasanya ibu hamil dan ibu-ibu lainnya menggunakan uang hasil
penjualan tersebut untuk membeli keperluan keluarga yang sudah habis, misalnya beras, minyak
goreng, gula, teh, kopi atau bahan makanan lainnya. Kemudian sang ibu pulang untuk
menyiapkan makan siang buat keluarganya. Setelah semua beres, ibu-ibu melakukan pekerjaan
rumah yang lain seperti cuci pakaian, mencuci piring, mengangkat air, atau bahkan kembali lagi
ke kebun, mengangkat kayu bakar untuk memasak di rumah. Ibu hamil juga dilarang makan buah
merah karena menurut kepercayaan masyarakat suku Ngalum, apabila ibu hamil mengonsumsi
buah merah, maka pada saat melahirkan, mereka akan mengalami perdarahan yang dapat
menyebabkan kematian setelah melahirkan.
Seorang ibu suku Ngalum yang akan melahirkan tidak diperbolehkan melahirkan anaknya
di rumah sendiri. Sebelum memasuki sukam, seorang perempuan yang hendak melahirkan akan
menyiapkan beberapa jenis daun. Daun-daun itu diambil dari tiga jenis pohon yang biasanya
tersebar di sekitar sukam. Proses melahirkan di dalam sukam dibantu oleh beberapa perempuan.
Mereka adalah tetangga, anggota keluarga, dan seorang dukun. Setelah lahir, bayi segera
dibersihkan dengan menggunakan yapikon, kemudian bayi dibungkus dengan daun-daun yang
telah diatur sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tali pusar dipotong dengan sebuah sembilu (betop), lalu plasenta dibungkus dengan daun-
daun, dan bersama dengan darah dari proses persalinan, plasenta dikuburkan di samping sukam.
Masyarakat suku Ngalum beranggapan bahwa air susu yang pertama adalah air susu kotor, jadi
tidak boleh. Diberikan kepada bayi karena bisa menyebabkan bayi sakit. Apabila bayi menangis
dan kelihatan lapar, dia hanya boleh disuapi air tebu (kit) dan diberi makan keladi khusus (om)
dengan sendok khusus yang dibuat dari tulang kasuari.
Alasan Merugikan Keseatan
 Sebagai seorang ibu, justru pada saat hamil ibu tidak boleh berdiam diri di rumah. Mereka
bahkan pergi ke kebun, mengangkat kayu bakar, dan pergi berjualan ke pasar. Hal ini tetap
dilakukan pada saat istri hamil dan setelah beberapa hari melahirkan. Kesibukan bekerja
menyebabkan banyak istri mengabaikan kesehatannya, terutama pada saat hamil dan setelah
melahirkan. Tentunya hal ini akan menjadikan faktor risiko yang mengancam kesehatan mereka,
misalnya terjadi perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu.
 Secara umum ibu yang sedang hamil pada suku ngalum di pegunungan bintang masih melakukan
pekerjaan rumah tangga dan melakukan pekerjaan berat seperti bekerja di kebun, mencari kayu
bakar di hutan, dan membawa hasil kebun ke pasar untuk dijual. Hal ini dilakukan sampai
menjelang melahirkan. Faktor terlalu lelah secara fisik ini berpeluang menimbulkan kontraksi
dini yang menyebabkan bayi lahir prematur atau lahir dini. Oleh karena itu, perilaku bekerja berat
seperti itu merupakan kendala dalam kesehatan ibu hamil.
 Masih adanya kepercayaan bahwa ibu hamil tidak boleh makan buah merah karena akan
menyebabkan perdarahan yang hebat pada saat melahirkan, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kepercayaan ini menyebabkan mereka tidak mengonsumsi buah merah yang
sebenarnya sangat baik bagi ibu hamil. Selain itu, mereka juga mempunyai kepercayaan bahwa
ibu hamil tidak boleh makan hewan yang berbadan besar karena menurut kepercayaan mereka
sang ibu akan sulit melahirkan karena anaknya ditahan oleh binatang-binatang besar tersebut.
 Masih ada penolong persalinan yang memotong tali pusat bayi dengan menggunakan bambu atau
sembilu. Penggunaan bambu atau sembilu dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi pada bayi.
Infeksi tersebut dikarenakan bambu atau sembilu tersebut tidak higienis. Kebersihan dan
kesterilan bambu atau sembilu tersebut memang tergantung pada dukun beranak, apakah mereka
menjaga kebersihan dan kesterilan bambu atau tidak. Oleh karena itu, perilaku memotong tali
pusat bayi merupakan kendala dalam upaya kesehatan bayi.
 Dalam pengasuhan bayi masih ada beberapa ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada
bayinya dengan alasan kolostrum dianggap kotor. Kepercayaan itu dari sisi kesehatan tidak benar.
Kolostrum, air susu yang keluar pertama kali dan berwarna kuning, kaya akan sel aktif imunitas
(kekebalan) tubuh, antibodi, dan protein protektif lainnya. Jadi, kolostrum memberikan
“imunisasi” pertama kepada bayi dan melindungi bayi terhadap banyak infeksi. Dan hal ini
tentunya membantu mengatur perkembangan sistem imun bayi. Pemberian kolostrum juga akan
menghindarkan bayi dari penyakit diare. Selain itu, kolostrum kaya zat gizi yang sangat baik
untuk bayi. Perilaku tidak memberikan kolostrum dikarenakan kepercayaan bahwa kolostrum
“kotor” dan ini merupakan kendala dalam upaya kesehatan bayi.

Analisis Faktor Berdasarkan Kerangka Teori L. Green


A. PREDISPOSISI
Tingkat pengetahuan mengenai penyakit dan kesehatan pada orang Ngalum boleh dikatakan
masih kurang. Mereka belum mengerti benar bagaimana memelihara kesehatan tubuh,
lingkungan tempat tinggal, dan tempat membuang air. Keberadaan puskesmas dan rumah sakit
dengan fasilitas kesehatan yang dilengkapi dengan balai kesehatan bagi ibu dan anak berada di
pusat keramaian Oksibil. Fasilitas kesehatan tersebut jarang sekali dikunjungi oleh penduduk,
karena mereka masih terikat pada kepercayaan-kepercayaan. Masih banyak masyarakat yang
memilih pengobatan alternatif ke dukun. Dalam pandangan orang Ngalum, sebuah penyakit atau
rasa sakit diyajini bisa disebabkan oleh pengaruh sihir atau ilmu hitam, atau dalam bahasa
setempat disebut dengan bit
B. Pemungkin
Pelayanan kesehatan di daerah Pegunungan Bintang secara umum harus berhadapan dengan
kondisi geografi, faktor cuaca, dan sarana transportasi yang berat. Kondisi geografi yang
bergunung-gunung sering kali dikeluhkan oleh pihak pelayan kesehatan di daerah ini dan
disebutsebut sebagai sebuah hambatan terbesar. Hal tersebut diperparah dengan akses transportasi
yang sangat terbatas. Kondisi geografi dengan topografi yang bergunung-gunung, cuaca yang
ekstrem, dan jarak ke fasilitas kesehatan membuat akses pelayanan kesehatan tersebut tidak dapat
sepenuhnya dinikmati oleh seluruh masyarakat. Sebuah rumah sakit yang merupakan
pengembangan dari puskesmas plus telah berdiri di Oksibil mulai tahun lalu. Rumah sakit ini
terletak di wilayah Mabilabol, pusat keramaian Distrik Oksibil.
Jumlah tenaga medis dan peramedis di puskesmas Oksibil mencukupi jika dibandingkan dengan
banyaknya jumlah kampung yang harus dilayani. Maka seharusnya pelayanan kesehatan dapat
menjangkau seluruh wilayah di Distrik Oksibil. Akan tetapi, pada kenyataannya, jumlah tenaga
kesehatan yang sangat besar tersebut tertumpuk di satu titik saja, yaitu di pusat keramaian Distrik
Oksibil (wilayah Mabilabol dan Kabiding).

C. Penguat
Faktor keluarga juga turut serta mengambil peran penting dalam memengaruhi tingkat Kesehatan.
Data dari Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang menunjukkan bahwa persentase persalinan yang
ditolong oleh keluarga sebesar 77,73%. Anggota keluarga perempuan juga membantu dalam
Proses melahirkan.

Etnik Madura Desa Jrangoan, Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa
Timur
Anak adalah rezeki yang sangat berharga bagi setiap pasangan suami istri. Oleh karena
itu, perawatan sejak hamil pun sudah diperhatikan. Ketika mengetahui bahwa si ibu mulai hamil,
maka seluruh anggota keluarga akan memberikan perhatian lebih kepadanya, misalnya dengan
cara memanggil dukun bayi dan menyarankan agar ibu hamil pergi ke polindes untuk
memeriksakan kandungannya. Dukun bayi bertugas memijat ibu hamil, bahkan terkadang
memijat perut si ibu agar posisi bayi tidak sungsang, sedangkan bidan juga dibutuhkan tenaganya
untuk memeriksa kandungan secara medis dan pemberian vitamin.
Pada saat hamil ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga
keselamatan bayi dalam kandungan, yaitu tidak mengonsumsi makanan yang pedas dan tidak
boleh mengonsumsi makanan yang akan terasa panas di dalam perut, seperti daging kambing,
buah nanas, semangka, dan beberapa jenis makanan yang lain. Ibu hamil yang sudah terbiasa
minum jamu yang aman dan bermanfaat tetap diperbolehkan minum jamu untuk meningkatkan
ketahanan dan stamina tubuh.
Upacara adat atau acara selametan merupakan suatu bentuk dukungan psikologis, fisik,
dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun-temurun. Di dalamnya juga terkandung
nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil
juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran
menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama hamil,
meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai. Ada beberapa doa khusus yang harus dipanjatkan
oleh calon ibu dan ayah.
Membaca Alquran dan surat-surat tertentu yang ada di dalamnya menjadi kebiasaan yang
bertujuan untuk keselamatan dan kebaikan calon bayi. Surat Yusuf dan Maryam adalah surat
yang paling sering dibaca agar proses persalinan menjadi lancar dan bayi menjadi anak yang
sholeh/ sholehah. Sebelum persalinan terjadi, ketika ibu sudah mulai kesakitan, ibu diberi jamu
berupa satu siung bawang putih dan beberapa helai daun jrangoh. Jamu ini berkhasiat untuk
menghilangkan rasa sakit jika ternyata persalinan masih lama dan akan mempercepat proses
persalinan jika memang sudah waktunya. Minuman lain yang diberikan sebelum mulai bersalin
adalah air kelapa yang diberikan oleh kiai ketika acara 7 bulanan (pelet betteng) agar persalinan
berlangsung lancar dan rahim terasa licin. Ini sudah menjadi kepercayaan turun-temurun dari
nenek moyang terdahulu.
Sebagian besar ibu hamil di desa ini sudah mempercayai tenaga kesehatan (bidan desa),
walaupun masih ada sebagian masyarakat yang masih mempercayai dukun beranak sebagai
penolong persalinannya. Ada perlakuan istimewa yang diberikan kepada ibu yang baru
melahirkan. Ibu yang baru melahirkan juga tidak diperkenankan melakukan pekerjaan rumah
yang berat seperti mencuci pakaiana dan membersihkan rumah. Ibu hanya membersihkan dirinya
di kamar mandi.

Alasan Menguntungkan Kesehatan


 Masyarakat Madura memiliki kepatuhan yang lebih tinggi terhadap kiai (tokoh agama) daripada
terhadap pemerintah maupun tenaga kesehatan., kepatuhan yang tinggi kepada kiai setempat akan
menjadi sebuah potensi yang menguntungkan bagi petugas kesehatan dalam mengubah perilaku
masyarakat Desa Jrangoan yang dianggap bertentangan dengan ilmu pengetahuan medis modern
dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Petugas kesehatan setempat harus dapat
menjalin kerja sama yang baik dengan tokoh-tokoh agama yang dijadikan panutan oleh
masyarakat, sehingga kegiatan health promotion yang dilakukan oleh tenaga kesahatan dapat
dengan mudah diterima oleh masyarakat Madura, khususnya masyarakat Desa Jrangoan
 Anjuran bagi ibu hamil untuk memperbanyak membaca Alquran, terutama surat-surat khusus
dalam Alquran, seperti surat Yusuf dan Surat Maryam dan diharapkandapat menjaga kesehatan
ibu dan bayi, serta keselamatan pada saat proses persalinannya secara rutin akan memberikan
ketenangan jiwa bagi ibu hamil. Ketenangan jiwa ibu hamil pada masa kehamilan dapat
berdampak positif pada kesehatan ibu hamil karena ibu hamil menjadi lebih tenang sehingga
upaya perawatan kehamilannya menjadi lebih baik
 Besarnya pengaruh orang tua dalam penentuan penolong persalinan bagi anaknya, orang tua
memberi anjuran obat-obatan tradisional kepada anak yang sedang hamil dan masa nifas, orang
tua memberi anjuran kepada anak agar dipijat ketika hamil untuk membetulkan posisi janin,
orang tua memberikan anjuran agar anak diberi makan supaya tidak rewel dan lapar, dan
mencegah anak diimunisasi merupakan tindakan preventif yang dilakukan orang tua untuk
mencegah anak menderita sakit panas.
 Penggunaan alat pembuat jamu untuk membuat jamu bagi ibu bersalin dan ibu dalam masa nifas,
juga jamu-jamu yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga dalam pengobatan penyakit
menjadi potensi yang menguntungkan dari segi Kesehatan
 Perilaku menguntungkan antara lain pemeriksaan kehamilan ke polindes, menghindari makanan
pedas dan panas, serta menghindari duduk di depan pintu dan melilitkan handuk ke leher untuk
pencegahan proses kelahiran yang terhambat. Perilaku lain yaitu ibu hamil minum susu yang
dicampur dengan telur dan madu untuk meningkatkan stamina serta daya tahan tubuh ibu hamil.
Ibu hamil juga biasa memijatkan perutnya ke dukun beranak untuk menghindari posisi bayi
sungsang.
 Tradisi meminum air kelapa muda, karena berdasarkan pola pikir mereka air kelapa akan
melicinkan jalan lahir bayi. Menurut sudut pandang kesehatan, air kelapa muda memang
mengandung elektrolit yang baik untuk kesehatan ibu
 Proses persalinan semuanya ditangani oleh bidan desa. Bayi yang diberi imunisasi segera setelah
lahir dan tidak ada penolakan dari pihak keluarga. Orang tua tidak menolak karena menganggap
imunisasi akan membuat bayinya sehat
 Suatu bentuk perhatian kepada ibu yang baru saja melahirkan adalah ibu dibiarkan beristirahat
dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan, kegiatan memandikan bayinya pun tidak
dilakukan sendiri, tetapi dilakukan oleh dukun bayi atau saudara. Tindakan ini bertujuan agar
ketika dimandikan bayi juga dipijat oleh dukun karena bayi yang baru lahir pasti merasa lelah.
Ibu dapat memulihkan kondisi dirinya pascamelahirkan tanpa harus khawatir memikirkan kondisi
bayinya karena sudah mendapat perhatian dari dukun atau kerabat yang lain.

Analisis Faktor Berdasarkan Kerangka Teori L. Green


1. Predisposisi
Penyembuh tradisional yang ada di Desa Jrangoan umumnya merupakan ahli pijat dan urut.
Warga Desa Jrangoan cenderung bersifat agamis dan peranan sosial umumnya berada di
tangan kiai dan pemuka masyarakat seperti klebun sehingga tidak ada peranan penyembuh
tradisional yang melampaui peran mereka dalam bidang kesehatan. Keahlian para
penyembuh tradisional umumnya diwarisi secara turun-temurun. Mereka mendapatkan ilmu
tersebut sebagai penerus dari ilmu yang diperoleh orang tua mereka.

2. Pemungkin
Respons masyarakat pada pelayanan kesehatan profesional sangat baik. Mereka terbuka
dengan sosialisasi pelayanan kesehatan yang diperkenalkan oleh puskesmas. Setiap program
yang diperkenalkan selalu mengikutsertakan peran tokoh agama agar dapat diterima oleh
masyarakat dengan baik. Tidak ada penolakan frontal yang dilakukan masyarakat terhadap
program kesehatan yang disosialisasikan. keberadaan puskesmas dan polindes sangat
membantu warga Desa Jrangoan. Dengan adanya polindes, mereka tidak perlu pergi ke Kota
Sampang untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

3. Penguat
Keluarga memegang peran penting dalam Kesehatan ibu dan anak. Mulai dari kelancaran
jalannya tradisi/ kegiatan adat yang terkait dengan situasi dan kondisi saat itu. Mulai dari
masa kehamilan hingga pasca melahirkan. Dukungan serta arahan pun senantiasa diberikan.
Perlakuan istimewa juga didapat orang si ibu yang baru saja selesai melahirkan.
DISKUSI

Nyonya A tinggal di desa melati yang berjarak 7 jam perjalanan darat dari pusat kota.
Infrastruktur jalan sangat tidak mendukung sehingga membuat desa ini tergolong kedalam desa
yang terisolasi. Fasilitas kesehatan yang ada di desa tersebut hanya 1 klinik  bidan desa.
Puskesmas terletak di ibu kota kecamatan yang berjarak 3 jam dari desa tersebut. nyonya A
memiliki 8 orang anak , dan saat ini sedang mengandung anak ke 9, suami nyonya A bekerja
sebagai buruh pabrik kelapa sawit dan memeliki kebiasaan merokok. Nyonya A  bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Nyonya A memiliki prinsip bahwa pemenuhan gizi untuk keluarga sangat
penting , hal ini terlihat dari ke 8 anaknya tumbuh dan sehat, termasuk dalam masa kehamilannya
saat ini, nyonya A sangat memperhatikan kondisi kesehatannya secara mandiri walaupun jauh
dari pelayanan kesehatan. Akan tetapi, suami nyonya A kurang mendukung untuk melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan dengan alasan masih ada keluarga yang bisa membantu proses
persalinan secara tradisional.
1. Pembelajaran apa yang bisa saudara peroleh dari narasi di atas?
2. Bagaimana budaya memengaruhi kondisi kesehatan di keluarga tersebut?

JAWAB

1. Pelajaran yang dapat di ambil dari ilustrasi diatas adalah bahwasannya masyarakat di daerah yang
terisolasi atau jauh dari kota yang mana kurangnya fasilitas kesehatan terdekat membuat
pemahaman masyarakat itu sendiri mengenai kesehatan sangat kurang dan tentu saja masih
sangat membutuhkan bimbingan, Bagi mereka kesehatan masih dinomor duakan, yang mana
sebenarnya mereka hanya tidak mau susah-susah untuk mencari pelayanan kesehatan terdekat
ataupun mereka tidak mau mengeluarkan biaya yang tentu saja lebih mahal daripada  pegobatan
tradisional.
2. Budaya mempengengaruhi keluarga tersebut karena pengaruh tradisi yang mana di daerah daerah
terisolasi memang lebih sering menggunakan cara tradisional dalam proses persalinan
dibandingkan dengan cara modern yang mana tentu saja jauh lebih aman dan terpercaya untuk
ibu dan bayi, padahal presentase terancamnya nyawa ibu dan bayi lebih tinggi dibandingkan
bersalin di pelayanan kesehatan yang seharusnya.

Determinan Sosial Budaya Dalam Kesehatan Masyarakat

1. Yang termasuk determinan Kesehatan menurut bloom,1978 adalah kecuali….


Genetic
Pendidikan dan pekerjaan
Lingkungan
Perilaku individu
Pelayanan Kesehatan

2. “Model Pelangi Determinan Sosial Kesehatan” yang dikemukakan oleh Dahlgren dan Whitehead
(1991) memuat 4 faktor, diantaranya kecuali….
Factor keturunan dan sisilah keluarga
Factor individu dan gaya hidup
Pengaruh sosial dan masyarakat
Kondisi tempat tinggal dan pekerjaan
Kondisi sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan secara umum
3. Ada beberapa aspek analisis determinan Kesehatan menurut permenkes nomor 64 tahun 2015,
diantaranya kecuali…
Analisis perilaku
Keseatan inteligensia
Fisik dan karakter
Lingkungan yang strategis
Analisis pilitik Kesehatan, sosial serta ekonomi

Pada tahun 1987 Pusat Survei dan Pemetaan ABRI (Pussurta ABRI) menyatakan bahwa jumlah
pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.508. Kondisi ini memicu disparitas aksesibilitas ibu dan
anak dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Kondisi yang sering kali diakibatkan oleh biaya
akses transportasi secara fisik berupa transportasi laut yang memiliki kecenderungan mahal. Pada
wilayah-wilayah tertentu, misalnya Papua, akses transportasi tidak bisa ditempuh melalui jalan
darat. Satu-satunya jalur transportasi yang bisa ditempuh hanya lewat udara, yang tentu saja jauh
lebih mahal lagi bila dibandingkan dengan transportasi laut

4. Pemaparan masalah pada kasus diatas termasuk determinan sosial Kesehatan dari segi…
Ekonomi
Geografi
Pendidikan
Budaya
Religi

Perkembangan terakhir otonomi daerah dengan segala euforia-nya di masing-masing


kabupaten/kota menimbulkan banyak masalah tersendiri. Pemahaman aktor policy maker di level
kabupaten/kota tentang bidang kesehatan yang terbatas pada “kuratif-rehabilitatif” membuat
bidang ini stagnan dalam upaya pembangunannya. Pemahaman yang salah dan setengah-setengah
ini tidak hanya terjadi pada aktor eksekutif saja, tapi juga terjadi pada para legislator (DPR
Daerah). Bahkan beberapa di antaranya, menjadikan bidang kesehatan sebagai mesin uang, salah
satu penghasil PAD (Pendapatan Asi Daerah). Rumah Sakit dan Puskesmas ditarget untuk 17
Determinan Sosial Kesehatan Ibu dan Anak menghasilkan pendapatan tersendiri.

5. Pemaparan masalah pada kasus diatas termasuk determinan sosial kesehatan ibu dan anak
menurut faktor…
Suku
Ekonomi
Religi
Bahasa
Politik

Anda mungkin juga menyukai