KELOMPOK
3
1.M.SUBHAN ALFAHRI
2.DELA SULASTRI
3.MEGAWATI
4.M.IZUN RISKY
5.SAIFUL USMAN
6.LIDIAWATI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Reformasi Bidang Hukum dan Pemerintahan 3
B. Reformasi Bidang Ekonomi 4
C. Masalah Disintegrasi dan Kedaulatan Wilayah 5
D. Desentralisasi Politik dan Keuangan 7
E. Upaya Pemberantasan KKN 8
F. Pelaksanaan Pemilu 2004 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Presiden Megawati Soekarnoputri mengawali tugasnya sebagai
presiden kelima Republik Indonesia dengan membentuk Kabinet
Gotong Royong. Kabinet ini memiliki lima agenda utama yakni
membuktikan sikap tegas pemerintah dalam menghapus KKN,
menyusun langkah untuk menyelamatkan rakyat dari krisis yang
berkepanjangan, meneruskan pembangunan politik, mempertahankan
supremasi hukum dan menciptakan situasi sosial kultural yang
kondusif untuk memajukan kehidupan masyarakat sipil, menciptakan
kesejahteraan dan rasa aman masyarakat dengan meningkatkan
keamanan dan hak asasi manusia.
Tugas Presiden Megawati di awal pemerintahannya terutama
upaya untuk memberantas KKN terbilang berat karena selain
banyaknya kasus-kasus KKN masa Orde Baru yang belum tuntas,
kasus KKN pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
menambah beban pemerintahan baru tersebut. Untuk menyelesaikan
berbagai kasus KKN, pemerintahan Presiden Megawati membentuk
Komisi Tindak Pidana Korupsi setelah keluarnya UU RI No. 28 tahun
1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
Pembentukan komisi ini menuai kritik karena pada masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid telah dibentuk Komisi
Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN). Dari sisi kemiripan
tugas, keberadaan dua komisi tersebut tersebut terkesan tumpang
tindih. Dalam perjalanan pemerintahan Megawati, kedua komisi
tersebut tidak berjalan maksimal karena hingga akhir pemerintahan
Presiden Megawati, berbagai kasus KKN yang ada belum dapat
diselesaikan.
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang
Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui reformasi bidang hukum dan pemerintahan.
2. Untuk mengetahui reformasi bidang ekonomi.
3. Untuk mengetahui masalah disintegrasi dan kedaulatan wilayah.
4. Untuk mengetahui desentralisasi politik dan keuangan.
5. Untuk mengetahui upaya pemberantasan KKN.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan Pemilu 2004.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
daya alam antara pemerintah pusat dan daerah menjadi masalah yang
berujung pada keinginan untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia terutama beberapa provinsi yang kaya akan sumber
daya alam tetapi hanya mendapatkan sedikit dari hasil sumber daya
alam mereka. Dua provinsi yang rentan untuk melepaskan diri adalah
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Papua. Kebijakan
represif yang diterapkan pada masa pemerintahan Orde Baru di kedua
provinsi tersebut menjadi alat propaganda efektif bagi kelompok-
kelompok yang ingin memisahkan diri.
Untuk meredam keinginan melepaskan diri kedua provinsi
tersebut, Presiden Megawati melakukan upaya-upaya untuk
menyelesaikan permasalahan disintegrasi dan memperbaiki
persentase pembagian hasil sumber daya alam antara pemerintah
pusat dan daerah di kedua provinsi tersebut. Berdasarkan UU No.
1b/2001 dan UU No. 21/2001 baik provinsi NAD dan Papua akan
menerima 70% dari hasil pertambangan minyak bumi dan gas alam.
Upaya Presiden Megawati untuk memperbaiki hubungan pemerintah
pusat dan rakyat provinsi NAD juga dilakukan dengan melakukan
kunjungan kerja ke Banda Aceh pada tanggal 8 September 2001.
Dalam kunjungan kerja tersebut, presiden melakukan dialog dengan
sejumlah tokoh Aceh dan berpidato di halaman Masjid Raya
Baiturrahman. Dalam kesempatan tersebut, presiden
mensosialisasikan UU No. 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus
Provinsi NAD. Presiden Megawati juga menandatangani prasasti
perubahan status Universitas Malikussaleh Lhokseumawe menjadi
universitas negeri.
Upaya Presiden Megawati untuk menjaga keutuhan wilayah
NKRI juga diuji saat pemerintah berusaha untuk menyelesaikan
sengketa status Pulau Sipadan dan Ligitan dengan pemerintah
Malaysia. Sengketa status kedua pulau tersebut tidak dapat
diselesaikan melalui perundingan bilateral antara pemerintah Indonesia
dan Malaysia. Kedua negara sepakat untuk membawa kasus ini ke
7
atau 10,57% suara), PPP (9.248.764 atau 8,15% suara) dan PAN
(7.303.324 atau 6,44% suara). Berdasarkan perolehan suara tersebut,
KPU meloloskan lima pasangan calon presiden dan wakil presiden
yang dianggap memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
berdasarkan Keputusan KPU no. 36 tahun 2004 untuk mengikuti
pemilihan presiden dan wakil presiden yakni:
1. Nomor urut 1: H. Wiranto, S.H. dan Ir. H. Salahuddin Wahid (calon
dari partai Golkar).
2. Nomor urut 2: Hj. Megawati Soekarnoputri dan K.H. Ahmad Hasyim
Muzadi (calon dari PDI-P).
3. Nomor urut 3: Prof. Dr. H.M. Amien Rais dan Dr. Ir. H. Siswono
Yudohusodo (calon dari PAN).
4. Nomor urut 4: H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. Muhammad
Jusuf Kalla (calon dari Partai Demokrat).
5. Nomor Urut 5: Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc.
(calon dari PPP)
Pemilu presiden yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004
belum menghasilkan satu pasangan calon presiden dan calon wakil
presiden yang mendapatkan suara lebih dari 50% sehingga pemilu
presiden diselenggarakan dalam dua putaran. Dalam pemilu presiden
putaran kedua yang diselenggarakan pada tanggal 20 September 2004,
pasangan H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. Muhammad Jusuf
Kalla mengungguli pasangan Hj. Megawati Soekarnoputri dan K.H.
Ahmad Hasyim Muzadi. Pada pemilu putaran kedua tersebut,
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperoleh
62.266.350 suara atau 60,62% sementara pasangan Hj. Megawati
Soekarnoputri dan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi memperoleh
44.990.704 suara atau 39,38% (Gonggong & Asy’arie, 2005: 239).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Megawati menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang
Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan
dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik
pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999–2001, ia menjabat
Wakil Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus
Dur). Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak memisahkan diri dari Partai
Demokrasi Indonesia pada tahun 1999.
Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin
menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa
pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung
dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu
keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami
kekalahan (40%-60%) dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut
dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo
Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa
pemerintahannya.
B. Saran
Memahami Perkembangan politik dan ekonomi pada masa
pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dapat memberikan
pelajaran penting bagi perubahan sistem demokrasi dan upaya
memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara di masa mendatang.
12
DAFTAR PUSTAKA