Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

TEKNOLOGI BAHAN JALAN

AFIF FACHRUDIN

NBI 431202327

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya


Fakultas Teknik
Prodi Teknik Sipil
2012
PEMELIHARAAN PERKERASAN
4.1 PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI
4.1.1 Definisi Pemeliharaan Dan Rehabilitasi

Asphalt Institute MS-17 mendefinisikan pemeliharaan sebagai


pekerjaan rutin untuk menjaga kondisi perkerasan agar sedekat
mungkin dalam tingkat pelayanan yang memadai, sedangkan,
rehabilitasi didefinisikan sebagai perpanjangan umur struktur pekerjaan
ketika rekayasa pemeliharaan tidak lagi mampu memelihara pelayanan
lalu lintas yang memadai.

Umumnya pekerjaan pemeliharaan merupakan kegiatan untuk


mempertahankan kondisi kemampuan pelayanan jalan yang layak,
sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
pengendara. Pada pekerjaan rehabilitasi, sebelumnya dibutuhkan lebih
dahulu evaluasi struktur perkerasan, aks-aksi perbaikan, paling tidak
tambahan dari campuran aspal panas. Pekerjaan pemeliharaan
perkerasan meliputi :

 Pemeliharaan permukaan perkerasan yang telah ada.


 Pelapisan tambahan yang kurang dari tebal lapis tambahan
(overlay) nominal.
 Penambalan dan perbaikan kerusakan kecil.
 Pengisian rongga di bawah pelat beton (undersealing) dan
sebagainya.

Kerusakan yang memerlukan pemeliharaan dapat digolongkan


dalam 3 kategori (suryawan, 2006):

 Kerusakan akibat buruknya pelaksanaan pekerjaan awal.


 Kerusakan akibat pemakaian dan waktu
 Kerusakan akibat sebab-sebab khusus, contoh longsoran tebing.

4.1.2 Problem Pemeliharaan dan Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan menurut Bina Marga (1985), yang didasarkan


pada wewenang dalam pembinaan jalan, dibedakan menjadi :
 Jalan Nasional : Jalan dibawah pembinaan menteri PU
 Jalan Provinsi : Jalan dibawah pembinaan Pemda Provinsi
 Jalan Kabupaten : Jalan dibawah pembinaan Pemda
Kabupaten
 Jalan Desa : Jalan dibawah pembinaan Pemerintah
Desa
 Jalan Khusus : Jalan dibawah pembinaan Pejabat

4.1.3 Pemeliharaan Rutin dan Berkala

a) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin mencakup pekerjaan-pekerjaan
perbaikan kecil dan pekerjaan-pekerjaan rutin, yang umum
dilaksanakan pada jangka waktu yang teratur dalam satu
tahun dan atas dasar “sebagaimana yang dikehendaki”,
seperti penambalan permukaan, pemotongan rumput, dll

b) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan pekerjaan yang
mempunyai frekuensi yang terencana lebih dari satu tahun
pada salah satu lokasi.
Pada Umumnya jalan-jalan berkondisi rusak atau
rusak berat memerlukan usaha besar agar mencapai standar
minimum yang sesuai untuk lalu lintas yang diharpkan.
Usaha-usaha tersebut dapat berupa pembangunan bar,
peningkatan atau rehabilitasi/penunjangan dengan umur
rencana 10 tahun.

 Pembangunan Baru
Pembangunan baru terdiri atas pekerjaan
untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan
setapak agar dapat dilalui kendaraan roda
empat.
 Pekerjaan Penngkatan
Pekerjaan peningkatan merupakan
standar pelayanan dari jalan yang sudah ada,
baik dengan membuat lapisan menjadi halus,
seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum
di aspal,dll
 Pekerjaan Rehabilitasi
Pekerjaan ini diperlukan bila pekerjaan
pemeliharan pemeliharaan yang seharusnya
tetap dilaksanakan telah diabaikan. Sehingga
keadaan lapis permukaan semakin memburuk,
seperti contohnya perbaikan terhadap
kerusakan lapisan permukaan seperti lubang
dan kerusakan structural seperti ambles,
asalkan kerusakan tersebut kurang dari 10-
15% dari seluruh perkerasan yang biasanya
berkaitan sengan lapisan aus baru.

4.2 KEGAGALAN PERKERASAN


4.2.1 Kegagalan Struktural dan Fungsional

Kegagalan Struktural ditandai dengan terurainya satu atau lebih


komponen perkerasan, sedangkan kegagalan fungsional ditandai
dengan tidak berfungsinya perkerasan dengan baik, sehingga
kenyamanan dan keselamatan pengendara menjadi terganggu.
Kegagalan fungsional bergantung terutama pada derajat kekerasan
permukaan.
Kegagalan geser tanah dasar Nampak dari melengkungnya
permukaan pada jarak yang agak jauh dari jejak roda, sedangkan
kegagalan geser di permukaan mangakibatkan melengkungnya
permukaan di dekat lintasn roda. Walaupun indikasi ini dapat dijadikan
acuan, namun ada beberapa variasi kendaraan yang mungkin tidak
terdeteksi sebab-sebabnya.
Untuk pemeliharaan, maka dibutuhkan pemahaman yang baik
tentang jenis-jenis kerusakan. Kadang-kadang kerusakan perkerasan
jalan tidak disebabkan oleh satu factor saja, tetapi dapat mmerupakan
factor gabungan penyebab yang saling terkait satu sama lain, sehingga
tipe kerusakn menjadi sulit didefinisikan.

4.2.2 Kriteria Kegagalan Perkerasan Lentur

Kerusakan perkerasan lentur timbul dari deformasi akibat beban


lalu lintas, yang pada tahapan berikutnya biasanya diikuti dengan
retakan. Perkerasan lentur dikehendaki hanya akan mengalami
deformasi permanen yang kecil sekitar 20-30mm sesudah berumur
20th. DEformasi tanah dasar umumnya dihadapkan kurang dari 10mm,
pada jumlah lintasan kendaraan kira-kira 100 juta standar beban
gandar. Hal ini menunjukkan bahwa akibat tegangan-tegangan yang
bekerja, tanah diisyaratkan harus masih berperilaku sebagai bahan
yang elastic. Oleh karena itu modulus elastic lebih penting disbanding
dengan kuat geser tanah, karena kuat geser bukan merupakan suatu
factor yang secara langsung mendefinisikan kinerja dasar tanah.

4.2.3 Kriteria Kegagalan Perkerasan kaku

Perkerasan kaku yang umumnya merupakn perkerasan beton


bertulang dapat berupa :
a) Perkerasan Beton Bertulang
Perkerasan beton bertulang didasarkan pada umur
rencana yang tidak lebih dari 40 th, artinya perkerasan ini
diharapkan tidak memperlihatkan retakan-retakanselam
umur rencana tersebut.
Pada pengujian kinerja perkerasan di inggris kondisi
kegagalan beton dianggap terjadi bila panjang retak total
pada pelat beton mencapai 250 m untuk setiap 100 m dari
lebar jalur (croney dan croney, 1998), yang meliputi :
 Retak Rambut : Retak yang biasa
(wajar)
 Retak Halus : Retak dengan lebar
< 0.5 mm
 Retak Sempit : Retak dengan lebar
0.5-1.2 mm
 Retak Lebar : Retak dengan lebar
< 1.2 mm

b) Perkerasan Beton Bertulang kontinyu

Perkerasan beton bertulang kontinyu mengandalkan


tulangan yang besar (tanpa ada celah pada sambungan)
untuk mengatasi retak halus yang jumlahnya besar. Dengan
tulangan yang banyak, diharapkan retak tetap menutup.
Luas Tulangan yang dibutuhkan, berkisar antara retak tetap
menutup. Luas tulangan yang dibutuhkan, berkisar di antara
0.6-1% dari luas penampang pelat.

c) Perkerasan Beton tanpa tulangan

Kriteria kegagalan perkerasan beton tanpa tulangan


lebih sulit diukur. Pelat beton dibuat pendek-pendek dengan
panjang per panel < 5m, untuk mengurangi kemungkinan
adanya kemungkinan adanya retak termal.

4.3 METODA DESKRIPSI KERUSAKAN


4.3.1 Pengamatan Kerusakan
Identifikasi kerusakan dan deskripsi dari besarnya tingkat
kerusakan membutuhkan pengamatan detail oleh personil pengamat
yang berjalan kaki. Dengan cara ini kerusakan dapat diukur dari sudut
tinggi dan jarak-jaraknya.
4.3.2 Identifikasi Tipe Kerusakan
Nama-nam kerusakan akan menggambarkan kenampakan dari
kerusakan. Misalnya satu area kerusakn missal gabungan dari retak,
alur dan sungkur. Pemberian nama kerusakan untuk memudahkan
penyebutan contohnya : alur dengan retak buaya, alur dengan retak
memanjang dsb.

4.3.3 Penyebab Kerusakan


Untuk mengetahui sebab-sebab kerusakan dengan pasti, maka
perlu dilakukan pembuktian dari penilaian visual dengan penyelidikan
yang lebih mendalam, missal pembuatan lubang uji, uji fisik dll.
Kerusakan dalam bentuk yang sederhana umumnya lebih
mudah diidentifikasi sebab-sebabnya. Kerusakan perkerasan jalan
dapat disebabkan oleh :
 Beban lalu lintas berlebihan.
 Kondisi tanah dasar yng tidak stabil
 Kondisi tanah pondasi yang kurang baik
 Kondisi lingkungan
 Material dari struktur perkerasan
 Penurunan akibat utilitas dibawah lapisan perkerasan
 Drainase yang buruk
 Kadar aspal dalam campuran terlalu banyak
 Fatigue dari perkerasan
4.3.4 Data yang Diperlukan Untuk Perbakan
Data yang perlu dicatat dan relevan dengan deskripsi
kerusakan adalah dimensi dan luas kerusakannya yang bias diestimasi
dengan pandangan mata, diukur dengan meteran atau dengan langkah
kaki.

4.4 TIPE-TIPE KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR


Jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur (aspal), umumnya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

4.4.1 Deformasi
Deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil
aslinya (sesudah pembangunan), beberapa tipe deformasi perkerasan
lentur adalah :
 Bergelombang (Corrugation)
 Alur (Rutting)
 Ambles (Depression)
 Sungkur (Shoving)
 Mengembang (Swell)
 Benjol dan turun (bump and sags)
4.4.3.1 Bergelombang (Corrugation)
Bergelombang atau keriting adalah kerusakan oleh akibat
terjadinya deformasi platis yang menghasilkan gelombang-gelombang
melintang atau tegak lurus arah perkerasan perkerasan aspal.
Keriting sering terjadi pada titik-titik yang banyak mengalami
tegangan horizontal tinggi, dimana lalu lintas mulai bergerak dan
berhenti. Pada jalan di bukit, keritingt terjadi akibat kendaraan
mengerem saat turun, pada belokan tajam atau pada persimpangan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Aksi lalu lintas yang disertai dengan permukaan
perkerasan atau lapisan pondasi yang tidak stabil.
b) Kadar air dalam lapis pondasi granuler terlalu tinggi,
sehingga tidak stabil.

 Resiko lanjutan
a) Area yang mengalami keriting meluas
b) Mengurangi kenyamanan dan keselamatan
kendaraan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Kedalaman maksimum dibawah Straight-edge,
panjang 1.2 m
b) Jarak dari puncak ke puncak gelombang keriting.
c) Panjang perkerasan yang dipengaruhi kerusakan
tersebut.

 Kemungkinan cara perbaikan


a) Perbaikan yang paling baik dilakukan dengan
menambal di seluruh kedalaman.
b) Jika perkerasan mempunyai agregat pondasi dengan
lapisan tipis perawat permukaan, maka permukaan
dikasarkan, kemudian dicampur dengan material
pondasi, dan dipadatkan, kemudian dicampur
dengan material pondasi, dan dipadatkanlagi
sebelum meletakkan lapisan permukaan kembali
(resurfacing).
c) Jika perkerasan mempunyai tebal permukaan aspal
dan pondasi melebihi 50 mm, keriting dangkal dapat
dibongkar dengan mesin pengupas (pavement milling
machine), diikuti dengan lapis tambahan HMA (hot
mix) agar struktur perkerasan lebih kuat.
Tabel 4.1 Tingkat kerusakan perkereasan aspal, identifikasi dan pilihan
perbaikan keriting.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk Perbaikan
Kerusakan

Keriting mengakibatkan sedikit


L Belum perlu diperbaiki
gangguan kenyamanan kendaraaan.

Keriting mengakibatkan agak banyak


M Rekonstruksi
mengganggu kenyamanan kendaraan.

Keriting mengakibatkan banyak


H Rekonstruksi
gangguan kenyamanan kendaraan.

4.4.3.2 Alur (Rutting)


Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam
bentuk turunnya perkerasan kearah memanjang pada lintasan roda
kendaraan.
Alur biasanya baru Nampak jelas ketika hujan dan genangan
air di dalmanya.alur disebabkan oleh pemadatan (deformasi tanah
dasar) atau perpindahan campuran aspal yang tidak stabil.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Pemadatan lapis permukaan dan pondasi kurang
b) Kualitas campuran aspal rendah
c) Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen
pembentuk lapis perkerasan yang kurang padat.
d) Tanah dasar lemah atau agregat pondasi kurang
tebal, pemadatan kurang, atau pelemahan akibat
infiltrasi air tanah.

 Resiko lanjutan
a) Terjadi kenaikan perkerasan secara berlebihan di
sepanjang sisi alur.
b) Mengurangi kenyamanan dan keselamatan
kendaraan.
c) Alur apabila digenangi air, selain kerusakan lebih
meluas, juga dapat mengakibatkan kecelakaan
kendaraan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Kedalaman maksimum dibawah Straight-edge,
panjang 1.2 m dan dipasang melintang.
b) Panjang alur.
 Cara perbaikan
a) Jika penyebabnya di permukaan, perbaikan
permanen dilakukan dengan menambal di seluruh
kedalaman atau penambahan lapis tambahan
(overlay) campuran aspal panas (hot mix) dengan
perataan dan pelapisan permukaan. Perbaikan alur
dengan menambal permukaan, umumnya hanya
untuk perbaikan sementara.
b) Jika penyebabnya adalah lemahnya lapisan pondasi
atau tanah dasar, pembangunan kembali perkerasan
secara total mungkin diperlukan, termasuk juga
penambahan drainase, terutama jika air menjadi
dalah satu faktor penyebab kerusakan.

Tabel 4.2 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan alur
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Kedalaman alur rata-rata 1/4-1/2 in.


L Belum perlu diperbaiki
(6-13 mm)

Penambalan dangklal,
Kedalaman alur rata-rata 1/2-1 in.
M parsial atau di seluruh
(13-25.5 mm)
kedalaman

Penambalan dangklal,
Kedalaman alur rata-rata 1 in.
H parsial atau di seluruh
(25.4 mm)
kedalaman

4.4.3.3 Ambles (Depressing)


Ambles adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area
terbatas yang mungkin dapat diikuti dengan retakan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Beban lalu lintas berlebihan.
b) Penurunan sebagian dari perkerasan akibat lapisan
bawah perkerasan mengalami penurunan.

 Resiko Lanjutan
a) Dapat memicu terjadinya retakan
b) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
c) Ambles apabila digenangi air dapat mengakibatkan
hydroplaning
 Data yang diperlukan untuk perbaikan
a) Kedalaman maksimum dibawah Straight-edge,
panjang 1.2 m
b) Luas daerah yang mengalami ambles.

 Cara perbaikan
a) Perawatan permukaan (surface treatment) atau micro
surfacing
b) Untuk area yang luas bias dengan menambal kulitnya
(permukaan) / menambal pada seluruh kedalaman.

Tabel 4.3 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
ambles.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Kedalaman Max ambles 1/2-1 in.


L Belum perlu diperbaiki
(13-25 mm)

Penambalan dangklal,
Kedalaman Max ambles 1-2 in.
M parsial atau di seluruh
(25-51 mm)
kedalaman

Penambalan dangklal,
Kedalaman ambles > 2 in
H parsial atau di seluruh
(>51 mm)
kedalaman

4.4.3.4 Sungkur (Shoving)


Ungkur (Shoving) adalah perpindahan permanen secara local
dan memanjang dari permukaan perkerasan yang disebabkan oleh
beban dan memanjang dari permukaan perkerasan yang disebabkan
oleh beban lalu lintas.
 Faktor penyebab kerusakan
a) Stabilitas campuran lapisan aspal rendah.
b) Terlalu banyaknya kadar air dalam lapisan pondasi
granuler.
c) Ikatan antar lapisan perkerasan tidak bagus.
d) Tebal perkerasan kurang..
 Resiko Lanjutan
a) Area yang mengalami sungkur meluas
b) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
c) Memicu terjadinya retakan dan air masuk ke dalam
perkerasan
 Data yang diperlukan untuk perbaikan
a) Kedalaman maksimum cembungan diukur dari
puncaknya, dengan menggunakan Straight-edge,
panjang 1.2 m
b) Luas daerah yang mengalami Sungkur.

 Cara perbaikan
a) Perbaikan yang paling baik dilakukan dengan
menambal di seluruh kedalaman
b) Jika perkerasan mempunyai agregat pondasi dengan
permukaan tipis, kasarkan permukaan, campur
dengan material agregat pondasi, dan padatkan lagi
sebelum meletakkan lapisan permukaan kembali.
c) Jka perkerasan mempunyai tebal permukaan aspal
dan lapis pondasi 50 mm, sungkur dangkal dapat
dibongkar dengan mesin pengupas yang diikuti
dengan lapisan tambahan xampuran aspal pans (hot
mix) agar memberikan kekuatan yang cukup pada
perkerasan.

Tabel 4.4 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
sungkur.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Sungkur menyebabkan sedikit


L Belum perlu diperbaiki
gangguan kenyamanan kendaraan

Penambalan dangklal,
Sungkur menyebabkan cukup
M parsial atau di seluruh
gangguan kenyamanan kendaraa
kedalaman

Penambalan dangklal,
Sungkur menyebabkan gangguan besar
H parsial atau di seluruh
pada kenyamanan kendaraa
kedalaman

4.4.3.5 Mengembang (Swell)


Mengembang adalah gerakan ke atas local dari perkerasan
akibat pengembangn dari tanh dasar atau dari bagian struktur
perkerasan.
 Faktor penyebab kerusakan
a) Mengemvbangnya material lapisan di bawah
perkerasan atau tanah dasar.
b) Tanah dasar perkerasan mengembang

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Memicu terjadinya retakan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Ketinggian maksimum cembungan diukur dari
puncaknya, dengan menggunakan Straight-edge,
panjang 1.2 m
b) Luas daerah yang mengalami Swell

 Cara perbaikan
a) Perbaikan yang paling baik dilakukan dengan
menambal di seluruh kedalaman
b) Pembongkaran total area yang rusak dan
menggantikannya dengan material baru..
c) Perataan permukaan dengan cara menimbunnya
dengan material baru.
d) Sembarang cara, untuk perbaikan permanen, pada
prinsipnya harus ditunjukkan untuk menstabilkan
kadar air dalam struktur perkerasan.

Tabel 4.5 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Pengembangan (swell)
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Pengembangan menyebabkan sedikit


L Belum perlu diperbaiki
gangguan kenyamanan kendaraan.

Pengembangan menyebabkan cukup Belum perlu diperbaiki


M
gangguan kenyamanan kendaraa Rekonstruksi

Pengembangan menyebabkan
H gangguan besar pada kenyamanan Rekonstruksi
kendaraa
4.4.3.6 Benjol dan Turun (Bump and Sags)
Benjol adalah gerakan atau perpindahan ke atas, bersifat local
dan kecil, dari permukaan perkerasan aspal.
Kerusakan benjol tidak sama dengan sungkur, di mana
kerusakan sungkur diakibatkan oleh perkerasan yang tidak stabil.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Tekukan atau pengembungan dari perkerasan pelat
beton di bagian bawah yang diberi lapisan tambahan
(overlay) dengan aspal.
b) Kenaikan oleh pembekuan es
c) Infiltrasi dan penumpukan material dalam retakan
yang diikuti dengan pengaruh beban lalu lintas.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Benjol dan penurunan diukur panjang dan tingginya.

 Cara perbaikan
a) Cold mill
b) Penambalan dangkal, parsial atau diseluruh
kedalaman.
c) Pelapisan tambalan (overlay)

Tabel 4.6 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Benjol dan Turun.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Benjol dan melengkung mangakibatkan


L sedikit gangguan kenyamanan Belum perlu diperbaiki
kendaraan..

Benjol dan melengkung mangakibatkan Cold Mill ,Penambalan


M agak banyak gangguan kenyamanan Dangkal, Parsial atau
kendaraan.. diseluruh kedalaman

Benjol dan melengkung mangakibatkan Cold Mill ,Penambalan


H banyak gangguan kenyamanan Dangkal, Parsial atau
kendaraan.. diseluruh kedalaman
4.4.2 Retak
Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa factor dan melibatkan mekanisme yang
kompleks.secara teori retak dapat terjadi bila tegangan tarik yang
terjadi pada lapisan aspal melampaui tegangan tarik maksimum yang
dapat ditahan oleh perkerasan tersebut.
Demikian pula jika campuran aspal menghasilkan material
yang kuat tapi ternyata lapisan yang berada dibawahnya lemah, maka
juga akan mengalami retak tarik. Jadi perancangan campuran akan
diperlukan 2 faktor penting yaitu :
Rencana Campurannya sendiri.
Rencana tebal perkerasan.
Untuk mencegah terjadinya retak yang terlalu dini, maka
perancangan campuran harus memperhatikan factor-faktor, seperti :
 Sifat rheologi aspal
 Kadar aspal optimum
 Tebal lapisanfilm aspal
Mengacu AUSTROADS (1987), retak pada perkerasan lentur
dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu :
 Retak Memanjang
 Retak Melintang
 Retak Diagonal
 Retak Berkelok-kelok
 Retak Reflektif Sambungan
 Retak Blok
 Retak Kulit Buaya
 Retak Slip

4.4.2.1 Retak Memanjang


Retak Memanjang pada perkerasan jalan, dapat terjadi dalam
bentuk tunggal atau deret yang sejajar.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Gerakan arah memanjang oleh akibat kurangnya
gesek internal dalam lapisan pondasi atau tanah
dasar.
b) Adanya perubahan volume tanah di dalam tanh dasar
oleh gerakan vertical
c) Penurunan tanah urug atau bergeraknya lereng
timbunan.
d) Adanya penyusutan semen
e) Kelelahan (fatigue) pada lintasan roda
f) Pengaruh tegangan termal atau kurangnya
pemadatan.
 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan
c) Retak dengan celah yang terlalu besar
memungkinkan air masuk ke lapisan pondasi dan
tanah dasar, sehingga melemahkan lapisan
pendukung perkerasan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retak yang dominan
c) Jarak retakan
d) Luas daerah kerusakan.

 Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan
ukuran dan tingkat kerusakannya.

Tabel 4.7 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Retak memanjang dan melintang.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Retak tak terisi, lebar < 3/8 in (10 Belum perlu diperbaiki ;
L mm) atau Pengisi retakan
2. Retak terisi sembarang lebar (seal/craks).1/8 in
(pengisi kondisi bagus).

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Retak tak terisi, lebar 3/8 in (10-


76 mm) atau

M 2. Retak tak terisi, sembarang lebar Penutupan retakan


3/8 - 3 in (10-76 mm) dikelilingi
retak acak ringan atau

3. Retak terisi sembarang lebar


dikelilingi retak agak acak.

H Satu sari kondisi berikut yang terjadi : Penutup Retakan ;


1. Sembarang Retak terisi atau tak Penambalan
terisi, dikelilingi oleh retak acak
kerusakan sedang sampai tinggi Kedalaman parsial,

2. Retak tak terisi, > 3 in (76 mm)

3. Retak sembarang lebar dengan


beberapa inci disekitar retakan,
pecah

4.4.2.2 Retak Melintang


Retak melintang mrupakan retakan tunggal yang melintang
pada permukaan perkerasan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Penyusutan bahan pengikitat pada lapisan pondasi
dan dasar tanah
b) Sambungan pelaksanaan atau retak susut
c) Kegagalan striktur palisan pondasi.
d) Pengaruh tegangan termal atau kurangnya
pemadatan.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan
c) Retak dengan celah yang terlalu besar
memungkinkan air masuk ke lapisan pondasi dan
tanah dasar, sehingga melemahkan lapisan
pendukung perkerasan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retak yang dominan
c) Jarak retakan
d) Luas daerah kerusakan.

 Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan
ukuran dan tingkat kerusakannya.
4.4.2.3 Retak Diagonal
Retak diagonal adalah retakan yang tidak bersambungan satu
sama lain yang arahnya diagonal terhadap perkerasan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Refleksi dari retak susut atau sambungan pada
material pengikat yang berada di bawahnya
b) Terjadi beda penurunan antara timbunan, galian atau
nagunan
c) Desakan akar pohon-pohonan
d) Pemasangan bangunan layanan umum.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan
c) Retak dengan celah yang terlalu besar
memungkinkan air masuk ke lapisan pondasi dan
tanah dasar, sehingga melemahkan lapisan
pendukung perkerasan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retak yang dominan
c) Luas daerah kerusakan.

 Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan
ukuran dan tingkat kerusakannya.

4.4.2.4 Retak Berkelok-kelok


Retak berkelok-kelok adalah retak yang tidak saling
berhubungan , polanya tidak teratur, dan arahnya bervariasi biasanya
sendiri-sendiri.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Refleksi dari retak susut atau sambungan pada
material pengikat yang berada di bawahnya
b) Terjadi beda penurunan antara timbunan, galian atau
nagunan
c) Desakan akar pohon-pohonan
d) Pemasangan bangunan layanan umum.
 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan
c) Retak dengan celah yang terlalu besar
memungkinkan air masuk ke lapisan pondasi dan
tanah dasar, sehingga melemahkan lapisan
pendukung perkerasan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retak yang dominan
c) Luas daerah kerusakan.

 Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan
ukuran dan tingkat kerusakannya.

4.4.2.5 Retak Reflektif Sambungan


Kerusakan ini umumnya terjadi pada permukaan perkerasan
aspal yang telah dihamparkan di atas perkerasan beton semen
Portland (Portland cement concrete, PPC).

 Faktor penyebab kerusakan


a) Gerakan vertical atau horizontal pada lapisan di
bawah lapis tambahan, yang timbul akibat ekspansi
dan kontraksi saat terjadi perubahan temperature atau
kadar air.
b) Gerakan tanah pondasi.
c) Hilangnya kadar air dalam tanh dasar yang kadar
lempengnya tinggi.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retak yang dominan
c) Luas daerah kerusakan.
 Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan
ukuran dan tingkat kerusakannya dan penambalan di
kedalaman persial.
Tabel 4.8 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Retak Refletif sambungan.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Retak tak terisi, lebar < 3/8 in (10


Pengisian untuk yang
L mm) atau
melebihi 1/8 in (3 mm)
2. Retak terisi sembarang lebar
(pengisi kondisi bagus).

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Retak tak terisi, lebar 3/8 in (10-


76 mm) atau
Penutupan retakan
M 2. Retak tak terisi, sembarang lebar
Penambalan kedalaman
3/8 - 3 in (10-76 mm) dikelilingi
parsial.
retak acak ringan atau

3. Retak terisi sembarang lebar


dikelilingi retak agak acak.

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Sembarang Retak terisi atau tak


terisi, dikelilingi oleh retak acak Penutup Retakan ;
kerusakan sedang sampai tinggi
Penambalan
H 2. Retak tak terisi, > 3 in (76 mm)
Kedalaman parsial,
3. Retak sembarang lebar dengan
Rekonstruksi sambungan.
beberapa inci disekitar retakan,
pecah (retakan berat menjadi
pecahan)

4.4.2.6 Retak Blok


Retak blok ini berbentuk blok-blok besar yang saling
bersambungan. Dengan ukuran sisi blok 0.20 sampai 3 meter, dan
dapat membentuk sudut atau pojok yang tajam.
 Faktor penyebab kerusakan

a) Perubahan volume campuran aspal yang mempunyai


kadar agregat halus tinggi dari hasil penetrasi rendah
dan agregat yang mudah menyerap.
b) Pengaruh siklus temperature harian dan pengerasan
aspal.
c) Sambungan dalam lapisan beton yang berada
dibawahnya.
d) Retak akibat kelelahan (fatigue) dalam lapisan aus
aspal.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Lebar sel yang dominan
c) Luas daerah kerusakan.

 Pilihan cara perbaikan


a) Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi.
b) Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan.

Tabel 4.10 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Retak Blok.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Penutupan retak (seal


Blok didefinisikan oleh retak dengan cracks) bila retak melebihi 3
L
tingkat kerusakan rendah. mm (1/8”) ; penutupan
permukaan.

Penutupan retak (seal


Blok didefinisikan oleh retak dengan cracks) ; mengembalikan
M
tingkat kerusakan sedang. permukaan; dikasarkan
dengan pemanas dan lapis
tambahan.

Penutupan retak (seal


cracks) ; mengembalikan
Blok didefinisikan oleh retak dengan
H permukaan; dikasarkan
tingkat kerusakan tinggi.
dengan pemanas dan lapis
tambahan.

4.4.2.7 Retak Kulit Buaya


Retak kulit buaya adalah retak yang berbentuk sebuah
jaringan dari bidang persegi banyak (polygon) kecil-kecil
menyerupaikulit buaya, dengan lebar celah lebih besar atau sama
dengan 3 mm.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Defleksi berlebihan dari permukaan perkerasan.
b) Gerakan satu atau lepih lapisan yang berada di
permukaan.
c) Modulus dari material lapis pondasi rendah.
d) Lapis pondasi atau lapis aus terlalu getas.
e) Kelelahan (fatigue) dari permukaan.
f) Pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian
perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil.
g) Bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air, karena
air tanah naik.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retak yang dominan
c) Luas daerah kerusakan.

Tabel 4.9 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Retak Kulit Buaya.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

L Halus, retak rambut memanjang sejajar Belum perlu diperbaiki;


satu dengan yang lain,dengan atau penutupan permukaan
tidak tanpa berhungan satu sama lain. dengan lapisan tambahan.
Retakan tidak mengalami gompal.

Retak kulit buaya ringan terus Penambalan parsial, atau


berkembang ke dalam pola atau diseluruh kedalaman ;
M
jaringan retakan yang diikuti gompal lapisan tambahan;
ringan. rekonstruksi.

Jaringan pada pola retak telah berlanjut,


sehingga pecahan-pecahan dapat Penambalan parsial, atau
H diketahui dengan mudah, dan terjadi diseluruh kedalamn ; lapisan
gompal di pinggir. Beberapa pecahan tambahan, rekonstruksi
mengalami rocking akibat lalu lintas.

 Pilihan cara perbaikan


a) Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman.
b) Jika tingkat kerusakan ringan, pemeliharaan
sementara seperti menutup dengan larutan penutup
atau penaganan permukaan yang lain.
c) Lapisan tambahan

4.4.2.8 Retak Slip


Retak slip atau retak bulan sabit adalah retak yang diakibatkan
oleh gaya-gaya horizontal yang berasal dari kendaraan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Kurangnya ikatan lapisan permukaan dengan lapisan
di bawahnya.hal ini bias disebabkan oleh debu,
minyak,karet, kotoran dll
b) Campuran terlalu banyak kandungan pasirnya
c) Pemadatan perkerasan kurang
d) Tegangan sangat tinggi akibat pengereman dan
percepatan kendaraan
e) Lapis aus di permukaan terlalu tipis
f) Modulus lapis pondasi terlalu rendah.

 Resiko Lanjutan
c) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
d) Retakan meluas ke seluruh area perkerasan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


d) Lebar retak yang dominan.
e) Luas daerah kerusakan.
 Cara perbaikan
Membongkar lapisan aspal yang rusak, kemudian
dilakukan penambalan permukaan.

Tabel 4.11 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Retak Slip.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Belum perlu diperbaiki ;


L Retak rata-rata, lebar < 3/8 in (10 mm)
Panambalan parsial

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Retak rata-rata, lebar 3/8 – 1.5


in (10-38 mm)
M Panambalan parsial
2. Area pecahan di sekitar retakan
pecah, kedalam pecahan-
pecahan terikat.

Satu sari kondisi berikut yang terjadi :

1. Retak rata-rata, lebar > 1/2 in


(>38 mm)
H Panambalan parsial
2. Area pecahan di sekitar retakan
pecah, kedalam pecahan-
pecahan mudah terbongkar.

4.4.3 Kerusakan di Pinggir Perkerasan


Kerusakan di pinggir perkerasan adalah retak yang terjadi di
sepanjang pertemuan antara permukaan perkerasan aspal dan bahu
jalan, lebih-lebih bila bahu jalan tidak ditutup.

Akibat dari kerusakan di pinggir adalah :


Lebar perkerasan berkurang
Kehilangan kenyamanan kendaraan, dan dapat
mengakibatkan kecelakaan
Air masuk ke dalam lapisan pondasi
Terjadinya alur di pinggir dapat mengakibatkan erosi
pada bahu jalan.
Kerusakan di pinggir dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Retak Pinggir/ Pinggir pecah
2) Pinggir turun.
4.4.3.1 Retak Pinggir
Retak Pinggir biasanya terjadi sejajar dengan pinggir
perkerasan dan berjarak sekitar 0.3-0.6 m dari pinggir.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Kurangnya dukungan dari arah lateral (bahu jalan)
b) Drainase kurang baik
c) Kembang susut tanah disekitarnya
d) Seal coat lemah, adhesi permukaan lapis pondasi
hilang.
e) Konsentrasi lalu lintas berat di dekat pinggir
perkerasan
f) Adanya pohon-pohonan besar dekat pinggir
perkerasan.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
b) Air masuk ke dalam lapisan pondasi
c) Terjadinya alur di pinggir dapat mengakibatkan erosi
pada bahu jalan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Lebar retak yang dominan.
b) Panjang retakan.

 Cara perbaikan
a) Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya.
Jika bahu jalan tidak mendukung pinggir perkerasan,
maka material yang buruk dibongkar dan digantikan
dengan material baik yang dipadatkan.
b) Jika air menjadi factor penyebab kerusakan pecah,
maka harus dibuatkan drainase.
c) Penutupan retakan / permukaan
d) Penambalan parsial.

Tabel 4.12 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Retak Pinggir.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

L Retak sedikit sampai dengan sedang Belum perlu diperbaiki ;


dengan tanpa pecahan atau butiran
lepas. Penutupan retak untuk
retakan > 1/8 in (3 mm).

Retak sedang dengan beberapa Penutupan retak ;


M
pecahan dan butiran lepas. Penambalan parsial

Banyak pecahan atau butiran lepas di


H Panambalan parsial
sepanjang tepi perkerasan.

4.4.3.2 Jalur / Bahu Turun


Jalur / Bahu jalan turun adalah beda elevasi antara pinggir
perkerasan dan bahu jalan.
 Faktor penyebab kerusakan
a) Lebar perkerasan kurang.
b) Bahu jalan dibangun dengan material yang kurang
tahan terhadap erosi dan abrasi.
c) Penambahan lapis permukaan tanpa diikuti
penambalan permukaan bahu jalan.

 Resiko Lanjutan
a) Mengurangi kenyamanan dan keselamtan kendaraan
yang bias mengakibatkan kecelakaan.
b) Air masuk ke dalam lapisan pondasi
c) Terjadinya alur di pinggir dapat mengakibatkan erosi
pada bahu jalan.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Tinggi penurunan.
b) Panjang yang dipengaruhi oleh penurunan.

 Cara perbaikan
a) Untuk beda tinggi yang relative kecil dan bahu jalan
berupa aspal, maka campuran aspal pans (hot mix)
dapat ditempatkan pada bagian yang elevasinya
berbeda.
b) Untuk beda tinggi yang besar, bahu jalan harus
ditinggikan dengan menghamparkan lapis tambahan
(overlay).
c) Jika penyebabnya adalah drainase yang buruk, maka
dibuatkan lagi drainase yang baik.
d) Jika bahu jalan tidak diperkeras, maka dibongkar dan
material jelek diganti dengan material yang bagus dan
dipadatkan.
Tabel 4.13 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Bahu jalan turun..
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Beda elevasi antara pinggir perkerasan


L
dan bahu jalan 1-2 in. (25-51 mm) Perataan kembali dan bahu
diurug agar elevasi sama
M Beda elevasi > 2-4 in. (51-102 mm)
dengan tinggi jalan.
H Beda elevasi > 4 in. (>102 mm)

4.4.4 Kerusakan Tekstur Permukaan


Kerusakan tekstur permukaan merupakan kehilangan material
perkerasan secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan kea rah
bawah.Perkerasan Nampak seakan pecah menjadi bagian-bagian
kecil, seperti pengelupasan akibat terbakar sinar matahari, atau
mempunyai gars-garis goresan yang sejajar.

Kerusakan tekstur permukaan aspal dapat dibedakan menjadi:


1) Butiran lepas (raveling)
2) Kegemukan (bleeding)
3) Agregat licin (polished aggregate)
4) Terkelupas (delamination)
5) Stripping

4.4.4.1 Pelapukan dan Butiran Lepas


Pelapukan dan butiran lepas adalah disintegrasi permukaan
perkerasan aspal melalui pelepasan partikel yang berkelanjutan,
berawal dari permukaan perkerasan menuju ke bawah atau dari pinggir
ke dalam.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Campuran material aspal lapis permukaan kurang
baik.
b) Melemahnya bahan pengikat dan atau batuan
c) Pemadatan kurang baik, karena dilakukan pada
musim hujan.
d) Agregat hydrophilic (agregat yang mudah menyerap
air)

 Resiko Lanjutan
a) Butiran lepas meluas ke seluruh area perkerasan
b) Ar dapat masuk kedalam lapisan permukaan
c) Kendaraan mudah tergelincir.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Luas daerah kerusakan dalam m 2

 Cara perbaikan
Perawatan permukaan dengan menggunakan chip
seal atau slurry seal.

Tabel 4.14 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Pelapukan atau butiran lepas.

Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Belum perlu diperbaiki ;


Agregat atau bahan pengikat mulai
L Penutup permukaan ;
lepas.
perawatan permukaan

Penutup permukaan ;
M Agregat atau pengikat telah lepas. perawatan permukaan ;
lapisan tambahan

Penutup permukaan ;
Agregat atau pengikat telah banyak
H lapisan tambahan ; recycle ;
lepas
rekonstruki.

*Bila local, yaitu akibat tumpahan oli, maka ditambal parsial.

4.4.4.2 Kegemukan
Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan,
yang bermigrasi keatas permukaan perkerasan.
 Faktor penyebab kerusakan
a) Pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran
aspal.
b) Kadar udara dalam campuran aspal terlalu rendah.
c) Pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan
prime coat atau tack coat.
d) Pada tambalan, terlalu banyak aspal di bawah
permukaan tambalan.
 Resiko Lanjutan
a) Kehilangan kenyamanan dalam berkendara.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Persen area batuan/kerikil yang terbenam
b) Luas daerah kerusakan

 Cara perbaikan
a) Pemberian pasir panas atau batu saring panas untuk
mengimbangi kelebihan aspal.
b) Jika kegemukan ringan, perawatan dilakukan dengan
agregat seal coat, dengan menggunakan agregat
yang mudah menyerap.

Tabel 4.15 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Kegemukan.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Kegemukan terjadi hanya pada derajat


L Belum perlu diperbaiki ;
rendah

Kegemukan telah mengakibatkan aspal


Tambahan pasir / agregat
M melekat pada sepatu atau roda
dan padakan.
kendaraan

Kegemukan telah begitu nyata dan


Tambahan pasir / agregat
H banyak aspal melekat pada sepatu atau
dan padakan.
roda kendaraan.

4.4.4.3 Agregat Licin


Agregat licin adalah licinnya permukaan bagian atas
perkerasan akibat ausnya agregat di permukaan.
 Faktor penyebab kerusakan
Agregat kasar dipermukaan beton tidak tahan aus,
berbentuk bulat dan lici, tidak berbentuk kubikal.
Beberapa agregat, khususnya batu gamping. Menjadi
halus oleh pengaruh lalu lintas. Beberapa macam
kerikil yang secara alami permukaannya halus, jika
digunakan untuk permukaan perkerasan tanpa
memecahnya, maka akan menyebabkan gangguan
kekesatan permukaan jalan. Agregat halus ini akan
menjadi licin bila basah oleh air hujan.
 Resiko Lanjutan
Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu
lintas.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


Luas daerah kerusakan

 Cara perbaikan
a) Pelapisan ulang (overlay)
b) Membersihkan bahan-bahan yang bias membuat aus
agregat di lapisan permukaan.

Tabel 4.16 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Agregat licin.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Tidak ada definisi derajat kerusakn. Belum perlu diperbaiki ;


Tetapi, derajat kelicinan harus Nampak
signifikan, sebellum dilibatkan dalam Perawatan permukaan ; dan
survey kondisi dan dinilai sebagai
kerusakan lapisan tambahan.

4.4.4.4 Pengelupasan
Kerusakan permukaan terjadi oleh akibat terkelupasnya
lapisan aus permukaan perkerasan.
 Faktor penyebab kerusakan
a) Pembersihan kurang bagus atau kurang tack coat
sebelum penempatan lapisan diatasnya.
b) Rembesan air lewat aspal sehingga memisahkan
ikatan antara permukaan dan lapisan di bawahnya.
c) Lekatan dari lapisan pengikat di permukaan
perkerasan dengan ban kendaraan.

 Resiko Lanjutan
a) Kehilangan kenyamanan dalam berkendaran.
b) Menyebabkan genangan air hujan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Luas daerah kerusakan
 Cara perbaikan
a) Penghamparan lapis tambahn (overlay) tipis.
4.4.4.5 Stripping
Stripping adalah suatu kondisi hilangnya agregat kasar dari
bahan penutup yang disemprotkan, yang menyebabkan bahan
pengikat dalam kontak langsung dengan ban kendaraan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Kandungan pengikat terlalu sedikit.
b) Pengikat tidak mengikat batuan dengan baik
c) Penyerapan pengikat
d) Kerusakan / ausnya batuan
e) Pencampuran pengikat kurang baik.
f) Pemadatan kurang.

 Resiko Lanjutan
a) Kehilangan kenyamanan dalam berkendaran.
b) Meluasnya area yang mengalami stripping

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Persen batuan / kerikil dalam area rusak.
b) Luas daerah kerusakan

 Cara perbaikan
a) Penghamparan lapis tambahn (overlay) tipis.

4.4.5 Lubang (potholes)


Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat
hilangnya lapisan aus dan material lapisan pondasi.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Campuran material lapis permukaan yang kurang
baik.
b) Air masuk kedalam lapisan pondasi lewat retakan di
permukaan perkerasan yang tidak segera ditutup
c) Beban lalu lintas yang mengakibatkan disintegrasi
lapisan pondasi.
d) Tercabutnya aspal pada lapisan aus akibat melekat
pada ban kendaraan.

 Resiko Lanjutan
a) Kehilangan kenyamanan dalam berkendaran yang
menyebabkan kecelakaan.
b) Meluasnya area yang mengalami lubang
c) Air dapa masuk ke permukaan

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Kedalaman lubang.
b) Jumlah lubang
c) Luas lubang

 Cara perbaikan
a) Perbaikan permanen dilakukan dengan penambalan
di seluruh kedalamn
b) Perbaikan sementara dilakukan dengan
memberishkan lubang dan mengisinya dengan
campuran aspal dingin khusus untuk menambal.

Tabel 4.17 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
lubang.
Diameter rata-rata lubang

Kedalaman MAX 4-8 in 8-18 in 18-30 in


(102-203 mm) (203-457 mm) (457-762 mm)

½-1 in
L L M
(12.7-25.4 mm)

> 1-2 in
L M H
(25.4-50.8 mm)

> 2 in
M M H
(> 50.8 mm)

L : Belum perlu diperbaiki ; penambalan parsial di seluruh kedalamn


M : Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman
H : Penambalan di seluruh kedalaman

4.4.6 Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and


Utility Cut Patching)
Tambalan adalah penutupan bagian perkerasan yang
mengalami perbaikan.

 Faktor penyebab kerusakan


a) Amblesnya tambalan umumnya disebabkan oleh
kurangnya pemadatan material urugan lapis pondasi
atau tambalan material aspal
b) Cara pemasangan material buruk
c) Kegagalan dari perkerasan dibawah tambalan dan
disekitarnya.

 Resiko Lanjutan
a) Kehilangan kenyamanan dalam berkendaran.
b) Tambalan yang ambles meluas.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Luas masing-masing tambalan
b) Jumlah tambalan dalam area yang diperhatikan untuk
perhitungan PCL, luas tambalan diukur dalam feet
persegi.

 Cara perbaikan
a) Perbaikan atau penggantian tambalan di seluruh
kedalaman untuk perbaikan permanen.
b) Dilakukan penambalan permukaan untuk perbaikan
sementara.

Tabel 4.18 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
tambalan.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Tambalan dalam kondisi baik dan


L memuaskan, kenyamanan kendaraan Belum perlu diperbaiki ;
dinilai terganggu sedikit atau lebih baik.

Tambalan sedikit rusak, kenyamanan Belum perlu diperbaiki ;


M
kendaraan dinilai agak terganggu. Tambalan perlu dibongkar

Tambalan sangat rusak dan atau


H kenyamanan kendaraan sangat Tambalan dibongkar
terganggu.

4.4.7 Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing)


Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles
atau benjolan di sekitar lintasan rel.
 Faktor penyebab kerusakan
a) Amblesnya perkerasan, sehngga timbul beda elevasi
antara permukaan perkerasan dengan permukaan rel.
b) Pelaksanaan pekerjaan perkerasan atau pemasangan
jalan rel buruk.

 Resiko Lanjutan
a) Mengganggu kenyamanan dalam berkendaran.

 Data yang diperlukan untuk perbaikan


a) Luas dari persilangan diukur.

 Cara perbaikan
a) Penambalan parsial atau diseluruh kedalaman.
b) Rekonstruksi persilangan jalan rel.

Tabel 4.19 Tingkat Kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Persilangan jalan rel.
Tingkat
Identifikasi Kerusakan Pilihan untuk perbaikan
Kerusakan

Persilangan jalan rel menyebabkan


L sedikit gangguan kenyamanan Belum perlu diperbaiki ;
kendaraan.

Persilangan jalan rel menyebabkan Penambalan dangkal atau


M cukup gangguan kenyamanan kedalaman parsial;
kendaraan. rekonstruksi

Persilangan jalan rel menyebabkan Penambalan dangkal atau


H gangguan besar bagi kenyamanan kedalaman parsial;
kendaraan. rekonstruksi

4.4.8 Erosi Jet Blast (Jet Blast Erosion)


Erosi jet blast adalah kerusakn perkerasan beton aspal pada
bandara.kerusakan ini menyebabkan area permukaan aspal menjadi
gelap, ketika pengikat aspal telah terbakar atau terkarbonasi.

4.4.9 Tumpahan Minyak (Oil Spillage)


Tumpahan minyak adalah kerusakan atau pelunakan
permukaan perkerasan aspal di bandara yang disebabkan oleh
tumpahan minyak, pelumas, atau cairan yang lain.
4.4.10 Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi
Penurunan konsolidasi tanah di bawah timbunan
menyebabkan distorsi perkerasan, perkerasan lentur yang dibangun di
atas kotoran atau tanah gembut, akan memunculkan area yang
ambles.kegagalan in menyebabkan retak yang berbentuk setengah
lingkaran dipermukaan perkerasan.

Anda mungkin juga menyukai