TINJAUAN PUSTAKA
6
kedalaman atau menutupi dengan campuran panas. Di pangkalan perlu untuk
mengulang lantai dan drainase.
Dari beberapa faktor penyebab kerusakan pada perkerasan yang telah disebutkan
diatas, penelitian ini mengerucut pada point lemahnya pemeliharaan pada
perkerasan, sebagai salah satu faktor yang utama pada penyebab kerusakan pada
perkerasan jalan.
7
menggabungkan pekerjaan perbaikan dan dukungan yang diselesaikan tanpa
henti dari waktu ke waktu di jalan dalam kondisi stabil, hal yang dilakukan
seperti:
a. Lapis permukaan seperti penambalan lubang/patching, pelaburan aspal
dan lain lain
b. Perbaikan bahu jalan seperti penimbunan material bahu jalan yang terkikis
dan pemotongan rumput
c. Drainase jalan, seperti pembersihan kanal, agar tetap berfungsi dan
mencegah genangan air yang dapat menumpahkan air ke permukaan
perkerasan
2. Pemeliharaan berkala
Dilakukan hanya pada waktu waktu tertentu. Pada saat kondisi lapis permukaan
sudah mengalami penurunan. Hal yang dilakukan pada saat pemelihraan
berkala seperti pelapisan ulang lapis permukaan agar jalan pada kondisi
seharusnya.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan serta pencegahan agar
kerusakan yang terjadi tidak semakin luas atau menyebar pada perkerasan
lainnya hal ini dapat mengkibatkan menurunnya kondisi kemantapan jalan
karena pada bagian bagian tertentu terjadi kondisi rusak ringan. Lingkup dari
rehabilitasi jalan seperti:
a. Pelapisan ulang
b. Perbaikan bahu jalan
c. Perbaikan bangunan pelengkap
d. Penambalan lubang pada perkerasan
e. Penggantian dowel atau tie bar pada perkerasan kaku
4. Rekonstruksi
Rekonstruksi jalan merupakan perbaikan struktur yang merupakan upaya untuk
meningkatkan kapasitas jalan yang berada dalam kondisi rusak parah. Kondisi
jalan akan stabil seperti yang ditunjukkan oleh umur rencana. Lingkup
rekonstruksi pada perkerasan:
a. Perbaikan seluruh struktur
8
b. Peningkatan kekuatan struktur
c. Perbaikan bangunan pelengkap
d. Perbaikan ulang saluran drainase
e. Pekerjaan galian dan timbunan ulang
f. Pekerjaan struktur perkerasan
1. Kerusakan Struktural
Kerusakan struktur jalan yang membuat aspal jalan sampai saat ini belum
mampu menahan beban melintas di permukaan perkerasan. Contoh kerusakan
struktur seperti:
a. Retak buaya
b. Perubahan bentuk (Deformation)
c. Cacat permukaan (Surface Disintegration)
d. Penurunan pada bekas utilitas (Utility Cut Depression)
2. Kerusakan Fungsional
Kerusakan permukaan jalan menyebabkan terganggunya pekerjaan jalan yang
melayani lalu lintas klien jalan. Contoh kerusakan fungsional seperti:
a. Jalan berlubang
b. Kegemukan (Bleeding)
c. Retak rambut
d. Pengelupasan lapis permukaan (Surface Disintegration)
9
2.2. Pemeliharaan Jalan Secara Preservasi
Preservasi Jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penanganan sebagai
perawatan, penopang, dan perbaikan yang diharapkan mengikuti kondisi jalan, agar
tetap dapat bekerja secara ideal untuk melayani lalu lintas. Sehingga umur rencana
yang telah dirancang dapat terealisasi. Tujuan dilaksankan nya preservasi pada
perkerasan jalan antara lain:
10
2.3. Preventive Maintenance
Preventive maintenance merupakan upaya upaya yang dilakukan untuk pencegahan
terjadinya kerusakan pada permukaan perkerasan jalan, menggunakan pilihan
pilihan teknologi preventif yang tersedia saat ini dengan menyesuaikan jenis
perkerasannya. Metode ini harus dilakukan untuk menjaga mutu perkerasan agar
sampai pada umur rencana yang diharapkan. Dalam membangun jaringan jalan
membutuhkan biaya yang besar dalam pelaksanaanya, hal ini menjadikan
perkerasan jalan sebagai salah satu investasi negara yang harus diperhatikan pula
kondisinya. Apabila perkerasan jalan tidak sampai pada umur rencana yang
diharapkan sudah terjadi kerusakan yang cukup parah pilihannya ialah rekonstruksi
ulang, jika hal ini terjadi dapat merugikan negara dan pengguna jalan serta dampak
yang lainnya. Perlunya pemeliharaan preventif juga tidak lepas dari membutuhkan
biaya dalam pelaksanaanya, namun hal ini jauh lebih ekonomis dilakukan sebelum
perkerasan jalan sampai pada tahap rehabilitasi mayor, minor, serta mencegah
terjadinya rekonstruksi sebelum umur rencana. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah kerusakan pada permukaan perkerasan, seperti: mengisi celah-celah tipis
pada permukaan jalan sehingga mencegah terjadi kerusakan lapisan pada
permukaan perkerasan atau disebut (raveling).
Dibawah ini bisa dilihat hubungan antara kondisi jalan dengan umur pelayanan
daam kegiatan pemeliharaan pada perkerasan jalan. Terlihat pada gambar kondisi
pemeliharaan jalan minimal pada ketinggian 4,5m/km sampai 8m/km tergantung
fungsi jalan. Apabila perkerasan jalan tidak sampai pada umur rencana yang
diharapkan sudah terjadi kerusakan yang cukup parah pilihannya ialah rekonstruksi
ulang, jika hal ini terjadi dapat merugikan negara dan pengguna jalan serta dampak
yang lainnya. Perlunya pemeliharaan preventif juga tidak lepas dari membutuhkan
biaya dalam pelaksanaanya, namun hal ini jauh lebih ekonomis dilakukan sebelum
perkerasan jalan sampai pada tahap rehabilitasi mayor, minor, serta mencegah
terjadinya rekonstruksi sebelum umur rencana.
11
Gambar 4 Hubungan Umur layanan, kondisi, dan Jenis Penanganan Jalan.
Sumber: Shanin 1992
Untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan pada perkerasan jalan maka
perkerasan tersebut harus dilakukan penanganan preventive, ada banyak faktor
yang dapat mempengaruhi mutu perkerasan semakin berkurang, hal ini
berhubungan dengan umur rencana dari perkerasan. Dan untuk mempertahankan
umur rencana dan mutu tersebut maka preventive maintence harus diperhatikan
untuk perkerasan, jenis jenis kerusakan pada perkerasan yang dapat terjadi apabila
tidak dilakukannya preventive maintence:
12
12. Raveling (tergerus)
13. Rutting (beralur)
14. Slipping cracking (retak menggeser)
15. Stripping
16. Transverse cracking (retak termal melintang)
17. Water beeding and pumping
2. Chip seal
Melakukan penyemprotan pada bagian permukaan agreagat perkerasan dengan
aspal, dimana aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang telah dimodifikasi
lalu dilapisi dengan lapisan agregat. Manfaat yang diharapkan seperti:
a. Melindungi perkerasan dari intrusi (masuk nya air), dari retakan pada
permukaan perkerasan menuju struktur perkerasan bawah.
b. Memperbaiki bagian permukaan pada perkerasan jika terjadi pelepasan
butir agregat di permukaan perkerasan jalan.
c. memberi kekasaran pada permukaan perkerasan sehingga dapat memberi
ketahanan slip.
13
Terdiri dari agregat, filler (jika perlu), air dan emulsi aspal yang dicampur
dingin menggunakan mixer, disebarkan dan dipadatkan (jika perlu) pada
permukaan perkerasan aspal eksisting yang telah disiapkan. Hasil yang
diberikan seperti:
a. Menutupi retak pada permukaan.
b. Mengurangi laju pelepasan butiran.
c. Membuat permukaan menjadi kedap air sehingga mencegah air masuk
kedalam agregat.
d. Memperbaiki kekasaran pada permukaan perkerasan.
e. Membantu reduksi kerusakan permukaan yang disebabkan oksidasi.
14
c. Memiliki permukaan perkerasan yang halus (kedap air) dan tingkat
kebisingan dapat di minimalisir.
Dibawah ini adalah gambar salah satu dari 5 contoh teknologi preventif yang telah
dijelaskan. Dilaksanakan dalam pemeliharaan preventif untuk menahan beban lalu
lintas yang sangat berat dan tegangan geser yang cukup tinggi serta memiliki
permukaan perkerasan yang halus dan tingkat kebisingan yang rendah yaitu LTBA
(Lapis tipis Beton Aspal)
15
permukaan perkerasan. U Tho`atin, dkk, (2016). Nilai IRI dan kondisi permukaan
perkerasan dapat dilihat hubungannya pada tabel 1 di bawah ini.
16
Tabel 2. IRI vs Jenis Penanganan (Bina Marga)
Dilakukan
1 Permukaan Baik IRI dengan rata rata ≤ 4,0
Pemeliharaan rutin
Dilakukan
2 Permukaan Sedang Nilai IRI 4,1 - 8,0
Pemeliharaan berkala
17
Tabel 3. Nilai PCI dalam kondisi perkerasan
Kondisi pada perkerasan
Persentase PCI
Perkerasan
25–40 Jelek(Poor)
40–55 Cukup(Fair)
55–70 Baik(Good)
85–100 Sempurna(excellent)
Sumber: jurnal perencanaan dan Rekayasa Sipil,2012
Di akhir luas dan persentase kerusakan kemudian dihitung berdasarkan data yang
diperoleh, lalu di persentasekan ke dalam tabel berdasarkan level yang telah
dijelaskan pada tabel PCI. Cara menghitung nilai PCI untuk setiap unit sampel dari
ruas jalan tersebut, berikut cara menentukan nilai PCI:
18
1. Biaya Konsumsi Bahan Bakar
Ketika mencari konsumsi bahan bakar kendraan koefisen yang dibutuhkan
anatara lain: kecepatan lalu rata rata lalu lintas, simpangan baku, tanjakan dan
turunan dan percepatan rata- rata serta rekomendasi untuk berat kendaraan.
Konsumsi bahan bakar pada setiap kendaraan pasti berbeda beda. Faktor faktor
yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar mulai dari jenis mesin, faktor jalan
dan lain lain. Dalam penelitian ini fakor yang di perhitungkan ialah jenis
kendaraan terhadap kecepatan melintasi perkerasan jalan untuk mengetahui
konsumsi bbahan bakar yang digunakan, untuk kecepatan rencana sesuai
dengan peraturan pemerintah tahun 2006 no 43 ialah 20km/jam – 40km/jam.
𝑉
𝐴𝑅 = 0,012 × (2.1)
𝐶
keterangan:
AR = Percepatan rata-rata.
V = Volume lalu-lintas (smp/jam)
C = Kapasitas jalan (smp/jam)
Sedangkan untuk perhitungan simpangan baku percepatan digunakan
Persamaan
𝑆𝐴 = 𝑆𝐴 𝑚𝑎𝑥 (1,041 + 𝑒(𝑎0 + 𝑎1) 𝑥 𝑉/𝐶) (2.2)
keterangan:
SA = Simpangan baku percepatan (m/s2)
SA max = Simpangan baku percepatan maksimum (m/s2) (tipikal = 0,75)
a0, a1 = Koefisien parameter (tipikal a0 =5,140; a1 = 8,264)
V = Volume lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas jalan (smp/jam)
Untuk melihat alinyemen berbagai medan jalan dapat dilihat ada tabel diawah
ini.
19
Tabel 4. Aliemen berbagai medan jalan.
Tanjakan rata- Turunan rata-rata
No Kondisi Medan
rata (m/km) (m/km)
1 Datar 2,5 -2,5
2 Bukit 12,5 -12,5
3 Pegunungan 22,5 -22,5
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan Bagian
Biaya Tidak Tetap, 2005
keterangan:
BiBBMj = Biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan I
KBBMi = Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan liter/km
HBBMj = Harga bahan bakar untuk jenis BBM j Rp/liter
I = Jenis kendaraan
J = Jenis bahan bakar
BBMi = ((α + (β1 ÷ VR) + (β2 × 𝑉 2 ) + (β3 × RR) + (β4 × FR) + (β5 ×
𝐹 2 ) + (β6 × DTR) + (β7 × AR) + (β8 × SA) + (β9 × BK) ÷ 1000 (2.4)
keterangan:
α = Konstanta
β1…β9 = Koefisien-koefisien parameter
20
VR = Kecepatan rata-rata
RR = Tanjakan rata-rata
FR = Turunan rata-rata
DTR = Derajat tikungan rata-rata
AR = Percepatan rata-rata
SA = Simpangan baku percepatan
BK = Berat kendaraan
Untuk nilai konstanta dan koefisien parameter dalam rumus tersebut ditentukan
dalam Tabel 6 tentang nilai konstanta dan koefisien-koefisien parameter model
konsumsi BBM.
Tabel 6. Nilai Konstanta dan Koefisien Bahan Bakar Sesuai Jenis Kendaraan
21
Keterangan:
OHKi = Oli hilang akibat kontaminasi (liter/km)
OHOi = Oli hilang akibat operasi (liter/km)
KBBMi = Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan I (liter. /km)
𝐾𝐴𝑃𝑂𝑖
(2.7)
𝐽𝑃𝑂𝑖
Keterangan :
KPOi = Kapasitas oli (liter)
JPOi = Jarak penggantian oli (km)
Nilai OHOi, KPOi dan JPOi diperoleh dari Tabel nilai tipikal JPOi, KPOi,
dan OHOi yang direkomendasikan diperoleh dari Tabel 7 berikut ini.
𝐻𝐾𝐵𝑖
𝐵𝑝𝑖 = 𝑝𝑖 𝑥 1000 (2.8)
keterangan:
Bpi = Biaya pemeliharaan kendaraan untuk jenis kendaraan I (Rp/km)
22
HKBi = Harga kendaraan baru rata-rata untuk jenis kendaraan I (Rp)
Pi = Nilai able a biaya suku cadang terhadap kendaraan baru jenis
I
I = Jenis kendaraan
Pi sendiri diperoleh dari Persamaan berikut.
𝐾𝐽𝑇𝑖
𝑃𝑖 = (𝜙 + 𝛾1 𝑥 𝐼𝑅𝐼 ) (100000) (2.9)
keterangan:
Pi = Nilai able a biaya suku cadang terhadap kendaraan baru jenis
I
Φ = Konstanta
γ1 & γ2 = Koefisien-koefisien parameter
IRI = Kekasaran jalan (m/km)
KJTi = Kumulatif jarak tempuh kendaraan jenis I (km)
I = Jenis kendaraan
𝑂𝑇𝑝
𝐵𝑈𝑖 = 𝐽𝑃𝑖 𝑥 1000 (2.10)
keterangan:
Bui = Biaya upah perbaikan kendaraan (Rp/km)
23
Jpi = Jumlah Jam Pemeliharaan (jam/1000km)
UTP = Upah Tenaga Pemeliharaan (Rp/jam)
𝐽𝑃𝑖 = 𝑎0 𝑥 𝑃𝑖 𝑥 𝑎1 (2.11)
keterangan:
Jpi = Jumlah Jam Pemeliharaan (jam/1000km)
Pi = Nilai biaya suku cadang terhadap kendaraan baru jenis i
a0, a1 = konstanta
UTP adalah nilai pemeliharaan bulanan setara dengan Rp 2.770.000 dari upah
minimum di Bandar Lampung dibagi dengan jumlah jam kerja per bulan. Jam
kerja harian mesin diasumsikan 8 jam. Mekanik itu bekerja 6 hari dari 7. Jadi,
jumlah jam kerja dalam sebulan adalah 192 jam. Jadi, upah per jam seorang
mekanik adalah Rp 1,5 juta dibagi 192 jam. Dapatkan UTP Rp. 7812.5.
24
5. Biaya Konsumsi Ban
Beberapa input yang perlu diketahui sebelum menghitung biaya konsumsi ban
adalah nilai tanjakan & turunan (TTR) dan derajat tikungan (DTR). Nilai TTR
diperoleh dari Tabel 10 berikut ini.
keterangan:
Bbi = Biaya konsumsi ban untuk jenis kendaraan I (Rp/km)
Kbi = Konsumsi ban untuk jenis kendaraan I (EBB/1000)
HBj = Harga ban baru jenis j (Rp/ban baru)
I = Jenis kendaraan
J = Jenis ban
Kbi sendiri dicari dengan Persamaan berikut
keterangan:
χ = Kostanta
δ1 = Koefisien parameter
TTR = Tanjakan + Turunan
TR = Derajat Tikungan rata rata
25
Nilai konstanta dan koefisien parameter sendiri dapat diperoleh dari Tabel 12
berikut ini.
keterangan:
BTT = Besaran biaya tidak tetap (Rp/km)
BiBBMj = Biaya konsumsi bahan bakar minyak (Rp/km)
Boi = Biaya konsumsi oli (Rp/km)
Bpi = Biaya konsumsi suku cadang (Rp/km)
Bui = Biaya upah tenaga kerja (Rp/km)
Bbi = Biaya konsumsi ban (Rp/km)
26
2. Yudha Adhi nughraha Tahun 2010 UI. Bertujuan mengelola tahap perbaikan
awal pada perkerasan dengan mengidentifikasi jenis kerusakan pada
perkerasan jalan untuk memperoleh cara penangan yang tepat. Serta
memperioritaskan jalan mana yang akan diperbaiki terlebih dahulu.
3. Fendy Nur Betamal ITS tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan angka life cycle cost di dua jenis perkerasan jalan yang dilalui
dengan volume lalu lintas berat. Harapan yang dituangkan dari penelitian ini
diharapkan agar dapat menjadi referensi dalam mengukur tipe perkerasan yang
cocok digunakan melihat dari segi life cycle cost yang efisien
27