Anda di halaman 1dari 47

MANUAL PEMELIHARAAN

JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

PEMBANGUNAN JALAN TOL PEJAGAN - PEMALANG


SEKSI 4 : STA. 300+700 – STA. 327+604

1
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

MANUAL PEMELIHARAAN

1. Istilah dan Definisi


Istilah yang digunakan pada pedoman ini mempunyai definisi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan jalan tol adalah upaya yang dilakukan terhadap sebagian atau seluruh unsur
jalan, dengan tujuan untuk mempertahankan, memulihkan atau meningkatkan kondisi
jalan agar memenuhi ketentuan standar pelayanan minimal jalan tol dan umur rencana
yang ditetapkan dapat tercapai.
2. Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan sepanjang tahun, dengan tujuan
untuk merpertahankan kondisi jalan agar tetap memenuhi ketentuan standar pelayanan
minimal jalan tol.
3. Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara menambah lapis
bukan struktural pada permukaan perkerasan jalan lama, termasuk koreksi minor bentuk
permukaan dan penambalan permukaan perkerasan jalan lama, dengan tujuan untuk
mempertahankan atau meningkatan kondisi perkerasan jalan agar tetap tetap memenuhi
ketentuan standar pelayanan minimal jalan tol dan umur rencana yang ditetapkan dapat
tercapai.
4. Peningkatan adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara menambah lapis struktural
pada permukaan perkerasan jalan lama,termasuk koreksi bentuk permukaan perkerasan
jalan lama dan penambalan struktural, dan perbaikan sistem drainase, dengan tujuan
untuk meningkatkan kekuatan perkerasan jalan agar selama kurun waktu tertentu dimasa
yang akan dating dapat memikul beban lalu lintas, serta mempertahankan atau
meningkatan kondisi perkerasan jalan agar tetap tetap memenuhi ketentuan standar
pelayanan minimal jalan tol dan umur rencana yang ditetapkan dapat tercapai.
5. Penanganan darurat adalah penanganan yang dilakukan untuk memulihkan secepatnya
kondisi jalan yang mengganggu kelancaran lalu lintas dan/atau membahayakan pengguna
jalan yang diakibatkan oleh kejadian tak terduga.
2. Lingkup Kegiatan
2.1. Pemeliharaan Rutin
1. Penambalan perkerasan dan bahu, dan/atau perbaikan minor unsur lain jalan yang
berfungsi structural.
2. Pembersihan dan/atau perbaikan minor system drainase.
3. Perbaikan, pengecatan dan/atau pemasangan kembali unsur bangunan pelengkap,
perlengkapan dan fasilitas jalan.
2
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

4. Pengendalian lalu lintas selama pelaksanaan pemeliharaan.


5. Upaya-upaya rutin lain sepanjang tahun untuk mempertahankan kondisi jalan.

2.2. Pemeliharaan Berkala


1. Perbaikan minor bentuk permukaan perkerasan dan bahu lama, termasuk
penambalan permukaaan.
2. Pemasangan lapis bukan struktural pada permukaan perkerasan dan bahu lama,
termasuk pengendalian mutu.

2.3. Peningkatan
1. Koreksi bentuk permukaan perkerasan dan bahu lama, termasuk penambalan
struktural.
2. Pemasangan lapis structural pada permukaan perkerasan lama,termasuk
pengendalian mutu.
3. Perbaikan sistem drainase.

2.4. Penanganan Darurat


1. Pembersihan insidental ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan dari benda-
benda yang keberadaannya sebagai akibat dari kejadian tak terduga serta
mengganggu kelancaran lalu lintas dan/atau membahayakan pengguna jalan.
2. Perbaikan insidental unsur-unsur jalan yang kondisinya mengganggu kelancaran
lalu lintas dan/atau membahayakan pengguna jalan.
3. Upaya-upaya insidental lainnya untuk memulihkan secepatnya kondisi jalan.

3. Peningkatan
Peningkatan yang dilakukan dengan cara menambah lapis struktural pada permukaan
perkerasan jalan lama, termasuk koreksi bentuk permukaan perkerasan jalan lama dan
penambalan struktural, dan perbaikan system drainase, dengan tujuan untuk meningkatkan
kekuatan perkerasan jalan agar selama kurun waktu tertentu di masa yang akan datang dapat
memikul beban lalulintas, serta mempertahankan atau meningkatkan kondisi jalan agar tetap
memenuhi ketentuan standar pelayanan minimal jalan tol an umur rencana yang ditetapkan
dapat tercapai.

3.1. Ramp (Jalan Keluar dan Jalan Masuk)

3
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Suatu segmen jalan yang berperan sebagai penghubung antara ruas jalan, segmen jalan
masuk ke jalur utama disebut On Ramp dan segmen keluar dari jalur utama disebut off
ramp .

3.2. Ruang Manfaat Jalan Tol


Ruang sepanjang jalan tol yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, talud timbunan,
dan galian serta ambang pengaman;

3.3. Ruang Milik Jalan Tol


Ruang sepanjang jalan tol yang meliputi ruang manfaat jalan tol an sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan tol yang masih menjadi bagian dari ruang milik
jalan tol yang dibatasi oleh batas ruang milik jalan tol untuk memenuhi persyaratan
keluasan keamanan pengguna untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan tol pada
masa yang akan datang.

3.4. Ruang Pengawasan Jalan Tol


Ruang sepanjang jalan tol yang meliputi sejalur tanah tertentu di luar milik jalan tol
yang penggunaannya berada di bawah pengawasan menteri, agar tidak mengganggu
pandangan bebas pengemudi, konstruksi jalan tol an fungsi jalan tol.

3.5. Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol


Ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol.

3.6. Unsur Jalan Tol


Segala bagian jalan yang terdapat pada Rumaja tol dan Rumija tol, termasuk bangunan
pelengkap, perlengkapan, dan fasilitas jalan.

4. Ketentuan Umum
4.1. Standar pelayanan minimal jalan tol
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 392/PRT/M/2005 tentang Standard Pelayanan Minimal
Jalan Tol adalah ukuran yang harus dicapai oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna jalan tol adalah sebagai
berikut:

4.2. Jenis Pemeliharaan

4
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

1. Pemeliharaan Jalan Tol meliputi :


 Pemeliharaan Rutin;
 Pemeliharaan Berkala; dan
 Peningkatan.
2. Apabila kondisi jalan tol dapat mengganggu kelancaran lalulintas dan/atau
membahayakan pengguna jalan yang diakibatkan oleh kejadian tak terduga, maka
dapat melakukan penanganan darurat.

4.3. Unsur-unsur pemeliharaan


Unsur-unsur jalan tol yang harus dipelihara meliputi :
4.3.1. Pemeliharaan Jalan Beton (Jalan Utama, Ramp, Akses, Bahu) Dan Talud
 Pemeliharaan untuk penanganan pecah jalan beton
 Pemeliharaan untuk penanganan retak
 Pemeliharaan untuk penanganan joint sealant lepas/rusak
 Pemeliharaan untuk penanganan tekstur rusak
 Pemeliharaan untuk penanganan penurunan jalan beton
 Pemeliharaan untuk penanganan pumping
 Pemeliharaan untuk penanganan genangan air jalan beton
 Pemeliharaan untuk penanganan permukaan licin pada jalan beton

4.3.2. Pemeliharaan Untuk Penanganan Geoteknik Jalan Tol


 Pemeliharaan untuk penanganan penurunan pada badan jalan
 Pemeliharaan untuk penanganan tanah lunak dan expansif
 Pemeliharaan untuk penanganan patahan dan longsoran
 Pemeliharaan untuk penanganan genangan air banjir

4.3.3. Pemeliharaan Struktur Pile Slab


4.3.3.1. Bangunan atas
 Pemeliharaan untuk penanganan retaknya slab struktur pile slab
 Pemeliharaan untuk penanganan kerusakan sambungan ekspansi
 Pemeliharaan untuk penanganan kerusakan slab struktur slab on
piledengan cara grouting
 Pemeliharaan untuk penanganan kerusakan slab struktur slab on
piledengan cara injeksi
4.3.3.2. Bangunan bawah
5
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

 Pemeliharaan untuk penanganan pancang yang retak


 Pemeliharaan untuk penanganan Pierhead /kepala pancang.
 Pemeliharaan penanganan dinding penahan bergerak
 Pemeliharaan untuk penanganan pipa cucuran dan drainase
tersumbat
 Pemeliharaan untuk penanganan pergerakan landasan abutment

4.3.4. Pemeliharaan Struktur Jembatan Box Girder Balance Cantilever


4.3.4.1. Bangunan atas
 Pemeliharaan untuk penanganan retaknya slab struktur Box Girder
 Pemeliharaan untuk penanganan kerusakan sambungan ekspansi
 Pemeliharaan untuk penanganan kerusakan slab struktur struktur
Box Girder dengan cara grouting
 Pemeliharaan untuk penanganan kerusakan slab struktur struktur
Box Girder dengan cara injeksi
4.3.4.2. Bangunan bawah
 Pemeliharaan untuk penanganan pancang yang retak
 Pemeliharaan untuk penanganan Pierhead
 Pemeliharaan penanganan dinding penahan bergerak
 Pemeliharaan untuk penanganan pipa cucuran dan drainase
tersumbat
 Pemeliharaan untuk penanganan pergerakan landasan abutment

4.3.5. Pemeliharaan Bangunan Pelengkap


 Pemeliharaan pagar

4.3.6. Pemeliharaan Lingkungan


 Pemeliharaan Tanaman
 Pemeliharaan Saluran
 Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

4.4. Tata Cara Pemeliharaan


4.4.1. Syarat Pemeliharaan
Agar penyelenggaraan pemeliharaan jalan dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
6
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

a. Pemeliharaan jalan harus dilaksanakan menurut Rencana Kerja Anggaran


Perusahaan (RKAP) yang berdasarkan pada program pemeliharaan yang
telah disusun berdasarkan skala prioritas.
b. RKAP tersebut disusun dengan mengacu pada Rencana Teknik
Pemeliharaan jalan yang sekurang-kurangnya terdiri atas gambar rencana
serta syarat-syarat dan spesifikasi pekerjaan.
c. Pemeliharaan jalan harus diusahakan agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap masyarakat sekitarnya, kelestarian alam, dan lingkungan hidup,
serta tidak merugikan pemakai jalan.
d. Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus memperhatikan keselamatan pekerja,
peralatan dan juga khususnya pemakai jalan.
e. Sebelum pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan terlebih dahulu harus
dilakukan persiapan bahan, peralatan, dan lapangan . Persiapan lapangan
meliputi pemberian tanda pada lokasi-lokasi pekerjaan. Jika diperlukan
dilakukan pengukuran dan pemberian patok-patok sesuai dengan jenis
pekerjaan pemeliharaan.

4.4.2. Alur Kerja Pemeliharaan


Alur kerja yang dilaksanakan oleh organisasi pemeliharaan dilaksanakan
melalui serangkaian aktivitas untuk yang dimulai dari inspeksi, penyusunan
program dan anggaran, pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan.
Rangkaian aktivitas alur kerja pemeliharaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Inspeksi : Kegiatan pemeriksaan fisik asset perusahaan untuk mencari
kerusakan yang perlu ditangani atau memperkirakan akan terjadi dari gejala
yang timbul.
 Analisa Inspeksi : kegiatan pengelolaan dan pengkajian data-data hasil
inspeksi dan hasil monitoring pengendalian pemeliharaan, Untuk
dipergunakan sebagai data masukan penyusunan program pemeliharaan.
 Program Pemeliharaan : kegiatan perencanaan aktivitas pemeliharaan yang
akan menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP), dengan mengacu kepada analisis data inspeksi.
 Penganggaran : Penyusunan RKAP bidang pemeliharaan yang berdasarkan
pada program pemeliharaan yang telah disusun .

7
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

 Persiapan Pelaksanaan : kegiatan administrasi untuk merealisasikan RKAP


sehingga dapat dilaksanakan.
 Pengendalian Pelaksanaan : kegiatan pemantauan aktivitas pemeliharaan
dari tahap program hingga pelaksanaan, yang merupakan salah satu
masukan analisis pemeliharaan. Pelaksanaan pemeliharaan adalah kegiatan
fisik yang dilaksanakan di lapangan sesuai dengan ketentuan persiapan
pelaksanaan.

4.4.3. Tata cara perambuan selama pelaksanaan pemeliharaan


Atas pertimbangan keamanan dan kelancaran lalu lintas serta keamanan dan
keselamatan kerja pada bagian jalan yang sedang dikerjakan, dilakukan untuk
mempersiapkan segala peralatan, perlengkapan maupun sumber daya ( biaya,
tenaga, alat ) yang akan digunakan dalam pelaksanaan pemeliharaan meliputi
:
4.4.3.1. Informasi dan sosialisasi pekerjaan
Pekerjaan ini bertujuan agar masyarakat dan pengguna jalan
mengetahui perbaikan yang akan/sedang dikerjakan dalam upaya agar
tetap terjaminnya pelayanan lalu lintas lancar, aman/selamat dan
nyaman. Penyediaan informasi dan sosialisasi pekerjaan dilakukan
selama waktu pelaksanaan pekerjaan dan dapat disampaikan melalui
papan, rambu-rambu, spanduk, selebaran (leaflet) atau pengumuman
melalui Koran/radio.
4.4.3.2. Pengamanan dan pengaturan lalu lintas
Pengamanan dan pengaturan lalu lintas berguna untuk mengamankan
daerah kerja dan mengatur lalu lintas untuk menjamin pelayanan lalu
lintas yang lancar, aman/selamat dan nyaman. Sarana ini dilakukan
sejak awal pekerjaan sampai berakhirnya pekerjaan.

4.4.3.3. Rambu Sementara


Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus memperhatikan keselamatan
pemakai jalan, dengan menempatkan rambu-rambu sementara secara
jelas. Penggunaan peralatan/rambu untuk keselamatan pekerjaan
tergantung pada jenis kegiatan pemeliharaan/perbaikan yang
dilakukan.

8
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Penempatan rambu lalu lintas tersebut dilaksanakan sebagai berikut :


1. Pada awal lokasi pekerjaan, untuk member peringatan dini bagi
pengguna jalan
2. Pada sepanjang lokasi pekerjaan, untuk melindungi lokasi
pekerjaan dari lalu lintas. Bila tidak memungkinkan untuk
mengalihkan nya melalui jalan lain.
3. Pada akhir lokasi pekerjaan, sebagai indikasi bahwa tidak ada
pembatasan bagi pengguna jalan.

4.4.4. Perencanaan Pemeliharaan


Rencana pemeliharaan jalan tol wajib dipublikasikan oleh Badan Usaha Jalan
Tol (BUJT) untuk diketahui masyarakat . Rencana ini terdiri dari system
informasi pemeliharaan, system manajemen aset dan rencana penenganan
pemeliharaan. Rencana ini dibuat oleh BUJT yang disetujui oleh Badan
Pengatur Jalan Tol (BPJT).

4.4.5. Pelaksanaan pemeliharaan


Lokasi Pemeliharaan diberi tanda dalam bentuk rambu-rambu yang dipasang
untuk memudahkan pengguna menangkap pesan yang disampaikan.
Pelaksanaan pemeliharaan diusahakan agar tidak merugikan atau
membahayakan pengguna terhadap kelancaran lalulintas. Penutupan sementara
ruas jalan untuk kepentingan pemeliharaan dilakukan BUJT dan mendapat
persetujuan Menteri. Pembukaan kembali ruas jalan tol yang ditutup sementara
wajib diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada hari mulai dibukanya
ruas jalan tol tersebut.

4.4.6. Pelaksanaan penanganan darurat


Tata cara pelaksanaan darurat jalan tol meliputi inspeksi harian dan
pengambilan tindakan untuk memulihkan secepatnya kondisi jalan tol,
pemasangan rambu dan/atau alat pengendali lalulintas, penyampaian informasi
hasil inspeksi harian kepada pihak terkait agar dapat diambil tindakan dalam
rangka memulihkan secepatnya kondisi jalan tol, serta koordinasi dengan BPJT
dan/atau pihak-pihak lain yang terkait.

4.5. Pengawasan pemeliharaan

9
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Pengawasan pemeliharaan dimaksudkan agar pemeliharaan yang dilaksanakan dapat


mempertahankan, memulihkan, atau meningkatkan kondisi jalan tol agar tetap
memenuhi standar pelayanan minimal jalan tol.
Pengawasan pemeliharaan dilakukan oleh BPJT dan disampaikan kepada Menteri.
Menteri dapat mengintruksikan Direktorat Jenderal Bina Marga, BPJT, dan/atau BUJT
untuk menindak lanjuti hasil pengawasan terhadap pemeliharaan jalan tol atau
menyelesaikan masalah-masalah yang ada sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Apabila jalan tol hasil pemeliharaan tidak memenuhi ketentuan standar pelayanan
minimal jalan to, maka menteri dapat mengambil tindakan kepada BUJT dalam wujud
penangguhan dukungan pemerintah, sanksi administrative, penundaan kenaikan tariff
tol, atau sanksi administrative lainnnya yang ditetapkan oleh Menteri.

5. Ketentuan teknis
Untuk dapat melakukan kegiatan pemeliharaan , agar dapat mengembalikan kondisi jalan
menjadi baik, aman serta mantap hal-hal yang perlu diperhatikan secara teknis antara lain
:
 Sasaran dan tolok ukur;
 Prioritas teknis penanganan kerusakan;
 Data inventori jalan;
 Sistem penilaian kinerja kondisi jalan;
 Batas nilai kondisi kerusakan yang membutuhkan pemeliharaan;
 Jenis kerusakan jalan;
 Prioritas perbaikan; dan
 Pemilihan sistem penanganan.

5.1. Sasaran Dan Tolok Ukur


1. Sasaran dan tolok ukur bidang pemeliharaan jalan dan jembatan adalah
mewujudkan pelayanan jalan dan jembatan yang aman dan nyaman melalui
keandalan konstruksi dengan indicator sebagai berikut :

Tabel 1 – Sasaran dan tolok ukur pemeliharaan sarana operasi dan transaksi jalan tol
10
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

No Sasaran Tolok Ukur/Target


Pencapaian Sasaran
1 Tingkat ketidak rataan jalan ≤5 m/km
2 Tingkat kekesatan permukaan jalan >0,33 µm
3 Permukaan jalan tanpa lubang (Zero Potholes) > 50 mm 100 %
4 Keamanan dan kekuatan struktur jalan dengan indikasi < 0,8 mm
lendutan Falling Weight (FWD)
5 Pencegahan dan penanganan kerusakan konstruksi jalan, 100 %
jembatan, dan bangunan lainnya terhadap bencana alam,
seperti banjir, longsor, dsb
6 Kebersihan dan keindahan lingkungan di rumija tol Bebas sampah,
tanaman indah, rapi,
dan terawat

Tabel 2 – Sasaran dan tolok ukur pemeliharaan sarana operasi dan transaksi jalan tol
No Sasaran Tolok Ukur/Target
Pencapaian Sasaran
1 Reflektivitas marka jalan baik ≥ 80 %
2 Sarana pelengkap jalan (guardrail, guide post, barrier ≥ 80 %
dan pagar pembatas damija) dalam kondisi lengkap dan
berfungsi
3 Rambu lalulintas bersih dan lengkap 100%
4 Semua lampu jalan yang terpasang menyala 100%
5 Bangunan Gerbang tol, gardu tol dan tempat istirahat 100%
dalam kondisi lengkap, berfungsi baik, bersih, dan
terawatt
6 Pemenuhan Waktu Operasi (PWO) ≥ 98% ≥ 98%
7 Rentang Waktu Gangguan Rata-rata (RWGR) > 600 100%
jam/bulan
8 Waktu Penanganan Gangguan (WPG) < 6 jam/kejadian ≤ 6 jam
9 Akurasi kinerja alat > 98% > 98%

11
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

5.2. Prioritas teknis penanganan kerusakan


1. Kerusakan pada lapis permukaan jalan cukup luas dan nilai lendutan (FWD) ≥ 0,8
mm, ditangani dengan cara Scrapping-filling + Overlay dengan ketebalan tertentu
sesuai umur rencana.
2. Kerusakan pada lapis permukaan jalan cukup luas dan nilai lendutan (FWD) < 0,8
mm, ditangani dengan cara Scrapping-filling.
3. Ketidakrataan permukaan jalan > 5 m/km, namun nilai lendutan (FWD) < 0,8
mm, ditangani dengan cara scrapping-filling.
4. Permukaan masih tampak baik, namun lendutan jalan (FWD) ≥ 0,8 mm, ditangani
dengan cara Overlay dengan ketebalan tertentu sesuai umur rencana.
5. Kekesatan permukaan jalan ≤ 0,33 µm, ditangani dengan pelapisan ulang tipis
(very thin overlay).
6. Kerusakan minor berupa lubang-lubang setempat ditangani dengan patching.
5.3. Data Inventori jalan
Data inventori jalan mencakup antara lain data lalulintas, data geometric jalan, data
konstruksi perkerasan yang ada, data penampang melintang ruas jalan yang ditinjau,
data bangunan struktur, data lingkungan dan data kondisi terakhir dari masing-masing
unsur jalan yang harus dipelihara.
5.4. Sistem Penilaian Kinerja kondisi jalan
Sistem penilaian kinerja kondisi jalan dilakukan dengan dua cara :
1. Sistem penilaian kondisi jalan secara visual digunakan untuk menilai kerusakan
permukaan jalan, bahu jalan, saluran samping, gorong-gorong, jembatan dan
banguanan pelengkap jalan.
2. Penilaian kinerja atas hasil pengamatan berdasarkan hal-hal dan nilai-nilai
sebagai berikut: niali-nilai IRI, RCI, besarnya lendutan, banyaknya retak, besaran
nilai kekuatan struktur, hasil pengamatan dengan kriteriabaik, sedang, rusak
ringan serta rusak berat dan berfungsi atau tidak berfungsi.

3. Sistem penilaian kondisi jalan dengan menggunakan alat, antara lain :


a. Pengukuran ketidakrataan permukaan
Adalah suatu bilangan yang menunjukkan rata atau tidaknya suatu segmen
jalan yang didapatkan dengan cara mencatat besarnya pergerakan vertical
sumbu kendaraan dalam jarak tertentu. Satuan yang digunakan m/km.

12
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

b. Pengukuran kekesatan permukaan


 Menggunakan alat ukur Mu-meter.
 Dinyatakan dalam skala 0,00 – 1,00.
 Cara pengukuran :
- Dilakukan secara langsung dengan mengukur koefisien friksi antara
roda dan permukaan jalan dengan alat ukur Mu-meter yang ditarik
oleh kendaraan dengan kecepatan 60 km/jam.
- Permukaan perkerasan diukur dalam kondisi terburuk (basah)
dengan menyemprotkan air dari kendaraan penarik.
 Nilai koefisien kekesatan yang diisyaratkan adalah > 0,33, sedangkan
harga ≤ 0,33 menunjukkan permukaan jalan yang licin.
c. Pengukuran lendutan
 Diukur dengan alat Falling Weight Deflectometer (FWD), disimpan
secara otomatis dalam bentuk file data.
 Pengukuran lendutan dinyatakan dalam mm
 Koreksi data lendutan :
- Koreksi beban FWD menggunakan interpolasi secara linier
- Koreksi suhu dilakukan sesuai dengan Metode Bina Marga
- Koreksi kondisi tanah dasar untuk menganalisis data lendutan

4. Penilaian kinerja kondisi jalan terdiri dari :


a. Jalan aspal
 Roughness (kekasaran permukaan)
 Kerusakan permukaan (alur, retak, lepas-lepas, berlubang dan lain-lain)
 Kekuatan struktur
b. Jalan beton
 Roughness (kekasaran permukaan)
 Kerusakan permukaan (retak)
 Kerusakan sambungan
 Kekuatan struktur
c. Bahu jalan
 Kondisi permukaan (bergelombang, turun, erosi, kehilangan kemiringan,
lubang).

13
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

 Kondisi rumput dan tanaman lain pada bahu.


d. Saluran tepi (side ditch)
 Kondisi aliran (lancer, macet/tersumbat, banjir)
 Kondisi fisik saluran (baik, rusak)
 Kondisi inlet/outlet saluran
 Kondisi control box saluran
e. Tebing (slope)
 Kondisi Kestabilan tebing (stabil atau ada potensi longsor)
 Kondisi bangunan pengaman tebing
f. Perlengkapan jalan (rail pengaman, rambu lalulintas, marka jalan dan lain-
lain)
 Masih berfungsi secara baik atau tidak
 Hilang atau rusak

5.5. Batas nilai kondisi kerusakan yang membutuhkan pemeliharaan


5.5.1. Karakteristik kondisi jalan
Segmen data kondisi jalan dilakukan dengan memotong setiap lajur jalan ke
dalam segmen yang panjangnya 1 km. Segmen dengan panjang 1 km ini
dianggap cukup mewakili kondisi jalan tol. Untuk setiap segmen di hitung nilai
kondisinya berdasarkan data ketidak rataan permukaan (IRI), kekesatan
permukaan, kedalaman alur dan kerusakan permukaan visual. Kondisi
permukaan visual mencakup data pelepasan butir (PB), retak, lubang, tambalan,
depresi dan keriting. Nilai kondisi jalan memiliki rentang antara 4 (baik) dan 0
(jelek), dimana nilai kondisi jalan 2,5 ditetapkan sebagai batas kritis. Apabila
dinyatakan dalam presentase, nilai kondisi 4 ekivalen nilai kondisi 100% (baik),
sedangkan nilai kondisi 0 ekivalen dengan nilai kondisi 0% (jelek).

5.5.2. Karakteristik data lendutan


Dimaksudkan untuk mengelompokkan data lendutan yang dianggap seragam
dalam satu segmen. Data lendutan ini menggambarkan nilai kondisi struktur
jalan. Semakin tinggi nilai lendutan semakin rendah nilai kondisi struktur jalan.

5.5.3. Batas nilai kondisi jalan tol

14
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Adalah kondisi yang menggabungkan kondisi fungsional dan kondisi structural.


Batas kondisi nilai yang diijinkan di jalan tol adalah 60% (ekivalen dengan
kondisi 2.5 untuk skala 0 sampai dengan 4). Jika nilai kondisi adalah N KR ≤ 60
% maka apapun jenis kerusakannya baik fungsional maupun structural harus
dilakukan. Dengan demikian program pemeliharaan diprioritaskan pada ruas
jalan tol yang nilai kondisinya N KR ≤ 60 %.

5.6. Aktivitas pemeliharaan Struktur Pile Slab


Aktivitas pemeliharaan jembatan, dimulai dari persiapan pelaksanaan, inspeksi
sampai dengan pelaporan dan tindak lanjut. Aktifitas dimulai dari obyek yang
diinspeksikan sampai kepada tindak lanjut perbaikannya.
Dilakukan sebagai berikut :
1. Menyiapkan formulir inspeksi
2. Mengamati secara visual kondisi obyek yang diinspeksi
3. Memeriksa bagian-bagian obyek yang diinspeksi
4. Memberi tanda dan mencatat detail kondisi yang rusak
5. Mencatat kategori kerusakan yang dibagi dalam 3 kriteria :
 R1 : Kerusakan perlu segera diperbaiki, karena dapat menyebabkan
kerusakan terhadap struktur konstruksi tersebut
 R2 : Kerusakan yang tindak lanjutnya perlu dibahas dahulu karena
perbaikan atau penanganan kerusakan tidak mengganggu struktur konstruksi
atau dapat ditangguhkan
 R3 : Kerusakan yang tindak lanjut perbaikan atau penanganan
kerusakannya dapat ditangguhkan
6. Mencatat tindak lanjut perbaikannya.
 P1 : Perbaikan atau penanganan kerusakan yang tidak dapat ditunda karena
membahayakan konstruksi atau lingkungan pemakai jalan
 P2 : Perbaikan atau penanganan kerusakan yang dapat ditunda atau tidak
membahayakan konstruksi atau lingkungan pemakai jalan

5.7. Jenis Kerusakan jalan tol pada kegiatan pemeliharaan


5.7.1. Kegiatan pemeliharaan rutin
1. Bidang jalan
a. Penambalan lubang/patching jalan aspal
b. Penutupan retak jalan beton
15
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

2. Bidang Struktur Pile Slab


a. Bangunan Atas: yaitu pembersihan, pengecatan, penanganan kerusakan
ringan pada : rangka, Sistem lantai, sambungan/siar muai, perletakan, dan
bangunan pelengkap.
b. Bangunan Bawah: yaitu pembersihan, pengecatan dan penanganan
kerusakan ringan pada: dinding penahan tanah/kepala jembatan,
dinding/tembok sayap, balok kepala, drainase dinding
c. Aliran Sungai/timbunan : yaitu pembersihan, dan penanganan kerusakan
ringan pada : tebing sayap, timbunan jalan pendekat (oprit), dan drainase
timbunan.
3. Bidang Sarana Jalan
a. Pemeliharaan dan perbaikan concrete barrier
b. Pemeliharaan dan perbaikan guardrail, guide post, patok kilometer,
rambu lalulintas dan penahan silau
c. Pemeliharaan dan perbaikan pagar damija
4. Bidang Drainase (Pemeliharaan dan pembersihan drainase/saluran)
5. Bidang lingkungan
a. Pemotongan rumput di rumija
b. Stripping Shoulder
c. Pemeliharaan dan perbaikan talud jalan
d. Pembersihan jalur jalan tol
e. Pemeliharaan taman/tanaman di rumija
f. Penyapuan dan pemungutan sampah
6. Bidang Peralatan dan PJU
a. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan kerja

b. Pemeliharaan instalasi mekanikal dan elektrikal


c. Pemeliharaan dan perbaikan/penggantian Penerangan Jalan Umum
(PJU)
5.7.2. Kegiatan pemeliharaan berkala
1. Bidang Jalan
a. Pelapisan Ulang jalan/overlay
b. Scrapping dan Filling

16
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

c. Surface Dressing
2. Bidang Struktur Pile Slab
a. Bangunan Atas : pengecatan, perbaikan sederhana, penggantian bagian
kecil seperti siar muai sandaran, dan bangunan pelengkap.
b. Bangunan Bawah : yaitu pengecatan, perbaikan sederhana, penggantian
bagian kecil pada landasan atau perletakan.
3. Bidang lingkungan (penataan taman/tanaman rumija

5.7.3. Kegiatan Penanganan Darurat


1. Patahan dan longsoran talud di jalan tol
2. Penanganan banjir/genangan air di jalan tol
3. Rigid pavement pada jalan tol mengalami blowup akibat mengalami muai
beton dan lendutan berlebih pada lokasi jalan tol tersebut
4. Perbaikan stabilitas konstruksi badan jalan tol
5. Penanganan darurat kecelakaan jembatan

5.7.4. Jenis Kerusakan Jalan Beton


5.7.4.1. Gompal/Pecah (spailing)
 Bentuk
- Bagian beton pecah. Arah pecahan umumnya miring kea rah
sambungan.
 Penyebab
- Kesalahan pelaksanaan, misalnya pada saat pemadatan beton
terjadi segregasi.
- Sebagai perkembangan (pengaruh beban lalulintas) dari jenis
kerusakan penurunan slab di sambungan yang tidak segera
ditangani.
 Akibat lanjutan
- Bila dibiarkan, maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih
parah.
- Mengurang kenyamanan dan membahayakan keselamatan
pemakai jalan.

5.7.4.2. Retak (Crack)


 Bentuk

17
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

- Tampak celah-celah alur memanjang atau melintang pada


permukaan jalan. .
 Penyebab
- Pengeringan terlalu cepat selama konstruksi.
- Kapasitas tanah dasar dan lapis pondasi untuk menahan beban
kurang.
- Ketidak sempurnaan sambungan struktur.
- Perbedaan penurunan tanah dasar
- Ketidak rataan subsidence struktur dan lapis pondasi.
- Konsentrasi tegangan.
- Kualitas inferior dari beton
 Akibat lanjutan
- Jika dibiarkan maka retak tersebut akan berubah menjadi
lubang yang akan mengganggu pemakai jalan.
5.7.4.3. Penurunan slab beton
 Bentuk
- Tampak penurunan salah satu slab atau penurunan slab yang
tidak seragam pada sambungan melintang .
- Bila dilalui kendaraan, kendaraan mengalami benturan pada
rodanya.
 Penyebab
- Terdapat rongga dibawah slab karena material lapis pondasi
tergerus air.
- Terjadi penurunan badan jalan yang tidak seragam.

 Akibat lanjutan
- Penurunan slab mengakibatkan bahan pengisi celah retak,
sehingga air dapat meresap ke lapisan bawah dan
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
- Membahayakan keselamatan pemakai jalan.
5.7.4.4. Kerusakan pengisi celah melintang
 Bentuk
- Tranverse joints retak.

18
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

 Penyebab
- Pengaruh cuaca, terutama panas matahari.
- Kesalahan pelaksanaan.
- Kebersihan tidak terjaga.
- Kualitas bahan pengisi tidak memadai.
 Akibat lanjutan
- Bila dibiarkan, air akan meresap ke lapisan dibawah slab dan
dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah.

5.7.4.5. Permukaan licin


 Bentuk
- Jalan tersebut tampak mengkilap jika dilihat dari kendaraan.
 Penyebab
- Penggerusan yang diakukan oleh roda kendaraan .
 Akibat lanjutan
- Akan mengakibatkan ketidaknyamanan pengendara.

5.7.4.6. Blow up
 Bentuk
- Sambungan beton yang mengalami kerusakan.

 Penyebab
- Ketidak sempurnaan struktur dan fungsi sambungan .

 Akibat lanjutan
- Jika dibiarkan maka sambungan tersebut akan patah.

5.7.4.7. Deformasi
 Bentuk
- Permukaan kea rah memanjang jalan mengalami perubahan.
 Penyebab
- Kapasitas tumpu tanah dasar da lapis pondasi kurang.
- Perbedaan penurunan tanah dasar.
 Akibat lanjutan

19
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

- Jika dibiarkan maka permukaan kea rah memanjang tersebut


akan rusak.

5.7.5. Kerusakan pada geoteknik di jalan tol


5.7.5.1. Penurunan badan jalan
 Bentuk
- Penurunan badan jalan berbentuk “crown”.
 Penyebab
- Longsor pada slope jalan tol.
- Longsor lereng pada bagian bored pile.
 Akibat lanjutan
- Membahayakan keselamatan pengguna jalan tol.

5.7.5.2. Penurunan bahu jalan


 Bentuk
- Penurunan bahu jalan berbentuk “crown”.
 Penyebab
- Longsor local pada lereng timbunan.
 Akibat lanjutan
- Membahayakan keselamatan pengguna jalan tol.
5.7.5.3. Tanah lunak dan ekspansif
 Bentuk
- Perkerasan bergeser, pecah dan longsor.
 Penyebab
- Ada lapisan tanah lunak yang mengalami kelongsoran.

 Akibat lanjutan
- Membahayakan keselamatan pengguna jalan tol.
5.7.5.4. Patahan dan longsor talud
 Bentuk
- Perkerasan pecah dan longsor.
 Penyebab
- Hujan yang turun terus-menerus.

20
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

- Intensitas curah hujan yang cukup besar.


 Akibat lanjutan
- Membahayakan keselamatan pengguna jalan tol.
5.7.6. Kerusakan pada struktur slab on pile
5.7.6.1. Retaknya slab
 Bentuk
- Retak buaya.
 Penyebab
- Faktor air semen tinggi.
- Pelaksanaan pembetonan tidak dilakukan dengan metode yang
benar.
- Mutu beton tidak memenuhi persyaratan
- Beban kendaraan yang overload pada jalan tol
 Akibat lanjutan
- Retak dapat mengurangi kekuatan struktur slab.
- Membahayakan keselamatan pengguna jalan tol.

5.7.6.2. Kerusakan sambungan ekspansi


 Bentuk
- Aspal turun kurang lebih 5 – 10 mm di kedua sisi SBR (Styrene
Butadiene Rubber) atau latex mortar.
- Aspal terurai disekitar sambungan ekspansi.
- SBR mortar retak di kedua sisi/pecah, kerusakan pada
sambungan karet.
- Terjadi retak antara beton dan SBR mortar.

 Penyebab
- Pemampatan pada perkerasan aspal disekitar sambungan
ekspansi melebihi dari yang diperkirakan sebelumnya.
 Akibat lanjutan
- Membahayakan kendaraan yang lewat.

5.7.6.3. Pierhead struktur pile cap bergerak


 Bentuk

21
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

- Bergeser, berputar, mengguling.


 Penyebab
- Gaya yang berlebihan.
- Penurunan
 Akibat lanjutan
- Struktur rawan ambruk.

5.7.6.4. Pancang retak


 Bentuk
- Terlihat retakan memanjang pada pancang.
 Penyebab
- Gaya yang berlebihan.
- Tumbukan
 Akibat lanjutan
- Struktur rawan ambruk.

5.7.6.5. Dinding penahan bergerak


 Bentuk
- Bergeser, berputar, mengguling.
 Penyebab
- Gaya yang berlebihan.
- Gerusan.
- Penurunan.
 Akibat lanjutan
- Struktur rawan ambruk.

No Jenis Penyebab Struktur Pengukura Tingkat Satuan


Kerusakan Kerusakan n kerusaka Ukuran
n
1 Kerontokan Karbonasi Tidak Tulangan Tidak m2 atau m3
Beton berbahaya tidak terlihat Parah
2 Beton Benturan
keropos

22
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

3 Beton yang Tidak cukupnya Berbahaya Tulangan Parah


berongga/ selimut beton terlihat
berbunyi
Beban berlebihan Berbahaya
Pengerjaan yang Tidak
buruk berbahaya
4 Kualitas Gaya pratekan Berbahaya Terlihat Parah
yang buruk Pengembangan adanya
Volume rembesan
Serangan
Kimiawi
5 Retak Beban berlebihan Berbahaya Lebar < 0.2 Tidak m atau m2
mm parah
Lebar > 0.2 Parah
mm
Terlihat
adanya
rembesan
atau bocor
Karbonasi Tidak Terlihat Parah
berbahaya adanya
Benturan Berbahaya rembesan
Kegagalan atau bocor
pondasi
Gaya pratekan
Susut Tidak Lebar < 0.4 Tidak
berbahaya mm Parah
Tumbuhan Berbahaya
Pengembangan Lebar > 0.4 Parah
volume mm
6 Karat besi Retak pada beton Berbahaya < 10% dari Tidak m atau m2
tulangan D. tulangan parah

23
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Lubang > 10% dari Parah


D. tulangan
7 Kerusakan Abrasi Berbahaya < selimut Tidak m2 atau m3
komponen Penuaan beton Parah
karena aus, Serangan kimiawi
penuaan, Benturan > selimut Parah
dan Pengerjaan yang beton
pelapukan buruk
Pengembangan
volume
8 Pecah atau Benturan Berbahaya Element Parah m2 atau m3
hilangnya struktural
sebagian Element Tidak
dari beton nonstruktura Parah
l

No Jenis Penyebab Struktur Pengukura Tingkat Satuan


Kerusakan Kerusakan n kerusaka Ukuran
n
9 Lendutan Tertabrak Berbahaya Lantai m3
Pondasi runtuh < I : 600 Tidak
beban berlebihan parah
> I : 600 Parah
Elemen lain
< 20 mm Tidak
Parah
> 20 mm Parah

.
5.8. Tata cara perambuan selama pelaksanaan pemeliharaan
5.8.1. Pengaturan Traffic Management
Cara pelaksanaan

24
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

a. Menyiapkan/menyusun pemasangan rambu dan perlengkapan keamanan


personil untuk dipakai selama melaksanakan pekerjaan.
b. Menerapkan standard minimal keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
seperti : rompi kerja, safety shoes, helm kerja, dll.
c. Pelaksanaan pekerjaan diusahakan dilakukan dengan meminimalisasi
kemacetan di jalan tol.

5.8.2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Traffic Management


a. Pemasangan traffic cone
b. Pemasangan rambu-rambu
c. Pembatasan area pekerjaan
d. Pengaturan mobilisasi dan demobilisasi kendaraan alat berat

25
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

5.8.3. Pengamanan dan Pengaturan lalulintas


a. Penyediaan sarana pengamanan dan pengaturan lalulintas berupa rambu-
rambu peringatan, rambu-rambu kerja, traffic cone, rotator dan sarana
lalulintas lainnya termasuk kendaraan pengangkut dan petugas dalam
rangka pengamanan daerah kerja dan pengaturan lalulintas untuk
menjamin pelayanan lalulintas yang lancer, aman/selamat dan nyaman.
b. Sarana pengaman dan pengatur lalulintas yang sudah tersedia pada awal
masa pelaksanaan.
c. Terdapat dua jenis sarana pengatur lalulintas :
 Tipe A (Tipe 1), digunakan apabila pekerjaan yang dilakukan
membutuhkan area yang lebih luas dengan volume pekerjaan yang
besar, membutuhkan peralatan yang besar (alat berat), serta jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan yang cukup lama.
Contoh pekerjaan Scrapping Filling dan Overlay (SFO), leveling,
serta pekerjaan pelebaran.

26
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Sarana pengatur lalulintas yang digunakan, antara lain:


- Rambu informasi + rotator = 2 pasang
- Rambu kerja = 11 bh
- Traffic Cone ( plastic berlampu dan genset) = 20 buah
- Rotator / blits + accu = 4 set

- Traffic cone (tipe rubber) = 180 buah


- Tenaga pengatur lalulintas dan bendera = 2 orang
- Senter lalulintas = 4 buah
- Truk pengatur perambuan = 1 unit

 Tipe B (Tipe 2) digunakan apabila pekerjaan yang dilakukan tidak


membutuhkan area pekerjaan yang terlalu luas, volume pekerjaan
yang relative sedikit/tidak terlalu banyak, serta waktu penanganan
yang singkat.
Contoh : Pekerjaan perawatan, missal : penambalan/Patching,
grouting, dan sealing.
Sarana pengatur lalulintas yang digunakan, antara lain:
- Rambu kerja = 3 bh
- Traffic Cone ( plastic berlampu dan genset) = 20 buah
- Rotator / blits + accu = 2 set
- Tenaga pengatur lalulintas dan bendera = 1 orang
- Senter lalulintas = 1 buah

Pekerjaan pengaturan lalulintas diperlihatkan pada Gambar dibawah ini :

27
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

28
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

MULAI

PEKERJAAN
PEMELIHARAAN

PATROLI

OBSERVASI ITEM DAN


BANK DATA
NILAI STANDAR

TIPE
KERUSAKAN

SURVEI DAN
UKURAN
KERUSAKAN

KLASIFIKASI KERUSAKAN
DAN PENYEBAB UTAMA

KEPERLUAN KEPERLUAN
SEMENTARA TETAP

PEMILIHAN PENGAJUAN
METODE KERJA METODA KERJA

RENCANA
PERBAIKAN (SKALA
DAN WAKTU)

DESAIN

PEKERJAAN PERBAIKAN

PEKERJAAN
PERBAIKAN

SELESAI

29
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Flowchart Diagram Kerja Perbaikan

5.9. Jenis-jenis Penanganan Untuk Perbaikan Jalan Rigid


5.9.1. Perbaikan celah ekspansi
1. Mobilisasi Peralatan dan pekerja dilapangan.
2. Tempatkan rambu pengaman pada areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
3. Siapkan peralatan.
4. Tandai daerah yang akan diganti.
5. Kupas pengisi celah yang rusak.
6. Bersihkan celah dari debu atau bahan lepas lain.
7. Isi lubang dengan bahan pengisi yang sudah disiapkan terlebih dahulu,
missalnya rebberised asphalt dengan menggunakan corong khusus.
5.9.2. Perbaikan celah ekspansi
Metode injection atau sealing ini umumnya diterapkan pada sambungan
perkerasan dan retakan dimana bahan penutup sambungannya terlepas atau
mengalami penuaan, juga dapat diterapkan pada slab beton yang mengalami
retak.
Apabila diterapkan secara periodik, akan dapat mencegah air permukaan
mencapai lapis pondasi, sehingga metoda ini berperan besar dalam
pencegahan kerusakan perkerasan beton.

Gambar14. Injection Pada celah ekspansi

5.9.2.1. Injection pada sambungan perkerasan


Pada injeksi kedalam sambungan perkerasan, bila terjadi kasus
dimana bahan penutup sambungan keluar dari slab, yang harus

30
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

dilakukan adalah meratakannya dengan permukaan perkerasan


sehingga tidak rusak akibat dilalui oleh kendaraan.
Bila bahan penutup sambungan tenggelam kedalam slab, harus
ditambahkan bahan penutup dengan jenis yang sama kedalamnya
hingga merata.
Bila bahan penutup sambungan terlupas ke luar, bahan penutup lain
yang sesuai harus segera dipasang sebagai penggantinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan :
1. Bersihkan sambungan perkerasan dan buang bahan penutup
sambungan lama, debu, lumpur dan sebagainya. Bahan penutup
yang masih berfungsi dengan baik tidak perlu dibuang selama
bahan yang akan digunakan masih merupakan jenis yang sama.
2. Sapu, sikat kawat, pahat, kompresor udara dan pembersih
sambungan dapat digunakan untuk membersihkan sambungan
tersebut.
3. Sambungan dikeringkan sebelum dilakukan pengisian, untuk
menjamin terjadinya kelekatan yang baik dari bahan penutup.

5.9.2.2. Injection pada retakan


Proses injeksi kedalam retakan pada prinsipnya hamper sama dengan
proses injeksi pada sambungan perkerasan. Pada kasus dimana
penyebab keretakannya jelas ,lebih efektif bila mengkombinasikan
pekerjaan untuk mengatasi penyebab keretakan dengan pekerjaan
pekrjaan penutupan retakan yang sama.
Retak non progresif dengan lebar < 0,5 mm dapat ditutup dengan
karet/lateks/epoxy resin dengan viskositas rendah. Retak progresif
dapat ditutup dengan bahan penutup sambungan setelah dibuat
alur/lekukan sepanjang retakan.
Pada kasus dimana diperkirakan tidak terjadi transmisi beban pada
daerah retak, perbaikan dapat dialkukan dengan metoda rekonstruksi
sebagian pada slab yang mengalami retak pada arah melintang,
setelah sebelumnya menstabilisasi lapis pondasi.

31
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Retakan yang terjadi di dekat struktur yang bersilangan dengan jalan


dapat ditutup dengan bahan penutup sambungan sepanjang retakan
seperti terlihat pada gambar 28

5.9.3. Patching (penambalan)


Metoda ini mengisi pecahan sudut dari pinggir sambungan atau retakan,
faulting, ketidakrataan arah memenjang (longitudinal unevenness), raveling,
pengelupasan, holing, retak kulit penyu, crushing dsb.
Tiga macam bahan pengikat yang digunakan untuk penambalan adalah aspal,
semen dan resin, dan dua macam agrgat yang digunakan yaitu mortar dan
beton. Dimana kombinasi penggunaannya berdasarkan kepada skala
kerusakan, kondisi lalulintas, kepentingan, ekonomis dan sebagainya.
1. Penambalan dengan semen
Semen merupakan material yang paling banyak digunakan untuk
perbaikan slab beton, karena mudah dikerjakan dan memenuhi hasil yang
diharapkan, kerugiannya adalah kesulitan yang dihadapi dalam membuat
tapering dan membutuhkan waktu untuk curing.
Dengan pertimbangan kondisi lalu lintas, dipilih jenis semen yang paling
sesuai dari jenis-jenis semen biasa (Normal Portland Cement), semen
dengan kekuatan awal tinggi (High Early Strength Portland Cement),
semen dengan kekuatan awal sangat tinggi (Super High Early Strength
Portland Cement), semen dengan waktu ikat sangat tinggi (Super High
Early Hardening Cement), dan semen alumina.
Bila dikehendaki untuk membuat lapisan yang tipis, digunakan mortar.
Untuk lapisan yang lebih tebal digunakan beton dengan ukuran
maksimum agregat kasar kurang dari sepertiga ketebalannya.

32
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

Dalam mencapur mortar atau beton, perlu diperhatikan bahwa campuran


yang diinginkan adalah kental. Bahan penurun kadar air dan bahan-bahan
tambah lainnya dapat digunakan bila dibutuhkan.

Pelaksanaan pekerjaan :
 Bagian slab yang mengalami kerusakan dibersihkan, permukaan
construction joint dipotong dan dibuat dalam kondisi basah untuk
menghilangkan debu beton. Pada saat membongkar jangan sampai
tulangan beton dan tulangan susut terpotong.
 Pada saat permukaan yang akan ditambal dalam kondisi jenuh-kering
permukaan (SSD) adukan semen atau mortar dapat dituang
kedalamnya.
 Sebelum adukan semen atau mortar mengeras, padatkan kembali dan
tuangcampuran mortar atau beton tanpa perlu ditambahkan air.
 Padatkan dan ratakan mortar atau beton dan sempurnakan dengan
menggunakan sekop pengaci.
 Setelah 30-60 menit padatkan kembali mortar atau beton tersebut dan
sempurnakan sampai mencapai ketinggian yang direncanakan.
Tekstur permukaan tambalan dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kondisi permukaan sekitarnya.
 Wet Curing dikerjakan dengan menggunakan kain basah dengan
periode curing tergantung kepada jenis semen yang digunakan.
2. Penambalan dengan aspal
Bagian slab yang rusak disingkirkan dan permukaan yang akan ditambal
dibersihkan, sama seperti pada penambalan dengan semen. Sebelum
penambalan semprot lapisan permukaan yang akan ditambal dengan tack
coat. Kerjakan proses penambalan dengan cara yang sama seperti
penambalan pada perkerasan aspal.
Catatan :

33
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

1. Bila kerusakan terjadi pada sambungan atau retakan, gunakan mortar


aspal atau aspal beton gradasi rapat dan buat meruncing seperti
gambar 31.
2. Metode perbaikan ini dapat diterapkan untuk faulting diantara slab
beton dan perkerasan aspal, atau diantara slab beton dengan bahu
jalan. Bila terdapat celah antara slab beton dan perkerasan aspal,
dapat dilakukan penambalan atau injeksi banah penutup sambungan.

3. Penambalan dengan resin sintetis


Bahan resin sintetis sesuai yang digunakan dalam penambalan karena
periode curingnya singkat, tetapi harga bahannya mahal.
Material sintetis dapat berupa epoxy, polysester atau polyurethane
dan penanganannya tergantung kepada kualitasnya . Umumnya yang
banyak digunakan adalah epoxy synthetic resin.
Campuran epoxy synthetic resin dibuat dengan mencampur epoxy
synthetic resin sebagai bahan pengikat dan pasir silikon kering atau
agregat keras dengan gradasi yang sesuai sebagai agregat.
Proporsinya adalah sampai dengan rongga udara dari agregat terisi
dengan bahan pengikat, biasanya perbandingan synthetic resin :
agregat = 1 : 4-10.
Waktu ikat campuran tergantung kepada temperatur, tetapi waktu
agar campuran mudah dikerjakan adalah 10-30 menit dengan waktu
curing selama 2-8 jam. Lama waktu ini dapat diatur dengan merubah
proporsi campuran antara material utama dan ekselerator dari epoxy.
Pada temperature tinggi,pekerjaan dapat terhambat karena campuran
epoxy synthetic resin mengeras dengan sangat cepat. Oleh karena itu
lebih baik pekerjaan penambalan dilakukan pagi hari pada saat
temperatur masih rendah.
Pelaksanaan pekerjaan :

34
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

 Singkirkan material perkerasan yang mengalami kerusakan.


Keringkan permukaan yang akan ditambal, bersihkan dari debu
dengan menggunakan kompresor.
 Setelah dipastikan bahwa permukaan yang akan ditambal dalam
keadaan kering, semprotkan primer secara merata dengan
kuantitas penyemprotan 0.3-0.5 kg/m2.

 Tebarkan mortar dan padatkan selama primer masih basah.


 Lakukan curing pada mortar, lindungi dari air hujan hingga
mortar mengeras.
5.9.4. Grooving (pengaluran)
Grooving adalah membuat alur kecil pada permukaan perkerasan dengan alat
diamond blade atau carbide disc. Grooving dibuat untuk mencegah
hydroplaning dan meningkatkan ketahanan gelincir dari permukaan
perkerasan dengan mencegah terbentuknya lapisan air antara permukaan
perkerasan dan roda kendaraan.
Grooving dibuat pada arah memanjang maupun melintang, umumnya pada
arah memanjang. Grooving arah memanjang efektif untuk mencegah
kecelakaan lalulintas akibat gaya lateral atau cross wind. Sedangkan Grooving
arah melintang efektif untuk memperpendek jarak henti dan sesuai untuk
diterapkan pada lereng yang curam dan area persimpangan. Untuk
pelaksanaan digunakan mesin Grooving.

5.9.5. Pemeliharaan buckling (tekuk)


1. Partial reconstruction pada sudut slab
- Mobilisasi Peralatan dan pekerja dilapangan.
- Tempatkan rambu pengaman pada areal perbaikan dan alihkan lalu
lintas.
- Siapkan peralatan.
- Tandai area yang akan diperbaiki.
- Potong daerah diluar retakan sampai kedalaman 2-3 cm dengan
pemotong beton seperti pada Gambar 35. Sudut persilangan dari dua
garis pemotongan dibuat melengkung untuk mengurangi konsentrasi
tegangan.
35
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

- Singkirkan bagian beton yang mengalami retak tanpa merusak


tulangan beton, tulangan susut dan dowel bar.
- Potong dan bengkokkan tulangan mendatar dari tulangan susut ke
atas. Bila sulit untuk mempertahankan seluruhnya, potong tulangan
dengan menyisakan sepanjang 20-30 cm masih menonjol keluar.
- Perbaiki tanah dasar dan lapis pondasi (base course) bila tidak dalam
keadaan baik. Rekonstruksi dapat menggunakan soil cement karena
daerah kerjanya sempit dan sulit untuk dilakukan pemadatan.
- Periksa dowel bar yang ada, potong dan ganti yang rusak dengan
yang baru.
- Bila struktur sambungan eksisting adalah jenis contraction joint,
tutup dengan polyethylene film atau lapis dengan beton baru.
- Bila struktur sambungan eksisting adalah jenis expantion joint,
gunakan joint filler.
- Setelah beton mengeras, buat alur sambungan dengan alat pemotong
dan isi dengan bahan penutup sambungan.

2. Partial reconstruction pada retak melintang slab


36
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

- Mobilisasi Peralatan dan pekerja dilapangan.


- Tempatkan rambu pengaman pada areal perbaikan dan alihkan lalu
lintas.
- Siapkan peralatan.
- Tandai area yang akan diperbaiki.
- Potong bagian slab yang retak kearah tegak lurus sumbu jalan. Satu
garis pemotongan dibuat dengan kedalaman 2-3 cm dan garis
pemotongan lainnya sedalam tebal slab.
- Singkirkan beton yang ada diantara garis pemotongan . Untuk
membuat construction joint, ikuti metode pekerjaan untuk
rekonstruksi sebagian dari sudut slab.
- Buat lubang pada beton eksisting dan masukkan mortar semen dan
dowel bar (diameter 25 x 700 mm) sedalam setengah panjang dowel.
- Lapis sisi lain dari dowel bar dengan material bitumen/aspal dan
cetakan beton.
- Setelah beton mengeras, buat lubang sambungan dengan alat
pemotong dan masukkan bahan penutup sambungan.
- Bila slab beton tidak menggunakan tulangan susut, ganti slab beton
dengan satu slab yang utuh, karean biasanya perbaikan
mengakibatkan kerusakan pada beton di sekitarnya.

- Bila terdapat kasus untuk retak memanjang maka gunakan metode


rekonstruksi sebagian untuk retak melintang pada beton.

37
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

5.9.6. Perbaikan blow up


Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Mobilisasi Peralatan dan pekerja dilapangan.
2. Tempatkan rambu pengaman pada areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
3. Siapkan peralatan.
4. Tandai area yang akan diperbaiki.
5. Bila terjadi blow up, dilakukan perbaikan sementara untuk menghindari
terhambatnya lalulintas. Kemudian untuk selanjutnya direncanakan
penggantian slab beton.
6. Bila terjadi blow up setempat, dilakukan inspeksi terhadap sambungan,
dan dilakukan perbaikan sementara karena kemungkinan akan terjadi lagi
di lokasi lain.
7. Bila blow up relative kecil, dipotong bagian beton yang timbul, sejajar
sambungan dengan jarak 50-60 cm dari sambungan dan dihancurkan
dengan menggunakan penghancur (breaker) untuk menurunkan slab
beton yang timbul. Isi tanah dan batu pecah untuk penanganan sementara
jika slab beton sudah disingkirkan, dan dilapisi dengan campuran aspal
agar dapat segera dibuka untuk lalulintas.
5.9.7. Rekonstruksi
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Mobilisasi Peralatan dan pekerja dilapangan.
2. Tempatkan rambu pengaman pada areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
3. Siapkan peralatan.
4. Tandai area yang akan diperbaiki.
5. Pembongkaran slab beton, minimum satu unit.

38
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

6. Dilakukan penggalian lapis kondisi sedemikian rupa sehingga tidak


merusak perkerasan disekitarnya yang masih baik. Gunakan mesin
penggali secukupnya, setelah itu rapikan secara manual/dengan tangan.
7. Padatkan setiap sudut dari lapis pondasi dengan mesin penggilas.
Padatkan dengan mesin pemadat ukuran kecil (vibro rammer, small-scale
compactor) untuk derah tepi, sudut yang biasanya tidak terpadatkan
dengan sempurna.
8. Bila lalulintas tetap dibuka selama pelaksanaan, perlu dibuat lapisan
permukaan sementara agar tidak mengganggu lalulintas. Gunakan
campuran aspal sebagai lapisan permukaan ini.
9. Untuk rekonstruksi dengan perkerasan aspal, selesaikan hingga lapis
pengikat dan padatkan dengan membiarkan lapisan dilalui lalulintas
selama 1-2 minggu. Buat taper (transisi kelandaian) dengan campuran
aspal agar tidak mengganggu lalulintas.
10. Bila rekonstruksi menggunakan perkerasan beton, perlakuan lebih dititik
beratkan pada construksi joint pada slab existing.
11. Jarak antara sambunagn melintang dari slab beton ditentukan sama dengan
perkerasan beton yang baru. Bila rekonstruksi dilakukan dilakukan hanya
pada lajur, posisi dan struktur sambungan dibuat sama dengan lajur
sebelahnya. Untuk sambunagn memanjang antara slab yang diganti
dengan slab eksisting, pasang tie-bar dengan membuat lubang pada
permukaan sambungan beton dengan menggunakan paku beton.
12. Hindari hubungan antara struktur jalan eksisting dengan slab beton hasil
rekonstuksi dengan mengisinya dengan bahan pengisi sambungan
perkerasan aspal.

5.10. Penanganan Perbaikan Geoteknik Jalan Tol


5.10.1. Penurunan (settlement)
1. Untuk kasus penurunan oprit jembatan dilakukan leveling permukaan
jalan
2. Sedangkan ancaman banjir diantisipasi dengan membenahi system
drainase di ruas jalan tol yang rawan.
5.10.2. Sliding (Longsor)
1. Mobilisasi Peralatan dan pekerja dilapangan.

39
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

2. Tempatkan rambu pengaman pada areal perbaikan dan alihkan lalu


lintas.
3. Siapkan peralatan.
4. Tandai area yang akan diperbaiki.
5. Kupas lapisan tanah yang lunak dan menggantinya dengan tanah yang
baru yang dipadatkan. selain itu membuat perkuatan dengan menanam
masuk ke dalam badan lereng, barisan cerucuk dolken berdiameter 10-
15 cm dengan panjang 3-4 m atau batang kelapa berdiameter 25-35 cm
dengan panjang 5-7 m. Perkuatan lain dengan tanaman hidup Johar
Lambo dikombinasikan dengan struktur batu bronjong.
6. Untuk longsoran yang diakibatkan oleh curah hujan tinggi dimana air
masuk kedalam badan lereng melalui celah-celah adalah dengan
membuat perkuatan lereng dengan dinding penahan tanah. Disamping
itu, dibuat sitem aliran air agar dapat keluar dari badan lereng dengan
membuat pipa-pipa air pada dinding penahan tersebut.
7. Perkuatan tebing, ada beberapa metode perkuatan tebing, antara lain:
 Pemancangan sheet pile dari baja atau beton.
 Penimbunan tanah baru disertai dengan gabion, namun struktur
gabion sulit untuk mencegah air hujan masuk, sehingga tanah
dikhawatirkan menjadi lemah kembali.
 Pemasangan lapisan kedap air untuk mencegah tanah jadi jenuh air,
kemudian dilakukan perubahan kemiringan tebing agar menjadi
lereng yang landai dengan cara penimbunan tanah baru secara
terasiring.

5.11. Penanganan Perbaikan Struktur Pile Slab


5.11.1. Sambungan Tiang Pancang

40
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

1. Lakukan pembersihan pada sambungan tiang pancang yang akan


dibenahi dengan menggunakan sikat baja agar kerak karat maupun kerak
akibat organisme biologis dapat terangkat dari sambungan.
2. Lakukan Pengelasan ulang pada sambungan bila titik pengelasan
sambungan rusak
3. Untuk daerah sambungan yang tinggi (jauh dari jangkauan splash air laut)
penanganan cukup dilakukan dengan melapisi sambungan dengan
menggunakan bahan Marine Coating.
4. Sedangkan untuk daerah sambungan yang terkena spalsh ombak
dilakukan treatment pemasangan HDPE dengan langkah –langkah
berikut :
a. Setelah dilakukan pembersihan segera keringkan permukaan yang
akan diberi perlindungan
b. Balutkan BC Petro tape secara melingkar dengan kencang pada
daerah sambungan tiang pancang sampai tertutup sepenuhnya beri
overlap minimum 50% dari diameter sambungan pancang.
c. Lapisi dengan material BC Petro Paste pada permukaan BC petrotape
yang telah dipasang secara merata.
d. Pasang plastic HDPE pada sambungan dengan segera lalu ikat
dengan klip plastic secara kuat agar tidak mudah lepas .
e. Cek kembali daerah sambungan HDPE.

Gambar.Material HDPE

5.11.2. Injeksi Tiang Pancang

41
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

1. Marking daerah retakan dengan kapur atau cat sehingga terlihat panjang
dan arah retakan
2. Bersihkan permukaan yang akan di injeksi dari kotoran dan debu dengan
sikat kawat
3. Lembabkan area yang akan di grout dengan air bertekanan.
4. Pasang bekisting dengan lubang inlet, outlet dan bagian tepi ditutup
dengan busa supaya tidak terjadi kebocoran.
5. Aduk material semen Estogrout MP 70 dengan 4.5 liter air dingin.
6. Aduk material dengan mesin mixer dengan kecepatan 600 rpm selama
minimal 3 menit terus aduk hingga konsistensi yang diinginkan tercapai.
7. injeksikan dengan mesin grout pump dengan tekanan 2 - 3 bar melalui
lubang inlet sampai material keluar melalui lubang outlet.
8. Tutup lubang outlet dan tahan tekanan kurang lebih 30 detik kemudian
tutup lubang inlet.
9. Setelah 24 jam bongkar bekisting dan lakukan proses curing.
10. bersihkan material injeksi yang meluber pada pancang dengan amplas
atau gerinda agar permukaan injeksi menjadi halus.

Gambar.Pekerjaan Grouting

42
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

FORMWORK INSTALATION PRESSURE GROUT WORK

Gambar.Proses Greeding Pada tiang pancang

5.11.3. Perbaikan pada retak pada pile cap

43
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

1. Marking daerah retakan dengan kapur atau cat sehingga terlihat panjang
dan arah retakan.
2. Bersihkan jalur retakan dengan sikat kawat sehingga bersih.
3. Pasang nipel dengan bantuan perekat epoxy cement dan lubang nipel
harus dapat tepat berada pada celah retakan.
4. Jarak antar nipel adalah 20 cm panjang retakan sedangkan pada retakan
yang bercabang harus dipasang nipel.
5. Setelah perekat epoxy cement keras dan nipel terpasang dipermukaan
retakan cukup kuat, segera tutup jalur retakan diantara nipel dengan
sealing agent / epoxy cement agar epoxy yang akan di injeksikan tidak
keluar dari retakan.
6. Pasang tutup nipel ( T – Cap ) dan hubungkan tiap nipel dengan
selang transparan serta ke tabung injeksi.
7. Buat adukan epoxy resin dengan perbandingan volume 3 base : 1
hardener di aduk dengan electrik mixer sampai homogen, lalu masukan
epoxy kedalam tabung injeksi.
8. Dengan bantuan tekanan kompresor, epoxy akan mengalir melalui pipa
penghubung ke tiap nipel sampai benar-benar penuh.
9. Proses injeksi dihentikan bila seluruh retakan terisi penuh epoxy yang
ditandai dengan epoxy yang keluar dari titik terjauh atau tekanan sudah
maksimal ( 1,5 km/cm2 ) dan epoxy sudah tidak mengalir lagi.
10. bersihkan material injeksi yang meluber pada Pile Cap dengan amplas
atau gerinda agar permukaan injeksi menjadi halus.

Gambar.proses injeksi pada nipple di area yang retak

44
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

FORMWORK INSTALATION LOW PRESSURE INJECTION SYSTEM

5.11.4. Perbaikan pada retak pada slab


1. Marking daerah retakan dengan kapur atau cat sehingga terlihat panjang
dan arah retakan.
2. Bersihkan jalur retakan dengan sikat kawat sehingga bersih.
3. Bila retakan terlihat pada permukaan slab atas maka cut daerah aspal
yang menutupi keretakan slab terlebih dahulu.
4. Pasang nipel dengan bantuan perekat epoxy cement dan lubang nipel
harus dapat tepat berada pada celah retakan.
5. Jarak antar nipel adalah 20 cm panjang retakan sedangkan pada retakan
yang bercabang harus dipasang nipel.
6. Setelah perekat epoxy cement keras dan nipel terpasang dipermukaan
retakan cukup kuat, segera tutup jalur retakan diantara nipel dengan
sealing agent / epoxy cement agar epoxy yang akan di injeksikan tidak
keluar dari retakan.
7. Pasang tutup nipel ( T – Cap ) dan hubungkan tiap nipel dengan
selang transparan serta ke tabung injeksi.
8. Buat adukan epoxy resin dengan perbandingan volume 3 base : 1
hardener di aduk dengan electrik mixer sampai homogen, lalu masukan
epoxy kedalam tabung injeksi.

45
MANUAL PEMELIHARAAN
JALAN TOL PEJAGAN – PEMALANG SEKSI 4 (STA. 300+700 – STA. 327+604)

9. Dengan bantuan tekanan kompresor, epoxy akan mengalir melalui pipa


penghubung ke tiap nipel sampai benar-benar penuh.
10. Proses injeksi dihentikan bila seluruh retakan terisi penuh epoxy yang
ditandai dengan epoxy yang keluar dari titik terjauh atau tekanan sudah
maksimal ( 1,5 km/cm2 ) dan epoxy sudah tidak mengalir lagi.
11. bersihkan material injeksi yang meluber pada Pile Cap dengan amplas
atau gerinda agar permukaan injeksi menjadi halus.

Gambar. Pemasangan Niple pada slab yang retak

46

Anda mungkin juga menyukai